You are on page 1of 45

PERBANDINGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK MENURUT INTENSITAS

AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR ANGKATAN 2016

Proposal Penelitian Untuk Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Oleh :
OPIALA
NIM : 013.06.0048

Kepada
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
BAB 1
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka yang

dihasilkan sebagai sebagai suatu pegeluaran tenaga (dinyatakan kilo-kalori ), yang

meliputi pekerjaan, waktu senggang dan aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik tersebut

memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan

memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan

kesehatan bila dilakukan secara teratur (Adisapoetra, 2005).

Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik menyebabkan tubuh kurang

menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh. Oleh karena itu, jika asupan

energi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai maka secara

berkelanjutan dapat mengakibatkan obesitas. Cara yang paling mudah dan umum

untuk meningkatkan pengeluaran energi adalah dengan melakukan latihan fisik atau

gerak badan.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kurangnya aktivitas fisik

adalah faktor risiko utama keempat kematian di seluruh dunia (WHO, 2014). Sekitar

3,2 juta orang meninggal setiap tahun karena masalah kurangnya aktivitas fisik.

Aktivitas fisik adalah sebuah faktor risiko kunci penyakit tidak menular, seperti

kardiovaskuler, kanker, dan diabetes. Bahkan kurangnya aktivitas fisik memberi beban

ekonomi yang besar bagi Cina, karena bertanggung jawab pada lebih dari 15% biaya

tahunan medis dan non-medis penyakit tidak menular karenanya (Zhang & Chaaban,

2013).
Begitu pula halnya di Indonesia. Aktivitas fisik masih menjadi masalah

kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa 1 dari 4

penduduk Indonesia melakukan perilaku sedenter lebih dari 6 jam per hari (Kemenkes

RI, 2013). Terdapat 26,1% proporsi penduduk Indonesia yang melakukan aktivitas fisik

kurang aktif, yaitu tidak melakukan aktivitas fisik sedang ataupun berat, dan penduduk

dari 22 provinsi di antaranya masih berada di atas rata-rata Indonesia.

Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah salah satunya. Meskipun telah menurun dari

42,7% proporsi penduduk yang melakukan aktivitas fisik kurang aktif pada Riskesdas

2007 (Kementerian Kesehatan RI, 2007), angka 34,0% proporsi penduduk pada

Riskesdas 2013 masih memposisikan NTB berada di atas rata-rata nasional dalam hal

kurangnya aktivitas fisik.

Adapun tekanan darah merupakan suatu ukuran daya yang mengarahkan

darah untuk mengalir melalui sirkulasi tubuh. Tekanan darah diperlukan

tubuh untuk membawa oksigen dan zat gizi lain ke jaringan tubuh. Tanpa

tekanan darah, energi dan nutrisi penting untuk jantung, otak, ginjal, dan

organ-organ lain tidak dapat terpenuhi (Townsend,2010).

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan

anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada

dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi

pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah

dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada

saat tidur malam hari. 3

Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah terhadap dinding

pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi perifer.
Curah jantung dipengaruhi oleh stroke volume dan denyut jantung. Salah satu faktor

yang juga dapat mempengaruhi tekanan darah dan denyut jantung adalah aktivitas saraf

simpatis dan parasimpatis (Guyton dan Hall, 2008).

Tekanan sistolik dan diastolik bervariasi untuk setiap individu. Namun, secara

umum ditetapkan, tekanan darah normal untuk orang dewasa 18 tahun adalah

<120/80, angka 120 disebut tekanan sistolik, dan angka 80 disebut tekanan diastolik.

Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Jika melebihi

nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah tinggi/hipertensi. Sebaliknya, jika

kurang dari nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah rendah/hipotensi

(Haryati, 2011).

Menurut American Heart Association (2013), ada beberapa hal yang dapat

meningkatkan tekanan darah, antara lain olahraga, konsumsi alkohol, stres, dan

merokok. Mahasiswa fakultas kedokteran memiliki tingkat stres yang lebih tinggi

dibandingkan rekan-rekan seusianya, yang disebabkan oleh beberapa hal seperti

keuangan, beban kerja, tekanan kademik, hubungan yang tidak memadai antara dosen

dan mahasiswa, masalah keluarga, dan rasa cemas atas masa depan (Saravanan dan

Wilks, 2014).

Peningkatan tekanan darah atau yang sering di kenal Hipertensi merupakan

salah satu masalah kesehatan utama di dunia dan masih menjadi tantangan terbesar di

Indonesia karena menjadi factor risiko primer terjadinya penyakit jantung koroner,

stroke, dan gagal jantung (Martiani dan Lelyana, 2012).

Menurut WHO, 1 dari 3 orang menderita hipertensi atau darah tinggi dan data

lainnya meneybutkan bahwa 1 dari 10 orang menderita hipertensi juga teserang

diabetes. Data statistik yang dikeluarkan WHO tahun 2012 juga menyebutkan dapat

memicu stroke yang menyebabkan kematian hingga 51% dan memicu jantung koroner
yang menyebabkan kematian hingga 45%

Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di

Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di

Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika

dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi

25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat

pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya

penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan

Papua yang terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui

kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga

kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang

minum obat sendiri.

Pravalensi hipertensi di NTB berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah

adalah 32,4% dan lebih tinggi dari angka nasional (26,7%), sementara berdasarkan

diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi prevalensinya adalah 6,7%.

Prevalensi tertinggi hipertensi menurut diagnosis dan riwayat pengobatan ditemukan di

Kabupaten Lombok Tengah sedangkan terendah di Kota Mataram. Menarik untuk

diperhatikan bahwa angka prevalensi hiperten si berdasarkan diagnosis atau minum

obat dengan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di setiap

Kabupaten/Kota di NTB, pada umumnya nampak perbedaan prevalensi yang cukup

besar. Perbedaan prevalensi paling besar ditemukan di Lombok Timur dan Lombok

Tengah.

Adapun tekanan darah seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang cukup dapat menurunkan tekanan

darah sistolik bagi individu pre-hipertensi maupun hipertensi (Padilla J, 2005). Bagi

seseorang yang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga tinggi dengan

frekuensi serta durasi yang teratur mempunyai perbedaan signifikan dalam penurunan

risiko penyakit kardiovaskular serta mempunyai tekanan darah yang lebih rendah (U.S.

Department of Health and Human Services, 2008).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik

merupakan komponen dalam pencegahan maupun terjadinya kelainan pada tekanan

darah. Mahasiswa kedokteran yang digunakan sebagai subjek dalam penelitian ini

sangat rentan pada intensitas aktivitas fisik yang kurang sehingga akan menjadi faktor

risiko terjadinya hipertensi. Gaya hidup sosial ekonomi menengah keatas serta aktivitas

sedentary pada jam kuliah bisa memicu terjadinya hipertensi yang berujung pada

penyakit metabolik maupun kardiovaskular lainnya apabila mahasiswa tersebut tidak

dapat mengimbangi aktivitas fisik yang cukup. Oleh karena itu diperlukan kajian untuk

dapat menganalisis perbandingan antara tekanan darah dengan intensitas aktivitas fisik

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar.

2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijabarkan maka dapat dirumuskan permasalahan.

Adakah perbandingan antara tekanan darah sistolik menurut intensitas aktivitas fisik

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar angkatan 2016 ?

3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan tekanan darah sistolik


menurut intensitas aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Al-Azhar Mataram angkatan 2016.

b. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan aktivitas fisik mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Islam Al-

Azhar Mataram angkatan 2016.

2. Mendeskripsikan tekanan darah mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Islam Al-

Azhar Mataram angkatan 2016.

3. Menganalisis perbandingan tekanan darah sistolik menurut intensitas aktivitas fisik pada

mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram angkatan 2016.

4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Kesehatan
1. Dengan diadakannya penelitian ini, dapat diperoleh tambahan informasi dan

masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa mengenai tekanan darah, khususnya

hubungan tekanan darah dengan aktivitas fisik


2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutmya dan sumbangan serta penyempurnaan

ilmu pengetahuan yang telah ada.

1.4.2 Bagi Masyarakat


Sebagai pengetahuan untuk membuka wawasan mengenai hubungan aktivitas

fisik dengan tekanan darah, sehingga masyarakat yang telah terdiagnosis hipertensi

lebih mengontrol aktivitas fisik.

