Professional Documents
Culture Documents
BAB I
Kedudukan Bahasa Indonesia
BAHASA INDONESIA
1. Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai
bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan
dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai
peninggalan-peninggalan misalnya:
1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
5. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan
sastra.
2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang
berasal dari luar indonesia.
Bahasa resmi kerajaan.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya
agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh
keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan
antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh
karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara
sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan
untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
1. Batasan Berbicara
Secara khusus pada poin ini dibahas keterampilan berbicara. Keterampilan ini
amat berkorelasi dan menunjang keterampilan bahasa lainnya. Agar kita memilliki
keterampilan berbicara yang baik, tentu saja amat erat kaitannya dengan
keterampilan menyimak (konsep, informasi, opini) yang kita lakukan. Umumnya
seorang pembicara yang andal mampu melakukan hal tersebut, di samping
keterampilan membaca atas hal di atas. Di sisi lain, pada hakikatnya seorang
pembicara juga memiliki keterampilan menulis yang mumpuni. Pembicara yang baik
tentu saja dapat memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik.
Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan
yang disampaikan.
Konteks kegiatan berbicara dalam era modern seperti sekarang bisa berwujud
bermacam-macam kegiatan, baik dalam kontek komunikasi lisan yang bersifat informal
sampai kegiatan komunikasi lisan yang bersifat formal yang melibatkan pembicara dan
pendengar.
Salah Satu sumber dalam jeringan menyebutkan bahwa kegiatan komunikasi lisan
dalam konteks masyarakat sekarang antara lain berupa:: 1) berceramah; 2) berdebat; 3)
bercakap-cakap; 4) berkhotba; 5) ;bercerita; 6) berpidato; 7) bertukar pikiran (sharing); 8)
bertanya-jawab; 9) bermain peran; 10) berwawancara; 11) berdiskusi; 12) berkampanye;
13) bertelepon; 14) menyampaikan sambutan, selamat, pesan; 15) memberikan laboran;
16) menanggapi; 17) menyanggah pendapat; 18) menolak permintaan, tawaran, ajakan; 19)
menjawab pertanyan; 20) menyatakan sikap; 21) menginformasikan; 22) membahas suatu
hal; 23) melisankan (isi drama, cerpen, puisi, bacaan); 24) menguraikan cara membuat
sesuatu; 25) menawarkan sesuatu; 26) menyampaikan permintaan maaf; 27) memberi
petunjuk; 28) memperkenalkan diri; 29) menyapa; 30) mengajak; 31)mengundang; 32)
memperingatkan; 33) mengoreksi; 34) dan lain-lain.
2. Fungsi Berbicara
Secara praktis pragmatis keterampilan berbicara memiliki empat fungsi utama dalam
kognitif, aspek afektif, aspek keterampilan berbicara, dan aspek keterampilan mengelola
pembelajaran berbicara. Konsekuensinya dalam kegiatan pembelajaran keterampilan
berbicara siswa dibina dan diarahkan agar memahami dan mendalami teori, konsep, dan
generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara. Logisnya, pengetahuan siswa
perihal teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara
meningkat sejalan dengan tahap pembelajarannya. Pengalaman berbicara dan pengalaman
mengajarkan keterampilan berbicara merupakan fungsi aspek kognitif.
Segi pelafalan amat erat kaitannya dengan kemampuan fonologi, segi intonasi
bersinggungan dengan sisi sintaksis, segi pilihan kata berkaitan dengan sisi semantik
bahasa, sisi struktur kata berhubungan dengan linguistik dan sintaksis. Dari segi
sistematika dan isi pembicaraan berkaitan dengan kompetensi wacana. Keterampilan
berbicara juga berkaitan dengan keterampilan analisis. Kesalahanhal tersebut sering
membuat kita melakukan kesalahan pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata, dan
kalimat.
Kegiatan berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang secara praktis
berbeda, namun saling kait erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh
kegiatan berbicara sehingga kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan
berpadu menjadi komunikasi lisan. Di sisi lain kegiatan berbicara dan menyimak saling
melengkapi. Orang berbicara membutuhkan orang yang menyimak. Begitu juga
sebaliknya, orang bisa menyimak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan menyimak
kita mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat, dan bahkan logika
seseorang.
Keterampilan berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi.
Kegiatan berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi
sebagai penyebar informasi, sedangkan kegiatan membaca bersifat reseptif melalui sarana
bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
Namun, kita mengetahui bila mayoritas bahan pembicaraan sebagian besar diperoleh
melalui kegiatan membaca. Semakin banyak membaca semakin banyak informasi yang
diperoleh seseorang hingga akhirnya bisa menjadi bekal utama bagi yang bersangkutan
untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.
3. Kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara serta
fungsinya
a) sebagai Bahasa Nasional
Tanggal 28 Oktober 1928, pada hari Sumpah Pemuda lebih tepatnya, Dinyatakan
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional memilki fungsi-fungsi sebagai
berikut :1. Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.
b) Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.
c) Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
d) Bahasa Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat
istiadat
A. Ragam Bahasa
1. Sebagai Bahasa Negara
Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, telah ditetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara. Dengan demikian, selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara.Pada tanggal 25-28 Februari
1975, Hasil perumusan seminar polotik bahasa Nasional yang diselenggarakan di
jakarta. berikut fungsi dan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
adalah :
a. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
b. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
c. Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
d. Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan
Teknologi.
Bahasa resmi kenegaraan
Dalam kaitannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam
adminstrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun
dalam bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat.
