You are on page 1of 14

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Klasifikasi Gelombang Seismik

Gelombang seismik merupakan gelombang elastik yang menjalar di


dalam bumi (Waluyo, 1996). Sumber gelombang seismik berasal dari lapisan
batuan yang patah tiba-tiba atau adanya ledakan. Gelombang seismik
dibedakan menjadi dua tipe yaitu gelombang badan (body wave) dan
gelombang permukaan (surface wave). Gelombang badan (body wave)
merupakan gelombang yang menjalar ke segala arah di dalam bumi.

Gelombang badan terdiri dari gelombang primer (gelombang P) yang


merupakan gelombang longitudinal dengan arah perambatannya searah
dengan gerakan partikelnya dan gelombang sekunder yang merupakan
gelombang transversal dengan arah rambatannya tegak lurus dengan gerakan
partikelnya. Gelombang sekunder tidak dapat merambat pada medium cair
dan kecepatannya lebih rendah daripada kecepaan gelombang primer.
Gelombang sekunder dibedakan menjadi dua yaitu gelombang SH yang
merupakan gelombang sekunder dengan gerakan partikelnya terpolarisasi
secara horizontal dan gelombang SV yang merupakan gelombang sekunder
dengan gerakan partikelnya terpolarisasi pada bidang vertikal (Waluyo,
1996). Gelombang permukaan (surface wave) merupakan gelombang yang
menjalar melalui permukaan bumi. Frekuensi gelombang permukaan lebih
rendah daripada gelomang badan. Gelombang permukaan dibedakan menjadi
dua yaitu gelombang Love dan gelombang Rayleigh.

Gelombang Love merupakan gelombang yang terpandu di permukaan


dan terpolarisasi secara horizontal (tidak mempunyai perpindahan vertikal).
Gerakan partikel yang dilewati gelombang Love sejajar dengan permukaan
tetapi tegak lurus dengan arah rambatannya. Gelombang ini terbentuk dari
interferensi konstruktif dari pantulan-pantulan gelombang SH pada
permukaan bebas. Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang lintasan
partikelnya menyerupai elips dan menjalar melalui permukaan medium.
Gerakan partikelnya ke belakang (bawah maju atas mundur) sehingga
menimbulkan efek gerakan tanah yang sirkuler dan hasilnya tanah akan
bergerak naik turun seperti ombak di laut. Gelombang Rayleigh terbentuk
dari interaksi antara gelombang P dan SV pada permukaan bebas yang
menjalar secara paralel terhadap permukaan (Waluyo, 1996).

3.2 Transformasi Fourier

Transformasi Fourier merupakan suatu transformasi matematis yang


merubah fungsi dalam kawasan waktu menjadi fungsi dalam kawasan
frekuensi (Waluyo, 2013). Transformasi Fourier fungsi periodik dalam
kawasan waktu x(t) menjadi fungsi dalam kawasan frekuensi X(n) dinyatakan
dalam persamaan:

dengan n adalah bilangan bulat yang menyatakan frekuensi harmonik fungsi


x(t), T1 adalah periode fungsi x(t). Sedangkan transformasi Fourier fungsi
kontinyu dalam kawasan waktu x(t) menjadi fungsi dalam kawasan frekuensi
X(f) merupakan persamaan dalam bentuk integral sehingga transformasinya
disebut juga sebagai integral Fourier yang dinyatakan dalam persamaan:

3.3 Penghalusan Data

Penghalusan data atau smoothing adalah suatu proses untuk


menghaluskan pola data dengan tujuan menghindari nilai amplifikasi menjadi
infinite (tak berhingga). Penghalusan data dilakukan berdasarkan pada
persamaan Kono dan Omachi (1998), yaitu :

Dengan adalah frekwensi, 0 adalah frekwensi sentral penghalusan


data, b adalah koefisien bandwidth dan W adalah nilai pembobot amplifikasi
pada frekuensi .
Koefisien bandwidth (b) merupakan koefisien yang mengontrol
penghalusan data. Nilai b yang besar akan menghasilkan penghalusan data
yang lebih rendah sedangkan nilai b yang kecil akan menghasilkan
penghalusan data yang tinggi.

3.4 Mikrotremor

Mikrotremor merupakan getaran konstan pada permukaan bumi yang


sangat lemah dengan amplitudo antara 10-410-2 mm. Sumber mikrotremor
berasal dari aktivitas manusia seperti aktivitas mesin industri, lalu lintas dan
fenomena alam seperti aliran air sungai, angin, variasi tekanan atmosfer,
gelombang laut (Okada, 2003). Menurut Sesame (2004), mikrotremor terdiri
atas gelombang permukaan dan gelombang badan. Pengukuran mikrotremor
telah banyak dilakukan untuk menentukan karakteristik dinamika tanah di
suatu daerah.