1.4.3 Bagi Bidang Kesehatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi bidang kesehatan

untuk lebih meningkatkan pengawasan dan evaluasi terhadap masalah tekanan

darah tinggi.
1.4.4 Bagi Peneliti
Menjadi salah satu persyaratan penyelesaian tugas akhir program studi S1

Pendidikan Dokter Universitas Islam Al-Azhar Mataram. Dan menambah pengetahuan

mengenai keilmuan serta meningkatkan kemampuan dalam penulisan karya tulis ilmiah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1 Tekanan Darah
2.1.1 Anatomi Fisiologi Jantung dan Mekanisme Kerja Jantung
a. Struktur Organ Jantung

Jantung merupakan organ berongga yang memiliki empat ruangan yang


terletak di antara kedua paru-paru dibagian tengah rongga toraks dan 2/3 nya terletak
di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi oleh mediastinum. Ujung bawah
jantung yang mengerucut atau disebut dengan apeks mengarah ke panggul kiri.
Otot jantung sekilas mirip dengan otot rangka yang membedakan keduanya
adalah pada otot jantung terdapat diskus intercalaris yang merupakan taut khusus
yang tersusun melintang untuk merangkai miosit jantung ujung dengan ujung nya.
Pada diskus intercalaris terdapat: desmosome (penghubung secara mekanik) dan gap
junction (sinaps listrik). Selain itu jantung memiliki sinsitium yang merupakan
percabangan antara serat otot jantung satu dengan yang lain.
Sel-sel miosit pada jantung khususnya pada atrium berfungsi dalam
mensintesis dan mensekresi hormone peptida yang terlibat dalam pengaturan volum
darah dan komposisi elektrolit cairan ekstra sel.

Gambar 1. Diskus Interkalaris


Pericardium adalah lapisan yang membungkus jantung, yang berdinding
ganda dan dapat membesar dan mengecil. Pericardium ini menempel pada
diafragma, sternum dan pleura yang membungkus paru-paru. pericardium memiliki
dua lapisan yaitu, lapisan fibrosa dan lapisan serosa. lapisan fibrosa luar pada
pericardium tersusun dari serabut kolagen yang membentuk lapisan jaringan ikat
rapat untuk melindungi jantung. Lapisan serosa dalam terdiri dari dua lapisan, ada
lapisan visceral yang menutupi permukaan jantung dan lapisan parietal yang
melapisi bagian dalam lapisan fibrosa pericardium. Diantara dua lapisan pericardium
ini terdapat rongga pericardial yang mengandung cairan pericardial yang disekresi
oleh lapisan serosa sebagai pelumas untuk mengurangi friksi.
Endokardium melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup
pada kedua sisinya. Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat jaringan
ikat yang licin dan mengkilap.

Gambar 2. Pericardium, Myocardium dan Endokardium


Ruang jantung terdiri dari 4 ruangan, yaitu 2 ruang atrium di bagian atas
kanan dan kiri, yang dipisahkan oleh septum intratrial. Ventrikel kanan dan kiri
bawah dipisahkan oleh septum intraventrikular.
Atrium dinding nya relative tipis menerima darah dari vena yang dibawa
kembali ke jantung. terdapat Atrium kanan terletak di superior kanan jantung
menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru. vena cava superior dan
inferior membawa darah hasil metabolisme dari jaringan kembali ke jantung. Sinus
coronaries membawa kembali darah dri dinding jantung itu sendiri. 1Atrium kanan
terdapat Auricula dextra yang merupakan penonjolan kecil dari atrium, terletak pada
bagian depan pangkal aorta dan arteri pulmonalis. Pada sisi kiri atrium kanan
Atrium kiri terletak di bagian superior kiri jantung yang ukurannya lebih
kecil daripada atrium kanan. Tetapi dindingnya lebih tebal. Arteri kiri menampung
darah dari 4 vena pulmonalis yang membawa darah yang teroksigenasi dari paru-
paru.
Ventrikel berdinding lebih tebal mebawa darah keluar dari jantung melalui
pembuluh darah arteri. Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan jantung dan
apeks jantung darah meninggalkan ventrikel kanan melalui truncus pulmonary dan
mengalir ke paru-paru. Ventrikel kiri terletak di inferior kiri jantung dan apeks
jantung. Tebal dinding nya lebih tebal 3 kali daripada tebal ventrikel kanan. Darah
meninggalkan ventrikel kiri melalui pembuluh aorta dan mengalir keseluruh tubuh
kecuali ke paru-paru.
Trabecula carneae hubungan otot bundar atau tidak teratur yang menonjol
dari permukaan bagian dalam ventrikel ke rongga ventrikel. Otot papilaris
penonjolan trabecula carneae ke tempat perlekatan korda kolagen katup jantung
(chorda tendinae). Pita moderator (trabecula septomarginal) merupakan pita
lengkung otot pada ventrikel kanan yang memanjang kea rah transversal dari septum
interventrikular menuju otot papilaris anterior. Otot ini membantu dalam transmisi
penghantaran impuls untuk konstraksi jantung.

Gambar 3. Struktur Jantung


Katup Pulmonal setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari
dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang
menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan
paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis
yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan
menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari
ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
Katup Bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri
menuju ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat
kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup
ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan
mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri
relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.

Gambar 4. Bentuk Katup Jantung

b) Vaskularisasi Jantung
1) Vena Cava Superior dan Inferior

Vena ini menuangkan darahnya ke dalam atrium kanan. Lubang vena cava
superior dijaga oleh katup semilunar Eustakhius.
2) Arteri Pulmonalis

Membawa darah keluar dari ventrikel kanan.


3) Empat Vena Pulmonalis

Membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri.


4) Aorta

Membawa darah keluar dari ventrikel kiri.


5) Arteri Coronaria

Arteri coronaria kanan dan kiri menyuplai darah untuk dinding jantung. arteri
ini keluar dari katup aorta tepat di atas katup aorta dan berjalan ke bawah
masing-masing pada permukaan sisi kanan dan kiri jantung, memberikan
cabang ke otot untuk myocardium. Arteri ini menyuplai masing-masing sisi
jantung, tetapi memiliki variasi individual dan pada beberapa orang arteri
coronaria dextra menyuplai sebagian ventrikel kiri. Arteri ini memiliki relative
sedikit anastomosis antara arteria dextra dan sinistra.

Setiap kali jantung memompa darah dia akan mengalirkan darahnya


melalui arteri untuk disebarkan keseluruh tubuh. Arteri ini akan bercabang
menjadi arteri besar, sedang dan pembuluh arteri kecil yang disebut arteriol.
Kemudian arteriol bercabang lagi membentuk jaringan pembuluh mikroskopik
yang disebut kapiler. Dan kemudian terkumpul di dalam pembuluh-pembuluh
kecil yang disebut venula. Venula-venula ini selanjutnya akan bersatu
membentuk vena, setelah itu gabungan dari vena-vena ini akan membawa
darah kembali ke jantung.
Arteri merupakan pembuluh darah berdinding tebal dan membawa
darah yang teroksigenasi. Kecuali truncus pulmoner yang bercabang menjadi
dua arteri pulmoner yang membawa darah yang ter-deoksigenasi dari ventrikel
kanan ke paru-paru. semua arteri punya tiga lapisan.
Arteriol memiliki tiga struktur yang sama seperti arteri, tetapi tunika
intima dan medyana nya lebih tipis, sedangkan tunika adventisianya relative
lebih tebal disbanding tunika adventisia arteri. Pada arteriol juga terdapat lebih
banyak serbut otot dan lebih sedikit serabut elastin.

