You are on page 1of 21

I.

IDENTITAS
Nama : An. FI
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Tualang
Nama ayah : Tn. ZK Nama ibu : Ny. DW
Umur : 35 tahun Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : IRT

Masuk RS : 03 Januari 2015


No. CM : 150100061
Tgl. Diperiksa : 05 Januari 2015
II. ANAMNESIS
(dilakukan autoanamnesis dan juga aloanamnesis terhadap ibu kandung pasien)
A. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama : Pasien mengeluh sesak sejak 3 jam yang lalu SMRS
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluh sesak sejak 3 jam yang lalu, saat sesak terlihat
pergerakan diding dada pada anak dengan terdengar suara nafas pada saat
bernafas. Sebelumnya pasien mengeluh batuk berdahak sejak 1 bulan yang
lalu.3 hari lalu batuk timbul disertai dengan pilek dan demam yang tinggi
terus menerus.Pada saat pasien tidur terdengar suara mendengkur pasien
juga mengeluh nyeri saat menelan selama 3 hari ini.Ibu pasien juga
mengeluhkan berat badan anak tidak bertambah dalam beberapa bulan
belakangan ini.Pasien sudah dibawa berobat diklinik dan diberi obat oleh
dokter dan demam sudah turun.
3. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak terdapat keluarga serta dan lingkungan sekitar pasien yang
mendererita keluhan yang sama.
4. Riwayat pengobatan:
Sebelumnya sudah berobat ke klinik 1 hari yang lalu dan diberikan
paracetamol serta antibiotik oleh dokter.Panas sudah turun tetapi batuk
dan pilek tidak ada perubahan.
Kesan: anak batuk berdahak dengan pernafasan cepat
5. Riwayat pribadi
Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kehamilan:
Ibu G3P3A0H3selama kehamilan rutin periksa kedokter
Riwayat persalinan
Lahir normal, cukup bulan, waktu lahir lansung menangis,
melahirkan diklinik bidan dengan berat badan 2,9 kg dan panjang
badan 46 cm
Riwayat pasca lahir: tidak terdapat kelainan anak lahir dengan
keadaan sehat dengan APGAR score 8 (baik)
Kesan : anak merupakan anak ke 3 dari 3 bersudara
6. Riwayat makanan :
Anak tidak mengkonsumsi ASI sampaiumur 3 bulan.Anak sering membeli
jajanan dipinggir jalan dan sering mengkonsumsi makanan atau minuman
dingin.Anak makan 3 kali sehari.
Kesan: Gizi anak baik
7. Pertumbuhan dan perkembangan :
Pertumbuhan
Riwayat pertumbuhan dalam batas normal, pertumbuhan baik
Perkembangan psikomotor
Motorik kasar : dalam batas normal
Motorik : dalam batas normal
Bicara : dapat berbicara dengan lancer tanpa kesulitan
dengan orientasi baik
Social : anak dapat berinteraksi dengan baik dengan
lingkungan sekitarnya
Mental/ intelengensia: tidak terdapat gangguan mental dan
intelegensi anak baik
Emosi dan prilaku : tidak terdapat kelainan
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan psikomotor anak
dalam batas normal
8. Imunisasi
a. BCG: 1x di Posyandu
b. DPT : 3x, umur : 2bulan, 4bulan, dan 6bulan di Posyandu
c. Polio : 3x, umur : 2bulan, 4bulan, dan 6bulan di Posyandu
d. Hep B : 3x, umur : lahir, 2bulan, dan 6bulan di Posyandu
e. Campak : umur 9 bulan di Posyandu
f. Booster : -
Kesimpulan : Imunisasi dasar lengkap
9. Riwayat penyakit dahulu
Belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya
I. Penyakit
a. Diare : pernah 2x ketika umur 1 tahun dan 4 tahun
b. Campak :-
c. ISPA :-
d. Parotitis :-
e. Hepatitis :-
f. Demam tifoid :-
g. Malaria :-
h. Demam berdarah :-
II. Riwayat mondok : -
III. Riyawat operasi : -
10. Social ekonomi dan lingkungan
Social ekonomi:
Ayah anak merupakan seoramg pedagang yang menjual peralatan
rumah tangga.
Lingkungan :
Ibu anak membersihkan rumah pagi dan sore hari secara teratur
setiap hari
KESAN: ekomoni keluarga menengah dan likunganya bersih
11. Anamnesis system
System serebrospinal : tidak ada kelainan
System kardiovaskuler : tidak ada kelainan
System pernapasan : status lokalis
System gastrointestinal : tidak ada kelainan
System urogenital : tidak ada kelainan
System integumentum : tidak ada kelainan
System musculoskeletal : tidak ada kelainan
IV. PEMERIKSAAN JASMANI
A. Pemeriksaan umum (dilakukan pada tanggal : 05 Januari 2015 jam : 11.15 wib
1. Kesan umum : Tampak sakit sedang
2. Tanda utama
Nadi : 88x/menit, teratur, nadi cukup isi dan kuat
Pernapasan : 36x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu :36,6 c