3.5 Mikrozonasi

Mikrozonasi mikrotremor adalah suatu proses pembagian area


berdasarkan parameter tertentu memiliki karakteristik yang dipertimbangkan
antara lain adalah getaran tanah,faktor penguatan (amplifikasi) dan periode
dominan. Secara umum, mikrozonasi mikrotremor dapat dikatakan sebagai
proses untuk memperkirakan respon dan tingkah laku dari lapisan tanah atau
sedimen terhadap adanya gempabumi.

3.6 Metode Horizontal-to-Vertical Spectral Ratio (HVSR)

Perambatan gelombang gempabumi dari bedrock (lapisan yang


berada di bawah lapisan sedimen permukaan) ke lapisan sedimen permukaan
menyebabkan terjadinya perubahan goncangan gempabumi berupa
pembesaran atau amplifikasi (Aisyah, dkk., 2011). Amplifikasi oleh lapisan
sedimen permukaan pada awalnya diketahui menggunakan metode classical
spectral ratio yang dinyatakan dengan persamaan dari Seht dan Wohlenberg
(1999), yaitu:
dengan ST merupakan nilai amplifikasi, SHS merupakan spektrum komponen
horizontal dari data mikrotremor di atas lapisan sedimen dan SHB merupakan
spektrum komponen horizontal dari data mikrotremor di lapisan bedrock.

Nakamura (1989) mengembangkan suatu metode baru penentuan


amplifikasi yang menggambarkan karakteristik lapisan sedimen permukaan
dengan menggunakan pengukuran mikrotremor hanya di atas lapisan sedimen
permukaan yang disebut HVSR. Asumsi yang digunakan dalam Nakamura
dalam metode HVSR adalah:

1. Gelombang Rayleigh merupakan noise yang mempengaruhi pengukuran


mikrotremor di lapisan sedimen permukaan tetapi tidak mempengaruhi
pengukuran mikrotremor di lapisan bedrock.

2. Spektrum komponen vertikal mikrotremor tidak mengalami amplifikasi


oleh lapisan sedimen, maka perbandingan komponen vertikal di lapisan
sedimen permukaan (SVS) dan komponen vertikal di lapisan bedrock (SVB )
yang dinyatakan sebagai ES bernilai 1 seperti ditunjukkan dengan
persamaan:

3. Gelombang Rayleigh diasumsikan memiliki efek yang sama pada


komponen vertikal dan horizontal mikrotremor di lapisan sedimen,
sehingga untuk menghilangkan efek gelombang Rayleigh, nilai amplifikasi
ditentukan menggunakan perbandingan (STT) seperti ditunjukkan dengan
persamaan :
4. Spektrum komponen horizontal mikrotremor (SHB) sama dengan spektrum
komponen vertikal mikrotremor (SVB) di lapisan bedrock, sehingga
perbandingan keduanya (RB) adalah 1. Perbandingan keduanya secara
matematis dinyatakan dengan persamaan:

5. Berdasarkan persamaan 3.7, maka persamaan 3.6 menjadi persamaan

yang merupakan dasar perhitungan pada metode HVSR. Berdasarkan


analisis menggunakan metode HVSR, nilai amplifikasi (A) diperoleh
berdasarkan nilai puncak kurva HVSR dan frekuensi dominan (f0)
merupakan nilai frekuensi pada puncak kurva HVSR (Gambar 3.1).
Menurut Nakamura (2000), nilai frekuensi dominan dan amplifikasi
pada metode HVSR disebabkan oleh gelombang SH (gelombang sekunder
yang terpolarisari secara horizontal) yang melewati lapisan sedimen
permukaan dan merupakan parameter yang mencerminkan karakteristik
dinamika lapisan sedimen permukaan. Nilai frekuensi dominan dan
amplifikasi selanjutnya digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan
sedimen, indeks kerentanan seismic dan ground shear strain.

3.7 Amplifikasi.
Amplifikasi merupakan perbesaran gelombang seismik yang terjadi
akibat adanya perbedaan yang signifikan antar lapisan, dengan kata lain
gelombang seismik akan mengalami perbesaran, jika merambat pada suatu
medium ke medium lain yang lebih lunak dibandingkan dengan medium awal
yang dilaluinya. Semakin besar perbedaan itu, maka perbesaran yang
dialami gelombang tersebut akan semakin besar.

