You are on page 1of 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang layak dimiliki oleh setiap

masyarakat. Tingkat kesejahteraan suatu negara dalam bidang kesehatan

harus ditunjang dengan adanya sarana pelayanan kesehatan dalam suatu

negara. Dalam menunjang pelayanan kesehatan tersebut, maka harus dimulai

dari pedesaan hingga sampai ke perkotaan. Demi tercapainya pembangunan

kesehatan, perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah secara

optimal dalam bidang kesehatan, seperti memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, dengan memberikan pelayanan yang bermutu

serta pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan sampai pada sarana

pelayanan kesehatan dasar (Depkes,1992).


Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan dan pembinaan

kesehatan masyarakat telah dibangun Puskesmas. Puskesmas merupakan unit

pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

tertentu (Anief, 2007).


Manfaat dari keberadaan Puskesmas di tengah masyarakat sangatlah

penting untuk menjadi salah satu pelayanan kesehatan dalam tingkat

daerah/kabupaten. Pelayanan kesehatan yang baik mampu diberikan oleh

penyelenggara pemerintahan secara tidak langsung akan meringankan beban

masyarakat. Keberadaan puskesmas juga adalah kepastian dari pemerintah

bahwa masyarakat akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dengan

1
biaya yang relatif murah dan jarak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

yang lebih dekat (Anief, 2007).


Analis Kesehatan merupakan salah satu tenaga kerja pada sarana

kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran,

penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia maupun

yang bukan berasal dari manusia dalam penentuan jenis dan penyebab

penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada

kesehatan perorangan dan masyarakat berdasarkan pada kajian laboratorium.

Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjalankan pola

hidup sehat, maka peran tenaga analis kesehatan menjadi sangat penting.

Dimana, masyarakat akan mendapatkan data atau hasil sebagai penegakan

diagnosa terhadap suatu penyakit sehingga masyarakat akan semakin

memahami gejala-gejala yang berpotensi menganggu kesehatan sekaligus

dapat mencegah merebaknya penyakit secara lebih dini (early warning

system) (Arianda, 2012).


Sehubungan dengan hal tersebut, mahasiswa DIII Analis Kesehatan

memerlukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai sarana latihan sebelum

terjun ke dunia kerja. Dimana, program ini bermanfaat untuk meningkatkan

keterampilan dan pembelajaran yang diperoleh pada setiap tahapan

pendidikan, disertai dengan sikap professional dalam bidang manajemen

laboratorium. Selain itu, kegiatan Praktek Kerja Lapangan bertujuan untuk

melatih dan memberikan bekal kepada mahasiswa dalam mengembangkan

kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya serta mampu menginvertarisasi

masalah yang ada di lapangan. Untuk hal tersebut, maka dilakukan

2
penyesuaian antara teori dengan praktek untuk mendukung perluasan

wawasan serta kemampuan individu mahasiswa (Hasbi, 2012).


B. Tujuan Praktek Klinik
Praktek kerja klinik merupakan suatu proses sosialisasi peserta didik

dalam mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai kemampuaan

professional meliputi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan

(psikomotor). Setelah menyelesaikan praktek kerja klinik ini mahasiswa

mampu :

1. Meningkatkan keterampilan, mengenal dan melaksanakan:

a. Perencanaan dan persiapan pemeriksaan di

laboratorium.

b. Pengambilan sampel, perlakuan terhadap sampel dan

pemeriksaan sampel.

c. Pencatatan hasil pemeriksaan.

d. Pelaporan hasil pemeriksaan.

e. Penggunaan dan penyimpanan alat-alat.

2. Melatih motivasi mahasiswa tentang manfaat pemeriksaan laboratorium.

3. Melatih pengembangan sikap dan keterampilan mahasiswa dalam

pemberian pelayanan kesehatan, institusi pendidikan dan sebaliknya serta

membuat laporan PKLsesuai format dan kaidah yang telah ditetapkan.

C. Manfaat Praktek Klinik

1. Memperluas dan memantapkan proses penyerapan teknologi baru dibidang

analisa laboratorium.

2. Melalui PKL mahasiswa dapat mengukur atau membandingkan penerapan

antara teori dan praktikum yang diperoleh selama pendidikan dengan

3
pelaksanaan pemeriksaan laboratorium di lapangan dan sekaligus

mendapatkan pengetahuan dalam menghadapi permasalahan yang

mungkin kerap timbul sebelum, sewaktu, sesudah sampling sehingga

pemeriksaan laboratorium dilaksanakan serta hal lain yang berhubungan

dengan analisa di laboratorium.

3. Praktek kerja lapangan merupakan media evaluasi bagi mahasiswa guna

mengukur kesiapan dan kemampuan diri dalam skill analisa laboratorium

yang dimiliki.

BAB II

KEADAAN UMUM

4
A. Gambaran Umum Lokasi Praktek
2.1 Sejarah Berdirinya

Puskesmas Batua diresmikan pada tanggal 1 April 1994 oleh Menteri

Kesehatan dr. H. Suarjono Suryaningrat dan pertama kali istilahnya adalah

PHC (Public Health Center). Pada tahun 1975 Public Health Center berubah

menjadi Puskesmas Panakkukang serta dibangun beberapa Pustu yaitu Pustu

Tamangapa, Pustu Antang, Pustu Karuwusi dan Pustu Tamamaung. Pada tahun

1987 berubah menjadi Puskesmas Batua serta menjadi Puskesmas Induk,

sedangkan Pustu Tamangapa, Pustu Antang, Pustu Karuwusi dan Pustu

Tamamaung telah menjadi Puskesmas. Dan pada tahun 1991 telah dibuka

Pustu Toddopuli sebagai pustu di wilayah kerja Puskesmas Batua yang

sekarang telah berubah menjadi Puskesmas Toddopuli (Puskesmas Batua).

Sejak berdirinya Puskesmas Batua telah mengalami beberapa kali

pergantiaan kepala puskesmas dan sekarang ini dijabat oleh dr. Yulianty

Pongrekun (Puskesmas Batua).

2.2 Letak Geografis


a. Keadaan Geografis

Puskesmas Batua terletak sekitar 10 km sebelah kanan kota makassar,

tepatnya di di Jl. Abdullah Dg. Sirua Kelurahan Batua Kecamatan Manggala

yang dapat dicapai dengan kendaraan umum. Wilayah kerja puskesmas

meliputi dua kecamatan dan empat kelurahan dengan luas kerja 1017,01 km.

Wilayah kerja Puskesmas Batua yang meliputi kecamatan manggala

dan panakkukang. Kecamatan manggala meliputi kelurahan batua dan

5
kelurahan borong, sedangkan kecamatan panakkukang meliputi kelurahan

paropo dan tello baru, dengan jumlah RW dan RT sebagai berikut:

1. Kel. Batua terdapat 11 RW dan 53 RT


2. Kel. Borong terdapat 11 RW dan 58 RT
3. Kel. Paropo terdapat 10 RW dan 49 RT
4. Kel. Tello baru terdapat 11 RW dan 48 RT

Adapun batas-batas wilayah yaitu:

1. Sebelah utara: berbatasan dengan kelurahan panaikang.


2. Sebelah timur: berbatasan dengan kelurahan antang.
3. Sebelah selata: berbatasan dengan kelurahan tamalate.
4. Sebelah barat: berbatasan dengan kelurahan pandang dan kelurahan

karapuang.
b. Luas Wilayah
Puskesmas Batua mempunyai wilayah kerja yang meliputi 4 kelurahan

yang berada di daerah pemukiman perkotaan. Adapun luas 4 kelurahan

tersebut adalah :
Kelurahan Tello Baru seluas 227 Ha.
Kelurahan Paropo seluas 194 Ha.
Kelurahan Batua seluas 12.039 Ha.
Kelurahan Borong seluas 132 Ha.

c.Keadaan Demografis

Persebaran penduduk pada wilayah kelurahan tidak sama rata,

disamping itu adanya kebijakan pemerintah tentang penetapan lokasi

pembangunan rumah pemukiman penduduk serta lokasi untuk pembangunan

industri, perdagangan, sarana transportasi, pertanian, dan lain lain.

Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan Pada Puskesmas


Batua
Jumlah Penduduk Luas Wilayah
No Kelurahan kepadatan
(Jiwa) (ha/m)

6
1. Tello Baru 8.780 227 38
2. Paropo 12.673 194 65
3. Batua 16.806 12.039 55
4. Borong 12.853 132 97
Total 51.112 12.592 225
Sumber: Puskesmas Batua

Jumlah penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Batua adalah sebesar

51.112 jiwa dimana yang tertinggi terdapat di kelurahan borong dengan

jumlah penduduk sebesar 97 jiwa/ha/m2, dan yang terendah di Kelurahan

Tello Baru dengan jumlah penduduk sebesar 8.780 jiwa dengan kepadatan 38

jiwa/ha/m2, sedangkan rata-rata kepadatan penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Batua adalah 56 jiwa/ha/m.

Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Pada


Puskesmas Batua
Penduduk
Jumlah
No. Kelurahan Laki - laki Perempuan
Jiwa % Jiwa % Jiwa
1. Tello Baru 4134 8,09 4921 9,63 9055
2. Paropo 5725 11,20 6267 12,26 11992
3. Batua 8132 15,91 9460 18,51 17592
4. Borong 5589 10,93 6884 13,47 12473
Total 23580 46,13 27532 53,87 51112
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih

tinggi dari jumlah penduduk laki-laki yaitu sebesar 23.580 (46,13 %) dan laki-

laki sebanyak 27.532 (53,87 %).

2.3 Visi dan Misi


a) Visi
Menjadi puskesmas dengan pelayanan terbaik di Makassar
b) Misi
1. Meningkatkan sarana dan prasarana.
2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam

pelaksanaan pelayanan kesehatan secara berkelanjutan.


3. Mengembangkan jenis layanan dan mutu pelayanan kesehatan.
4. Meningkatkan sistem informasi dan manajemen Puskesmas.
5. Mengembangkan kemitraan.
6. Meningkatkan upaya kemandirian masyarakat.

7
B. Sarana dan Prasarana
Puskesmas Batua memiliki beberapa ruang yang terdiri dari:
1. Gedung Rawat Jalan
a. Loket Kartu
b. Ruang Tunggu
c. Ruang Poli Umum
d. Ruang Poli Gigi
e. Ruang KIA/KB
f. Ruang Laboratorium
g. Ruang Konseling
h. Ruang Obat
i. Water closet (Wc) Pasien
2. Gedung Rawat Inap
a. Ruang Pemulihan (Recovery Room)
b. Ruang Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
c. Ruang Persalinan
d. Ruang Nifas
e. Ruang Imunisasi
f. Ruang Rekam Medis
g. Ruang Obat
h. Ruang Petugas
i. Ruang Rawat Inap Umum
j. Dapur
k. Gudang Obat
l. Mushollah
m. Water closet (Wc)
3. Gedung Kantor
a. Ruang Tata Usaha
b. Ruang Kepala Puskesmas
c. Ruang Keuangan
d. Ruang Pengaduan (Homecare)
e. Ruang Petugas Laporan
f. Ruang Petugas Lapangan
g. Water closet (Wc)
4. Gudang Farmasi
5. Kantin
6. Ruang TB dan Kusta
7. Rumah Dinas
8. Pustu
9. Posyandu
10. Kendaraan Roda Dua
11. Ambulance
12. Listrik
13. Air (PDAM + Sumur)
14. Tempat Parkir

8
Puskesmas Batua hanya terdiri dari satu Laboratorium. Laboratorium

PKM Batua terdiri dari 3 orang tenaga laboratorium yang bekerja dari jam

08.00-13.00 untuk shift pagi dan jam 15.00-20.00 untuk shift sore. Fasilitas

laboratorium telah dilengkapi dengan alat-alat seperti :

1. Mikroskop
2. Sentrifus
3. Urianalyzer
4. Sterilisator
5. Lemari
6. Alat alat gelas
7. Dan lain-lain

BAB III
PROSEDUR PEMERIKSAAN

3.1 Bagan Alur Pelayanan Laboratorium

Poli Umum
KIA/KB PASIEN
PM/PTN
Rawat Inap Umum SURAT RUJUKAN
(RIU) / Tindakan INTERNAL
Rawat Inap LABORAN
Bersalin/ RB
Poli Gigi PEMERIKSAAN DAN
Klinik Lansia PENGAMBILAN SAMPLING
HASIL
TINDAKAN RAWAT INAP UMUM POLI UMUM / KIA / KB / PM /
RB RAWAT INAP BERSALIN DOKTER GIGI PTM
KLINIK LANSIA
DIAGNOSA
SESUAI HASIL

MASALAH Tidak
PELAYANAN

9
Ya

RUJUK
3.2 Waktu Dan Lokasi Praktek
a. Waktu praktek
Pengkayaan I di Puskesmas Batua dimulai pada tanggal 05 Januari 2017

dan penarikan pada tanggal 2 Februari 2017.


b. Lokasi Praktek

Puskesmas Batua terletak sekitar 10 km sebelah kanan kota makassar,

tepatnya di di Jl. Abdullah Dg. Sirua Kelurahan Batua Kecamatan Manggala yang

dapat dicapai dengan kendaraan umum.

3.3 Prosedur Pemeriksaan

Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting membantu diagnosa,

membantu perjalanan penyakit serta menunjukkan diagnosa karena itu perlu

prosedur pengambilan sampling dan prosedur pemeriksaan yang sesuai dengan

Standar Operasioanl Prosedur (SOP) sehingga mendapatkan diagnosa yang tepat.

A. Pengambilan Sampel
Prosedur tetap penanganan sampel adalah prosedur yang dibuat oleh

pemimpin laboratorium yang membuat aspek tata cara melakukan penerimaan,

pemberian identitas, dan penyimpanan yang dilakukan di laboratorium Puskesmas

Batua.
a. Identitas Sampel
Pemberian Identitas :
1. Pemberian identitas dilaksanakan oleh tenaga laboratorium yang bertugas.
2. Identitas yang lengkap ditulis pada buku registrasi pemeriksaan sesuai

dengan formulir permintaan.


3. Identitas pada kertas label berupa: nomor urut laboratorium, umur, dan

jenis kelamin pasien. Bila tidak menggunakan kertas label, maka bisa

menggunakan spidol permanen dan menulis langsung pada wadah

spesimen/sampel.

10
4. Sampel yang sudah lengkap identitasnya selanjutnya diperiksa sesuai

dengan permintaan pemeriksaan.


b. Pengambilan Sampel

Pada Pasien Rawat Jalan:

a) Dilakukan oleh petugas laboratorium.


b) Memanggil pasien sesuai nomor urut.
c) Memeriksa formulir pasien sesuai nomor urut.
d) Menkonfirmasi persiapan pasien sebelumnya sesuai permintaan klinis.
e) Mempersiapakan alat dan bahan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan

pemeriksaan (spoit, tourniquet, kapas alkohol 70%, autoklik, lanset steril,

tabung reaksi, pipet Hb, dan tisu).


f) Mengatur posisi duduk pasien.
g) Memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya pada pasien.
h) Melakukan pengambilan spesimen sesuai prosedur.
i) Wadah yang berisi spesimen diperiksa sesuai dengan pemeriksaan yang

diminta.

Pada Paseien Rawat Inap:

a) Dilakukan oleh petugas laboratorium.


b) Sebelum ke ruang perawatan, petugas laboratorium harus mempersiapkan

alat dan bahan yang diperlukan untuk pengambilan spesimen.


c) Petugas menemui pasien yang akan diambil spesimennya dan menanyakan

identitas pasien sesuai format.


d) Petugas memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya pada pasien.
e) Spesimen yang sudah diambil dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai.
f) Wadah yang telah berisi spesimen selanjutnya dibawa ke laboratorium

untuk diperiksa sesuai dengan pemeriksaan yang diminta.


1) Pengambilan Darah Vena
a. Prinsip dasar

11
Darah vena dapat diperoleh pada permukaan kulit, pada orang

dewasa diambil pada vena mediana cubiti, vena chepalica, dan vena

basilica. Sedangkan pada bayi di ambil pada vena jagularis supervisialis

dan vena sinus sagitalis superior.

b. Tujuan

Untuk memperoleh volume darah sesuai dengan pemeriksaan yang

diminta.

c. Alat dan bahan


1. Alat: alat yang digunakan yaitu spoit, tourniquet, dan tabung

reaksi.
2. Bahan: bahan yang digunakan yaitu kapas alkohol, dan sampel

berupa darah.
d. Prosedur kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dipilih bagian vena yang akan dilakukan penusukan. Pilih vena

yang besar dan tidak mudah bergerak.


3. Dipasang tourniquet kira-kira 2 jari diatas area penusukan dan

anjurkan pasien untuk mengenggam tangannya.


4. Didesinfeksi area vena yang dilakukan penusukan menggunakan

kapas alkohol 70% dengan gerakan memutar dari tengah ke tepi,

biarkan kering selama 30 detik.


5. Dikeluarkan spoit dari plastik, kemudian rapatkan jarum spoit dan

tarik torak untuk mengeluarkan udara dari dalam spoit.


6. Ditusuk jarum ke dalam vena, posisi lubang jarum mengarah

keatas.
7. Dilepaskan tourniquet setelah darah mengalir dan anjurkan pasien

untuk melepaskan genggaman tangannya.


8. Ditarik torak perlahan-lahan dan biarkan spoit terisi darah.
9. Dilepaskan jarum perlahan-lahan dan segera tekan dengan kapas

alkohol.

12
10. Dilepaskan jarum pada spoit dan alirkan darah dari semprit ke

dalam wadah yang disediakan seperti tabung reaksi.


11. Diberikan label pada wadah spesimen.

2) Pengambilan Darah Kapiler


1) Prinsip dasar
Darah diambil secara aseptik pada ujung jari atau daun telinga

untuk orang dewasa dan pada anak kecil dan bayi dapat juga pada tumit

atau ibu jari kaki.