3. Status gizi
Berat badan :17,5 kg
Panjang badan : 140 cm
Lingkar kepala : 53 cm
Lingkar lengan atas : 28 cm
Simpulan : Tumbuh kembang anak baik
4. Kulit :
Scar BCG (+), rumple leede (-), peteki/ekimosis (-), vesikel(-)
5. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran limfe nodi
6. Otot : normotonus, normotrofi, gerakan baik, kekuatan baik,
sensorik baik
7. Tulang : tidak ada kelainan
8. Sendi : tidak ada kelainan
B. Pemeriksaan khusus
1. Leher : Kaku kuduk (-), embesaran kelenjar, getah bening (-)
2. Dada : Bentuk dada simestris kanan-kiri
3. Jantung
Inspeksi : pulsasi iktus cordis tidak terlihat, tidak terdapat bekas luka
dan pada bagian dada
Palpasi : teraba iktus cordis padasela iga V lina midclavicula kiri, kuat
angkat, tidak melebral, thrill(-)
Perkusi : Sonor, batas atas disela iga 4 garis para sterna kiri, batas kiri
setinggi iga 5 garis midclavicular kiri, batas kanan setinggi
sela iga 4 garis para sterna kanan
Auskultasi : pada katup aorta dan pulmonal, bunyi jantung II lebih keras
dari bunyi janting I, pada katup mitral dan rikuspit, bunyi
jantung I lebih keras dari bunyi jantung II, tidak ada bunyi
jantung tambahan gallop (-), bising (-).
Kesimpulan : tidak ada kelainan
4. Paru-paru
Depan
Inspeksi : tidak ada penonjolan masa, gerakan dinding dada kanan-kiri
simetris, bentuk dan ukuran dada simestris kanan-kiri, retraksi
interkosta dan supraklavikula kanan-kiri.
Palpasi : tidak ada penonjolan masa, taktil fremitus fokal dan
meningkat, simetris kanan kiri, tidak terdapat nyeri tekan
auskultasi : suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan ronchi basah dan
halus +/+, wheezing -/-
Belakang
Inspeksi : tidak ada penonjolan masa, gerakan dinding dada kanan-kiri
simetris, bentuk dan ukuran dada simestris kanan-kiri.
Palpasi : tidak ada penonjolan masa, taktil fremitus fokal dan
meningkat, simetris kanan kiri, tidak terdapat nyeri tekan
auskultasi : suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan ronchi basah dan
halus +/+, wheezing -/-
Kesimpulan : suara nafas tambahan ronki basah dan halus (+/+)
5. Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, umbilicus tertutup, peristaltic tidak
terlihat, tidak terdapat bekas luka dan operasi
Auskultasi : Bunyi Usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), turgor kulit baik, asites (-)
Perkusi : nyeri ketok (-), timpani pada seluruh kuadran abdomen
6. Hati : Tidak teraba
7. Limpa: Tidak teraba
Perkusi : tidak terdapat perbesaran
Kesimpulan : tidak ada kelainan
8. Anagenital
a. Anus : tidak ada kelainan
b. Genital : tidak ada kelainan
kesimpulan : tidak ada kelainan