Nakamura (2000) menyatakan bahwa nilai faktor penguatan


(amplifikasi) tanah berkaitan dengan perbandingan kontras impedansi lapisan
permukaan dengan lapisan di bawahnya. Bila perbandingan kontras
impedansi kedua lapisan tersebut tinggi maka nilai faktor penguatan juga
tinggi, begitu pula sebaliknya. Marjiyono (2010) menyatakan bahwa,
amplifikasi berbanding lurus dengan nilai perbandingan spektral horizontal
dan vertikalnya (H/V). Nilai amplifikasi bisa bertambah, jika batuan
telah mengalami deformasi (pelapukan, pelipatan atau pesesaran) yang
mengubah sifat fisik batuan. Pada batuan yang sama, nilai amplifikasi
dapat bervariasi sesuai dengan tingkat deformasi dan pelapukan pada tubuh
batuan tersebut.

3.8 Frekuensi Dominan

Frekuensi dominan adalah nilai frekuensi yang kerap muncul sehingga


diakui sebagai nilai frekuensi dari lapisan batuan di wilayah tersebut sehingga
nilai frekuensi dapat menunjukkan jenis dan karakterisktik batuan tersebut.

3.9 Faktor Kualitas (Q)

Energi gelombang seismik yang melewati suatu medium akan


mengalami penyerapan oleh medium. Energi yang diserap akan dirubah
menjadi panas (Sheriff dan Lloyd, 1995). Panas yang ditimbulkan berasal dari
gesekan-gesekan partikel medium yang bergerak saat dilalui gelombang
seismik. Proses penyerapan energi ini disebut atenuasi gelombang yang
mengakibatkan menurunnya amplitudo gelombang (Munadi, 2000).

Menurut Sheriff dan Lloyd (1995), besarnya energi gelombang yang


diserap oleh medium per cycle dapat dinyatakan dalam persamaan

Dengan E adalah jumlah energi yang diserap, E adalah jumlah energi


yang masuk ke dalam medium dan Q adalah faktor kualitas. Dari persamaan
3.9 dapat diketahui bahwa nilai Q merupakan perbandingan antara energi
yang masuk ke dalam medium dengan energi yang diserap. Jika energi yang
diserap oleh medium kecil maka nilai Q menjadi besar dan medium memiliki
kemampuan yang baik dalam merambatkan gelombang, begitu pula
sebaliknya.

Hubungan antara faktor kualitas (Q) dan frekuensi dominan saat


terjadi resonansi dinyatakan dalam persamaan dari Munadi (2000), yaitu
Dengan 2f adalah lebar bandwidth/pita frekuensi yang merupakan
lebar kurva resonansi pada amplitudo 0,707 dari nilai puncaknya.
Perhitungan 2f diilustrasikan pada Gambar 3.2.

3.10 Hubungan Empiris Amplifikasi, Frekuensi Dominan dan Faktor


Kualitas

Amplifikasi terjadi jika frekuensi gelombang yang datang dari lapisan


bedrock (f00) memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi resonansi
lapisan sedimen permukaan(f01 ). Pada frekuensi resonansi, gelombang
gempabumi dari bedrock akan diperbesar A kali (A adalah nilai amplifikasi) di
lapisan sedimen permukaan sehingga amplitudo gelombang gempabumi di
lapisan sedimen permukaan (as) dapat dinyatakan sebagai

Dengan aB adalah amplitudo gelombang gempabumi di lapisan


bedrock. Menurut Nakamura (2000), nilai amplifikasi dinyatakan dengan
persamaan

B = massa jenis lapisan bedrock

s = massa jenis lapisan sedimen permukaan

Vss = kecepatan gelombang sekunder di lapisan bedrock


VSB = kecepatan gelombang sekunder di lapisan sedimen permukaan

Berdasarkan persamaan 3.11 dan 3.12, amplitudo gelombang di lapisan


sedimen dapat dinyatakan dengan persamaan

3.11 Indeks Kerentanan Seismik (Kg)

Indeks kerentanan seismik (Kg) merupakan indeks yang


menggambarkan tingkat kerentanan suatu lapisan tanah permukaan
mengalami deformasi saat gempabumi dan tingkat deformasi lapisan tanah
permukaan juga berhubungan dengan kerusakan struktur bangunan yang ada
di atasnya. Nakamura (2000) menyatakan nilai indeks kerentanan seismik
menggunakan persamaan

Dengan Kg merupakan nilai indeks kerentanan seismik, A merupakan


amplifikasi dan f0 merupakan frekuensi dominan.

