You are on page 1of 9

Nama : Lely Khairani

NPM : 240210130035

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Titrasi Asam Basa


Standarisasi HCl
Kelompok
Volume HCl (mL) N HCl (N) N NA2CO3 (N)
6 9,2 0,1089 0,1002
7 9,4 0,1065 0,1002
8 9 0,112 0,1008
9 9,2 0,109 0,1008
10 9,6 0,105 0,1008
Rata-rata: 9,36 0,10828 0,10056

Perhitungan (Kelompok 9):


a. Konsentrasi Na2CO3
2 3 0,5345
=
() 106
2 0,1
0,5345
= = 0,1008
5,3
b. Normalitas HCl
VHCl NHCl = VNa2CO3 NNa2CO3
9,2 NHCl = 10 0,1008
NHCl = 0,109 N

Praktikum tanggal 9 September 2014 ini dilakukan praktikum titrasi asam-


basa. Titrasi asam-basa merupakan salah satu jenis reaksi yang dilakukan untuk
analisis volumetri. Analisis volumetri bertujuan untuk menentukan kadar suatu
larutan yang nilainya belum pasti. Dibutuhkan 2 macam larutan pada percobaan
titrasi yaitu titran dan analit. Titran (larutan penitrasi) merupakan larutan baku yang
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya, biasanya diletakkan di dalam buret
(tabung panjang yang memiliki skala volume dan kran penetes). Sedangkan analit
Nama : Lely Khairani
NPM : 240210130035

(larutan yang dititrasi) adalah larutan yang akan dicari konsentrasinya namun
volumenya harus sudah diketahui terlebih dahulu dan biasanya diletakkan di dalam
Erlenmeyer. Titrasi dapat berupa reaksi asidimetri atau alkalimetri. Praktikum kali ini
dilakukan titrasi alkalimetri, yaitu menentukan kadar suatu larutan asam dengan
larutan standar basa.
Berikut merupakan cara titrasi :
1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret
yang telah ditera.
2. Zat yang dititrasi (analit) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau
erlenmeyer). Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran
3. Kemudian ditambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya,
indikator fenolftalein
4. Selanjutnya dirangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak,
wadah titrat tepat dibawah ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas putih
atau tissu putih di bawah wadah titrat
5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit)
sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan
diperoleh titik akhir titrasi.

Larutan asam yang akan ditentukan konsentrasinya adalah HCl dan larutan
garam-basanya adalah Na2CO3. Pertama adalah pembuatan HCl 0,1 N, HCL pekat 12
N di pipet sebanyak 2,08 ml dan kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur yang
telah berisi aquades 250 ml. Perhitungan volume HCl pekat dan aquades didasarkan
pada perbandingan terhadap ukuran 8,33 ml HCl untuk 1 liter larutan. Penambahan
aquades tidak secara langsung ditambahkan 250 ml, tetapi setengahnya terlebih
dahulu kemudian dikocok. Hal ini dimaksudkan agar larutan tercampur secara cepat
hingga homogen, kemudian sisa aquades dimasukkan hingga tanda batas pada labu
ukur.
Larutan HCl dalam praktikum ini adalah sebagai larutan standar sekunder,
dimana konsentrasinya belum diketahui secara pasti. HCl digunakan sebagai larutan
Nama : Lely Khairani
NPM : 240210130035