9. Anggota gerak: akral hangat
Tungkai Lengan
Kanan : DBN kiri : DBN kanan: DBN kiri: DBN
Gerakan : tidak ada kelainan
Kekuatan : tidak ada kelainan
Tonus : tidak ada kelainan
Trofi : tidak ada kelainan
Reflex fisiologi : tidak ada kelainan
Reflex patologis : Babinski (-)
Klonus : tidak ada kelainan
Tanda meningeal : kaku kuduk (-)
Sensibilitas :-
Kesimpulan : tidak ada kelainan
10. Kepala
Bentuk : normosefal
Lingkar kepala : 46 cm
Rambut : warna hitam, lurus, sulit dicabut
Ubun-ubun : ubun-ubun besar sudah tertutup
Mata : cekung (-/-), kering (-/-), konjungtiva anemis (+/+),
sclera ikterik (-/-), pupil isokor
Hidung : rinorhea (-), pernafasan cuping hidung (-), mukosa
hiperemis (-/-), hipertrofi konka(-/-)
Telinga : nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan
retroaurikuler (-/-), nyeri tarik (-/-), otorhea (-)
Mulut : stomatitis (-), sianosis (-)
Tenggorokan : hiperemis (+), Tonsil T3-T3, kripte tidak melebar,
detritus (-), faring hiperemis (+)
Gigi : karies (-)
Kesimpulan : konjungtiva anemis (+/+) terdapat pembearan tonsil
(tonsillitis)
V. LABORATORIUM DASAR
Darah
Hemoglobin : 11,5 g/dl
Leukosit : 13.2x103/mm3
Eosinofil :2
Basifil :0
Stb :6
Segmen : 70
Limposit : 16
Monosit :6
Eritrosit : 4,71%
Thrombosit : 306x106/mm3
Hematocrit : 36%
MCV : 37 fl
MCH : 24,3 pg
MCHC : 31,8 g/dl
RDW : 14,4%
MPV : 6,6fl
Kesimpulan : Terdapat penurunan pada hemoglobin, leukositosis.
Urin: -
Kesimpulan: -
Feses -
Kesimpulan: -
VI. RINGKASAN DASAR
A. ANAMNESIS
Pasien mengeluh sesak sejak 3 jam yang lalu, saat sesak terlihat
pergerakan diding dada pada anak dengan terdengar suara nafas pada saat
bernafas. Sebelumnya pasien mengeluh batuk berdahak sejak 1 bulan yang
lalu.3 hari lalu batuk timbul disertai dengan pilek dan demam yang tinggi
terus menerus.Ibu pasien juga mengeluhkan berat badan anak tidak
bertambah dalam beberapa bulan belakangan ini. Pasien sudah dibawa
berobat diklinik dan diberi obat paracetamol dan antibiotic oleh dokter
dan demam sudah turun tetapi gejala lain tidak menunjukkan perubahan.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Frekuensi nafas 36x/menit, pada inspeksi paru depan terdapat retraksi
interkosta dan supraklavikula kanan-kiri, pada auskultasi paru depan dan
belakang didapati suara nafas tambahan ronki basah san halus (+/+),
tenggorokan hiperemis dengan tonsil T3-T3.
C. LABORATORIUM
Darah : Terdapat penurunan pada hemoglobin dan
peningkatan leukosit
Pemeriksaan radiologis :
Dilakukan pemeriksaan foto AP thoraks pada dengan gambaran terlihat
bercakbercak pada lapang paru atau atau infiltrate pada lapang paru kiri
dan kanan disekitar hillus

