Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
0,4
a. Jenis Kelamin
Pada laki-laki dan wanita normal leukosit dalam darah
jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700
(Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari sel darah yang berinti,
disebut juga sel darah putih. Di dalam darah normal didapati jumlah
leukosit rata-rata 4000- 11.000 sel/cc.
b. Usia
Orang dewasa memiliki jumlah leukosit lebih banyak dibanding
anakanak.
c. Tempat Ketinggian
Orang yang hidup di dataran tinggi cenderung memiliki jumlah
leukosit lebih banyak.
d. Kondisi Tubuh Seseorang
Sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah dapat
mengurangi jumlah leukosit dalam darah
BAB III
METODE PERCOBAAN
BAB IV
= 177 x 20 mm3
= 3540 ml
= 181 x 50
= 3620 mm3
Nilai normal
Perempuan : 4000-10.000/mm3
Laki laki : 4000-11.000/mm3
4.2 Pembahasan
Eritrosit berasal dari sel prekursor eritroid yang melalui suatu
proses pertumbuhan miotik dan pematangan. Tingkat oksigenasi
jaringan mengatur pembentukan sel-sel darah merah yang mengangkut
oksigen ke jaringan (eritropoesis efektif). Eritropoietin adalah suatu
hormon yang terutama dihasilkan oleh sel-sel interstisium peritubulus
ginjal. Hormon ini merangsang sel-sel progenitor CFU-E untuk
mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan pematangan. Jalur
spesifik yang mengatur fluktuasi oksigen jaringan dengan perubahan
kadar eritropoietin tidak disimpan di ginjal, fungsi ginjal dan kadar
oksigen merupakan faktor utama yang mengontrol pengeluaran
eritropoietin. Dalam keadaan normal, hanya sejumlah kecil (pikomolar)
eritropoietin yang dijumpai di darah perifer. Rentang eritropoietin
normal adalah 9 sampai 26 unit/mL.
5. Segala sesuatu yang menurunkan penyaluran oksigen ke jaringan akan
meningkatkan kadar eritropoietin, asalkan ginjal berfungsi normal.
Kadar hemoglobin yang rendah, gangguan pertukaran oksigen
respiratorik, dan gangguan aliran darah merupakan penyebab umum
hipoksia jaringan. Dengan demikian, konsentrasi eritropoietin tinggi
pada sebagian besar anemia, gangguan hemoglobin, penyakit paru, dan
gangguan sirkulasi yang parah.
6. Kapasitas eritropoietin untuk menghasilkan eritropoiesis bergantung
pada kecukupan pasokan zat-zat gizi dan mineral (terutama besi, asam
folat, dan vitamin B12) ke sumsum tulang. Apabila sumsum tulang
mampu berespons, produksi sel darah merah meningkat (Ronald, 2004).
a. Pra Analitik
1. Memakai pipet basah
2. Kamar hitung atau kaca penutup kotor
3. Letaknya kaca penutup salah
b. Analitik
1. Bekerja terlalu lambat sehingga ada bekuan darah
2. Menghisap darah tidak mencapai garis tanda 0,5
3. Mengeluarkan sebagian darah yang telah dihisap karena melewati
garis tanda 0,5
4. Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali kedalam botol
yang berisi larutan Turk
5. Tidak menghisap larutan Turk tepat sampai garis 11
6. Terjadi gelembung udara didalam pipet pada waktu menghisap larutan
Turk.
7. Terbuang sedikit cairan pipet pada waktu mengocok pipet atau pada
waktu mencabut karet penghisap dari pipet.
8. Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan Turk
9. Tidak mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung.
10. Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar
hitung.
11. Ada gelembung udara termasuk bersama dengan cairan.
12. Kaca penutup tergeser karena disentuh dengan lensa mikroskop
c. Pasca Analitik
5.1 Kesimpulan
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm kubiknya
darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah
merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah.
Pengenceran darah yang lazim dipakai untuk menghitung eritrosit ialah 20x
tetapi menurut keadaan (leukositas tinggi atau leucopenia) pengenceran itu
dapat diubah sesuai dengan keadaan itu.Pengaenceran dilakukan lebih tinggi
pada leukositas dan lebih rendah pada leocopenia. Jadi jumlah eritrosit dari
pasien atas nama syahriani adalah 4.670.000/mm3
5.2 Saran
Untuk keberhasilan praktikum hendaknya mengerjakan suatu metode
dengan hati hati agar tidak salah dalam menginterpretasikan nilai ke pasien.
DAFTAR PUSTAKA