Gambar 5. Perbedaan arteri dan Vena

c. Mekanisme Kerja Jantung


1) Fungsi Jantung

Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang terpenting, yang


bertugas sebagai pompa darah dari dan ke jantung. Jantung memompa darah
melalui pembuluh darah arteri dan vena.
Curah jantung dapat mengukur kemampuan jantung dalam
menyalurkan substrat-substrat metabolik dan mengeluarkan sisa-sisa yang
tidak terpakai. Curah jantung akan sebanding dengan frekuensi denyut jantung
yang dikalikan dengan isi sekuncup (stroke volume).
Factor yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung adalah kondisi
kesehatan, aktivitas kerja, berat badan dan usia yang normalnya berkisar 70
kali/menit sekitar 5 liter per menit nya. Pada bayi, frekuensi denyut jantung
lebih besar daripada orang dewasa. Semakin tinggi frekuensi denyut jantung
berarti semakin banyak darah yang di pompa oleh jantung dengan kecepatan
aliran darah yang berbeda-beda. Jika jantung dalam keadaan berkontraksi
(mengempis) berarti tekanan di ruang jantung menjadi tinggi (sistol).
Sebaliknya, jika jantung dalam keadaan berelaksasi tekanan di ruang jantung
menjadi rendah (diastole). Untuk mengetahui berapa tekanan darah seseorang,
kita dapat mengukurnya dengan menggunakan sfignomanometer.
2) Siklus Jantung

Siklus jantung pertama kali dimulai dari relaksasi isovolumetrik


ventrikel, pengisian pasif ventrikel (pengisian cepat dan lambat), pengisian
ventrikel karena sistol atrium, kontraksi isovolumetrik ventrikel, ejeksi
ventrikel (cepat dan lambat).

Gambar 6. Siklus Jantung


1. Early Ventricular Diastole dan Late Ventricular Diastole

Early ventricular diastole adal relaksasi isovolumetrik ventrikel


semua katup tertutup baik katup atrioventrikular maupun katup aorta
dan pulmonal. Awal diastolic ventrikel tekanan di ventrikel lebih
rendah daripada tekanan di atrium. Tetapi tekanan di atrium lebih
rendah dari pada tekanan di vena cava dan vena pulmonalis. Di
karenakan perbedaan tekanan yang terjadi sehingga darah mengalir
secara pasif masuk ke atrium yang kemudian ke ventrikel. Masuknya
darah dari atrium ke ventrikel secara pasif adalah fase late ventrikel
diastole. Pengisian secara pasif ini awalnya kecepatan aliran darah ke
ventrikel cepat tetapi seiring mengembangnya ventrikel kecepatan
aliran darah ke ventrikel melambat.
2. Atrial Sistol

Atrium berkontraksi memeras lebih banyak darah ke ventrikel.


Hal itu dapat terjadi juga dikarenakan perbedaan tekanan antara atrium
yang lebih tinggi dibandingkan tekanan pada ventrikel. Setelah sistol
atrium akhir, tidak ada lagi darah yang dapat di tambahkan lagi ke
ventrikel sehingga disebut end diastolic volume (EDV).
3. Isovolumetrik Ventricular Contraction

Setelah fase pengisian berakhir, dan tekanan di ventrikel


meningkat membuat katup atrioventricular (AV) tertutup. Karena
semua katup tertutup maka tidak ada aliran darah yang keluar ataupun
masuk ke jantung. Periode ini dinamai isovolumetric ventricular
contraction (isovolumetrik artinya volum dan panjangnya konstan).
4. Ejeksi Ventrikel

Selain itu, Jika tekanan di ventrikel ini lebih besar daripada


tekanan di arteri pulmonal dan aorta, maka katup semilunar dapat
terbuka dan ventrikel pun dapat melakukan ejeksi atau pengosongan
ventrikel dengan kata lain ventrikel berkontraksi memeraskan darah
keluar dari jantung. Darah yang di pompa keluar dari masing-masing
ventrikel setiapkali kontraksi di sebut isi sekuncup (stroke volume).
pada saat ejeksi setiap ventrikel per denyut akan menyemprotkan atau
mengejeksikan darah keluar dari jantung sekitar 70-90 ml. sehingga
terdapat sekitar 50 ml darah yang tetap berada di ventrikel pada saat
sistolik-akhir ventrikel. Ejeksi ventrikel mula-mula berlangsung cepat
tetapi kemudian melambat seiring dengan kemajuan sistolik. Tekanan
intraventrikel meningkat sampai batas maksimum, kemudian sedikit
menurun sebelum sistolik ventrikel berakhir.
Gambar 7. Sirkulasi Sistemik dan Pulmonal pada Jantung
i. Sirkulasi Darah Pulmonal

Sirkulasi pulmonal adalah aliran darah dari jantung yaitu


ventrikel kanan melalui paru-paru masuk ke atrium kiri. Darah yang
dibawa oleh vena cava superior dan inferior masuk ke dalam atrium
kanan, dialirkan ke ventrikel kanan kemudian diteruskan ke katub
semilunar pulmonal yang terbuka dan aliran darah diteruskan ke
arteri pulmonal sampai di paru-paru darah yang mengandung CO2
dari jaringan-jaringan tubuh ini, akan dibuang melalui inspirasi,
selanjutnya darah yang mengandung O2 akan dibawa oleh vena
pulmonal dan di teruskan ke atrium kiri.
ii. Sirkulasi Darah Sistemik

Sirkulasi sitemik adalah aliran darah dari ventrikel kiri darah


melalui aorta ke arteri, arteriola dan kapiler darah kemudian di bawa
oleh vena untuk kembali ke jantung lagi. Setelah dari atrium kiri tadi,
darah akan masuk ke ventrikel kiri kemudian darah akan
didistribusikan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah aorta yang
kemudian bercabang-cabang menjadi arteri yang kemudian
mengantarkan darah ke seluruh tubuh. Selain itu, arteri juga
bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh darah yang lebih kecil
diameternya menjadi arteriola. Pembuluh darah memiliki otot yang
apabila berkontraksi membuat pembuluh darah menyempit, dan bila
berelaksasi membuat pembuluh darah melebar. Hal itu penting bagi
sirkulasi darah untuk menjaga tekanan darah dalam arteri. Setelah dari
arteriola darah di teruskan ke kapiler darah terjadilah pertukarn zat di
sana. Kemudian dari kapiler darah darah di teruskan ke venula, vena
cava inferior darah dari badan dan dari anggota gerak extremitas
bawah sedangkan vena cava superior darah dari kepala dan anggota
gerak extremitas atas. Setelah dari vena darah di kembalikan ke
jantung masuk ke atrium kanan.

3) Sistem Penghantaran Impuls pada Jantung

Gambar 8. Hantaran Impuls Jantung

1. Simpul SA (sino atrial)

Simpul SA ini merupakan suatu masa jaringan otot khusus yang


letaknya di posterior dari atrium kanan tepat berada di bawah
pembukaan dari vena cava superior. Simpul ini melepaskan impuls
sebanyak 72 kali permenit, frekuensi irama yang lebih cepat
dibandingkan dalam atrium (40 sampai 60 kali permenit) dan ventrikel
(20 kali permenit). Simpul SA ini dipengaruhi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis sistem saraf otonom yang akan mempercepat atau
memperlambat iramanya. Simpul SA ini juga sebagai PEACEMAKER
atau pemacu jantung.
2. Simpul AV (atrioventricular)

Dari simpul SA ke simpul AV jalur nya disebut dengan


Internodal pathways. Impuls yang di bawa menjalar disepanjang
serabut purkinye yang ada di atrium kemudian ke simpul AV yang
terletak di bawah dinding posterior atrium kanan. Di simpul AV terjadi
penundaan impuls seperatusan detik sampai ejeksi darah atrium benar-
benar selesai sebelum terjadinya kontraksi ventrikel.
3. Berkas HIS

Berkas HIS atau sering disebut dengan berkas AV merupakan


sekelompok besar serabut purkinye yang berasal dari simpul AV dan
membawa impuls di sepanjang septum interventrikular menuju ke
ventrikel. Berkas HIS ini bercabang menjadi berkas HIS kanan dan
kiri. Berkas HIS kanan, akan memanjang di sisi dalam ventrikel kanan.
Serabut HIS nya akan bercabang-cabang menjadi serabut purkinye
kecil yang menyatu dalam serabut otot jantung kanan untuk
memperpanjang impuls agar menyebar merata keseluruh ventrikel.
Berkas HIS kiri, sama halnya dengan berkas HIS kanan berkas HIS kiri
juga memanjang di dalam ventrikel kiri dan bercabang ke dalam otot
jantung kiri.
4. Serabut Purkinye

Serabut purkinye merupakan serabut otot jantung khususyang


dapat menghantarkan impuls lima kali lebih cepat dari hantaran impuls
yang di lakukan oleh serabut otot jantung. Hantaran yang cepat di
sepanjang sistem purkinye memungkinkan atrium berkontraksi
bersamaan. Kemudian diikuti oleh kontraksi ventricular yang
serempak. Sehingga kerja jantung pun menjadi terkordinasi dengan
baik.