Urin :-
Feses :-
VII. DAFTAR PERMASALAHAN /
Masalah aktif: bronkopneumonia, tonsilitis
Masalah pasif: -

VIII. DIAGNOSIS BANDING


Bonkiolitis
Tuberculosis paru
IX. RENCANA PENGELOLAAN
A. Rencana pemeriksaan / penegakan diagnosis: test sputuk dan rontgen
thorak
B. Rencana terapi: sudah dilaksanakan
C. Rencana perawatan: rawat inap
D. Rencana diet: makanan lunak
E. Rencana edukasi: menjelaskan pada orang tua tentang prognosis dan
perawatan pada anak.
X. DIAGNOSIS
Suspek Brokopeneumoni dan Tonsilitis akut
XI. TERAPI
IVFD D5% 12tpm makro
Cefotaxime 3x500mg
Dexametason 3x2,5g IV
Nebu ventolin per 8 jam
XII. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : Ad bonam
b. Quo ad sanam : Ad bonam
c. Quo ad fungsuonam : Ad bonam

BAB 2
TINAJUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI1,2,3
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ
tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3
macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang
membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris
diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini.
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki
virus atau bakteri.Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut,
tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut
dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk
antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan
infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus
ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis
kronis.

2.2 KLASIFIKASI1,2,3

Tonsillitis dibagi atas:


1. Tonsilitis Akut
a. Tonsilis viral
Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok.Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr.Hemofilus
influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus
coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada
palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.

b. Tonsilitis bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, hemolitikus yang
dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus viridan, Streptokokus
piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan
reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk
detritus. Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis.
Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi
tonsilitis lakunaris.
2. Tonsilitis Membranosa
a. Tonsilitis difteri
Tonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kumanCoryne bacterium
diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukanpada anak-anak berusia kurang dari
10 tahunan frekuensitertinggi pada usia 2-5 tahun.
b. Tonsilitis septik
Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikusyang terdapat dalam
susu sapi.
c. Angina Plaut Vincent ( stomatitis ulsero membranosa )
Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi
vitamin
d. Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu.Gejala
pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah
kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.
3. Tonsilis Kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun darirokok, beberapa jenis
makanan, higiene mulut yang buruk,pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan
tonsilitis akut yang tidak adekuat.

2.3 ETIOLOGI1,2,3,4

1. Tonsillitis akut
Tonsillitis akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta hemolitikus,
pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes.Virus terkadang juga
menjadi penyebab penyakit ini.
2. Tonsillitis membranosa
Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu bakteri gram positis
pleomorfikpenghuni saluran pernapasan atas yang dapat menimbulkan abnormalitas
toksik yang dapat mematikan bila terinfeksi bakteriofag
3. Tonsillitis septic
Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitiku yang terdapat dala susu sapi
sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena itu perlu adanya pasteurisasi sebelum
mengkonsumsi susu sapi tersebut
4. Angina plaut vincent
Penyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C serta
kuman spirilum dan basil fusi form.
5. Tonsillitis kronis
Bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut , namun terkadang
bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif.

2.4 PATOFISIOLOGI2,4

Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut.Amandel atau tonsil
berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu
tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-
kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Kuman menginfiltrasi lapisan
epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi.Terdapat
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear.
Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercakkuning yang
disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas,
suatu tonsillitis akut dengan detritusdisebut tonsillitis falikularis, bila bercak detritus
berdekatan menjadisatu maka terjadi tonsillitis lakunaris.Tonsilitis dimulai dengan gejala
sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah.Pasien hanya mengeluh merasa sakit
tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,
panas, bengkak, dan kelenjar getahbening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit
pada sendi danotot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada
telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang
tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang
tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membrane semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang
maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan,
jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akanmengkerut sehingga ruang antara
kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

