Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering ditemukan pada
anak-anak dan ditandai dengan jumlah bakteri yang bermakna dalam urin.
Insidens ISK masih tinggi dan sebagai penyakit infeksi yang hanya ditandai
dengan panas badan, menempati urutan kedua penyakit infeksi yang paling sering
setelah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).1
Di Swedia insidens penyakit ini adalah 2,2% pada anak laki-laki dan 2,1%
pada anak perempuan usia 2 tahun. Angka rujukan ISK di Inggris meningkat
menjadi 2,8% pada anak laki-laki dan 8,2% anak perempuan usia 7 tahun dan
3,6% pada anak laki-laki dan 11,3% anak perempuan usia 10 tahun.2,3,4 Pada
masa preantibiotik, mortalitas ISK adalah 20%. Komplikasi akut pada anak sehat
saat ini jarang kecuali pada bayi yang dapat berkembang menjadi infeksi sistemik.
Komplikasi jangka panjang ISK adalah keadaan yang berhubungan dengan parut
ginjal yaitu hipertensi dan gagal ginjal kronik. Pada penelitian di Swedia selama
tahun 1950-1960 ditemukan anak dengan parut ginjal akibat pielonefritis
berkembang menjadi hipertensi sebanyak 23% dan penyakit ginjal terminal
sebanyak 10%.2
Manifestasi klinis ISK sangat bervariasi dan tergantung pada umur, mulai
dengan asimtomatik hingga gejala yang berat, sehingga ISK sering tidak
terdeteksi baik oleh tenaga medis maupun oleh orangtua. Kesalahan dalam
menegakkan diagnosis (under diagnosis atau over diagnosis) akan sangat
merugikan. Under diagnosis dapat berakibat penyakit berlanjut ke arah kerusakan
ginjal karena tidak diterapi. Sebaliknya over diagnosis menyebabkan anak akan
menjalani pemeriksaan dan pengobatan yang tidak perlu. Bila diagnosis ISK
sudah ditegakkan, perlu ditentukan lokasi dan beratnya invasi ke jaringan, karena
akan menentukan tata laksana dan morbiditas penyakit.1
Diagnosis dan tata laksana ISK yang adekuat bertujuan untuk mencegah
atau mengurangi risiko terjadinya komplikasi jangka panjang seperti parut ginjal,
hipertensi, dan gagal ginjal kronik.1
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Berdasarkan ada tidaknya komplikasi, ISK dibagi menjadi ISK
simpleks dan kompleks. ISK simpleks/ sederhana/ uncomplicated UTI
adalah terdapat infeksi pada saluran kemih tetapi tanpa penyulit (lesi)
anatomis maupun fungsional saluran kemih. ISK kompleks/ dengan
komplikasi/ complicated UTI adalah terdapat infeksi pada saluran kemih
disertai penyulit (lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih
misalnya sumbatan muara uretra, refluks vesikoureter, urolithiasis, parut
ginjal, buli-buli neurogenik, dan sebagainya.2
Berdasarkan letaknya, ISK dibagi menjadi ISK atas dan bawah.
ISK atas adalah infeksi pada parenkim ginjal atau ureter, lazimnya disebut
sebagai pielonefritis. ISK bawah adalah infeksi pada vesika urinaria
(sistitis) atau uretritis. Batas antara atas dan bawah adalah vesicoureteric
junction.2
C. EPIDEMIOLOGI
ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada anak. Kejadian
ISK tergantung pada umur dan jenis kelamin. 3
Prevalensi ISK pada neonatus berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan
meningkat menjadi 14% pada neonatus dengan demam, dan 5,3% pada
bayi. Pada bayi asimtomatik, bakteriuria didapatkan pada 0,3 hingga
0,4%.13 Risiko ISK pada anak sebelum pubertas 3-5% pada anak
perempuan dan 1-2% pada anak laki. Pada anak dengan demam berumur
kurang dari 2 tahun, prevalensi ISK 3-5%. Data studi kolaboratif pada 7
rumah sakit institusi pendidikan dokter spesialis anak di Indonesia dalam
kurun waktu 5 tahun (1984-1989) memperlihatkan insidens kasus baru
ISK pada anak berkisar antara 0,1%-1,9% dari seluruh kasus pediatri yang
dirawat. Di RSCM Jakarta dalam periode 3 tahun (1993-1995) didapatkan
212 kasus ISK, rata-rata 70 kasus baru setiap tahunnya.3
D. ETIOLOGI
Sekitar 50% ISK disebabkan Escherichia coli, penyebab lain
adalah Klebsiella, Staphylococcus aureus, coagulase-negative
staphylococci, Proteus dan Pseudomonas sp. dan bakteri gram negatif
lainnya.