Dokumen-dokumen dan keputusankeputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan oleh
pemeritah dan badanbadan kenegaraan lain seperti DPR dan MPR ditulis di dalam bahasa
Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam
bahasa Indonesia. Demikian halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga
masyarakat kita di dalam hubungannya dengan upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan.Suhendar dan Supinah (1997) menyatakan bahwa untuk melaksanakan
fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan sebaikbaiknya, pemakaian bahasa
Indonesia di dalam pelaksanaan adminstrasi pemerintahan perlu senantiasa dibina dan
dikembangkan, penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang
menentukan di dalam pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru,
kenaikan pangkat baik sipil maupun militer, dan pemberian tugas-khusus baik di dalam
maupun di luar negeri.
Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan dilembaga-lembaga
pendidikan baik formal atau nonformal, dari tingkat taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi. Masalah pemakaian bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa
pengantar di segala jenis dan tingkat pendidikan di seluruh Indonesia, menurut Suhendar
dan Supinah (1997), masih merupakan masalah yang meminta perhatian.
Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional serta kepentingan pemerintah
Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya dipakai
sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau
antar suku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang keadaan
sosial budaya dan bahasanya.
BAB II
1. Pengertian wawacana
2. Jenis wacana
3. Tujuan membaca wacana
4. Memahami paragraf
5. Menentukan topik wacana
6. Membuat kerangka wacana
7. Menilai isi wacana
D. Topik
C. Membaca Kreatif
Membaca tidak hanya merupakan cara yang lebih baik untuk memahami ide-ide penulis
membaca dapat juga menjadi proses kreatif untuk mengembangkan dan memahami ide-
ide Anda secara lebih baik sebagaimana ide-ide tersebut berhubungan dengan ide-ide
lainnya. Pembaca kreatif yakin bahwa mereka tahu apa yang dikatakan oleh penulis, dan
pada waktu yang sama, mencurahkan energi mereka untuk membangun hubungan
antara ide-ide, peristiwa-peristiwa, serta konteks secara aktif meskipun hubungan
tersebut implisit. Oleh karena itu, membaca kreatif melibatkan proses mengimajinasikan
bagaimana dan mengapa posisi berbeda yang disajikan di dalam bacaan mungkin dibuat
untuk saling berhubungan.
Langkah- Langkah membaca kreatif Proses pemahaman makna
1. Proses integrasi pengalaman, pengetahuan, apersepsi
2. Proses asosiasi dan komparasi
3. Proses analisa
4. Proses sintesis
5. Proses imajinasi
6. Proses organisasi dan invensi
7. Proses aplikasi
Penerimaan
informasi,
pengorganisa
sian ide
Aplikasi
Penemua
n produk
Integrasi ide baru
penulis dan
ide pembaca
Pencarian
makna lebih
D. Memahami wacana Tulis
1. Pengertian Wacana
Wacana berasal dari bahasa Inggris discourse, yang artinya antara lain
Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya.
Pengertian lain, yaitu Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi
dan teratur. Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut
urut-urutan yang semestinya atau logis.
Dalam wacan,a setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan. Setiap
wacana memiliki tema sebab tema merupakan hal yang diceritakan atau diuraikan
sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau ruang lingkup agar isi wacana teratur,
terarah dan tidak menyimpang ke mana-mana. Sebelum menulis wacana, seseorang harus
terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan
bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis
tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah
menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-
topik yang merupakan penjabaran dari tema. Topik-topik itu disusun secara sistematis.
Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan
pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema. Dengan itu, penulis dapat
mengadakan berbagai perubahan susunan menuju ke pola yang sempurna. Membuat
kerangka karangan sangat dianjurkan sebelum penulisan, terutama bagi pengarang
pemula.
Kerangka karangan bermanfaat sebagai berikut:
1. Pedoman agar penulisan dapat teratur dan terarah.
2. Penggambaran pola susunan dan kaitan antara ide-ide pokok/topik.
3. Membantu pengarang melihat adanya pokok bahasan yang menyimpang dari topik dan
adanya ide pokok yang sama.
4. Menjadi gambaran secara umum struktur ide karangan sehingga membantu
pengumpulan bahan-bahan pustaka yang diperlukan.
Agar penyusunan kerangka karangan dapat efektif menjadi acuan pembuatan karangan,
langkah yang mesti ditempuh oleh pengarang untuk menyusun kerangka karangan adalah
seperti berikut:
1. Menentukan tema/topik karangan
2. Menjabarkan tema ke dalam topik-topik/subtema
3. Mengembangkan topik-topik menjadi subtopic
4. Menginvestaris sub-sub topic
5. Menyeleksi topik dan sub-subtopik yang cocok
6. Menentukan pola pengembangan karangan
Kerangka karangan dapat ditulis dalam dua bentuk, berikut.
1. Kerangka kalimat, ialah kerangka karangan yang disusun dalam bentuk kalimat-
kalimat lengkap yang menjabarkan ide-ide pokok karangan.
2. Kerangka topik, ialah kerangka karangan yang dituangkan dalam bentuk frasa dan
klausa sehingga tampak lebih praktis.
Penyusunan kerangka karangan dapat berbentuk kalimat dan frasa atau klausa sekaligus,
meskipun yang lebih banyak digunakan adalah kerangka topik. Berikut contoh kedua
bentuk penyusunan kerangka karangan tersebut.
2. Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi wacana narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
A. Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu atau peristiwa.
Narasi dapat berisi fakta, misalnya biografi (riwayat seseorang), otobiografi/riwayat
hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini
disebut dengan narasi ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau
rekaan seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini
disebut dengan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
kejadian, tokoh, konflik, alur/plot, latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan
suasana.
Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian
secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu
atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau setahun kemudian kerap
dipergunakan.
Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
1. menentukan tema cerita
2. menentukan tujuan
3. mendaftarkan topik atau gagasan pokok
4. menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau
urutan waktu.
5. mengembangkan kerangka menjadi karangan. Kerangka karangan yang bersifat
naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu. Penyajian berdasarkan
urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau
kejadian. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah
perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.
B. Deskripsi Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran,
perincian, atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu
objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya.
Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan
pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang
melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan
yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.