2.5 MANIFESTASI KLINIS1,3

1. Tonsillitis akut
Tonsillitis Streotokokus grup A harus dibedakan dri difteri, faringitis non bacterial,
faringitis bakteri bentuk lain dan mononucleosis infeksiosa. Gejala dan tanda-tanda yang
ditemukan dalam tonsillitis akut ini meliputi suhu tubuh naik hingga 40 derajat celcius,
nyeri tenggorok dan nyeri sewaktu menelan, nafas yang berbau, suara akan menjadi
serak, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di persendian, tidak
nafsu makan, dan rasa nyeri di telinga. Pada pemeriksaan juga akan nampak tonsil
membengkak, hiperemis, dan terdapat detritus berbentuk folikel, lacuna akan tertutup
oleh membrane semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
2. Tonsillitis membranosa (tonsillitis difteri)
Tonsillitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5 tahun. Penularan
melalui udara, benda atau makanan uang terkontaminasai dengan masa in kubasi 2-7
hari.Gejala umum dari penyaki ini adalah terjadi kenaikan suhu subfebril, nyeri tnggorok,
nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, dan nadi lambat. Gejala local berupa nyeri
tenggorok, tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor makin lama makin
meluas dan menyatu membentuk membran semu. Membran ini melekat erat pada dasar
dan bila diangkat akan timbul pendarahan. Jika menutupi laring akan menimbulkan serak
dan stridor inspirasi, bila menghebat akan terjadi sesak nafas. Bila infeksi tidak
terbendung kelenjar limfa leher akan membengkak menyerupai leher sapi. Gejala
eksotoksin akan menimbulkan kerusakan pada jantung berupa miokarditis sampai
decompensation cordis .
3. Angina plaut vincent
Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam sampai 39o celcius, nuyeri kepala, badan
lemah, dan terkadang terdapat gangguan pencernaan.Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi,
gigi, dan gusi berdarah.
4. Tonsillitis kronis
Adanya keluhan pasien di tenggookan seperti ada penghalang, tenggorokan terasa kering,
pernapasan berbau. Sat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar dengan permukaan tidak
rata, kriptus membesar dan terisi detritus

2.7 DIAGNOSIS3

Diagnosis berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan fisik.Dengan bantuan spatel, lidah
ditekan untuk melihat keadaan tonsil, yaitu warnanya, besarnya, muara kripte apakah
melebar dan ada detritus, nyeri tekan, arkus anterior hiperemis atau tidak.
Besar tonsil diperiksa sebagaiberikut:
T0 = tonsil berada di dalam fossa tonsil atau telah diangkat
T1 = bila besarnya 1/4 jarak arkus anterior dan uvula
T2 = bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula
T3 = bila besarnya 3/4 jarak arkus anterior dan uvula
T4 = bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih
Gambar: pembesaran tonsil

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG3,4

1. Tonsilitis akut
a. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam
renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
b. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
2. Tonsillitis membranosa (tonsillitis difteri)
1. Tes Laboratorium
Dilakukan dengan cara preparat langsung kuman(dari permukaan bawah membrane
semu). Medium transport yang dapat dipaki adalah agar Mac conkey atauLoffler.
2. Tes Schick (tes kerentnan terhapad dihteria)
Diagnosis tonsillitis difteri harus dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis karena
penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa penderita. Pemeriksaan preparat
langsung diidentifikasi secara fluorescent antibody technique yang memerlukan seorang
ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C, diphteriae dengan pembiakan pada media Loffler
dilanjutkan tes toksinogenesitas secara vivo dan vitro.Cara PCR (Polymerase Chain
Reaction) dapat membantu menegakkan diagnosis tapi pemeriksaan ini mahal dan masih
memerlukan penjagn lebih lanjut untuk menggunakan secara luas.
3. Angina plaut vincent
Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane putih keabuan di atas tonsil,
uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan kelenjar
submanibula membesar.