Penelitian di dalam negeri antara lain di RSCM Jakarta juga
menunjukkan hasil yang sama. Kuman lain penyebab ISK, yang sering
adalah Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka,
Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter aerogenes, dan
Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus. Pada ISK kompleks,
sering ditemukan kuman yang virulensinya rendah seperti Pseudomonas,
golongan Streptokokus grup B, Stafilokokus aureus atau epidermidis.
Haemofilus influenzae dan parainfluenza dilaporkan sebagai penyebab
ISK pada anak. Kuman ini tidak dapat tumbuh pada media biakan standar
sehingga sering tidak diperhitungkan sebagai penyebab ISK. 1,3
Bila penyebabnya Proteus, perlu dicurigai kemungkinan batu
struvit (magnesiumammonium- fosfat) karena kuman Proteus
menghasilkan enzim urease yang memecah ureum menjadi amonium,
sehingga pH urin meningkat menjadi 8. Pada urin yang alkalis, beberapa
elektrolit seperti kalsium, magnesium, dan fosfat akan mudah mengendap.4
Sebagian besar jenis E.coli tidak berbahaya dan merupakan bagian
yang penting dari saluran cerna manusia yang sehat karena berfungsi
menghasilkan vitamin K dan menjaga keseimbangan bakteri di usus.
Namun, beberapa jenis E.coli(disebut E.coli patogenik) dapat
menimbulkan penyakit infeksi, seperti infeksi pada kantung empedu,
saluran kemih, selaput otak, paru, dan saluran cerna. Infeksi infeksi
tersebut tidak hanya dapat disebabkan oleh E.coli, namun dapat juga
disebabkan bakteri jenis lain.
E. PATOFISIOLOGI
Awal terjadinya ISK adalah bakteri berkolonisasi di perineum pada
anak perempuan atau di preputium pada anak laki-laki. Kemudian bakteri
masuk kedalam saluran kemih mulai dari uretra secara asending. Setelah
sampai di kandung kemih, bakteri bermultiplikasi dalam urin dan melewati
mekanisme pertahanan antibakteri dari kandung kemih dan urin. Pada
keadaan normal papila ginjal memiliki sebuah mekanisme anti refluks
yang dapat mencegah urin mengalir secara retrograd menuju collecting
tubulus. Akhirnya bakteri bereaksi dengan urotelium atau ginjal sehingga
menimbulkan respons inflamasi dan timbul gejala ISK.4
Mekanisme tubuh terhadap invasi bakteri terdiri dari mekanisme
fungsional, anatomis dan imunologis. Pada keadaan anatomi normal,
pengosongan kendung kemih terjadi reguler, drainase urin baik dan pada
saat setiap miksi, urin dan bakteri dieliminasi secara efektif. Pada tingkat
seluler, bakteri dihancurkan oleh lekosit polimorfonuklear dan
komplemen. Maka setiap keadaan yang mengganggu mekanisme
pertahanan normal tersebut dapat menyebabkan risiko terjadinya infeksi.7
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas
darimikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada
saatmikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak
di dalammedia urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4
cara, yaitu :1,7
1.
Ascending
2.
Hematogen
3.
Limfogen
4.
Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi
ataueksogen sebagai akibat dari pemakaian intrumen.
1. Hematogen
2. Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :
a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus
vagina.
b. Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli.
c. Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung
kemih.
d. Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
a. Faktor host
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam
saluran kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
- Pertahanan lokal dari host
- Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan
humoral
Sebagian besar kasus ISK disebabkan oleh bakteri Escherichia coli atau E.
coli yang umumnya hidup di dalam saluran cerna. Diperkirakan bakteri ini masuk
ke dalam saluran uretra seseorang ketika kurang baik dalam melakukan
pembersihan setelah buang air besar maupun kecil. Misalnya pada saat kertas
toilet yang dia gunakan untuk membersihkan anus turut menyentuh organ
kelaminnya, maka bakteri dapat masuk ke saluran kemih. Dalam kasus seperti ini
wanita lebih rentan terkena ISK karena jarak uretra dengan anus pada tubuh
mereka lebih dekat dan pintu uretra yang dekat dengan kandung kemih.