C. Eksposisi Kita eksposisi berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti:
memamerkan, menjelaskan, atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah karangan
yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan
tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya.
Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel
ilmiah, makalahmakalah untuk seminar, simposium, atau penataran. Untuk
mendukung akurasi pemaparannya, sering pengarang eksposisi menyertakan bentuk
bentuk nonverbal seperti grafik, diagram, tabel, atau bagan dalam karangannya.
Pemaparan dalam eksposisi dapat berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja, dan
sebagainya dengan pola pengembangan ilustrasi, definisi, dan klasifikasi.
3. Memahami Paragraf
Paragraf adalah suatu bagian-bagian karangan yang berpotensi, terdiri dari beberapa
kalimat yang berkaitan secara utuh dan terpadu yang membentuk kesatuan pikiran.
Dalam segi makna, paragraph
E. Menulis wacana
Topik, Cara Menentukan Topik
1. Memilih Topik
Setelah melakukan hal di atas dan menentukan sejumlah topik yang dapat
dijadikantulisan/karangan maka langkah selanjutnya ialah mengadakan evaluasi
untuk memilihsatu topik di antara sekian banyak yang telah ditemukan. Sehubungan dengan
evaluasitopik atau memilih topik yang baik untuk dijadikan karangan, terutama
karangan ilmiahmaka hal-hal di bawah ini perlu dipertimbangkan antara lain :
a. Topik harus menarik perhatian penulisTopik yang menarik perhatian penulis akan
memungkinkan penulis berusaha terus-menerus mencari data untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi. Penulisakan didorong terus-menerus agar dapat
menyelesaikan tulisan itu sebaik-baiknya.Topik yang tidak disenangi akan
menimbulkan keengganan penulis dalammenyelesaikan tulisan sehingga
pencarian data dan informasi untuk melengkapikarangan akan dilakukan dengan
terpaksa.
b. Topik dikenal/diketahu dengan baik Yang dimaksud dengan sebuah topik
dikenal/diketahui denigan baik adalah bahwasekurang-kurangnya prinsip-prinsip
ilmiahnya diketahui oleh penulis. Berdasarkanprinsip-prinsip ilmiah yang
diketahuinya. Penulis akan berusaha sekuat tenagamencari data melalui penelitian,
observasi, wawancara, dan sebagainya sehinggapengetahuannya mengenai
masalah itu bertambah dalam.
c. Topik yang dipilih sebaiknya tidak terlalu baruTopik yang terlalu baru memang
menarik untuk ditulis, akan tetapi seringkalipenulis mengalami hambatan dalam
memperoleh data kepustakaan yang akan dipakai sebagai landasan atau penunjang. Data
kepustakaan yang diperolehmungkin terbatas pada berita dalam surat kabar atau
majalah populer.
d. Tidak terlalu teknisKarangan yang terlalu teknis kurang dapat menonjolkan segi
ilmiah. Tulisansemacam ini biasanya bersifat sebagai petunjuk tentang bagaimana
tata caramelakukan sesuatu, tanpa mengupas teori-teori yang ada.
e. Tidak terlalu kontroversialSuatu tulisan yang mempunyai topik kontroversial
menguraikan hal-hal di luar halyang menjadi pendapat umum. Tulisan semacam
ini sering menimbulkanpermasalahan bagi penulisnya
f. Bahannya dapat diperolehSebuah topik yang baik harus dapat dipikirkan apakah
bahannya cukup tersedia disekitar kita atau tidak. Bila bahannya cukup tersedia,
hal ini memungkinkan penulisuntuk memperolehnya, kemudian mempelajari dan
menguasai sepenuhnya.
g. Topik dibatasi ruang lingkupnyaTopik yang terlampau umum dan luas yang
mungkin belum cukup kemampuan untuk menggarapnya akan lebih bijaksana
kalau dibatasi ruang lingkupnya.Sehubungan dengan butir keempat ini akan
dibicarakan di bawah ini.
2. Pembatasan topic
4. Kerangkan karangan
a. Pengertian kerangka karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan
gagasan. Kerangka karangan yang belum final di sebut outline sementara sedangkan
kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap di sebut outline final.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari
suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari
pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari
suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari
pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan,
atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam pembuatan karangan yang
mana topiknya dipecah kedalam sub - sub topik dan mungkin dipecah lagi kedalam
sub - sub topik yang lebih terperinci.
b. Pola Susunan Outline ( Kerangka Karangan )
secara garis besar pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola alamiah
dan pola logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan kerangka
karangan.
1. Pola Alamiah
Merupakan suatu urutan unit unit kerangka karangan sesuai dengan
keadaan yang nyata di alam. Disebut pola alamiah karena memakai
pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial. Pola alamiah mengikuti
keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.
2. Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi
setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis .
Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern
dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir
atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika.
3. penyusunan Kerangka Karangan
langkah-langkah menyusun karangan satu per satu:
a. Menentukan tema dan judul. Tema adalah pokok persoalan, permasalahan,
atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan.
Judul adalah kepala karangan. Misalkan tema cakupannya lebih besar dan
menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada
penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
b. Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan, banyak
cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing -
masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
c. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai
dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan
yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
5. Menulis paragraph
a. Memasukkan baris pertama.
Praktik di Amerika secara umum adalah menandakan paragraf baru dengan
memasukkan baris pertama (tiga hingga lima spasi), dengan baris kosong antara paragraf,
sementara penulisan bisnis menggunakan baris kosong dan tanpa masukan (hal ini
biasanya dikenal sebagai "paragraf blok"). Untuk karya tulis masukan dan tanpa baris
kosong digunakan. Banyak terbitan buku menggunakan alat untuk memisahkan paragraf
lebih jauh ketika ada perubahan adegan atau waktu
b. Menggantungkan baris pertama
Sebuah "paragraf gantung" adalah paragraf dimana baris pertama paragraf tidak
dimasukkan dan dimana baris selanjutnya dimasukkan.