standar karena HCl memenuhi faktor-faktor yang diperlukan untuk membuat suatu
larutan standar yaitu ;
1. Asam tersebut harus sangat kuat, yakni sangat terdisosiasi.
2. Asam tersebut tidak mudah menguap.
3. Larutan asam harus stabil.
4. Garam dari asam harus mudah larut
5. Asam tersebut bukan pengoksidasi yang cukup kuat untuk menghancurkan
6. senyawa-senyawa organik yang digunakan sebagai indikator.
HCl merupakan suatu gas, tetapi bersifat tidak mudah menguap dari larutan
karena sangat terdisosiasi dalam larutan berair. HCl yang terdisosiasi artinya adalah
HCl dalam larutan terurai menjadi lebih sederhana sehingga tidak mudah menguap.
HCl sebagai larutan baku sekuder bersifat tidak stabil sehingga harus di standarisasi
menggunakan larutan standar primer yang telah diketahui konsentrasinya.
Selanjutnya adalah pembuatan larutan Na2CO3 anhidrous 0,1 N. Langkah pertama
adalah menimbang Na2CO3 anhidrous sebanyak 0,53 gram dengan neraca analitik.
Kemudian Na2CO3 anhidrous dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 100
ml. Setelah itu dimasukkan aquades sebanyak 100 ml hingga tanda batasnya dan
kemudian dikocok hingga homogen. Na2CO3 dalam titrasi ini berperan sebagai
larutan standar primer. Na2CO3 bersifat higroskopis sehingga dapat menyebabkan
penyerapan CO2 dari udara, untuk mencegah hal tersebut, maka dilakukan
pengenceran Na2CO3 dan dimasukkan kedalam labu ukur yang dilengkapi dengan
tutup yang dapat menyerap CO2. Na2CO3 merupakan garam yang terbentuk dari asam
lemah dan basa kuat, apabila bereaksi dengan air akan terjadi hidrolisis sebagian.
Na2CO3 merupakan garam berasam 2 sehingga ionisasinya adalah:
Kw
CO32 H 2O HCO3 OH Kb1 2,13x10 4
Ka2

Kw
H CO3 H 2O H 2 CO3 OH Kb2 2,25 x10 8
Ka1
Dititrasi dengan HCl maka reaksinya:
Nama : Lely Khairani
NPM : 240210130035

HCO3 H H 2 CO3

Dalam membuat suatu larutan standar primer diperlukan faktor-faktor berikut ini:
1. Harus mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian
yang diketahui. Pada umumnya jumlah semua zat pengotor tak melebihi 0,01
sampai 0,02% dan harus mungkin untuk mengujinya terhadap kotoran dengan
uji kualitatif yang kepekaannya diketahui.
2. Zat harus mudah dikeringkan dan tak boleh demikian higroskopis sehingga
menarik air sewaktu ditimbang. Tak boleh kehilangan berat sewaktu terkena
udara.
3. Standar primer mempunyai berat ekivalen tinggi untuk dapat mengurangi
akibat kesalahan dalam penimbangannya.
4. Asam atau basanya harus yang kuat sehingga terdisosiasi tinggi.
Larutan standar primer Na2CO3 tentu memiliki satuan konsentrasi untuk
menentukan konsentrasi larutan HCl. Normalitas dihitung dari banyaknya zat dalam
gram ekivalen dalam satu liter larutan. Normalitas larutan Na2CO3 dapat diketahui
dengan menghitungnya menggunakan rumus ;
1000
N Na2CO3 = x

Selanjutnya adalah standarisasi HCl 0,1 N terhadap Na2CO3 0,1 N. Caranya
adalah 10 ml Na2CO3 0,1 N di pipet dan dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
kemudian ditambahkan 3 tetes indikator metil orange. Indikator yang digunakan
harus dapat menunjukkan perubahan yang nyata pada saat reaksi antara larutan yang
dititrasi dan larutan penitrasi. Perubahan warna yang ditunjukkan indikator disebut
sebagai titik akhir titrasi. Metil orange adalah indikator dengan range pH 3,1 4,4
dengan warna dalam larutan asam-basa adalah jingga. Pembuatan metil orange dapat
dilakukan dengan menimbang 1 gram metil orange dan dilarutkan dalam 100 cm3
alkohol 70 %, sambil diaduk-aduk.
Selanjutnya dilakukan titrasi dengan HCl 0,1 N. HCl dimasukkan kedalam buret
yang berbentuk seperti pipet dengan ukuran besar yang disangga oleh sebuah statif
Nama : Lely Khairani
NPM : 240210130035

dan dilengkapi dengan keran yang dapat diputar sehingga dapat mengeluarkan larutan
HCl setetes demi setetes secara perlahan hingga warna larutan Na2CO3 yang telah
ditetesi metil orange berubah menjadi merah muda. Larutan HCl dimasukkan pada
buret hingga meniskus bawah, berikut gambar rangkaian alat titrasi :