2) Tujuan
Untuk memperoleh volume darah sesuai dengan pemeriksaan yang

diminta.
3) Alat dan bahan
a) Alat: Alat yang digunakan yaitu lanset steril, autoklik, dan kapas

alkohol.
b) Bahan: Bahan yang digunakan yaitu sampel berupa darah kapiler
4) Prosedur kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan lanset kedalam autoklik kemudian atur nomor sesuai

dengan ketebalan kulit pasien.


3. Dipilih lokasi pengambilan lalu didesinfeksi dengan kapas alkohol,

biarkan kering.
4. Dipeganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan

sedikit supaya darah terbendung.


5. Ditusuk dengan autoklik.
6. Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan

menggunakan kapas kering. Tetes berikutnya boleh dipakai untuk

pemeriksaan.
7. Dibuang lanset ketempat sampah medis.
3) Pengambilan Spesimen Urin

13
Hasil pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan informasi

tentang ginjal dan saluran kemih. Namun, untuk mendapatkan hasil

pemeriksaan yang akurat, diperlukan spesimen yang memenuhi syarat.

Pemilihan jenis sampel urin, teknik pengumpulan sampai dengan pemeriksaan

harus dilakukan dengan prosedur yang benar.

Jenis sampel urin yang dipakai di Puskesmas Batua yaitu urin sewaktu.

Urin sewaktu merupakan urin yang dikeluarkan oleh pasien pada waktu yang

tidak ditentukan khusus. Urin sewaktu baik untuk pemeriksaan urine rutin.

Prosedur Kerja:

1) Pengambilan spesimen urin dilakukan oleh pasien sendiri kecuali dalam

keadaan yang tidak memungkinkan.


2) Petugas laboratorium memberikan penjelasan mengenai pemeriksaan dan

tata cara pengambilan spesimen urin.


3) Pasien diberikan pot urin atau wadah bersih kurang lebih 10 cc sebagai

tempat spesimen urin.


4) Urin yang ditampung dalam wadah adalah urin aliran tengah (midstream),

dimana aliran pertama urin dibuang dan aliran urin selanjutnya ditampung

dalam wadah yang telah disediakan.

4) Pengambilan Spesimen Dahak

Dalam pengambilan dahak untuk bakteri tahan asam

(BTA) diperlukan 3 kali pengambilan dahak yang dikenal dengan Sewaktu

14
Pagi Sewaktu (SPS) yang dilakukan pada tempat khusus yang telah ditentukan

(tempat terbuka, teras, dan tempat khusus dengan sirkulasi udara yang baik).

Sewaktu (S): Dahak yang dikumpulkan pada siang hari pertama kali. Pada

saat pulang, suspek membawa botol dahak untuk mengumpulkan dahak.


Pagi (P): Dahak yang dikumpulkan pada pagi hari kedua setelah bangun

tidur. Botol dibawa dan diserahkan sendiri pada petugas di laboratorium.


Sewaktu (S): Dahak dikumpulkan di laboratorium pada hari kedua saat

menyerahkan dahak pagi.


Prosedur Kerja:
1. Petugas laboratorium memberikan penjelasan mengenai pemeriksaan dan

tata cara mengeluarkan dahak, dan menjelaskan perbedaan dahak dengan

air liur.
2. Pasien berdiri lurus atau duduk tegak.
3. Pasien diminta untuk menarik nafas dalam 2 3 kali kemudian keluarkan

bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai sputum

keluar.
4. Sputum yang keluar ditampung dalam wadah dengan cara meletakkan

wadah ke mulut. Amati keadaan dahak, dahak yang berkualitas baik

tampak kental (purulen) dengan volume 3-5 ml.

B. Pemeriksaan Hematologi

1) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)


Metode Sahli:
a. Tujuan: Untuk mengetahui kadar Hb dalam darah.
b. Landasan teori : Kadar haemoglobin darah (Hb) dapat ditentukan

dengan bermacam-macam cara. Yang biasa digunakan di laboratorium

klinik adalah cara fotoelektrik/fotometer dan kolometrik visual (sahli).

15
c. Prinsip kerja: Haemoglobin dengan penambahan Hcl 0,1 N akan

diubah menjadi asam hematin (Hemin) yang berwarna tengguli

(coklat). Warna yang didapat diencerkan dengan aquades kemudian

dibandingkan secara visual dengan warna standar yang sudah ada

dalam alat haemometer.


d. Alat dan Bahan

Alat

a) Tabung haemometer
b) Pipet tetes
c) Autoklik dan lanset
d) Batang pengaduk
e) Pipet Hb
f) Haemometer sahli
Bahan
a) Darah kapiler
b) Kapas alkohol 70 %
c) Hcl 0,1 N
d) Aquades
e. Cara kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dimasukkan 3-5 tetes Hcl 0,1 N ke dalam tabung.
3. Didesinfeksi ujung jari pasien dengan kapas alkohol 70 % dan

tusuk dengan autoklik.


4. Dihisap darah dengan menggunakan pipet Hb sampai garis tanda

batas 2.
5. Dihapus darah yang melekat pada ujung pipet.
6. Dialirkan darah kepada dasar tabung dan jangan sampai terjadi

gelembung udara.
7. Diangkat pipet lalu menghisap Hcl untuk membersihkan darah

yang menempel dipipet.


8. Dicampur isi tabung, diamkan selama 3-5 menit sampai darah dan

Hcl bersenyawa.
9. Ditambahkan aquades tetes demi tetes sampai warna cairan sama

dengan warna standart pada haemometer.


10. Dibaca dan laporkan hasilnya.

16
Tabel 3. Interprestasi Hasil Nilai Rujukan:
No
Jenis Kelamin Gram/dL
.
1 Perempuan 12 14
2 Laki laki 14 - 16

2) Pemeriksaan Leukosit
Metode Tabung
a. Tujuan: Untuk mengetahui jumlah sel leukosit.
b. Landasan Teori: Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti,

disebut juga sel darah putih. Leukosit mempunyai peranan dalam

pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asing.


c. Prinsip Kerja: Darah diencerkan dalam tabung serologi dengan

menggunakan larutan pengencer turk, kemudian dimasukkan ke dalam

kamar hitung. Jumlah sel leukosit dihitung dalam volume tertentu

dengan menggunakan faktor konversi jumlah sel leukosit/l darah

dapat diperhitungkan.
d. Alat dan Bahan
Alat:
a) Mikropipet
b) Mikroskop
c) Kamar hitung
d) Deck glass
e) Pipet Hb
f) Tabung reaksi
g) Tourniquet
h) Spoit
Bahan:
a) Kapas alkohol 70 %
b) Darah vena
c) Larutan turk
e. Cara Kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dipipet 0,38 ml larutan turk ke dalam tabung reaksi dengan

menggunakan mikropipet.

17
3. Diisap darah sampai tanda 20 l dengan menggunakan pipet Hb.
4. Dimasukkan darah ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan turk,

kemudian bilas 2-3 kali.


5. Dihomogenkan dan diteteskan 1 tetes ke dalam KH, didiamkan

selama 2-3 menit.


6. Diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10X.
7. Dicatat dan laporkan hasilnya.
Perhitungan:

500 l+20 l 0,5 l+0,02 l


=
Faktor pengenceran : 20 l 0,02 l = 26X

1 1
Volume kamar hitung = p x l x t = 1 1 10 = 10 mm3

1
Jumlah kotak yang dihitung = 4 W x 10 = 2,5.

Jumlah sel yang dihitung pada 4 kotak = N sel.

Jumlah sel leukosit per mikroliter darah = 2,5 x 26 x N sel = 65 x N sel

Jadi faktor konversi untuk perhitungan leukosit = N x 65

Metode Pipet
a. Tujuan: Untuk mengetahui jumlah sel leukosit.
b. Landasan teori: Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh

jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan

berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.


c. Prinsip Kerja: Darah diencerkan dalam pipet thoma dengan larutan

yang bersifat asam lemah dan hipertonis kemudian dimasukkan ke

18
dalam kamar hitung dalam volume tertentu, dengan menggunakan

faktor konversi jumlah leukosit/l darah dapat diperhitungkan.


d. Alat dan bahan
Alat:
a) Mikroskop
b) Haemocytometer
c) Spoit
d) Tourniquet
Bahan:
a.Larutan turk
b. Kapas alkohol 70 %
c.Darah vena
d. Tisu
e. Cara kerja

Mengisi pipet thoma:

1. Dihisap darah sampai tanda tepat 0,5 menggunakan pipet thoma.


2. Dihapus kelebihan darah pada ujung luar pipet dengan tisu.
3. Dimasukkan ujung pipet kedalam larutan turk sambil menahan

darah pada garis tanda 0,5.


4. Dipegang pipet dengan sudut 45 dan hisap perlahan larutan turk

sampai garis tanda 11, hati-hati jangan sampai terjadi

gelembung/hawa.
5. Diangkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan jari tangan

kemudian lepaskan karet penghisap.


6. Dihomogenkan selama 15-30 detik, letakan dalam posisi

horizontal.

Mengisi kamar hitung:

1. Diletakan kamar hitung yang berisi dengan kaca penutup terpasang

mendatar diatas meja.