4) Enzim Cardiovaskular

Apabila sel otot jantung mengalami kerusakan atau sel tersebut mati
selama infark miokard, maka sel jantung akan melepaskan kandungan
intraselulernya seperti protein dan enzim yang hanya ada di jantung dan dapat
diukur di dalam darah. Enzim-enzim ini digunakan sebagai suatu indikasi
adanya kerusakan atau kematian sel miokard. Ketika terjadi cedera pada sel
miokard, dilepaskanlah berbagai macam protein seperti moiglobin protein
yang ada di otot skelet dan otot jantung, selain itu ada juga protein kontraktil
jantung-spesifik dan protein troponin T, I dan C. untuk serum T dan I biasa
digunakan untuk mendeteksi dini infark miokard. Karena dengan jumlah yang
sedikit sekalipun dan dalam waktu yang singkat, serum T dan I ini dapat
menduga terjadinya infark miokard. Sedangkan enzim-enzim yang dilepaskan
oleh sel miokard yang mati antara lain :

1. Enzim CPK/CK

Enzim CPK (creatin phospo kinase) sekarang di sebut CK


merupakan suatu senyawa protein yang terphosporisasi dan menjadi
katalisator penghantar pospat ke ADP (Energi). Kadarnya di otot
jantung dan di otot rangkan banyak, sedangkan di otak kandungan
enzim CPK ini hanya sedikit. Kadar enzim ini dapat meningkat seperti
pada saat terjadi kerusakan pada suatu jaringan. Missal: setelah infrak
jantung, polimiositis, distropia muskularis duschene, dalam hal ini
peningkatan kadar enzim CPK /CK ini dapat meningkat 5 kali lebih
banyak dari batas normal, merupakan peningkatan yang berat.
Sedangkan peningkatan enzim CPK/CK yang sedang dapat terjadi
setelah kita melakukan suatu aktivitas yang bera, trauma, tindakan
bedah, injeksi, infark micard atau iskemik berat dan lain-lain.
2. Enzim CKMB

Enzim CKMB adalah enzim creatin kinase yang di beri label M


dan B. Terdapat di otot, miokardium dan otak oleh karena itu label M
untuk muskulus , sedangkan label B untuk Brain. Ada 3 jenis enzim
CKMB antara lain :
1. CPK 1 (BB) terdapat di otak
2. CPK 2 (MB) terdapat di miocard bersama dengan
CPK 3 (MM)
3. CPK 3 (MM)

Peningkatan enzim CKMB pada serum menjadi idikator yang


dapat digunakan dan diyakini sebagai adanya kerusakan pada jaringan
jantung.
3. Enzim LDH
Enzim LDH ( lactid acid dehydrogenase) merupakan enzim
tetramik yang keempat subunit nya dinamai dengan H dan M. Enzim
ini adalah enzim yang melepas hydrogen dari suatu zat dan katalisator
proses konversi laktat menjadi piruvat. Subunit H dalam dimaksudkan
untu Jantung, sedangkan M untuk otot. Subunit H dan M akan disandi
oleh gen-gen tersendiri yang ekspresinya diatur secara diferensial di
berbagai jarngan.
4. Troponin

Merupakan komplek protein otot globuler dari pita I yang


menghambat kontraksi dengan memblokade interkasi aktin dan
myosin. Apabilabersenyawa dengan Ca++ ,akan mengubah posisi
molekul tropomiosin hingga terjadi interaksi aktin-miosin.
Protein regulator ini terletak didalam apparatus kontraktil
myosin, dan mengandung 3 sub unit dengan tanda T, I, C. Nilai
Normal : < 0.16 mikrogram/L. Kondisi-kondisi yang dapat
meningkatkan Troponin : Peningkatan troponin menjadi petanda
positifcedera sel miokardium dan potensi terjadi angina.

d. Pengaturan Kerja Jantung


1) Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat mempengaruhi kerja jantung melalui saraf simpatis


dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis yang bersifat fight or flight akan
meningkatkan tekanan darah. Sistem saraf simpatis akan merangsang medulla
adrenal untuk mengeluarkan norepineprin dan epineprin. Norepineprin dan
epineprin yang keluar dari ujung saraf simpatis akan berikatan dengan reseptor
untuk menimbulkan vasokontriksi dan berikatan dengan 2 untuk
menimbulkan vasodilatasi pada pembuluh darah yang memperdarahi otot
rangka. Norepinefrin dan epinefrin juga berikatan dengan 1 untuk
meningkatkan kecepatan denyut jantung.
Stimulasi Sistem saraf parasimpatis menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah.saraf ini mengeluarkan asetylcolin yang memperlambat
kecepatan depolarisasi nodus SA sehingga menimbulkan penurunan frekuensi
denyut jantung. Contohnya adalah nervus vagus (saraf cranial yang ke -10)
memperlambat frekuensi jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi melalui
hantaran impuls ke nodus sino atrial. Saraf simpatis dan parasimpatis pada
jantung mempengaruhi 3 hal yaitu : kronotopik mempengaruhi frekuensi
denyut jantung ; Inotropik mempengaruhi kekuatan dari kontraktilitas otot
jantung ; Dromotopik mempengaruhi kecepatan hantaran impuls pada jantung.

2) Reflex Kardiovaskular
a) Reflex Baroreseptor

Merupakan suatu reflex yang mengontrol tekanan darah dan regulasi


pada denyut jantung. Baroreseptor atau mekanoreseptor ini sangan sensitive
terhadap perubahan tekanan arteri dan regangan arteri. Baroreseptor ini
terletak di arcus aorta dan sinus carotis.
Ketika tekanan darah arteri meningkat dan meregang, reseptor ini akan
dengan cepat mengirim impulsnya ke pusat vasomotor untuk menghambat
pusat vasomotor menyebabkan vasdilatasi pada arteri dan vena dan
menurunkan tekanan darah. Dilatasi pada arteri menyebabkan tahanan perifer
menurun, sedangkan dilatasi pada vena menyebabkan darah menumpuk pada
vena sehingga menghambat aliran darah balik ke jantung dan mengurangi
curah jantung.
Impuls baroreseptor yang sampai ke jantung akan merangsang sistem
saraf simpatis dan parasimpatis tergantung dari perubahan tekanan yang
terjadi. Jika tekanan darah arteri menurun, akan menyebabkan vasokontriksi
dan meningkatkan curah jantung sehingga tekanan darah pun meningkat.

b) Reflex Kemoreseptor

Reflex kemoreseptor ini dipengaruhi oleh perubahan tekanan parsial


oksigen dalam arteri, perubahan tekanan parsial karbondioksida dalam arteri ,
dan dipengaruhi oleh perubahan ion hydrogen (pH).
Apabila dalam suatu kondisi tekanan pksigen atau PH darah turun
kadarnya dalam arteri, atau kadar karbondioksida meningkat, maka reseptor
kemoreseptor yang ada di aorta dan pembuluh-pembuluh darah besar yang ada
di leher akan mengirimkan impuls nya ke pusat vasomotor dan menyebabkan
vasokonstriksi. Respon jantung terhadap stimulasi kemoreseptor ada dua :
i. Mekanisme Reflex Primer

Bradikardi merupakan reflex primer. Bradikardi ini terjadi untuk


merespon penurunan tekanan oksigen, penurunan PH dan peningkatan tekanan
karbondioksida di dalam arteri.

ii. Mekanisme Reflex Sekunder

Reflex sekunder ini selanjut nya akan menyampaikan impulsnya


ke pusat vasomotor, sehingga meningkatkan kerja pernapasan, yang secara
bersamaan denyut jantung pun juga ikut meningkat.

Gambar 9. Sinus Carotikus dan Arcus Aorta

2.1.2 Pengertian tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.Tekanan diastolik
adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai
dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.Rata-rata tekanan darah normal
biasanya 120/80. Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di
dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam
proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk
menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan
ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan darah
diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).

Tekanan darah adalah pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator dalam


menilai fungsi kardiovaskuler.tekanan maksimum pada dinding arteria yang terjadi
ketika bilik kiri jantung menymprotkan darah klep aortik yang terbuka kedalam aorta
disebut sebagai tekanan sistolik. Tekanan darah adalah tekanan yang di timbulkan oleh
dinding arteri.Tekanan puncak terjadi saat pentrikel berkontraksi yang di sebut tekanan
sistol.

Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung


beristirahat.Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik
terhadap diastolik dengan nilai dewasa normalnya berkisar 100/60 140/90 mmHg.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg.

Tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ


jantung dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang
kuat.Sementara itu Palmer (2007) menyatakan tekanan darah di ukur dalam satuan
milimeter ari raksa (mmHg).

Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan darah yang mendesak suatu unit
area dinding pembuluh darah, dan ini biasanya diukur pada arteri.Karena jantung secara
ritmik berkontraksi dan relaksasi, maka hasil aliran darah secara ritmik juga mengalir
ke dalam arteri, menyebabkan tekanan darah naik turun pada setiap denyutan.Jantung
merupakan sebuah organ yang sangat vital bagi tubuh makhluk hidup dan merupakan
sebuah organ yang terdiri dari otot-otot jantung.Jantung mempunyai bentung seperti
jantung pisang.Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama
peredaran darah. Siklus hjantung terdiri dari 2 gerakan, yaitu Konstriksi (systole)
selama 0,3 detik dan Pengendoran (diastole) selama 0,5 detik.

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.

Peningkatan atau penurunan tekanan darah


akan mempengaruhi homeostatsis di dalam
tubuh. Saat sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada
sistem transport oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Fungsi
organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti gangguan pada proses
pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan
lainnya. Sehingga mekanisme pengendalian tekanan darah penting dalam rangka
memeliharanya sesuai dengan batas-batas normalnya, yang dapat mempertahankan
sistem sirkulasi dalam tubuh.

Menurut Budiyanto, tekanan darah sistolik (atas) adalah puncak yang tercapai
ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan
darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama (Korotkoff I) pada alat pengukur
darah. Tekanan darah diastolik (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ketitik
terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. Tekanan darah diastolik
dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff V).

2.1.3 Cara pengukuran tekanan darah

Tekanan darah seseorang dapat diukur menggunakan alat yang dinamakan


tensimeter air raksa (Sphygmomanometer air raksa). Alat tensimeter ini terdiri dari
beberapa komponen utama, yaitu :
1 Manset (Cuff) dari karet, yang dibungkus kain.
2 Manometer air raksa berskala 0 mmHg 300 mmHg.
3 Pompa karet.
4 Pipa karet atau selang.
5 Ventil bundar.
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan memasang manset pada lengan
atas, kira-kira 4 cm di atas lipatan siku. Jari tangan diletakkan di lipatan siku unuk
meraba denyut pembuluh nadi, pompa karet ditekan dengan tangan kanan agar udara
masuk ke dalam, sampai denyut pembuluh tidak teraba lagi. Kemudian, stetoskop
dipasang dilipatan siku sambil ventil putar dibuka sedikit secara perlahan untuk
menurunkan tekanan udara dalam manset. Perhatikan turunnya air raksa pada silinder
petunjuk tekanan manometer (yang menunjukkan tekanan dalam manset), telinga
mendengarkan bunyi denyut nadi dengan bantuan stetoskop. Ketika tekanan udara
dalam manset naik sampai nilai tekanan lebih dari tekanan rendah, maka suara denyut
pembuluh nadi menghilang.

2.1.3.1 Klasifikasi tekanan darah

Berikut adalah klasifikasi tekanan darah kategori usia 18 tahun keatas


menurut American Heart Asscociation :
Tabel 4. Klasifikasi tekanan darah

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80


Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage I 140-159 90-99
Hipertensi Stage II 160-179 100-109
Hipertensi Kritis >180 >110

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi tekanan darah

Tinggi rendahnya tekanan darah dapat dipengaruhi berbagai faktor endogen


maupun eksogen. Berikut faktor yang mempengaruhi tingginya tekanan darah
diantaranya :

1 Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik yang cukup dapat menurunkan tekanan darah sistolik
bagi individu pre-hipertensi maupun hipertensi. Bagi seseorang yang
melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga tinggi dengan
frekuensi serta durasi yang teratur mempunyai perbedaan signifikan dalam
penurunan risiko penyakit kardiovaskular serta mempunyai tekanan darah
yang lebih rendah.
2 Asupan Gizi
Komponen zat gizi yang dikonsumsi dapat mempengaruhi tekanan
darah. Berdasarkan studi dari the Dietary Approaches to Stop Hypertension
(DASH), pasien yang mengkonsumsi diet rendah lemak jenuh dan tinggi
karbohidrat terbukti mengalami penurunan tekanan darah yang berarti
walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Penelitian juga menunjukkan
bahwa asupan sodium dan kaffein yang berlebih dapat meningkatkan tekanan
darah. Sedangkan asupan zat gizi seperti asam lemak tak jenuh pada minyak
ikan, isoflavon pada kedelai, serat pada sayuran, serta komponen mineral
seperti magnesium, potassium, dan kalsium dapat menurunkan tekanan
darah.

3 Usia
Usia juga mempengaruhi tekanan darah seseorang, semakin
bertambahnya usia maka tekanan darah pun akan semakin meningkat. Namun
usia yang semakin tua pun tekanan darah dapat dikendalikan dengan tetap
menjaga pola asupan makan, rajin berolahraga dan melakukan pemeriksaan
rutin tekanan darah.

4 Genetik

Faktor keturunan memainkan peranan penting dari timbulnya suatu


penyakit yang dibawa oleh gen keluarga. Bila salah satu anggota keluarga atau
orang tua memiliki tekanan darah tinggi, maka anak pun memiliki risiko yang
sama dan bahkan risiko tersebut lebih besar dibanding yang diturunkan oleh
gen orang tua.

5 Status Kesehatan
Perubahan tekanan darah dapat disebabkan oleh gangguan pada organ
oleh karena penyakit tertentu. Penyakit pada ginjal merupakan yang paling
sering ditemukan karena berhubungan langsung dengan sistim renin-
angiotensin sebagai faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Beberapa
gangguan endokrin seperti Cushing's syndrome, hyperthyroidism,
hypothyroidism, acromegaly, Conn's syndrome dan hyperaldosteronism juga
dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
6 Psikologis
Stress dapat memicu suatu hormon dalam tubuh yang mengendalikan
pikiran seseorang. Jika mengalami stress hal tersebut dapat mengakibatkan
tekanan darah semakin tinggi dan meningkat, tak hanya itu mampu
mempengaruhi mood atau perasaan seseorang terhadap suatu emosi jiwa.

2.2 Aktifitas Fisik


2.2.1 Definisi aktivitas fisik

Terdapat beberapa pengertian yang menjelaskan mengenai definisi aktivitas


fisik. Menurut WHO aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.Istilah "aktivitas
fisik" tidak boleh rancu dengan "latihan" atau exercise. Latihan, merupakan
subkategori dari aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, berulang-ulang, dan
mempunyai tujuan tertentu, yang bertujuan untuk perbaikan atau pemeliharaan satu
atau lebih komponen kebugaran fisik merupakan tujuan utamanya. Aktivitas fisik
termasuk diantaranya adalah olahraga serta kegiatan lain yang melibatkan gerakan
tubuh dan dilakukan sebagai bagian dari bermain, bekerja, transportasi aktif, tugas-
tugas rumah serta aktivitas rekreasi. Aktivitas fisik rendah atau inaktif telah
diidentifikasi sebagai faktor risiko terkemuka keempat untuk kematian global yang
menyebabkan sekitar 3,2 juta kematian secara global.

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka yang
dihasilkan sebagai sebagai suatu pegeluaran tenaga (dinyatakan kilo-kalori ), yang
meliputi pekerjaan, waktu senggang dan aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik tersebut
memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan
memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan
kesehatan bila dilakukan secara teratur (Adisapoetra, 2005).

Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik menyebabkan tubuh kurang


menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh. Oleh karena itu, jika asupan
energi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai maka secara
berkelanjutan dapat mengakibatkan obesitas. Cara yang paling mudah dan umum
untuk meningkatkan pengeluaran energi adalah dengan melakukan latihan fisik atau
gerak badan.

Berdasarkan data Riskesdas (2007) kurang aktivitas fisik paling tinggi


berdasarkan umur terdapat pada kelompok 75 tahun ke atas (76,0%) dan umur 10- 14
tahun (66,9%). Berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan semakin
tinggi prevalensi kurang aktivitas fisik. Prevalensi kurang aktivitas fisik pada
penduduk perkotaan (57,6%) lebih tinggi dibanding penduduk pedesaan (42,4%).

Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan anak usia sekolah adalah dengan
rutin berolahraga sehingga pengeluaran energi dapat seimbang. Selain itu dapat pula
meningkatkan aktivitas fisiknya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakuliler di
sekolah maupun di luar sekolah.

Aktivitas fisik merupakan variabel untuk pengeluaran energi, oleh karena itu
aktivitas fisik dijadikan salah satu perilaku untuk penurunan berat badan. Berdasarkan
beberapa penelitian mengungkapkan apabila beraktivitas fisik dengan intensitas yang
cukup selama 60 menit dapat menurunkan berat badan dan mencegah untuk
peningkatan berat badan kembali.

2.2.2 Manfaat Aktivitas Fisik

Cara yang paling sederhana untuk meningkatkan kekebalan tubuh adalah


dengan melakukan latihan fisik/ olahraga serta istirahat dan tidur yang cukup. Latihan
fisik ringan sekalipun, seperti aerobik selama 30 menit, mampu mengaktifkan kerja sel
darah putih, yang merupakan komponen utama kekebalan tubuh pada sirkulasi darah.
Idealnya melakukan latihan aerobik selama 30 menit (Yuliarto, 2012).
Menurut Kristanti (2002) pengaruh aktifitas fisik dapat seketika yang disebut
respon akut dan pengaruh jangka panjang akibat latihan yang teratur dan terprogram
yang disebut adaptasi. Termasuk respon akut adalah bertambahnya frekwensi denyut
jantung, peningkatan frekwensi pernapasan, peningkatan tekanan darah dan
peningkatan suhu badan. Termasuk adaptasi antara lain peningkatan massa otot,
bertambahnya massa tulang, bertambahnya sistem pertahanan atioksidan serta
penurunan frekuensi denyut jantung istirahat. Aktifitas fisik terjadi pada berbagai
domain/tempat misalnya di tempat kerja, pada saat bepergian, di tempat tempat
khusus olahraga, dan pada waktu senggang mapun rekreasi.

2.2.3 Olahraga

Olahraga merupakan salah suatu aktifitas fisik yang teratur dan terstruktur
untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan
kebugaran. Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan imunitas dan
serta kemampuan fungsional tubuh. Latihan fisik dapat berupa latihan yang bersifat
aerobik maupun anaerobik. Latihan aerobik adalah latihan yang memerlukan oksigen
untuk pembentukan energinya yang dilakukan secara terus menerus, ritmis, dengan
melibatkan kelompok otot otot besarterutama otot tungkai pada intensitas latihan 60-
90% dari Maximal Heart Rate (MHR) dan 50 85 % dari prnggunaan maksimal
oksigen selama 20 50 menit dengan frekuensi latihan tiga kali perminggu
(Kusmaningtyas, 2011).
Menurut Irawan (2007) di dalam berbagai jenis olahraga baik olahraga dengan
gerakan-gerakan yang bersifat konstan seperti jogging, marathon dan bersepeda atau
juga pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan yang explosif seperti menendang
bola atau gerakan smash dalam olahraga tenis atau bulutangkis, jaringan otot hanya
akan memperoleh energi dari pemecahan molekul adenosetriphospate atau yang biasa
di singkat sebagai ATP. Melalui simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh yaitu
simpanan phosphocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP ini akan
dihasilkan melalui metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia
yang kompleks. Penggunaan simpanan-simpanan energi tersebut beserta jalur
metabolisme energi yangakan digunakan untuk menghasilkan molekul ATP ini juga
akan bergantung terhadap jenis aktivitas serta intensitas yang dilakukan saat
berolahraga. Perkataan olahraga mengandung arti akan adanya sesuatu yang
berhubungan dengan peristiwa mengolah yaitu mengolah raga atau mengolah jasmani.
Selaras dengan hal itu mengatakan bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga yang
teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan
kemampuan fungsionalnya (Giri, 2005).

Olahraga aerobik
Aktivitas olahraga berdasarkan sifat konsumsi oksigen dibagi menjadi dua
macam yaitu aktivitas olahraga aerobik dan aktivitas olahraga anaerobik. Aktivitas
olahraga aerobik merupakan aktivitas olahraga yang dalam kegiatannya memerlukan
oksigen, sedangkan aktivitas olahraga anaerobik memerlukan aktivitas fisik yang dalam
kegiatannya tidak memerlukan oksigen (Olivia, 2003). Aktivitas olahraga aerobik
merupakan jenis olahraga yang dapat meningkatkan kesehatan jantung dan paru.
Aktivitas olahraga aerobik dapat memberikan hasil yang maksimal jika dilakukan
secara rutin dan efektif sehingga mencapai tujuan tidak menimbulkan cedera (Purba,
2003). Olahraga aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus menerus dimana
kebutuhan oksigen ,masih dapat dipenuhi oleh tubuh. Olahraga aerobik dibagi dalam 3
tipe :
a. Tipe 1 : Olahraga dengan naik-turunnya denyut nadi yang relatif stabil Contoh :
jalan, lari sepeda dan treadmill
b. Tipe 2 : Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi secara bertahap Contoh :
senam, dansa, renang
c. Tipe 3 : Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi secara mendadak, umumnya
dalam bentuk permainan Contoh : sepak bola, basket, voli, tenis lapangan, tenis
meja.

Menurut Garrison (2007) dua ciri dari latihan aerobik adalah (1) Olahraga
tersebut cukup memberikan banyak gerakan tubuh yang mengakibatkan tubuh anda
berfungsi untuk jangka waktu sedikitnya 20 sampai 30 menit setiap kali berolahraga,
(2) Olahraga tersebut akan memberikan kegiatan yang cukup menarik hingga ingin
mengulanginya kembali terus menerus untuk yang akan datang.
Berdasarkan teori dari American College of Sport Medicine (ACSM) intensitas
latihan harus mencapai 60-90% dari MHR dihitung dengan rumus 220-umur(tahun).
Berdasarkan MHR yang dicapai untuk latihan fisik ada beberapa macam, yaitu :
1) Intensitas sangat ringan <50% MHR
2) Intensitas ringan 50-63% MHR
3) Intensitas sedang 64-76% MHR
4) Intensias tinggi 77-93% MHR
5) Sangat tinggi >94% MHR

Latihan aerobik dengan intensitas yang berbeda, energi utama yang digunakan
juga berbeda pula. Latihan aerobik yang dilakukan setiap hari, seperti jogging atau
renang, senam akan menimbulkan beberapa perubahan karena adanya stimulus pada
otot. Latihan aerobik dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan
kardiovaskular dan untuk menurunkan berat badan. Olahraga aerobik atau yang biasa
disebut latihan kardiovaskular meningkatkan fungsi kerja paru, jantung dan
melancarkan sirkulasi darah, sehingga tubuh mendapatkan dan menggunakan oksigen
lebih baik untuk metabolisme sel.
Perkiraan detak jantung maksimal adalah 220 dikurang dengan umur saat ini.
America health asociation (AHA) juga menganjurkan olahraga aerobik dilakukan
dalam 20-30 menit perharinya untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung
koroner. Frekuensi atau jumlah hari untuk olahraga dalam seminggu yang dianjurkan
adalah 3-7 hari perminggu (AHA, 2011). Menurut salah satu institusi kesehatan jantung
dan toraks terbesar di Amerika Serikat, Cleveland Clinic (2011), olahraga aerobik
memiliki tiga bagian yang utama, yaitu:
a. Warm-up Pada bagian warm-up atau biasa disebut pemanasan, dilakukan latihan
gerakan-gerakan dengan intensitas rendah selama 3-5 menit
b. Conditioning Pada bagian ini dilakukan latihan aerobik dalam durasi 30-45
menit sampai mencapai maksimal heart rate (MHR) yang diinginkan
c. Cool-down Bagian ini memerlukan waktu selama 3-5 menit dengan latihan
intensitas rendah untuk menurunkan detak jantung secara perlahan dan
mengurangi risiko kecelakaan.

Intensitas latihan menggambarkan besarnya upaya yang harus dilakukan pada


saat latihan, salah satunya adalah latihan bersifat aerobik. Latihan intensitas sedang
juga merupakan bagian dari latihan cardio yang dapat dilakukan dengan treadmill,
(jalan dan lari), bersepeda, menaiki anak tangga dengan mesin, renang, badminton,
tennis, volly, mendaki gunung, dan jogging (Puspa, 2009).