ISK juga bisa disebabkan oleh iritasi setelah berhubungan seksual dan
akibat terganggunya kinerja pengosongan urin oleh kondisi tertentu (misal, pada
sumbatan saluran kemih akibat batu ginjal).
F. KLASIFIKASI
ISK pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi
infeksi, dan kelainan saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK dibedakan
menjadi ISK asimtomatik dan simtomatik. Berdasarkan lokasi infeksi, ISK
dibedakan menjadi ISK atas dan ISK bawah, dan berdasarkan kelainan
saluran kemih, ISK dibedakan menjadi ISK simpleks dan ISK kompleks.
ISK asimtomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala. ISK simtomatik
yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan tanda klinik.
Sekitar 10-20% ISK yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau
sistitis baik berdasarkan gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang
disebut dengan ISK non spesifik.4,5
Membedakan ISK atas atau pielonefritis dengan ISK bawah
(sistitis dan urethritis) sangat perlu karena risiko terjadinya parut ginjal
sangat bermakna pada pielonefritis dan tidak pada sistitis, sehingga tata
laksananya (pemeriksaan, pemberian antibiotik, dan lama terapi) berbeda.
Untuk kepentingan klinik dan tata laksana, ISK dapat dibagi menjadi ISK
simpleks (uncomplicated UTI) dan ISK kompleks (complicated UTI).
ISK kompleks adalah ISK yang disertai kelainan anatomik dan
atau fungsional saluran kemih yang menyebabkan stasis ataupun aliran
balik (refluks) urin. Kelainan saluran kemih dapat berupa RVU, batu
saluran kemih, obstruksi, anomali saluran kemih, buli-buli neurogenik,
benda asing, dan sebagainya. ISK simpleks ialah ISK tanpa kelainan
struktural maupun fungsional saluran kemih. National Institute for Health
and Clinical Excellence (NICE) membedakan ISK menjadi ISK atipikal
dan ISK berulang. Kriteria ISK atipikal adalah; keadaan pasien yang sakit
berat, diuresis sedikit, terdapat massa abdomen atau kandung kemih,
peningkatan kreatinin darah, septikemia, tidak memberikan respon
terhadap antibiotik dalam 48 jam, serta disebabkan oleh kuman non E.
coli.
ISK berulang berarti terdapat dua kali atau lebih episode
pielonefritis akut atau ISK atas, atau satu episode pielonefritis akut atau
ISK atas disertai satu atau lebih episode sistitis atau ISK bawah, atau tiga
atau lebih episode sistitis atau ISK bawah.1,2
G. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik ISK pada anak sangat bervariasi, ditentukan oleh
intensitas reaksi peradangan, letak infeksi (ISK atas dan ISK bawah), dan
umur pasien. Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik,
umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, terutama anak perempuan
dan biasanya ditemukan pada uji tapis (screening programs). ISK
asimtomatik umumnya tidak berlanjut menjadi pielonefritis dan prognosis
jangka panjang baik.1,6
Pada masa neonatus, gejala klinik tidak spesifik dapat berupa apati,
anoreksia, ikterus atau kolestatis, muntah, diare, demam, hipotermia, tidak
mau minum, oliguria, iritabel, atau distensi abdomen. Peningkatan suhu
tidakbegitu tinggi dan sering tidak terdeteksi. Kadang-kadang gejala klinik
hanya [-berupa apati dan warna kulit keabu-abuan (grayish colour).1,4
Pada bayi sampai satu tahun, gejala klinik dapat berupa
demam,penurunan berat badan, gagal tumbuh, nafsu makan berkurang,
cengeng, kolik,muntah, diare, ikterus, dan distensi abdomen. Pada palpasi
ginjal anak merasakesakitan. Demam yang tinggi dapat disertai
kejang.Pada umur lebih tinggi yaitu sampai 4 tahun, dapat terjadi demam
yangtinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare bahkan dapat
timbuldehidrasi. Pada anak besar gejala klinik umum biasanya berkurang
dan lebihringan, mulai tampak gejala klinik lokal saluran kemih berupa
polakisuria,disuria, urgency, frequency, ngompol, sedangkan keluhan sakit
perut, sakitpinggang, atau pireksia lebih jarang ditemukan.1
Pada pielonefritis dapat dijumpai demam tinggi disertai menggigil,
gejalasaluran cerna seperti mual, muntah, diare. Tekanan darah pada
umumnyamasih normal, dapat ditemukan nyeri pinggang. Gejala
neurologis dapat berupairitabel dan kejang. Nefritis bakterial fokal akut
adalah salah satu bentukpielonefritis, yang merupakan nefritis bakterial
interstitial yang dulu dikenalsebagai nefropenia lobar.