Gambar 1. Rangkaian Alat Titrasi asam-basa


(Sumber : Google.com)

Setelah dilakukan titrasi, didapatkan hasil titik akhir titrasi adalah saat volume
HCl sebanyak 9,2 ml dapat mengubah warna larutan Na2CO3 yang semula jingga
menjadi warna merah. Titik ekuivalen dalam titrasi terjadi saat titran dan analit mol
ion asam basanya tepat habis bereaksi, perubahan warna belum terjadi di titik ini.
Titik akhir titrasi terjadi saat titik ekuivalen terlewati, ditandai dengan terjadinya
perubahan warna pada larutan. Perubahan warna yang demikian tidak terjadi secara
langsung dan tiba-tiba, tetapi perubahan warna ini disebabkan oleh karena
pengionannya membawa perubahan struktur yaitu struktur molekul dan ionnya
berbeda. Perbedaan struktur bentuk asam dan bentuk basa, karenanya mengakibatkan
perbedaan warna. Hal ini terjadi karena bentuk yang mempunyai ikatan rangkap
terkonjugasi umumnya bentuk yang berwarna. Konjugasi menyebabkan energi yang
diperlukan untuk meningkatkan elektron lebih rendah sehingga cukup dipenuhi oleh
sinar tampak, maka sebagian dari sinar putih diserap dan zat menjadi berwarna. Zat
Nama : Lely Khairani
NPM : 240210130035

yang tak berwarna menyerap energi yang lebih besar dan hanya tercukupi oleh sinar
UV, sehingga sinar putih tidak dipengaruhi dan tidak timbul warna.
Setelah diketahui volume HCl yang dibutuhkan untuk mereaksikan dengan
indikator metil orange, maka dapat dicari konsentrasinya dalam satuan normalitas.
Normalitas HCl dapat dihitung dengan persamaan :
VHCl NHCl = VNa2CO3 NNa2CO3
Nama : Lely Khairani
NPM : 240210130035

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Volume HCl yang dicari saat standardisasi dengan larutan Na2CO3 adalah 9,2
ml
2. Konsentrasi HCl dapat dihitung dengan mengunakan persamaan :
V Na2CO3 x N Na2CO3 = V HCl x N HCl
3. Konsentrasi HCl yang didapatkan kelompok 9 adalah 0,109 N dengan rata-rata
kurang lebih 0,1 N.
4. Titik akhir titrasi dapat dilihat melalui perubahan warna yang ditunjukkan
oleh metil orange dengan range pH 3,1 - 4,4 (yaitu dari warna kuning menjadi
warna merah) dan penoftalein dengan range pH 8,3 10,0 (dari warna bening
ke merah muda)

5.2 Saran
1. Dalam membaca skala buret pastikan pandangan mata sejajar dengan garis
skala yang ada, agar tidak terjadi kesalahan pembacaan
2. Sesuaikan indikator yang digunakan dengan pH larutan yang dititrasi,
perhatikan trayek pHnya
3. Pastikan buret dalam keadaan tegak dan lurus saat digunakan
Nama : Lely Khairani
NPM : 240210130035

DAFTAR PUSTAKA

David W. Oxtoby, H.P. Gillis. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi


Keempat, Erlangga, Jakarta.
Day, R.A. dan A.L, Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Jakarta. Erlangga
Setiabudi, Agus. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung. PT Setia Purna
Nama : Lely Khairani
NPM : 240210130035

Perhitungan pH awal larutan Na2CO3

Molaritas Na2CO3 :

1000
=
100
0,5345 1000
= = 0,05
106 100
KwAir = 10-14

Ka HCO3 : 5,6 x 10-11


[OH-] = [ ]

1014
[OH-] = 5,6 1011 [0,05]

[OH-] = 9 106

[OH-] = 3x 10-3

[pOH] = 3 log(3)

[pH] = 14 (3 log(3))

[pH] = 11,47

You might also like