2.7 KOMPLIKASI1,4

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik yaitu :


1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanyadisebabkan oleh streptococcus group A.
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius(eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapatmengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid
4. Laringitis
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yangmembentuk larynx. Peradangan
ini mungkin akut atau kronis yangdisebabkan bisa karena virus, bakter, lingkungan,
maupunmkarenaalergi.
5. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua ataulebih dari sinus
paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atauruangan berisi udara dari dinding
yang terdiri dari membran mukosa
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx.
2.8 PENATALAKSANAAN1,2,3,4
1. Tonsillitis akut
Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat
kumur yang mengandung desinfektan.
Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada penderita tonsillitis biasanya dengan perawatan sendiri
dan dengan menggunakan antibiotic.Tindakan operasi hanya dilakukan jika sudah
mencapai tonsillitis yang tidak dapat ditangani sendiri.
1. Perawatan sendiri
Apabila penderita tonsillitis diserang karena virus sebaiknya biarkan virus itu hilang
dengan sendirinya. Selma satu atau dua minggu sebaiknya penderita banyak istirahat,
minum minuman hangat juga mengkonsumsi cairan menyejukkan.1
2. Antibiotik
Jika tonsillitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotic yang akan berperan dalam
proses penyembuhan. Antibiotic oral perlu dimakan selama setidaknya 10 hari.
3. Tindakan operasi
Tonsillectomy biasanya dilakukan pada anak-anak jika ank mengalami tonsillitis
selama tujuh kali atau lebih dalam setahun, anak mengalami tonsillitis lima kali atau
lebih dalam dua tahun, amandel membengkak dan berakibat sulit bernafas, adanya
abses.
2. Tonsillitis membranosa
Anti difteri serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis 20.000-
100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit itu. Tujuan dari pengobatan
penderita diphtheria adalah menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya,
mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal, mengeliminasi
C.diphteria untuk mencegah penularan serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit
diphtheria. Secara umum dapat dilakukan dengan cara istirahat selama kurang lebih 2
minggu serta pemberian cairan. Secara khusus dapat dilakukakan dengan pemberian:
1. Antitoksin : serum anti diphtheria (ADS)
2. Anti microbial : untuk menghentikan produksi toksin, yaitu penisilin prokain 50.000-
100.000 KI/BB/hariselama 7-10 hari, bila alergi diberikan eritromisin 40 mg/kg/hari.
3. Kortikosteroid : diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi saluran nafas
bagian atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik.
4. Pengobatan penyulit : untuk menjaga agar hemodinamika penderita tetap baik oleh
karena penyulit yang disebabkan oleh toksin umumnya reversible.
5. Pengobatan carrier : ditujukan bagi penderita yang tidak mempunyai keluhan.
Pencegahan
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan pada diri anak
serta memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada anak-anak. Selain itu juga
diberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasi dpt dan pengobatan carrier.
3. Angina plaut vincent
Memperbaiki hygiene mulut, antibiotika spectrum lebar selama 1 minggu, juga
pemberian vitamin C dan B kompleks.
4. Tonsillitis kronis
Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur atau obat
isap.Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa tidak berhasil.
Indikasi tonsilektomi
Relatif
o Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotik adekuat.
o Halitosis (nafas bau) akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian
terapi medis.
o Tonsilitis kronis atau berulang pada linier Streptokokkus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik
Mutlak (Absolut)
o Pembengkakan tonsil menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan
tidur dan komplikasi kardiopulmonal.
o Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase.
o Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
o Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan tempat yang dicurigai
limfoma (keganasan)
o Hipertropi tonsil atau adenoid dengan sindrom apnoe waktu tidur.

2.9 PROGNOSIS2

Gejala tonsilitis akibat radang biasanya menjadi lebih baik sekitar 2 atau 3 hari setelah
pemberian antibiotik.Dapat berulang hingga menjadi kronis bila faktor predisposisi tidak
dihindari.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cody, D. Thane R, et all. 1991. Penyakit Telinga, Hidung, dan
Tenggorokan. Jakarta :EGC.
2. Soepardi, Efiaty Arsyad. 2001. Beku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala Leher. ed. 5. Jakarta : Gaya Baru.
3. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Ditjen Binfar &
Alkes, Jakarta, 2007.
4. Ansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001

You might also like