Pada sistitis, demam jarang melebihi 38 0C, biasanya ditandai
dengannyeri pada perut bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa
frequensi,nyeri waktu berkemih, rasa diskomfort suprapubik, urgensi,
kesulitan berkemih,retensio urin, dan enuresis. 4
H. DIAGNOSIS
Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium yang dipastikan dengan biakan urin.
ISK serangan pertama umumnya menunjukkan gejala klinik yang
lebih jelas dibandingkan dengan infeksi berikutnya. Gangguan
kemampuan mengontrol kandung kemih, pola berkemih, dan aliran urin
dapat sebagai petunjuk untuk menentukan diagnosis. Demam merupakan
gejala dan tanda klinik yang sering dan kadang-kadang merupakan satu-
satunya gejala ISK pada anak.
Pemeriksaan tanda vital termasuk tekanan darah, pengukuran
antropometrik, pemeriksaan massa dalam abdomen, kandung kemih,
muara uretra, pemeriksaan neurologik ekstremitas bawah, tulang belakang
untuk melihat ada tidaknya spina bifida, perlu dilakukan pada pasien ISK.
Genitalia eksterna diperiksa untuk melihat kelainan fimosis, hipospadia,
epispadia pada laki-laki atau sinekie vagina pada perempuan. Pemeriksaan
urinalisis dan biakan urin adalah prosedur yang terpenting. Oleh sebab itu
kualitas pemeriksaan urin memegang peran utama untuk menegakkan
diagnosis. 1
Urinalisis sampel urin segar dan tidak disentrifugasi (lekosituria >
5/LPB atau dipstickpositif untuk lekosit) dan biakan urin adalah
pemeriksaan yang penting dalampenegakkan diagnosis ISK. Diagnosis
ISK ditegakkan dengan biakan urin yangsampelnya diambil dengan urin
porsi tengah dan ditemukan pertumbuhan bakteri >100.000 koloni/ml urin
dari satu jenis bakteri, atau bila ditemukan > 10.000 koloni tetapidisertai
gejala yang jelas dianggap ISK. Cara pengambilan sampel lain yaitu
melaluikateterisasi kandung kemih, pungsi suprapubik dan menampung
urin melalui sterilcollection bag yang biasa dilakukan pada bayi. Akurasi
cara pengambilan urin tersebutmemberikan nilai intepretasi yang
berbeda.Pemeriksaan darah yang dapat dilakukan selain pemeriksaan rutin
adalah: kadarCRP, LED, LDH dan Antibody Coated Bacteria.
ISK pertama
Anak
Neonatus
Bayi
Biakan Urin 48
jam sesuaikan
antibiotka
USG + MSU 24
minggu sesudah
terapi
K. KOMPLIKASI
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan
meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi,
gagal ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut
ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis
akut. Faktor risiko terjadinya parut ginjal antara lain umur muda,
keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi
berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih .3
L. PROGNOSIS
Komplikasi yang ditimbulkan merupakan salah satu penentu
prognosis atau keadaan dari anak yang menderita infeksi saluran kemih.
Kerusakan ginjal merupakan salah satu komplikasi jangka panjang dari
kasus ISK. Akan tetapi, ISK bukan faktor utama penyebab komplikasi
renal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus
Tessy, 2001)
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
3. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
saluran kemih, yang bisebabkan oleh bakteri Eschericia coli. Penderita
ISK kebanyakan adalah wanita karena uretra wanita yang lebih pendek
sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung
kemih.
uretra (uretritis)
prostat (prostatitis)
ginjal (pielonefritis)
DAFTAR PUSTAKA