2. Dihomogenkan pipet yang telah terisi tadi, selama 1-2 menit,

jangan sampai ada cairan yang terbuang dari dalam pipet waktu

mengocok.
3. Dibuanglah cairan yang berada di batang pipet (2-3 tetes) dan

segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut kemiringan 30 pada

19
permukaan kamar hitung dengan cara menyinggung kaca penutup.

Biarkan kamar hitung terisi cairan perlahan-lahan dengan daya

kapilaritasnya.

Menghitung jumlah sel:

1. Dipakailah lensa objektif kecil (10X), turunkan kondensor atau

kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus datar letaknya.


2. Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakan dibawah lensa

objektif dan fokus mikroskop diarahkan pada garis-garis bagi,

dengan sendirinya leukosit akan terlihat.


3. Dihitung semua leukosit yang terdapat dalam ke empat bidang

besar pada sudut-sudut seluruh permukaan dibagi.


4. Dimulai menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan kemudian

turun ke bawah dan mulai dari kiri ke kanan. Cara ini dilakukan

semua pada ke empat bidang besar.


5. Kadang-kadang ada sel-sel yang letaknya menyinggung garis kiri

atau garis atas haruslah dihitung sebaliknya sel yang menyinggung

garis kanan atau bawah tidak dihitung atau sebaliknya tetapi harus

konsisten untuk seluruh empat bidang.

Perhitungan:

Pengenceran dalam pipet : 11-1 = 20X


0,5

1
Volume kamar hitung = p x l x t = x x /10 = 1/160 mm3 .

Jumlah kotak yang dihitung = 4 W x 16 kotak sedang = 64 kotak

Volume 64 kotak = 1x 64 = 2/5 mm3

Jumlah sel yang dihitung pada 64 kotak = N sel

Jumlah sel leukosit per mikroliter darah = 5/2 x 20 x N sel

20
= 100/2 x N sel.

Jadi faktor konversi untuk perhitungan leukosit = N x 50

Interprestasi hasil: 5.000-10.000/ mm3.

3. Pemeriksaan Trombosit

Metode Tabung
a. Tujuan: Untuk mengetahui jumlah trombosit.
b. Landasan teori: Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah

dan sukar dibedakan dengan kotoran kecil. Dan ditambah dengan

sifatnya yang cenderung melekat pada permukaan asing (bukan

endotel utuh) dan menggumpal-gumpal.


c. Prinsip Kerja: Darah diencerkan dengan penambahan reagen

Ammonium oksalat 1 % dalam tabung serologi, sel selain trombosit

akan dilisiskan sehingga mudah dihitung dibawah mikroskop.


d. Alat dan Bahan:

Alat:

a) Mikropipet
b) Mikroskop
c) Kamar hitung
d) Deck glass
e) Pipet Hb
f) Tabung reaksi
g) Tourniquet
h) Spoit
Bahan:
a) Ammonium oksalat 1 %
b) Kapas alcohol 70 %
c) Darah vena
d) Tisu
e. Cara Kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dipipet 4 ml larutan Ammonium oksalat 1 % ke dalam tabung

reaksi dengan menggunakan mikropipet.


3. Diisap darah sampai tanda 20 l dengan menggunakan pipet Hb.

21
4. Dimasukkan darah ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan

Ammonium oksalat 1 %, kemudian bilas 2-3 kali.


5. Dihomogenkan dan diteteskan 1 tetes ke dalam KH, diamkan

selama 2-3 menit.


6. Diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10X.
7. Dicatat dan laporkan hasilnya.
Perhitungan :
500 l+20 l 0,5 l+0,02 l
=
Faktor pengenceran : 20 l 0,02 l = 26X

1 1 1 1
Volume kamar hitung =pxlxt= 5 5 10 = 250

mm3
1
Jumlah kotak yang dihitung = 5 W x 250 = 50

Jumlah sel yang dihitung pada 5 kotak = N sel.


Jumlah sel leukosit per mikroliter darah = 50 x 26 x N sel
= 1.300 x N sel

Jadi factor konversi untuk perhitungan leukosit = N x 1.300

Interprestasi hasil: 150.000-450.000/ mm3.

Metode Pipet
a. Tujuan: Untuk mengetahui jumlah sel trombosit.
b. Landasan teori: Trombosit sukar dihitung dan dibedakan dari

kotoran. Dimana jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat

dipengaruhi oleh cara pemipetan dan perhitungannya.


c. Prinsip Kerja: Sampel darah diencerkan dalam pipet thoma dengan

larutan Ammonium oksalat 1 %, maka sel-sel selain trombosit akan

dilisiskan sehingga trombosit mudah dihitung dibawah mikroskop

pembesaran 10X.
d. Alat dan bahan

Alat:

22
Mikroskop
Haemocytometer
Spoit
Tourniquet
Bahan:
a) Amonium oksalat 1 %
b) Kapas alkohol 70 %
c) Darah Vena
d) Tisu
e. Cara kerja
Mengisi pipet thoma:
1. Dihisap darah sampai tanda tepat 0,5 menggunakan pipet thoma.
2. Dihapus kelebihan darah pada ujung luar pipet dengan tisu.
3. Dimasukkan ujung pipet ke dalam larutan Ammonium oksalat 1 %

sambil menahan darah pada garis tanda 0,5.


4. Dipegang pipet dengan sudut 45 dan hisap perlahan larutan turk

sampai garis tanda 11, hati-hati jangan sampai terjadi

gelembung/hawa.
5. Diangkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan jari tangan

kemudian lepaskan karet penghisap.


6. Dihomogenkan selama 15-30 detik, letakan dalam posisi

horizontal.

Mengisi kamar hitung:

1. Diletakan kamar hitung yang berisi dengan kaca penutup

terpasang mendatar diatas meja.


2. Dihomogenkan pipet yang telah terisi tadi, selama 1-2

menit, jangan sampai ada cairan yang terbuang dari dalam pipet

waktu mengocok.
3. Dibuanglah cairan yang berada di batang pipet (2-3 tetes)

dan segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut kemiringan 30

pada permukaan kamar hitung dengan cara menyinggung kaca

penutup. Biarkan kamar hitung terisi cairan perlahan-lahan dengan

daya kapilaritasnya .

23
Menghitung jumlah sel:

1. Dipakailah lensa objektif kecil (10X), turunkan kondensor atau

kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus datar letaknya.


2. Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakan dibawah lensa

objektif dan fokus mikroskop diarahkan pada garis-garis bagi,

dengan sendirinya trombosit akan terlihat.


3. Dihitung semua trombosit yang terdapat dalam ke empat bidang

besar pada sudut-sudut seluruh permukaan dibagi.


4. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan kemudian

turun ke bawah dan mulai dari kiri ke kanan. Cara ini dilakukan

semua pada ke empat bidang besar.


5. Kadang-kadang ada sel-sel yang letaknya menyinggung garis kiri

atau garis atas haruslah dihitung sebaliknya sel yang menyinggung

garis kanan atau bawah tidak dihitung atau sebaliknya tetapi harus

konsisten untuk seluruh empat bidang.

Perhitungan:

Pengenceran dalam pipet : 101-1 = 200X


0,5

1 1 1 1
Volume kamar hitung = p x l x t = 5 x 5 x 10 = 250

mm3

Jumlah kotak yang dihitung = 25 kotak

1 250
Volume 25 kotak = 250 x 25 = 25 = 10 mm3

Jumlah sel yang dihitung pada 25 kotak = N sel

Jumlah sel leukosit per mikroliter darah = 200 x 10 x N sel

= 2000 x N sel.

24
Jadi faktor konversi untuk perhitungan leukosit = N x 2000

C. Pemeriksaan Kimia Klinik


1. Pemeriksaan GDS (Gula Darah Sewaktu)
Metode Semi Automatic
a. Tujuan: Untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah pasien.
b. Landasan Teori: Gula darah sewaktu dapat dilakukan secara

acak dalam satu hari karena kadar glukosa darah bisa saja berubah

setiap waktu pada orang diabetes. Tes ini mengukur kadar gula darah

terlepas dari kapan terakhir makan.


c. Prinsip kerja: Darah kapiler dihisap oleh strip glukosa dan

akan dibaca oleh alat autocheck.


d. Alat dan Bahan

Alat :

a) Autoklik
b) Lanset
c) Autocheck
d) Strip gula

Bahan:

a) Darah kapiler
b) Kapas alkohol 70 %
e. Cara Kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Didesinfeksi ujung jari pasien dengan kapas alkohol 70 %, dan

ditusuk dengan autoklik.


3. Dipasang strip pada alat autocheck
4. Dihisap darah kapiler dan tunggu beberapa detik.
5. Dicatat dan laporkan hasilnya.

Interprestasi Hasil: 102-153 mg/dL.

2. Pemeriksaan Asam Urat (AU)


Metode Semi Automatic
a. Tujuan: Untuk mengetahui kadar asam urat dalam darah pasien.