2.2.4 Kategori Aktivitas Fisik.

Aktivitas fisik telah di definisikan sebagai tubuh setiap gerakan yang


dihasilkan oleh kontraksi skeletal otot untuk meningkatkan pengeluaran energi
di atas tingkat dasar. Menurut "Physical Activity Guidelines For Americans
2008" pada umumnya aktivitas fisik dapat dibagi menjadi dua kategori :
Aktivitas Dasar / Baseline Activity
Aktivitas intensitas rendah yang biasa ditemukan pada aktivitas
kehidupan sehari-hari, seperti berdiri, berjalan , dan mengangkat benda
ringan. Setiap orang berbeda-beda dalam berapa banyak aktivitas yang
mereka lakukan. Bagi orang yang hanya melakukan aktivitas dasar dalam
kehidupan sehari-harinya dapat dianggap sebagai individu yang inaktif.
Aktivitas Peningkat Kesehatan / Health Enchanching Physical Activity
Merupakan aktivitas yang apabila dilakukan atau ditambahkan pada
aktivitas dasar, dapat memberikan manfaat bagi kesehatan dan kebugaran
tubuh. Aktitas yang termasuk diantaranya adalah seperti jalan cepat,
lompat tali, menari, angkat beban, dan melakukan yoga. Beberapa orang
(seperti pegawai pos atau pegawai bangunan di lokasi konstruksi)
mungkin mendapatkan aktivitas fisik yang cukup melalui pekerjaan
mereka.

Berdasarkan pengertian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa aktivitas


fisik yang memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh merupakan golongan Health-
Enchanching Physical Activity dimana merupakan aktivitas tambahan diluar kegiatan
yang kita lakukan sehari-hari.

2.2.5 Penghitungan besar aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang membutuhkan dan menghasilkan


energi, sehingga dalam pengukuran tingkat aktivitas fisik suatu individu besaran yang
digunakan adalah energi dengan satuan kalori. Tingkat aktivitas fisik seseorang dapat
diukur menggunakan metode Doubly labeled water, kalorimetri langsung dan tak
langsung, heartrate monitor, accelerometer, pedometer langsung, buku catatan, recall
dan kuesioner.

Berbagai cara diatas yang dinilai paling efektif dalam survei epidemiologi
aktivitas fisik adalah melalui wawancara kuisioner. Karena tergolong mudah dilakukan
dan efektif digunakan untuk mencakup populasi yang besar. Berbagai kuisioner telah
dikeluarkan oleh institusi-institusi terkait. Adolescent Physical Activity
Questionnaire, International Physical Activity Questionnaire, General Practice
Physical Activity Questionnaire dan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)
merupakan berbagai kuisioner untuk mengukur aktivitas fisik yang digunakan secara
global.

Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) adalah kuisioner yang


dikeluarkan oleh WHO. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) terdiri dari 16
pertanyaan yang dikelompokan untuk mejaring aktivitas fisik di berbagai domain
perilaku yaitu aktivitas fisik pada hari-hari kerja, aktivitas fisik diluar pekerjaan,
25
perjalanan ke dan dari tempat aktivitas, aktivitas olahraga dan aktivitas sedentary.

Metabolic Equivalents Turnover


(MET) sering dipakai untuk mengekspresikan
intensitas dari aktivitas fisik dan juga digunakan untuk menganalisis data yang
didapat dari Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Metabolic Equivalents
Turnover (MET) merupakan rasio laju metabolisme saat bekerja dan laju metabolisme
saat istirahat.

2.3 Faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik pada dewasa muda


Intensitas, durasi dan frekuensi aktivitas fisik tiap individu sangat berdeda-
beda. Beberapa faktor telah dikaitkan dengan penyebab tinggi rendahnya aktivitas
fisik seseorang diantaranya :
1 Biologis

Studi menyimpulkan bahwa aktivitas fisik dipengaruhi oleh kebugaran fisik,


usia, jenis kelamin dan indeks massa lemak pada dewasa muda. 50 70%
aktivitas fisik menurun sejak usia 6 hingga 18 tahun. Penelitian juga
menyebutkan bahwa perempuan lebih kurang aktif dibandingkan laki-laki.
Masalah juga timbul pada individu obesitas yang cenderung semakin kurang
aktif dalam beraktifitas.

2 Psikologis

Tingkat motivasi seseorang sangat mempengaruhi tingkat aktivitas fisik


yang dijalani. Motivasi untuk menjaga kesehatan, bentuk tubuh, tantangan,
kepercayaan diri dan mengurangi berat badan sering menjadi alasan seseorang
untuk senantiasa beraktivitas. Studi juga mendapatkan bahwa wanita cenderung
lebih dominan dalam faktor motivasi.
3 Sosial Budaya

Dorongan orangtua juga memegan peran penting untuk seseorang


melakukan aktivitas fisik. Iklim didalam keluarga yang dibangun bisa
menjadikan seseorang terbiasa untuk berolahraga. Rekan atau partner dalam
melakukan aktivitas fisik juga bisa memberikan dorongan tersendiri dimana bisa
timbul persaingan secara sehat dan positif. Media serta sekolah juga dapat
berpengaruh dalam tingkat aktivitas seseorang.

4 Fisik

Sarana atau akses untuk melakukan aktivitas fisik yang bisa dijangkau dalam
suatu lingkungan tertentu mempengaruhi tingkat aktivitas dalam lingkungan
tersebut. Faktor cuaca, iklim, lingkungan yang mendukung dapat mempengaruhi
tingkat aktivitas dalam jangka waktu tertentu. Musim panas cenderung
meningkatkan aktivitas fisik para remaja dan dewasa muda.
2.4 Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah

Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah kegiatan yang
menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegitan fisik, seperti
berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi
yang berbeda menurut lamanya intensitas dan kerja otot (FKM-UI 2007). Menurut
Hoeger dan Hoeger (2005) aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot skeletal dan membutuhkan pengeluaran energi.

Kebiasaan olahraga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap tekanan


darah seseorang. Olahraga adalah kegitan fisik yang bersifat permainan dan
perjuangan pada diri sendiri atau orang lain terhadap kekuatan-kekuatan alam
tertentu. Olahraga dapat mengurangi tekanan darah melalui pengurangan berat badan
sehingga jantung akan bekerja lebih ringan dan tekanan darah berkurang ( Kuntaraf &
Kuntaraf 1996).

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena


olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan
olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam
juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo dan Hendra 2001).
Olahraga yang tepat selama 30-40 menit atau lebih sebanyak 3-4 hari per minggu,
dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan sistolik dan
diastolik. Orang yang kurang aktif melakukan olah raga cenderung mengalami
kegemukan (Purwati et al. 2002). Olahraga secara teratur dapat mengurangi stress,
menurunkan berat badan, membakar lebih banyak lemak di dalam darah, dan
memperkuat otot-otot jantung (Sustrani et al. 2004).

Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga,


namun jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah
lebih rendah dari pada mereka yang melakukan olah raga. Olahraga yang teratur
dalam jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali (Beevers,
2002).
2.5 Kerangka Teori

Aktivitas Fisik

Mendorong metabolisme tubuh; meningkatkan


sirkulasi darah dan oksigen dalam tubuh

Menurunkan Menurunkan
Tekanan Oksidasi Mendorong
Darah Meningkatkan kolesterol penurunan
Sensitivitas Low Density massa
Insulin Lipoprotein tubuh

Menurunkan Menurunkan Menurukan


Resiko kadar gula risiko Menurunkan
Tekanan darah dan penumpukan Risiko
Darah risiko kolesterol di Obesitas
Tinggi Diabetes pembuluh
darah dan
ateroskeloris

Hasil Pengukuran Tekanan Darah (mmHg)

Tekanan
Sistolik Tekanan
Diastolik
2.6 Kerangka konsep

Faktor internal dan eksternal :

Aktivitas Fisik

Asupan Gizi

Usia

Genetik

Status

Psikologis

Aktivitas Fisik :

- Ringan Tekanan Darah


- Sedang Sistolik
- Berat

Proese fisiologis aktivitas fisik mempengaruhi tekanan darah.

Diagram diatas menunjukkan kerangka konsep penelitian yang akan

dilakukan. Variabel yang akan dianalisis adalah aktivitas fisik, tekanan darah sistolik.