3.12 Percepatan Getaran Tanah Maksimum

Percepatan getaran tanah maksimum (Peak Ground Acceleration /


PGA) merupakan nilai terbesar dari percepatan getaran tanah yang pernah
dialami di suatu tempat karena gempabumi (Broptopuspito, dkk., 2006).
Fukushima dan Tanaka (1990) mengembangkan suatu persamaan empiris
untuk menghitung PGA di batuan dasar (di bawah lapisan sedimen
permukaan) berdasarkan data gempabumi di Jepang selama 30tahun yang
direkam menggunakan accelerograph. Persamaan empiris dari Fukushima
dan Tanaka dinyatakan sebagai

dengan ab adalah percepatan getaran tanah maksimum di batuan dasar dalam


gal, M adalah magnitudo momen dalam MW dan R adalah Jarak hiposenter
denganpengukuran dalam km.
Berdasarkan persamaan 3.22, dapat diketahui bahwa nilai PGA di
batuan dasar hanya bergantung pada magnitudo momen gempabumi (MW)
dan jarak hiposenter (R).

3.13 Ground Shear Strain (

Ground shear strain menyatakan besarnya regangan maksimum yang


dialami tanah permukaan jika terjadi gempabumi (Nakamura, 1997). Nilai
ground shear strain dinyatakan dalam persamaan

Dengan merupakan ground shear-strain, Kg merupakan indeks


kerentanan seismik, 10-6 merupakan tetapan untuk mengestimasi nilai strain
pada satuan 10-6 pada lapisan tanah permukaan dan merupakan nilai PGA
di batuan dasar.

Ishihara (1982) menyatakan hubungan nilai ground shear strain


terhadap kondisi tanah permukaan dalam Tabel 3.1.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, V., Suharna, dan Agus S., 2011, Ground Amplification Mapping Using
HVSR Method (Horizontal To Vertical Spectral Ratio) In Patuk,
Gunungkidul, Yogyakarta (Indonesia). Proceedings JCM Makassar 2011,
The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition,
Makassar, 26 29 September 2011.
Broptopuspito, K.S, Tiar P., dan Ferry M.W., 2006, Percepatan Getaran Tanah
Maksimum Daerah Istimewa Yogyakarta 1943-2006, J. Geofisika, 2006/1.
Fukhusima, Y., dan Tanaka, T., 1990, A New Attenuation Relation for Peak
Horizontal Acceleration of Strong Earthquake Ground Motion in Japan, Bull
of the seismological society of America. Soc. Am., 80, 757-783.
Hatta, Y., S. Nakamura, A. Nozu, S. Shibao, Y. Murakami, and K. Ichii, 2010,
Microtremor H/V Spectrum Ratio and Site Amplification Factor in the
Seismic Observation Stations for 2008 Iwate-Miyagi Nairiku Earthquake,
Isihara, K., 1982, Evaluatian of Soil Properties for Use in Earthquake Response
Analysis. Proc. Int. Symp. On Numerical Model in Geomech, 237-259.
Konno, K., dan Ohmachi, T., 1998. Ground Motion Characteristics Estimated
From Spectral Ratio Between Horizontal To Vertical Components Of
Microtremor,
Munadi, S, 2000, Aspek Fisis Seismologi Eksplorasi, Program Studi Geofisika,
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok.
Nakamura, Y, 1989, A Method for Dynamic Characteristic Estimation of
Subsurface using Microtremor on the Ground Surface, QR Railway
Technical Research Institute, 30, 1, 25-33.
Nakamura, Y, 1997, Seismic Vulnerability Indices for Ground And Structures
Using Microtremor, World Congress on Railway Research, Florence, Nov.
1997.
Nakamura, Y, 2000, Clear Identification of Fundamental Idea of Nakamura's
Technique and its Applications, Proc XII World Conf. Earthquake
Engineering, New Zealand,2656.
Nakamura, Y., T. Sato, dan M. Nishinaga, 2000, Local Site Effect of Kobe Based
on Microtremor Measurement. Proceeding of the Sixth International
Conference on Seismic Zonation EERI, Palm Springs California.
Okada, H., 2003, The Microtremor Survey Method (Geophysical Monograph
Series Number 12), Society of Exploration Geophysicists, Amerika.
Sesame, 2004, Guidelines for the implementation of the H/V spectral ratio
technique on ambient vibration measurements and interpretation, SESAME
Europan Research Project, European Commision-Research General
Directorate.
Sheriff, R.E., dan Lloyd P.G., 1995, Exploration Seismology; Second Edition,
Cambridge University Press, London.
Seht, M.I, dan J. Wohlenberg. 1999. Microtremor Used To Map Thickness Of Soil.
Waluyo., 1996, Seismologi, Lab. Geofisika, Program Studi Teknik Geofisika,
FMIPA, UGM, Yogyakarta.
Waluyo., 2013, Analisis Runtun Waktu, Program Studi Teknik Geofisika, FMIPA,
UGM, Yogyakarta.

You might also like