25
b. Landasan Teori: Asam urat dioksidasi oleh enzim uricase membentuk

allaton, CO2 dan peroksida dengan bantuan enzim peroksida, peroksida

yang terbnetuk akan bereaksi dengan 4-Amino antipyrine dan 3,5

dicloro sulphonate membentuk semyawa yang berwarna merah muda.


c. Prinsip kerja: Darah kapiler dihisap oleh strip asam urat dan akan

dibaca oleh alat autocheck.


d. Alat dan Bahan

Alat:

a) Autoklik
b) Lanset
c) Autocheck
d) Strip gula

Bahan:

a) Darah kapiler
b) Kapas alkohol 70%

e. Cara Kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Didesinfeksi ujung jari pasien dengan kapas alkohol 70%, dan

ditusuk dengan autoklik.


3. Dipasang strip pada alat autocheck.
4. Dihisap darah kapiler dan tunggu beberapa detik.
5. Dicatat dan laporkan hasilnya.

Interprestasi Hasil: 4,5-8,3 mg/dL.

3. Pemeriksaan Kolesterol
Metode Semi Automatic
a. Tujuan: Untuk mengetahui kadar kolesterol dalam darah pasien.
b. Landasan Teori: Kolesterol terbentuk dari unit-unit asetil KoA

berkondensasi membentuk mevalonat yang akan diubah menjadi unit-

26
unit isopren 5-karbon dan mengalami fosforilasi dan berkondensasi

membentuk senyawa 30-karbon yaitu skualen dan akan mengalami

siklisasi membentuk lanosterol yang memiliki cincin-cincin inti

steroid, lanosterol akan mengalami modifikasi melalui serangkaian

reaksi untuk membentuk kolesterol.


c. Prinsip kerja: Darah kapiler dihisap oleh strip kolesterol dan akan

dibaca oleh alat autocheck.


d. Alat dan Bahan

Alat:

a) Autoklik
b) Lanset
c) Autocheck
d) Strip kolesterol

Bahan:

a) Darah kapiler
b) Kapas alkohol 70 %
e. Cara Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Didesinfeksi ujung jari pasien dengan kapas alkohol 70 %, dan

ditusuk dengan autoklik.


3. Dipasang strip pada alat autocheck
4. Dihisap darah kapiler dan tunggu beberapa detik.
5. Dicatat dan laporkan hasilnya.

Interprestasi Hasil: 108 162 mg/dL.

Gambar 1. Autocheck beserta strip

D. Pemeriksaan Imunologi Serologi

27
1. Pemeriksaan Golongan Darah
Metode Slide
a. Tujuan: Untuk mengetahui golongan darah pasien.
b. Landasan Teori: Golongan darah ditentukan dengan jumlah zat

(kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah.

Ada dua jenis penggolongan darah yaitu penggolongan ABO dan

Rhesus (faktor Rh).


c. Prinsip Kerja : Antigen pada sel darah merah akan teraglutinasi

ketika ditetes dengan antibodi yang cocok.


d. Alat dan Bahan

Alat:

a) Slide atau objek glass


b) Batang pengaduk

Bahan:

a) Anti A
b) Anti B
c) Anti D
d) Anti AB
e) Darah kapiler
e. Prosedur kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Anti sera A, B, AB dan D, diteteskan pada slide atau kartu

golongan darah yang bersih dan bebas lemak.


3. Anti sera tersebut ditambahkan masing-masing satu tetes darah

pasien.
4. Dicampurkan dengan menggunakan ujung pipet hingga homogen.
5. Digoyangkan dengan gerakan melingkar selama 2 menit.
6. Diperhatikan adanya aglutinasi.

Interpretasi Hasil:

Tabel 4. Nilai rujukan Pemeriksaan Golongan Darah


Anti-A Anti-B Anti-AB Golongan Darah
- - - O

+ - + A

28
- + + B

+ + + AB
Keterangan:

Negatif (-): Tidak terjadi aglutinasi.


Positif (+): Terjadi aglutinasi.
2. Pemeriksaan HIV
Metode Rapid Test
a. Tujuan: untuk mengetahui adanya antigen HIV dalam darah pasien.
b. Landasan Teori: HIV adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

HIV yang menyerang sel darah merah, penyakit yang disebabkan oleh

virus ini merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan belum

diketahui pasti obat untuk penyembuhannya. Penyakit ini tidak

memiliki gejala-gejala yang spesifik. Salah satu gejalanya demam dan

anemia.
c. Prinsip Kerja: Berdasarkan reaksi imunokromatografi yang

menimbulkan garis pada zona control dan tes jika terdapat HIV pada

sampel darah. Reaksi antigen dan antibodi menggunakan

imunokromatografi sandwich.

d. Alat dan Bahan

Alat:

a) Autoklik
b) Lanset steril
c) Strip HIV

Bahan:

a) Darah kapiler
b) Kapas alcohol 70 %
c) Reagen HIV
e. Cara kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

29
2. Ditusuk ujung jari pasien dengan menggunakan lanset steril lalu

teteskan 1 ul spesimen ke atas strip.


3. Ditambahkan 3 tetes reagen HIV kemudian didiamkan selama 10-

15 menit.
4. Dibaca reaksi yang terjadi dan laporkan hasil.

Interprestasi Hasil:

a. Positif : garis merah pada zona C dan T


b. Negatif : garis merah pada zona C
c. Invalid : garis merah pada zona T/tidak terdapat garis.

3. Pemeriksaan Sifilis
Metode Rapid Test
a. Tujuan : Untuk mengetahui adanya antigen sifilis dalam darah pasien.
b. Landasan Teori: Sifilis atau raja singa adalah infeksi yang disebabkan

oleh bakteri yang bernama Treponema pallidum. Sifilis adalah salah

satu infeksi menular seksual (IMS).


c. Prinsip: Berdasarkan reaksi imunokromatografi yang menimbulkan

garis pada zona control dan tes jika terdapat treponema pada sampel

darah.
d. Alat dan Bahan
Alat:
a) Autoklik
b) Lanset
c) Strip Sifilis
Bahan:
a) Kapas alkohol 70 %
b) Darah kapiler
c) Reagen Sifilis
e. Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

30
2. Ditusuk ujung jari pasien dengan menggunakan lanset steril lalu

teteskan 1 ul spesimen ke atas strip.


3. Ditambahkan 3 tetes reagen sifilis kemudian didiamkan selama 10

- 15 menit.
4. Dibaca reaksi yang terjadi dan laporkan hasil.
Interprestasi Hasil:
a. Positif: garis merah pada zona C dan T
b. Negatif: garis merah pada zona C
c. Invalid: garis merah pada zona T/tidak terdapat garis
4. Pemeriksaan Malaria
Metode Rapid Test
a. Tujuan: Untuk mengidentifikasi adanya antigen malaria dalam darah

pasien.
b. Landasan Teori: Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang

disebabkan oleh plasmodium yang menyerang sel darah merah.

Plasmodium sp pada manusia menyebabkan malaria dengan gejala

demam, anemia, dan spleomegali (pembengkakan spleen).


c. Prinsip Kerja: Berdasarkan reaksi kromatografi yang menimbulkan

garis pada zona control dan tes jika terdapat Plasmodium pada sampel

darah. Reaksi antigen dan antibodi menggunakan imunokromatografi.


d. Alat dan Bahan

Alat:

a) Autoklik
b) Lanset
c) Strip Malaria

Bahan:

a) Kapas alkohol 70 %
b) Darah kapiler
c) Reagen Malaria
e. Cara kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditusuk ujung jari pasien dengan menggunakan lanset steril lalu

teteskan 1 ul spesimen ke atas strip.

31
3. Ditambahkan 3 tetes reagen malaria kemudian didiamkan selama

10 - 15 menit.
4. Dibaca reaksi yang terjadi dan laporkan hasil.
Interprestasi Hasil:
a. Positif: garis merah pada zona C dan T
b. Negatif: garis merah pada zona C
c. Invalid: garis merah pada zona T/tidak terdapat garis.
5. Pemeriksaan Test Kehamilan
Metode Imunokromatografi
a. Tujuan: Untuk mendeteksi adanya human karionik gonadotropin

dalam urin dan juga mendeteksi adanya kehamilan.


b. Landasan Teori: Uji kehamilan yang paling sering ditemui adalah

dengan pemeriksaan urin. Kadar minimal HCG dalam urin untuk

menghasilkan hasil yang positif berkisar antara 20 100 mlU/mL.

Sampai 5 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir, kadar hCG

dalam urin kadang masih dibawah 20 mlU/mL.


c. Prinsip kerja: Pemeriksaan urin kualitatif atau plano test dilakukan

dengan mencelupkan batang strip ke dalam urin dan biasanya

membutuhkan waktu 1-2 menit untuk membaca hasilnya.


d. Alat dan Bahan

Alat:

a) Wadah/pot urin
b) Strip plano test

Bahan:

a) Sampel Urin
e. Cara kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Urin disiapkan dalam satu wadah.
3. Dicelupkan batang strip ke dalam wadah urin selama 10-15 detik.
4. Dikeluarkan kemuadian baca hasilnya setelah 3 detik.
5. Dicatat dan laporkan hasilnya.
Interprestasi Hasil:
a) Positif (+): Jika terlihat 2 garis merah pada garis strip
b) Negatif (-): Jika terlihat 1 garis merah pada garis strip
6. Pemeriksaan Widal
Metode Slide

32
a. Tujuan: Untuk mendeteksi adanya antibody salmonella dalam serum

pasien.

b. Landasan Teori: Widal merupakan prosedur uji serologi untuk

mendeteksi adanya bakteri Salmonella Enterica yang mengakibatkan

penyakit Thipoid. Pemeriksaan ini akan memperlihatkan reaksi

antibody Salmonella Enterica terhadap antigen O-somatik dan H-

flagelar dalam darah.

c. Prinsip Dasar: Adanya reaksi antara antigen pada reagen dengan

antibody yang terdapat pada serum pasien yang menyebabkan

terbentuknya reaksi aglutinasi.

d. Alat dan Bahan

Alat:

a) Tabung reaksi
b) Sentrifus
c) Mikropipet
d) Slide
e) Batang pengaduk
f) Tip.