Variabel perancu yang berhubungan dengan variabel bebas dan terikat tidak diteliti

dalam penelitian ini dan dikurangi pengaruhnya melalui kriteria inklusi.


2.7 Hipotesis

H1 : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada mahasiswa

fakultas kedokteran Universitas Islam Al-Azhar angkatan 2016

H0 : Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada

mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Islam Al-Azhar angkatan 2016.

BAB III

METODE PENELITIAN

1 Jenis penelitian dan Rencana Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan bersifat observasi dengan

menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian

untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktir risiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya

diobservasi sekali saja dan pengukuran terhadap suatu karakter atau variabel

subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek

penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2012)

2 Tempat dan waktu penelitian


a. Tempat : Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar
b. Waktu : Penelitian dan pengumpulan data dilakukan selama
periode April 2017

3 Populasi dan sampel

a Populasi target : Mahasiswa fakultas kedokteran.


b Populasi terjangkau : Mahasiwa fakultas kedokteran
Universitas Islam Al-Azhar angkatan 2016.
c Besar populasi dan sampel
Bahwa Anggota populasi berjumlah 64, dan seluruhnya akan dijadikan
sebagai objek penelitian.
Sampel penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Al-Azhar yang memenuhi kriteria inklusi.

d Kriteria inklusi
- Mahasiwa angkatan 2016.

- Masih aktif dan terdaftar secara akademis sebagai mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar.

- Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani

inform consent.

- Tidak menderita kelainan metabolik seperti diabetes mellitus tipe II

dan hipertensi essensial.

- Tidak sedang menjalani proses pengobatan jangka waktu yang lama.

4 Variabel penelitian
a Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik.
b Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah
5 Definisi Operasional

No Variabel Unit/Kategori Alat Ukur Skala


1. Aktivitas Fisik Ringan Kuisoner Ordinal
Sedang
Total kalori yang dikeluarkan Berat
per hari oleh sampel
berdasarkan aktivitas fisik
yang biasa dilakukan sehari-
hari, yang diperoleh melalui
wawancara dengan kuisioner
Global Physical Activity
Questionnaire

dan
diklasifikasikan menurut
2. standar Darah
Tekanan World Health Hasil Tensimeter Interval
pengukuran air raksa
Tekanan di dalam pembuluh tekanan darah
darah ketika jantung sistolik dengan
memompakan keseluruh satuan (mmHg)
tubuh yang diukur pada
lengan tangan menggunakan
alat tensimeter air raksa dan
stetoskop.

6 Cara pengumpulan data


a Alat dan instrumen penelitian :
1 Kuisioner Global Physical Activity Questionnaire (Terlampir)
2 Tensimeter air raksa.
3 Stetoskop.

b Jenis data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer diperoleh dari pengukuran aktivitas fisik dan tekanan darah

c Cara kerja
1 Aktivitas fisik

- Melakukan wawancara menggunakan kuisioner Global Physical


Activity Questionnaire (GPAQ).
- Mengolah data kuisioner menggunakan program GPAQ
Analysis Programs.
- Mengklasifikasikan hasil pengolahan data menjadi golongan
aktivitas fisik rendah, sedang, tinggi.

2. Tekanan darah
- Melakukan pengukuran secara langsung kepada responden
menggunakan tensimeter dan stetoskop.
- Responden dipersilahkan dalam posisi duduk dengan siku
lengan menekuk diatas meja dengan posisi telapak tangan
menghadap ke atas dan posisi lengan setinggi jantung.
- Mengklasifikasikan hasil penghitungan berdasarkan tabel.

7 Alur penelitian

Mahasiswa FK Unizar
Angkatan

Pengumpulan Data

Wawancara kuisoner +
Pengukuran tekanan darah

Analisis Data
8 Analisis data

Data penelitian yang telah dikumpulkan akan diproses melalui tahap editing,

coding, scoring, tabulating, entry dan cleaning. Analisis data menggunakan program

SPSS for Windows.

Analisis data dilakukan secara deskriptif analitik :

1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan pada setiap variabel

secara statistik deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai masing- masing

variabel penelitian diantaranya variabel aktivitas fisik, tekanan darah dan kadar

glukosa darah, dimana data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel

dengan pola distribusi frekuensi. Analisis bivariat dilakukan untuk menyajikan

frekuensi dan tendensi sentral (mean, median, modus) dan standar deviasi.

2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui

hubungan antara aktivitas fisik terhadap tekanan darah .

9 Etika penelitian

Responden yang diwawancarai untuk pengisian kuisioner dan diukur asupan

energi pada penelitian ini diberi jaminan kerahasiaan terhadap data-data yang

diberikan dan berhak untuk menolak menjadi responden. Sebelum melakukan

penelitian terlebih dahulu responden diberi formulir informed consent dan

menandatanganinya untuk legalitas persetujuan. Selain itu, penelitian ini mendapat

persetujuan berupa ethical clearance dari Komite Etik Penelitian Kesehatan fakultas
kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram sebelum dilakukan pengumpulan

data terhadap subjek penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Sloane E. Anatomi dan fisiologis untuk pemula. Jakarta: EGC;2003.p.228-31.


Pearce E C. Anatomi dan fisiologis untuk paramedic. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Indonesia;2009.p.128-146.
Watson R. Anatomi dan fisiologis untuk perawat.10th ed. Jakarta: EGC;2002.p.258.
Schwartz, Seymour I. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Jakarta: EGC;2000.p. 309.
Sherwood L. fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta : EGC;2011.p.346-47.
Muttaqin A. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular. Jakarta : Penerbit Salemba Medika;2009.p.9-10.

Bray GE, Ryan DH. Overweight and The Methabolic Sindrome: from Bench to Bedside.
Springer Science; 2006. 125-128, 156-159.

Grundy SM, Bryan HB, James IC, Sidney CS, Claude. Harmonizing the metabolic

syndrome: a joint interim statement of the International Diabetes Federation Task

Force on Epidemiology and Prevention; National Heart, Lung, and Blood Institute

American Heart Association, World Heart Federation, International Atherosclerosis

Society, and International Association for the Study of Obesity; 2009. 109;433-438.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2012; Jakarta.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. 978-602-8937-89-4.

International Diabetes Federation. The IDF consensus definition of Metabolic

Syndrome in Children and Adolescents; Brussels (Belgium); 2007. 2-930229-49-7.

Myers VH, Catherine M. Champagne Nutritional effects on blood pressure.

Luoisiana; Lippincot Williams & Wilkin; 2007. 0957-9672

Padilla J, Wallace JP, Park S. Accumulation of Physical Activity Reduces Blood

Pressure in Pre- and Hypertension. Bloomington. Clinical Exercise Physiology

Laboratory, Department of Kinesiology; Indiana University; 2005. 0195-9131.

U.S. Department of Health and Human Services. Physical Activity Guidelines for
Americans. Washington DC (America); U.S. Department of Health and Human

Service; 2008.2-4, 8-14.

Gunawan L. Hipertensi : tekanan darah tinggi. Yogyakarta; Kanisius; 2001. 12-14.

Budiyanto. Gizi dan kesehatan. Edisi I. Malang : Universitas Muhammadiyah

Malang Press ; 2002. 25-29

Moelia RS. Major Diagnosis fisik. Jakarta : UI Press; 2001. 89-95.

American Heart Association . Understanding Blood Pressure Reading. Washington

DC; American Heart Association. 2013.

Wiyono, P. Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Mellitus. Edisi 3. Jakarta; Balai

Penerbit FKUI; 1996. 15-26.

Furukawa S, Fujita T, Shimabukuro M, Iwaki M, Yamada Y, Nakajima Y.

Increased oxidative stress in obesity and its impact on metabolic syndrome.

Department of Medicine and Pathophysiology ; Osaka; 2004. 1752-61.

Ceriello A, Motz E. Is Oxidative Stress the Pathogenic Mechanism Underlying

Insulin Resistance, Diabetes and CVD?, Arterioscler Thromb Vac Bio 2004 ; 24 :

816-823.l

Sartika, Cyntia R. Penanda Inflamasi, Stress Oksidatif dan Disfungsi Endotel

pada Sindroma Metabolik. Forum Diagnosticum. Jakarta; Prodia Diagnostics

Educational Services; 2006. 35-38.

You might also like