Kerangka paragraf:
a. Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
b. Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
c. Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali ke gagasan utama.
BAB III
Penulisan Karya Ilmiah
III. Pengorganisasian
1) Bagian Muka
2) Bagian tubuh
3) Bagian belakang
IV. Konsep dan Konvensi karya ilmiah
a. Perwajahan
b. Pengetikan huruf
c. Penomoran
Karya ilmiah merupakan tulisan atau karangan yang membahas tertentu, yang
diungkapkan dengan menggunakan metode ilmiah.sebagai pembuktian fakta analisa
objektif.
1. skipsi: adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan
gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat
tersebut didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung,
observasi lapangan / penelitian di laboratorium, ataupun studi kepustakaan. Skripsi
menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material
berupa penemuan baru.
2. Tesis; adalah jenis karya tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis
mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan
kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan
menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis
dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan dari suatu
proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu.
3. Disertasi; adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam
menyelesaikan program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan
yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan
baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.
b) Perumusan Judul
Hasil dari pembatasan topik barulah kita merumuskan judul karya ilmiah. Sebelumnya
apa syarat perumusan judul karya ilmiah?
1. Tidak bertentangan dengan rumusan topik, singkat, dan lugas,
2. judul tidak boleh menyimpang dari pembatasan topik sebelumnya,
3. rumusan judul diupayakan sesingkat-singkatnya (maksimal 15 kata),
4. kata-kata yang digunakan bermakna lugas/jelas dan dalam bentuk kata benda
bukan kalimat.
Cara merumuskan judul dilakukan dengan menggunakan unsur hasil pembatasan
topik/ide. Artinya dalam perumusan judul digunakan kata-kata yang dirinci dari hasil
pembatasan topik.
Contoh:
1) Pengaruh Penggunaan Narkoba Oleh Remaja Terhadap Perkembangan Sosial dan
Moral (Benar)
2) Narkoba: Bahaya Penggunaan Dalam Peekembangan Sosial dan Moral Pelajar
(Salah)
3) Perkembangan Sosial dan Moral Pelajar Akibat Penggunaan Narkoba (Salah)
Mengapa contoh nomor 1 itu benar? Berikut penjelasannya, rumusan judul nomor 1
benar karena sesuai dengan topic, singkat, frasa/kata benda, dan lugas. Nomor 2
sesuai dengan topik Narkoba, tetapi kurang singkat dibandingkan rumusan,
sedangkan nomor 3 sesuai dengan topik, namun berupa kalimat. Untuk
membuktikannya kita dapat menemukan struktur kalimat yakni subjek-predikat pada
judul tersebut.
c) Penentuan Tujuan Penulisan.
Menetapkan tujuan hanyalah sebatas menentukan apa yang Anda ingin agar pembaca
Anda tahu atau dapat lakukan setelah mereka selesai membaca laporan atau tulisan Anda.
Namun Anda harus seksama; sering kali penulis menyatakan tujuan yang terlalu luas
sehingga tidak ada gunanya. Tujuan menulis seperti Untuk melaporkan tempat-tempat
yang berpotensi bagi pembangunan pabrik baru, terlalu umum dan tidak akan ada
gunanya. Namun Menghadirkan kelebihan-kelebihan Chicago, Minneapolis, dan Salt
Lake City sebagai lokasi yang berpotensi bagi pembangunan pabrik baru sehingga atasan
dapat memilih lokasi yang terbaik akan memberikan Anda sebuah tujuan yang dapat
menuntun Anda dalam seluruh proses penulisan
2) Bagian Tubuh
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Pokok Permasalahan
3. Batasan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka
2. Hasil Penelitian Data
BAB III METODOLOGI/ METODE PENELITIAN
1. Objek Penelitian
2. Metode pengumpulan Data
3. Metode Pengelolahan dan Analisa Data
BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAAN
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
3. Rekomendasi
3) Bagian Belakangan
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran
a. Perwajahan
Perwajahan memaksudkan tata letak unsur unsur pada karya ilmiah. Hal ini mencakup
ukuran kertas, jenis huruf, dan spasi , serta margin halaman.
b. Pengetikan Huruf
pengetikan Naskah diketik degan menggunakaan huruf pica atau standart ( Times New
Roman/ Arial, 12) warna hitam.
Jarak Pengetikan
Naskah Utama : jarak antara baris 2 spasi (spasi ganda)
Intisati : jarak antara baris 1 spasi, kurang dari 1 hal
Kutipan : kutipan langsung lebih dari 4 baris, diketik 1 spasi, gunakan tanda petik
Daftar pustaka : jarak antara baris setiap sumber 1 spasi, antara sumber berjarak 2 spasi
Batas kertas : tepi atas, bawah,kiri,kanan, 4,3,4,3 c
c. Penomoran
1. Penomoran halaman baru awal bab, penulissan nomor ditaruh ditengah bawah
menggunakan angaka arab, (1,5 cm dari tepi bawah kertas)
2. Penomoran naskah utama menggunakan angka arab ditaruh disudut kanan atas (2 cm
dari tepi atas kertas dan 3 cm dari tepi kanan kertas)
3. Penomoran bagian awakl halaman perlengkapan menggunakaan angka romawi kecil,
diletakaan dibagian tengah bawah.
4. Daftar pustaka dan lampiran tanpa diberi nomor halaman
Hal ini berkaitan dengan aturan pada nomor di karya ilmiah tersebut. Aturan-aturannya
antara lain :
a. Romawi Kecil : dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar grafik, serta daftar singkatan dan lambang.
b. Romawi Besar : digunakan untuk menomori tajuk BAB.
c. Angka Arab : dimulai dari bab I sampai daftar pustaka.
d. Letak Penomoran : Jika ditulis dengan huruf capital, maka nomor halaman
diletakkan di tengah, selanjutnya diletakkan di kanan atas halaman.