Bahan:

a) Antigen O
b) Antigen H
c) Darah vena
e. Cara kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Disentrifus darah selama 3 menit dengan kecepatan 3000 Rpm

selama 5 - 10 menit.
3. Setelah disentrifus, diambil serum kemudian diteteskan 1 tetes

serum diatas slide.


4. Kemudian, ditambahkan satu tetes antigen O dan H.
5. Dicampur serum dan antigen menggunakan batang pengaduk.

33
6. Digoyangkan slide dengan cara memutar dari atas kebawah selama

2 menit atau sebanyak 60 kali.


7. Diamati adanya aglutinasi
8. Dibaca dan dicatat hasilnya.

Interpretasi Hasil

1. Negatif ( - ): Tidak terbentuk aglutinasi


2. Positif ( + ): Terjadi aglutinasi.
E. Pemeriksaan Urinalisa
1. Pemeriksaan Albumin
Metode Carik Celup
a. Tujuan : Untuk mengetahui kadar albumin yang terdapat dalam urin

pasien.
b. Landasan Teori: Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin.

Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk

penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler,

diabetes melitus, dan hipertensi.


c. Prinsip Kerja: Albumin yang berada di dalam urine akan bereaksi

dengan reagen yang dilapiskan pada strip tes. Perubahan warna pada

strip dibandingkan dengan skala rujukan pada label strip.


d. Alat dan Bahan
Alat:
a) Pot urin
b) Strip tes

Bahan:

a) Urin Sewaktu
b) Tisu
e. Cara Kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibasahi seluruh permukaan strip dengan sampel urin dan tarik

carik dengan segera, kelebihan urin diketukkan pada bagian bibir

wadah urin.

34
3. Kelebihan urin pada bagian belakang carik dihilangkan dengan

cara menyimpan strip tersebut pada tisu agar menyerap urin

dibagian tersebut.
4. Dipegang strip secara horizontal dan bandingkan dengan standar

warna yang terdapat pada label wadah strip.


5. Dibaca dan laporkan hasilnya.
2. Pemeriksaan Reduksi
Metode Carik Celup
a. Tujuan: Untuk mengetahui kadar glukosa yang terdapat dalam urin

pasien.
b. Landasan Teori: Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi

reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik), Fehling dan

Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.


c. Prinsip Kerja : Kadar glukosa yang berada di dalam urin akan

bereaksi dengan reagen yang dilapiskan pada strip tes. Perubahan

warna pada strip dibandingkan dengan skala rujukan pada label strip.
d. Alat dan Bahan
Alat:
a) Strip tes
b) Pot urin
Bahan:
a) Urin sewaktu
b) Tisu
e. Cara Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibasahi seluruh permukaan strip dengan sampel urin dan tarik

carik dengan segera, kelebihan urin diketukkan pada bagian bibir

wadah urin.
2. Kelebihan urin pada bagian belakang carik dihilangkan dengan

cara menyimpan strip tersebut pada tisu agar menyerap urin

dibagian tersebut.
3. Dipegang strip secara horizontal dan bandingkan dengan standar

warna yang terdapat pada label wadah strip.


4. Dibaca dan laporkan hasilnya.

35
Interprestasi Hasil :

Gambar 2. Nilai rujukan albumin dan reduksi

Pemeriksaan Bilirubin
Metode Semi Automatic
a. Tujuan : Untuk mengetahui kadar bilirubin dalam urin pasien.
b. Landasan Teori: Bilirubin yang dijumpai dalam urin adalah bilirubin
direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga

mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urin

apabila kadarnya dalam darah meningkat.


c. Prinsip Kerja: Warna area strip tes yang akan dicelupkan ke dalam

urin akan disinari oleh panjang gelombang tertentu, kemudian sinar

dipantulkan kembali dengan intensitas yang sebanding dengan warna

pada area test dan ditangkap oleh detektor sebagai remisi yang

kemudian dikonversikan dengan standar konsentrasi.


d. Alat dan Bahan

Alat:

1. Pot urin
2. Urinalyzer
3. Strip tes

Bahan:

a) Urin sewaktu
b) Tisu
e. Cara kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dinyalakan alat Urinalyzer dan kalibrasi alat tersebut.
3. Dicelupkan strip ke dalam pot urin kemudian hilangkan kelebihan

urin dibelakang strip dengan menyimpan strip tersebut pada tisu.

36
4. Diletakkan pada wadah strip dan tekan start. Biarkan selama

beberapa menit hingga alat memproses hasilnya.


5. Dicatat dan laporkan hasilnya.

Interprestasi Hasil :

Gambar 3. Nilai rujukan Bilirubin


Pemeriksaan Sedimen Urin
Metode Mikroskopik
a. Tujuan : Untuk melihat unsure-unsur yang terdapat dalam urin.
b. Landasan Teori: Urin mengandung elemen-elemen sisa hasil

metabolisme didalam tubuh, elemen tersebut ada yang secara normal

dikeluarkan secara bersama-sama urin tetapi ada pula yang dikeluarkan

pada keadaan tertentu.


c. Prinsip Kerja: Sejumlah volume urin dipisahkan dari supernatan dan

sedimen urin melalui proses sentrifus yang dilanjutkan dengan

pemeriksaan sedimen urin menggunakan mikroskop pembesaran 10X.


d. Alat dan bahan

Alat:

a) Sentrifus
b) Tabung reaksi
c) Mikroskop
d) Objek glass
Bahan:
a) Urin sewaktu
e. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dimasukkan sampel urin ke dalam tabung reaksi dan disentrifus

selama 5 menit dengan kecepatan 3000 Rpm (untuk mendapatkan

endapan).
3. Dibuang cairan supernatannya dengan satu gerakan cepat dan

luwes, sehingga cairan dan sedimen tersisa 0,5 1 ml.


4. Dihomogenkan endapannya dan diambil 1 tetes kemudian

diletakan di atas objek glass yang bersih.


5. Diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10X.

37
Interprestasi Hasil :
a. Leukosit : 4 5/Lpb
b. Eritrosit : 0 2/Lpk
c. Epitel : +/-
F. Pemeriksaan Mikrobiologi
1. Pemeriksaan BTA
Metode Ziel Nellsen
a. Tujuan: Untuk mengetahui adanya bakteri Mycobacterium

Tuberculosis di dalam sputum pasien dan menegakkan diagnosis TB

Paru dan pemberian OAT.


b. Landasan Teori: Pewarnaan BTA adalah pengecetan dengan Ziehl-

Nelseen yang tetap mengikat warna pertama, tidak luntur oleh asam

alkohol, sehingga tetap berwarna merah meskipun telah ditambahkan

zat warna kedua (Methylen blue).


c. Prinsip Kerja: Dinding bakteri tahan asam yang mempunyai lapisan

lilin dan lemak yang sukar ditembus cat. Dikarenakan pengaruh fenol

dan pemanasan maka lapisan tersebut, dapat ditembus cat carbol

fuchsin. Pada waktu pencucian dengan etanol asam, warna larutan

carbol fuchsin tidak lepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam

akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.


d. Alat dan bahan

Alat:

a) Objek glass
b) Rak pewarnaan
c) Pipet tetes
d) Obor kecil
e) Korek api
f) Batang pengaduk
g) Gegep kayu

Bahan:

a) Methylen blue 0,3%


b) Carbol fuchsin 0,3%
c) Etanol asam 3%
d) Sputum atau dahak

38
e) Air
f) Minyak emersi
e. Cara kerja

Pembuatan sediaan apus

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Ditulis nomor identitas pasien diatas label yang sudah

ditempelkan pada ujung kaca dengan menggunakan pulpen, lalu

fiksasi diatas api bunsen


3. Diambil bagian dari dahak menggunakan batang pipet.
4. Diratakan sediaan dengan ukuran 2 x 3 cm dengan bentuk oval

diatas objek glass.


5. Difiksasi diatas api bunsen sebanyak 3x, masing-masing selama 1

detik.
6. Diletakan sediaan diatas rak sediaan dan hindari sinar matahari

langsung.

Pewarnaan Sediaan Apus

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Diletakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas pada

rak pewarnaan yang ditempatkan diatas bak cuci atau wastafel.


3. Digenangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin 0,3%.
4. Dipanaskan sediaan tersebut dengan menggunakan obor sampai

menguap tidak sampai mendidih. Diulangi sebanyak 3 kali selama

10 menit.
5. Didiamkan selama 5 menit, kemudian bilas dengan air mengalir.
6. Dilunturkan sediaan dengan etanol asam 3% hingga zat warna

karbol fuchsin luntur.


7. Kemudian dibilas dengan air mengalir.
8. Digenangi sediaan dengan zat warna kontras yaitu Methylen blue

0,3%,.
9. Didiamkan selama 1 menit lalu bilas dengan air mengalir.
10. Sediaan dikeringkan pada rak pengering.
Pengamatan mikroskop

39
1. Diperiksa di bawah mikroskop dengan lensa objek diputar pada

pembesaran 100x dan minyak emersi diteteskan di atas sediaan.


2. Difokuskan dan disesuaikan dengan hati-hati sampai sel-sel terlihat

dibawah mikroskop.
3. Dicek dan dihitung jumlah BTA yang terlihat, minimal dalam 100

lapangan pandang.

Gambar 4. Hasil pemeriksaan bakteri tahan asam di mikroskop

Interpretasi hasil
a) Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : Negatif.
b) Ditemukan 1-9 BTA/100 lapangan pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan. Dengan ketentuan:


c) Ditemukan 10-99 BTA/100 lapangan pandang: positif (1+).
d) Ditemukan 1-10 BTA/1 lapangan pandang: positif (2+).
e) Ditemukan > 10 BTA/1 lapangan pandang: positif (3+).

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum yang kami lakukan selama 1 bulan di puskesmas batua,

kami banyak menemukan perbedaan baik secara metode yang digunakan maupun

bahan yang digunakan antara puskesmas dan kampus. Pada praktikum di kampus

yang diutamakan adalah ketepatan tetapi pada puskesmas yang diutamakan adalah

kecepatan dalam mengolah sampel dan juga ketepatan dalam memberikan hasil

kepada pasien.

Perbedaan Penanganan Sampel:

40
Pengambilan darah vena di kampus maupun di Puskesmas Batua

menggunakan metode yang sama yakni pengambilan darah vena menggunakan

spoit. Dimana pada Puskesmas Batua darah yang diperoleh, ditampung pada

tabung reaksi untuk diolah pada setiap jenis pemeriksaan yang diminta, sama

halnya yang dilakukan di kampus. Sedangkan untuk pengambilan darah kapiler,

metode yang digunakan di kampus maupun di puskesmas sama yakni

pengambilan darah kapiler menggunakan autoklik dan lanset steril.

Pengambilan spesimen urin di kampus maupun di Puskesmas Batua

menggunakan metode yang sama yakni pengambilan spesimen urine pancaran

tengah (midstream), dengan sampel urin sewaktu.

Pengambilan spesimen sputum di kampus maupun di Puskesmas Batua

menggunakan metode yang berbeda, yakni di kampus hanya digunakan metode

pengambilan sputum sewaktu sedangkan di puskesmas digunakan metode

pengambilan Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS).

Adapun perbedaan pemeriksaan yang dilakukan di kampus dan Puskesmas

Batua baik berupa metode maupun reagen yang digunakan, diantaranya adalah:

Pada pemeriksaan Hematologi yaitu pada pemeriksaan trombosit dan leukosit di

kampus maupun di Puskesmas Batua menggunakan metode yang sama yakni

metode manual (pipet dan tabung). Namun, pada pemeriksaan trombosit

menggunakan larutan yang berbeda yakni di kampus menggunakan larutan Rees

Ecker sedangkan di Puskesmas Batua menggunakan larutan Ammonium oksalat 1

%. Dan pada pemeriksaan haemoglobin (Hb) di kampus maupun di puskesmas

sama-sama menggunakan metode sahli.

41
Pada pemeriksaan Urinalisa yaitu pada pemeriksaan albumin (protein),

reduksi (glukosa), dan bilirubin menggunakan metode yang berbeda di kampus

maupun di puskesmas. Dimana, pada pemeriksaan albumin (protein) di kampus

menggunakan metode manual dengan menggunakan larutan asam asetat yang

dipanaskan bersama sampel urine untuk melihat adanya kekeruhan pada urine,

sedangkan di PKM menggunakan metode carik celup menggunakan strip untuk

melihat perubahan warnanya. Dan pada pemeriksaan reduksi di kampus

menggunakan larutan benedict yang di panaskan lalu di lihat perubahan warna

yang terjadi. Sedangkan di PKM menggunakan juga menggunakan metode carik

celup sama halnya dengan pemeriksaan albumin. Sedangkan untuk pemeriksaan

bilirubin, dikampus menggunakan metode Harrison sedangkan di PKM

menggunakan metode semi automatik.

Pada pemeriksaan Mikrobiologi yakni pemeriksaan BTA di kampus dan di

Puskesmas Batua menggunakan metode yang sama yakni metode Ziehl Neelsen.

Pada pemeriksaan Kimia Klinik yakni pemeriksaan GDS, asam urat dan

kolesterol belum di pelajari di kampus karena keterbatasan alat, dan kami

mempelajari pemeriksaan tersebut pada saat Praktek di puskesmas dengan

menggunakan metode semi automatik.

Pada pemeriksaan Imunologiserologi yakni pemeriksaan widal dan

golongan darah menggunakan metode yang sama yakni metode slide (aglutinasi).

Dan untuk pemeriksaan HIV, Sifilis, malaria dan tes kehamilan (Plano Test) juga

menggunakan metode yang sama yakni metode strip (rapid test). Dan pada

pemeriksaan Imunologiserologi belum di pelajari di kampus karena keterbatasan

42
alat dan bahan, kami mempelajari pemeriksaan tersebut pada saat Praktek di

puskesmas.

Syarat dan Jenis Sampel yang dibutuhkan:

1. Jenis Spesimen.

Spesimen yang hendak diambil hendaknya disesuaikan dengan jenis

pemeriksaan yang akan dilakukan. Spesimen yang dipergunakan dalam

pemeriksaan laboratorium, diantaranya yaitu: darah utuh (whole blood), plasma,

serum, urin (urin pagi hari, urin sewaktu, urin tampung 24 jam), tinja (feces),

dahak (sputum), cairan otak, cairan asites, cairan pleura, cairan sendi, nanah (pus),

usap (swab) luka, usap tenggorok, usap hidung, usap nasofaring, sumsum tulang,

dan sebagainya.

2. Volume Spesimen.

Volume spesimen harus mencukupi untuk tiap jenis pemeriksan. Form

permintaan untuk analisa laboratorium harus terdapat informasi yang jelas

mengenai sampel yang diperlukan, volume dan tabung. Tabung dengan ukuran

yang seragam (misal 4-5 mL) dengan volume pengisian yang berbeda harus

digunakan.

3. Kondisi Spesimen.

Spesimen harus layak untuk diperiksa, yaitu tidak mengalami kerusakan,

seperti tidak hemolisis, tidak beku atau mengandung bekuan (jika digunakan

untuk pemeriksaan hematologi), tidak berubah warna, segar/tidak kadaluwarsa

dan steril (terutama untuk pemeriksaan bakteriologi).

4. Antikoagulan.

43
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah

penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat

pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi

fibrin dalam proses pembekuan Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus

sesuai dengan jenis pemeriksaan. Penggunaannya juga harus benar, takarannya

harus sesuai.

5. Peralatan Sampling dan Wadah Spesimen.

Peralatan sampling dan wadah spesimen harus memenuhi syarat, yaitu :

bersih, kering, tidak mempengaruhi komposisi zat-zat atau material seluler yang

ada dalam spesimen, sekali pakai - buang (disposable).

6. Lokasi Pengambilan Spesimen.

Spesimen darah umumnya diaspirasi dari vena. Tetapi penting

diperhatikan, bahwa tempat aspirasi darah vena harus dipilih pada tempat yang

tidak dilalui jalur infus. Pengambilan spesimen darah pada lengan yang terdapat

selang infus dapat menyebabkan perubahan pada hasil pemeriksaan.

7. Aktivitas Pasien.

Aktivitas fisik pasien sesaat sebelum dilakukan sampling berpengaruh

terhadap hasil pemeriksaan. Pasien yang melakukan olahraga atau aktivitas fisik

yang berat dapat menyebabkan temuan positif palsu, ini terutama pada

pemeriksaan enzim. Aktifitas fisik dapat menyebabkan shift volume antara

kompartemen di dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan karena

berkeringat, dan perubahan kadar hormon. Akibatnya akan terjadi perbedaan besar

antara kadar glukosa darah di arteri dan vena, serta terjadi perubahan konsentrasi

44
gas darah, asam urat, kreatinin, creatin kinase, GOT, LDH, KED, hemoglobin,

hitung sel darah, dan produksi urin.

8. Waktu Pengambilan.

Waktu yang terbaik untuk pengambilan sampel adalah pagi hari karena

waktu ini adalah yang paling ideal, dimana umumnya nilai normal ditetapkan

pada keadaan basal.