1. Penulisan Kutipan
Struktur kutipan dalam sistem penulisan referensi Harvard adalah nama penulis,
tahun penerbitan, dan rentang nomor halaman, dalam kurung, seperti diilustrasikan
dalam contoh Smith sedikit di bawah bagian teratas artikel ini.
a. Nomor halaman dihilangkan bila seluruh tulisan dikutip. Nama penulis
dihilangkan bila sudah ada dalam teks. Sehingga akan ditulis: "Jones (2001)
merevolusi bidang bedah trauma."
b. Dua atau tiga penulis dikutip dengan menggunakan kata "dan" atau tanda "&":
(Deane, Smith, dan Jones, 1991) atau (Deane, Smith & Jones, 1991). Enam atau
lebih penulis dikutip menggunakan et al. (Deane et al. 1992).
c. Tahun yang tidak diketahui dikutip sebagai no date (Deane n.d.). Rujukan pada
cetak ulang dikutip dengan tahun publikasi asli di dalam kurung siku(Marx
[1867] 1967, p. 90).
d. Bila seorang penulis menerbitkan dua buku pada tahun 2005, tahun dari buku
pertama (dalam urutan abjad dari rujukan) dikutip sebagai 2005a, dan yang
kedua sebagai 2005b.
e. Kutipan ditempatkan di tempat yang cocok, di tengah atau di akhir kalimat. Bila
di akhir kalimat, ditempatkan sebelum titik, tapi untuk seluruh blok kutipan
ditempatkan segera setelah titik di akhir blok karena catatan kutipan itu bukan
bagian dari kutipan itu sendiri.
f. Kutipan lengkap disediakan dalam urutan berdasar abjad di bagian setelah teks,
biasanya ditandai sebagai "Referensi", "Daftar rujukan", atau "Daftar acuan."
Perbedaannya dengan daftar pustaka atau bibliografi adalah bahwa daftar
pustaka dan bibliografi bisa menyertakan tulisan yang tidak dikutip secara
langsung dalam teks.
g. Seluruh kutipan menggunakan font yang sama dengan teks utama.
h. Bila mengutip sumber dari internet, juga perlu menyediakan nama dan tempat
dari sponsor sumber, tanggal mengakses, keseluruhan URL atau hanya rincian
situs utama, sebagai tambahan informasi tentang penulis/editor, tahun terbit, dan
judul dokumen. Sumber kutipan juga lebih disukai bila ditandai dengan kurung
siku sebagai [internet] atau [online] untuk menekankan bahwa ini adalah versi
tidak tercetak.
Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka ditulis dalam spasi tunggal dan antara pustaka satu dengan yang
lainya ditulis dengan jarak 2 spasi. Ditulis dengan urutan nama pengarang, tahun terbit,
judul buku, kota, penerbit. Disusun berdasarkan urutan abjad nama belakang penulis
pertama (bila lebih dari satu kata).
Apabila menggunakan 2 sumber pustaka yang pengarangnya sama maka sumber
ditulis buku nama yang terbit dulu baru buku yang terbit kemudian. Jika karya yang
dikutip berupa terjemahan maka penerjemah ditulis dengan nama karya dan didahului
dengan kata terj. Judul buku dalam jurnal ataupun buku antologi ditulis tegak dan
diberi tanda kutip. Nama jurnal dan judul buku antologi ditulis miring.
Baris pertama dari rata kiri dan baris berikutnya menjorok kedalam. Penulisan
tanda titik (.) diletakan setelah nama pengarang, setelah tahun terbit, setelah judul buku,
dan setelah nama terbitnya. Penulisan tanda koma(,) diletakan pada nama pengarang
misalnya Sucipto, Adi.
Penulisaan tanda titik dua (:) diletakan setelah kota terbit.
Penulisaan daftar Pustaka
1. Pustaka buku dan buku terjemahan
a. Buku. Penulis. Tahn terbit. Judul Buku (ditulis miring). Volume (jika
ada). Edisi atau cetakan (jika ada).Kota terbit : nama penerbit.
Contoh :
Nurhadi.1990.Membaca Cepat dan Efektif . Bandung: CV Sinar Baru.
b. Buku terjemahan. Penulis asli.Tahun terbit buku terjemahan (miring).
Volume(jika ada) edisi (jika ada). Kota terbit terjemahan: nama penerbit
terjemahan.
c. Artikel dalam buku. Penulis artikel. Tahun. Judul artikel (miring). Edisi
(jika ada). Kota terbit: nama penerbit.
BAB IV
1. Kesan Positif
d. Gaya Bebicara
Cara berbicara seseorang sangat berpengaruh dan berperan dalam memberi kesan
terhadap penilaian orang lain kepada diri pribadi orang yang berbicara. Untuk
mengetahuinya, disini akan dijelaskan dan dikemukakan 4 macam cara atau gaya bicara
seseorang yang secara umum dapat kita kenali, yaitu sebagai berikut :
1. Gaya Bicara Berpanjang-panjang (Complicated Talking) Orang dengan gaya bicara
seperti ini menandakan bahwa orang tersebut tidak efisien karena tidak dapat langsung
kepada inti atau pokok pembicaraan, sehingga tidak dapat memfokuskan pada
permasalahan yang sebenarnya. (walaupun mungkin sangat efektif untuk mengelak
atau menghindar).
Perlu diketahui :
Efisien, berarti : berdaya guna yang berarti juga penghematan sumber daya yang ada.
Efektif, berarti : berhasil guna atau mencapai sasaran dan tujuan. Gaya bicara bertele-
tele ini seringkali kita jumpai pada para pejabat pemerintah atau birokrat (terutama:
orde baru), sangat diplomatis dan politis serta sering mengulang-ulang kata (repeated
words).
2. Gaya Bicara Mengandung Arti Ganda (Multiple Meaning Talking) Gaya bicara seperti
ini sering kita jumpai pada para sastrawan, seniman maupun ahli filsafat (filosof).
Budayawan dan sosiolog juga acapkali menggunakan gaya bicara ini. Gaya bicara
seperti ini menimbulkan beberapa (=lebih dari satu) interpretasi yang berbeda
dikarenakan menggunakan kata-kata yang mengandung arti lebih dari satu makna
(makna ganda), sehingga pemahaman atas keseluruhan kalimat juga menjadi
bermacam-macam pengertian.
3. Gaya Bicara Dengan Kata Yang Tepat (Using Proper Word Talking) Gaya bicara
dengan memakai kata-kata yang tepat pemakaiannya biasanya kita jumpai pada para
ilmuwan (scientist), cendikiawan serta orang-orang yang tingkat intelektualitasnya
tinggi. Orang-orang yang menggunakan gaya bicara ini adalah pribadi- pribadi yang
menginginkan efisiensi dalam berbicara serta menginginkan tercapainya efektifitas
dalam pencapaian tujuan pembicaraannya. ( Ingat : Walaupun efisien tapi belum tentu
efektif ! ) Dengan menggunakan kata-kata yang tepat (fit and proper words) ini
bertujuan untuk dihindarkannya 3 (tiga) hal berikut :
Kesalahtafsiran (mis-interpretation)
Kesalahfahaman (mis-understanding)
Kesalahan komunikasi (mis-communication) Berbicara dengan menggunakan kata-
kata yang tepat pemakaiannya ini biasanya terkait dengan pembahasan suatu masalah
keilmuan tertentu yang mengharuskan penggunaan istilah (terminology) dalam bidang
ilmu tertentu, sehingga para pendengar diharapkan memahami dengan sangat jelas arti
dan maksud dari pembicaraan tersebut. Istilah-istilah (terminology) tersebut sering
digunakan dalam pembahasan disiplin ilmu-ilmu diantaranya : ekonomi, kedokteran,
politik, hokum, keuangan, akuntansi, manajemen, social, dsb.
4. Gaya Bicara Efektif dan Efisien (Effective and Efficient Talking) Gaya bicara ini
merupakan kombinasi dari ketiga gaya bicara yang telah disebutkan di atas, yakni
dengan cara melihat dan mepertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
Siapa yang diajak bicara (who is the communicatee)
Apa yang dibicarakan (what is the topic)
Waktu dan saat pembicaraan (time & duration)
Tempat pembicaraan (place)
Tujuan pembicaraan (goal) Kelima hal tersebut merupakan acuan (term of
references) bagi si pembicara dalam melakukan pembicaraannya untuk menghasilkan
komunikasi lisan (oral communication) yang berdaya guna (efisien) dan berhasil guna
(efektif) bagi tujuan (goal) yang ingin dicapai oleh si penutur atau si pembicara.
e. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah adalah raut / roman muka yang terlihat dan muncul pada saat
menghadapi/ dihadapkan pada situasi-situasi tertentu yang mengakibatkan berubahnya
raut wajah seseorang. Misalnya :
Pada saat seseorang merasa keheranan atau keanehan yang dijumpai / ditemui, maka
biasanya ia akan mengangkat alis matanya tinggi-tinggi disertai dengan sorot mata
yang berusaha mencari tahu atau mencari jawabannya.
Ketika seseorang harus berpikir keras untuk mengingat-ingat sesuatu, maka ia akan
mengernyitkan dahi dengan pandangan mata tajam tanpa ada yang dipandang
(glancing toward nothing).
Pada saat seseorang merasa senang atau gembira, maka hal ini akan ditampilkan
dengan muka berseri seri dan dengan disertai dengan merekahnya bibir yang
menandakan sedang tersenyum / tertawa kecil.
Pada saat orang berada dalam kesulitan, kesusahan, kesedihan maka raut wajah yang
tampil adalah ekspresi kesedihan yang ditandai dengan seolah-olah wajah tersebut
sedang cemberut yang biasanya disertai dengan emosi yang tinggi pula.
Bila bibir bawah seseorang kelihatan turun ke bawah, itu tandanya sedang mencibir,
mencela, atau menghinakan seseorang. Demikian banyak sekali contoh-contoh
ekspresi wajah seseorang dalam berbagai situasi. Untuk itu kita harus pandai-pandai
menangkap sinyal / tanda tersebut agar kita tidak salah dalam bersikap dan bertindak
yang dapat menimbulkan konflik antar pribadi, baik konflik secara lisan maupun
konflik secara fisik yang akibatnya tidak kita inginkan. Begitupun kita harus pandai-
pandai mengekspresikan wajah kita agar orang lain tahu bahwa kita sedang dalam
situasi tertentu. Tentu saja keadaan-keadaan yang ekstrim yang mungkin dapat terjadi
harus mampu kita hindarkan demi menjaga kesan positif orang lain terhadap diri kita.
f. Sikap Tubuh
Sikap tubuh adalah gerak tubuh seseorang (bukan bahasa tubuh) ketika orang
tersebut sedang melakukan sesuatu. Untuk menimbulkan citra atau kesan yang positif
bagi diri kita, sikap tubuh ini hendaknya yang lumrah atau umum digunakan oleh
sebagian besar (mayoritas) orang sehingga tidak menimbulkan kesalahtafsiran (mis-
interpretation) bagi orang lain yang kebetulan melihat atau memandangnya. Sehingga
dengan demikian kita mengambil sikap tubuh yang dapat diterima secara umum
(generally accepted).