9. Pencatatan dan Labelisasi.

Formulir permintaan harus mencantumkan informasi berikut: nama pasien,

usia, jenis kelamin, nama dokter, nomor identitas, diagnosis/keterangan klinis,

tanggal, waktu pengambilan, data khusus lainnya (misalnya informasi obat yang

telah diminum pasien) dan jenis pemeriksaan yang diminta. Selain itu wadah

spesimen harus diberi label yang berisi informasi, minimal nama pasien, nomor

identitas dan waktu pengambilan.

Reagen dapat berupa zat padat atau (bubuk kristal zat cair). Tempat

penyimpanan reagen pun harus selalu ditutup dengan baik (hermetis) supaya zat

kimia tidak terkontaminasi oleh kelembaban udara dan jamur yang dapat tumbuh.

Untuk mendapat hasil reagen yang baik, mutu bahan kimia harus dipilih dengan

cara membandingkan pentingnya ketelitian dalam menganalisa. Reagen harus

selalu disimpan pada suhu ruang atau suhu dingin (2-8 oc) dikarenakan larutan-

larutan ini mudah menguap atau teroksidasi pada suhu-suhu tertentu terutama

pada ruang yang terkena sinar matahari langsung.

Hal-hal khusus yang harus diperhatikan:

1. Reagen Buatan Sendiri

45
Harus diketahui sifat-sifat bahan kimia yang dibuat. Reagen tertentu tidak

boleh disimpan berdekatan atau dicampur karena dapat bereaksi. Penyimpanan

untuk reagen tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalnya:

a. Larutan berwarna disimpan dalam botol plastik berwarna coklat.

b. Larutan yang menyerap cahaya dan dapat mengalami reaksi fotokimia

disimpan dalam botol plastik putih.

c. Cairan dan larutan organik disimpan dalam botol kaca berwarna coklat.

d. Disimpan pada suhu ruangan atau suhu dingin (2-8oC) atau harus beku

disesuaikan dengan atau standarnya.

2. Reagen Jadi (Komersial)

Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalnya:

a. Tutuplah botol waktu penyimpanan.

b. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung.

c. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna gelap.

d. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang tidak berdekatan

satu dengan lainnya.

e. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai dengan label

tanda bahaya.

f. Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal kadaluarsa, tanggal

wadah reagen dibuka, jumlah reagen yang diambil dan jumlah reagen sisa

serta paraf tenaga pemeriksa yang menggunakan.

Sebaiknya spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke

laboratorium untuk diperiksa karena stabilitas spesimen dapat berubah dan

spesimen yang terlalu lama disimpan dapat menyebabkan terjadinya negatif palsu

46
dikarenakan kualitas sampel yang sudah menurun. Faktor-faktor yang

mempengaruhi stabilitas spesimen, antara lain: terjadinya kontaminasi oleh

kuman dan bahan kimia, terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen,

adanya penguapan, pengaruh suhu dan adanya paparan sinar matahari.

Pada pasien yang terlalu lama puasa, dianjurkan untuk membatalkan

puasanya terlebih dahulu agar pada saat pemeriksaan seperti pada pengambilan

darah vena tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti hemolisis, volume

darah yang kurang, dan pasien pingsan.

Spesimen yang dibawa ke laboratorium akan ditolak jika ditemukan

kondisi sampel yang tidak layak. Sampel yang buruk akan mempengaruhi hasil

pemeriksaan laboratorium dan menyebabkan hasil tes menjadi tidak valid.

Beberapa keadaan sampel yang menyebabkan tidak layak diperiksa, yaitu: sampel

dengan salah identifikasi, sampel dengan permintaan yang tidak tepat dan sampel

tanpa disertai formulir permintaan dan volume sampel yang tidak sesuai.

Ada beberapa alasan yang dapat menyebabkan sampel menjadi tidak layak

untuk diperiksa. Alasan yang paling sering menyebabkan ditolaknya sampel

pemeriksaan adalah sampel yang membeku untuk pemeriksaan hematologi dan

widal, volume sampel yang tidak mencukupi untuk tes widal dan urinalisis,

terjadinya hemolisis, ikterus dan lipemia pada serum atau plasma yang dapat

menyebabkan interferensi pada pemeriksaan laboratorium.

Apabila didapatkan hasil pemeriksaan yang equivocal (samar), harus

dilakukan pemeriksaan ulang dikarenakan bisa saja hasilnya positif palsu atau

negatif palsu, yang disebabkan oleh kesalahan alat, prosedur pemeriksaan,

47
kualitas sampel yang kurang, dan lain-lain. Sehingga dianjurkan untuk melakukan

pemeriksaan yang lebih spesifik untuk mengetahui hasil yang lebih akurat.

Sampah medis terdiri atas 2, yaitu sampah medis kering dan sampah medis

basah. Sampah medis kering meliputi; tisu, kasa dan kapas kering, perban

pembalut dan bahan yang berhubungan dengan pasien seperti jarum suntik dan

infus, lanset, cover glass, objek glass, spoit. Sedangkan untuk sampah medis

basah meliputi; sampah medis dengan kandungan air ( kapas basah, kasa basah),

masker, botol reagen dan handscoon. Dimana petugas ruangan memasukkan

sampah medis dari ruangan ke dalam kantong plastik (sampah kering kecuali

botol bekas obat dan infuse set), setelah 24 jam/pergantian shift atau sesudah

kantong plastik terisi sampah medis maksimal 2/3 bagian. Petugas kebersihan

mengambil sampah medis tersebut dan memilah sampah tersebut dalam sampah

kering dan basah. Petugas memilah lagi untuk sampah kering dengan

memisahkan infuse set tersendiri terpisah dari sampah kering yang lain. Petugas

kebersihan mengikat kantong dengan rapat dan mengangkut dengan trolly khusus

ke insenerator. Petugas kebersihan membakar sampah kering kecuali infus set di

insenerator.

Dari semua pemeriksaan terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan

ditemukanya hasil invalid, diantaranya; kesalahan pengamat, reagen yang sudah

tidak layak pakai, kualitas sampel yang kurang karena disimpan terlalu lama, alat

yang sudah rusak atau kurang steril dan lain-lain.

48
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

49
Praktek laboratorium klinik puskesmas merupakan salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan suatu pendidikan dalam program studi

D-III Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar.


Pemeriksaan laboratorim sangat penting dalam membantu diagnosa

dokter dan merupakan pemeriksaan penyaring terhadap suatu penyakit

tertentu.

B. Saran

Diharapkan hubungan kerja sama antara pihak Puskesmas Batua

dengan pihak kampus tetap terjalin dengan baik untuk tahun tahun

berikutnya.

Diharapkan adanya koordinasi yang lebih baik antara pihak kampus

dan pihak puskesmas dengan meningkatkan pengawasan terhadap

keadaan mahasiswa di lokasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Mohammad. 2007. Buku Panduan Praktek Kerja Lapangan. Nunukan.

Arianda, Dedy. 2012. Buku Saku Analis Kesehatan. Analis Muslim: Bekasi.

50
Depkes RI. 1992. Pedoman Pelayanan Kesehatan di Puskesmas. Dirjen

Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat: Jakarta.

Hasbi, Muhammad. 2012. Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan di

Puskesmas Harapan Baru. Stikes Wiyata Husada: Kaltim.

Puskesmas Batua. Profil kesehatan puskesmas. Makassar.

51
Lampiran 1

PROFIL PUSKESMAS BATUA

52
STAFF DAN PEGAWAI PUSKESMAS BATUA

Lampiran 2

ALAT-ALAT YANG ADA DI LABORATORIUM

53
PUSKESMAS BATUA

MIKROSKOP STERILISATOR

CENTRIFUGE URINALYZER

54
Lampiran 3

PENGAMBILAN SAMPEL DI LABORATORIUM

PUSKESMAS BATUA

Pengambilan darah vena Pengambilan darah kapiler

55
Sampling sputum Sampling urin

56
Lampiran 4

PEMERIKSAAN JUMLAH LEUKOSIT DAN TROMBOSIT

57
Lampiran 5

PEMERIKSAAN MALARIA, SIFILIS, DAN HIV.

Lampiran 6

58
PEMERIKSAAN ALBUMIN DAN REDUKSI

PEMERIKSAAN GDS, ASAM URAT DAN KOLESTEROL

Lampiran 7
PEMERIKSAAN WIDAL

59
60
Lampiran 8
PEMERIKSAAN BTA

61
Pembuatan preparat dahak

62
Pewarnaan Ziehl Neellsen

63
Pemeriksaan Sediaan BTA

Lampiran 9
FOTO BERSAMA PEMBIMBING Cl LAHAN

64
Lampiran 10

BIODATA MAHASISWA PRAKTEK


PUSKESMAS BATUA

NAMA : SULPIA

NIM : 15 3145 453 154

TTL : Rabu, 12 Oktober 1996

ALAMAT : Jl. Ujung Bori Lama

NAMA : PUSPA KALUKU

NIM : 15 3145 453 181

TTL : Gale-gale, 25 November 1993

ALAMAT : Jl. Antang raya

NAMA : Galuh Mega Martiningsih

NIM : 15 3145 453 093

TTL : Luwuk, 14 Maret 1997

ALAMAT : Jl. Paleo raya 2

NAMA : Syafril

NIM : 15 3145 453 037

TTL :

ALAMAT :

65
66

You might also like