g. Bahasa tubuh
Bahasa tubuh merupakan gerakan gabungan yang terpadu antara ekspresi wajah,
sikap tubuh dan gerakan tangan, yang menghasilkan suatu bahasa yang dapat
ditangkap dan dimengerti oleh orang lain tanpa melakukan bahasa verbal atau bahasa
lisan. Para ahli komunikasi mengatakan bahwa 55-60% komunikasi tatap muka (face
to face communication) adalah melalui Non Verbal Language (bukan bahasa
tutur/lisan). Dengan kata lain, kita lebih sering berkomunikasi lewat perasaan dan
tingkah laku (feelings and attitudes) daripada melalui kata-kata dan tekanan suara
(words and tone of voice). Kita mempunyai 7-10 detik untuk membuat kesan pertama
yang baik (a good first impression). Ada juga yang mengatakan : the first 3 minutes
impression is more significant than ever. Artinya bila kita telah melampauai kesan
3 menit yang pertama maka selanjutnya menjadi mudah dan tidak ada masalah yang
12 berarti. Seperti kata iklan sebuah produk parfum : Kesan pertama begitu
mengesankan., selanjutnya ... Bahasa tubuh untuk masing-masing bangsa
berbeda- beda interpretasinya sesuai dengan tradisi (tradition) dan kebiasaan (habit)
dari masing-masing negara. Oleh karena itu dalam melakukan body language, kita
harus menyadari jangan sampai menyinggung perasaan apalagi membuat marah orang
dari berbeda tradisi dan kebiasaan tersebut.
2. Tujuan berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan-gagasan pembicara
kepada pendengar. Menurut Mulyana mengelompokkan tujuan berbicara ke dalam empat
tujuan, yaitu tujuan sosial, ekspresif, ritual, dan instrumental. Ini dia penjelasannya simak
ya.
a. Tujuan Sosial
manusia sebagai makhluk sosial menjadikan kegiatan berbicara sebagai sarana
untuk membangun konsep diri (dengan bahasa orang dapat mengetahui
kepribadian orang lain), eksistensi diri (dengan berbicara, seseorang akan
dipandang sebagai orang yang eksis), kelangsungan hidup (dengan berbicara
orang dapat mengungkapkan keinginannya kepada orang lain), memperoleh
kebahagiaan, dan menghindari tekanan serta ketegangan.
b. Tujuan Ekspresif
Dalam tujuan ekspresif, berbicara digunakan manusia sebagai alat
untukmenyampaikan perasaannya. Contohnya Dengan bahasa yang penuh kasih
sayang, seorang mahasiswa dapat mengekspresikan rasa cinta kepada seorang
mahasiswi, kadang-kadang didukung oleh simbol-simbol di luar bahasa, misalnya
dengan bunga.
c. Tujuan Ritual
kegiatan ritual sering menggunakan bahasa sebagai media untuk menyampaikan
pesan ritual penganutnya. Seperti Doa. Doa yang digunakan oleh umat beragama
dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini menggambarkan
bahwa bahasa sebagai media berbicara digunakan juga untuk tujuan-tujuan yang
bersifat ritual.
d. Tujuan Instrumental
kegiatan berbicara digunakan sebagai alat untuk memperoleh sesuatu (jabatan,
pekerjaan,dan lain-lain).
Presentasi ilmiah
Presentasi
1. Kecakapan menguasai audience. Tak cukup hanya dengan kemampuan berbicara dan gaya
bahasa tubuh yang menarik untuk menguasai audience, namun juga perlu dilakukan upaya
pengontrolan apakah audience masih bersama kita atau sudah larut dengan urusan masing-
masing. Banyak hal menarik yang dapat dilakukan untuk menguasai audience, diantaranya
adalah melakukan simulasi, memberikan pertanyaan atau diskusi, memberika tayangan
video dan sebagainya. Hal yang menarik sangat dibutuhkan agar audience tidak merasa
bosan saat melihat kita presentasi.
2. Jangan berbicara pada slide. Banyak pembicara yang lebih melihat pada slide yang isinya
sudah mereka ketahui daripada melihat audience. Sebaiknya pembicara lebih fokuskan
mata dan perhatiannya kepada audience, perbanyak kontak mata akan membuat presentasi
menjadi lebih menarik.
3. Kemampuan berbicara dan bahasa tubuh. Beberapa pembicara memberikan kunci dan
beberapa trik menyajikan presentasi melalui skill berbicara yang memikat dan sakian
bahasa tubuh yang menarik perhatian audience. Cara berbicara merupakan hal utama yang
menjadi sorotan audience saat pembicara sedang melakukan presentasi dan juga gaya
bahasa tubuh yang menyesuaikan dengan bahasa lisan. Sebagai contoh adalah Mario Teguh
dimana beliau memiliki gaya khas yang cukup memikat perhatian audience. Oleh karena
itu, pembicara harus memiliki karakter khas dalam bahasa lisan dan bahasa tubuh.
4. Tunjukkan antusiasme. Agar pendengar tidak tmengantuk sepanjang sesi presentasi,
pembicara harus menunjukkan semangat selama menyampaikan materi presentasi yang
disampaikan. Seperti Steve Jobs sering menggunakan kata amazing, cool, dan
extraordinary ketika memperkenalkan berbagai fitur yang dimiliki perangkat andalannya
saat itu.
5. Jelaskan poin-poin penting yang ingin disampaikan. Sebelum memulai presentasi, baiknya
menjelaskan kepada audience ada berapa poin penting yang ingin disampaikan dalam
presentasinya. Memberikan panduan yang jelas di awal presentasi dan mengikuti alur
sesuai garis besar yang kita sampaikan, membantu pendengar lebih mudah menyimak
materi yang disampaikan.
6. Buat angka menjadi berarti. Jika punya data berupa angka yang dapat menunjang
presentasi, manfaatkanlah sampai optimal. Memberikan data melalui angka, terutama
apabila angka yang di sampaikan cukup signifikan, biasanya akan menarik perhatian
pendengar dan penasaran untuk menyimak
7. Latihan atau simulasi. Agar materi yang disampaikan dapat dipresentasikan dengan lancar,
tentunya latihan sangat diperlukan. Sebagai contoh kesuksesan presentasi yang dilakukan
Steve Jobs kabarnya lahir dari belasan jam yang ia relakan untuk melatih terus menerus
penyampaian presentasinya. Jangan lupakan juga detail penting, seperti slide yang menarik
atau tulisan yang jelas terbaca sebagai bagian dari persiapan.
8. Kuasai materi. Menguasai materi artinya pembicara dapat memilih materi yang harus
ditekankan dan materi yang dapat dihilangkan agar membuat presentasi menjadi lebih
efektif. Penguasaan materi ini membuat pembicara akan menjadi lebih nyaman pada saat
presentasi dan membuat presentasi berjalan dengan baik.
9. Jiwai materi yang akan dibawakan. Membawakan presentasi tidaklah sama seperti
membacakan puisi, pembicara tidak perlu menghafal materi yang akan dibawakan, setiap
presentasi membutuhkan 2 hal, yakni harus hidup dan memiliki energi. Hal ini akan
diperoleh jika pembicara menjiwai materi yang anda bawakan.
10. Background yang sederhana. Background yang digunakan pada setiap slide harus
diperhatikan. Jangan sampai ada kalimat yang tidak bisa terbaca dengan jelas karena
penggunaan banckground yang terlalu kontras.
Pelaksanaan
Apabila anda sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, tibalah pada pelaksanaan
anda berbicara di depan umum. Berikut hal yang bisa anda lakukan untuk mengurangi rasa
grogi pada diri anda.
Berbicaralah layaknya anda seorang ahli. Apabila anda menjadi pembicara di depan
umum, berpikirlah bahwa anda adalah seorang pembicara yang hebat, seorang ahli dari
bidang yang akan anda sampaikan kepada audience. Sampaikanlah materi dengan penuh
ketegasan dan keyakinan, hal ini akan membuat anda lebih berwibawa dan audience pun
akan lebih fokus terhadap anda.
Volume Suara. Saat anda berbicara di depan umum. Pastikan semua orang mendengar
suara anda dengan baik. Saat anda berbicara dengan suara pelan dan penuh keraguan jutru
akan membuat audience tidak memperhatikan anda, hal ini akan membuat rasa tidak
percaya diri pada diri anda saat berbicara di depan umum. Maka dari itu lantangkanlah
suara anda.
Perhatikan Kata yang anda keluarkan. Saat orang berbicara di depan umum biasanya
banyak sekali mengeluarkan kataa "euu..eummm.. apaa yah.. (untuk jeda, bingung, atau
kehabisan kata). Cobalah untuk membiasakannya mengurangi atau bahkan tidak
melakukannya. Hal ini akan membuat anda terlihat lebih siaap dan akan men9ngkatkan
rasa percaya diri anda.
Tersenyumlah. Saat berbicara jangan lupa untuk selalu tersenyum penuh keceriaan dan
sapalah audience. Hal ini akan mengurangi rasa grogi pada diri anda.
4.Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut
ini
1. Wawasan pendengar pidato secara umum
2. Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
3. Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
4. Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
5. Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.
3. Masalah dalam diskusi Masalah yang didiskusikan merupakan suatu persoalan yang
dibahas oleh peserta diskusi untuk dipahami, diketahui sebab-sebabnya, dianalisis, dicari
jalan keluar atau solusinya, diambil keputusan yang tepat, terbaik di antara yang baik atau
tak baik sesuai dengan keadaan dan kebutuhan Masalah adalah persoalan yang ada antara
harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, kegiatan diskusi merupakan suatu upaya untuk
menemukan cara menghilangkan, mengatasi atau memperkecil jarak antara harapan
dengan kenyataan.
4. Macam-macam diskusi
a. Sarasehan/ Simposium Adalah pertemuan dengan beberapa pembicara atau para ahli
yang mengemukakan sebuah pidato atau pendapat tentang suatu hal masalah dalam
bidang tertentu.
b. Seminar Adalah pertemuan para pakar ilmu pengetahuan yang berusaha untuk
mendapatkan kata sepakat dalam suatu hal.
c. Santiaji Adalah pertemuan/ pengarahan singkat yang digunakan untuk pengarahan/
pelatihan menjelang pelaksanaan kegiatan
d. Lokakarya Adalah pertemuan antara sesama pakar ahli dalam bidang tertentu yang
membahas masalah praktis atau masalah yang bersangkutan dengan bidangnya.
Kesimpulan
Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka. Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung
antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara
pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara. Selain itu kesimpulan yang saya ambil
bagaimana cara membuat karya ilmiah yang baik dan menyusun kerangka karangan dan
menjelaskan bagaimana diskusi yang baik, diskusi merupakan komunikasi atau interaksi antara
dua orang atau lebih dalam suatu forum atau majlis. Biasanya yang diperbincangkan atau
dibicarakan adalah tentang suatu hal, masalah ilmu pengetahuan, yang nantinya akan
memberikan jalan keluar atau pemahaman yang benar dan baik.
Pertanyaan
1. Bagaimanakah sejarah bahasa indonesia pada jaman dulu ?
2. Ada berapa teknik cara membuat sebuah karangan ?
3. Buatlah sebuah karya ilmiah yang berjudul kebidanan ?
4. Bagaimana menyampaikan pidato yang baik ?
DAFTAR PUSTAKA
http://visiuniversal.blogspot.com/2014/04/10-tips-presentasi-yang-baik-dan-
efektif.html#sthash.LnwpUb5A.dpuf
http://abdulkhamid12.wordpress.com/bahasa-indonesia/materi/sejarah-fungsi-dan-kedudukan-
bahasa-indonesia/
Darmanto.2015.Buku Panduan Belajar Bahasa Indonesia Tingkat 1.Akbid Mambaululum
Surakarta.
Dwi,Purwanto Iswanto.2007.Pendidikan Falsafah Kemanusiaan Indonesia.yogyakarta:Fitramaya