D15 Melaena No. ICD X : Tingkat Kemampuan : a. Ruptur esofagus 1 b. Varises esofagus 2 c. Ulkus gaster 3A d. Lesi korosif esofagus 3B
1. Definisi Adalah perdarahan yang berasal dari organ traktus
gastrointestinalis yang terletak proksimal dari Ligamentum Treitz dengan manifestasi klinis berupa hematemesis (muntah darah segar atau hitam), melena (tinja hitam, bau khas), hematoskezia atau kombinasi. 2. Anamnesis Hematemesis (muntah darah), muntah berwarna coffee ground dan melena (tinja seperti aspal/tar). Pasien dengan hematoskezia disertai dengan tanda gangguan hemodinamik, seperti sinkop, hipotensi postural, takikardia dan syok harus dicurigai PSCA. Tanda dan gejala nonspesifik termasuk nausea, vomitus, nyeri epigastrik, fenomena vasovagal dan sinkop, serta adanya penyakit komorbid tersering (misalnya DM, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit ginjal kronik dan penyakit arthritis) dan riwayat penggunaan obat-obatan NSAID harus diketahui. Riwayat muntah-muntah sebelum terjadinya hematemesis sangat mendukung kemungkinan adanya sindroma Mallory Weiss. 3. Pemeriksaan 1. Penilaian hemodinamik (keadaan sirkulasi) Fisik 2. Perlu dilakukan evaluasi jumlah perdarahan.
3. Stigmata penyakit hati kronis (ikterus, spider nevi, ascites,
splenomegali, eritema palmaris, edema tungkai), massa abdomen, nyeri abdomen, rangsangan peritoneum, penyakit paru, penyakit jantung, penyakit rematik dll.
4. Rectal toucher (warna feses)
5. Aspirat Naso Gastric Tube (NGT). Aspirat berwarna putih keruh menandakan perdarahan tidak aktif, aspirat berwarna merah marun menandakan perdarahan masif sangat mungkin perdarahan arteri. 4. Kriteria diagnosis Diagnosis berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, inspeksi dengan pemasangan nasogastric tube (NGT), pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan endoskopi. 5. Diagnosis Kerja Hematemesis , melena 6. Diagnosis 1. Hemoptisis Banding 2. Hematoskezia 7. Pemeriksaan 1. Laboratorium darah lengkap, faal hemostasis, faal hati, faal penunjang ginjal, gula darah, elektrolit, golongan darah, petanda hepatitis B dan C.
2. Rontgen dada dan elektrokardiografi.
3. Dalam prosedur diagnosis ini pemeriksaan endoskopi
merupakan gold standard.
4. Pada beberapa keadaan di mana pemeriksaan endoskopi tidak
dapat dilakukan, pemeriksaan dengan kontras barium (OMD) dengan angiografi atau skintigrafi dapat membantu. 8. Tatalaksana Penatalaksanaan Umum: 1. Langkah awal menstabilkan hemodinamik 2. Pemasangan NGT (nasogastric tube) 3. Konsultasi ke dokter spesialis terkait dengan penyebab perdarahan. Penatalaksanaan sesuai penyebab perdarahan 4. Tirah baring 5. Puasa/Diet hati/lambung Terapi farmakologi : 1. Injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton (PPI) : Omeprazole 80 mg bolus IV dilanjutkan per infus 80 mg/jam selama 72 jam dan per oral 20 mg/hari selama 8 minggu. 2. Sitoprotektor: Sukralfat 3-4x1 gram 3. Antacida 4. Injeksi vitamin K untuk pasien dengan penyakit hati kronis 5. Terhadap pasien yang diduga kuat karena ruptura varises gastroesofageal dapat diberikan: Somatostatin bolus 250 ug + drip 250 mikrogram/jam atau Oktreotid bolus 1mg/2 jam. Pemberian diberikan sampai perdarahan berhenti atau bila mampu diteruskan 3 hari setelah ligasi varises. Terapi endoskopis Ditujukan untuk perdarahan tukak yang aktif dan tukak dengan pembuluh yang tampak. Metode : termal kontak, termal nonkontak, atau non termal ( ligase, sklerosan, adrenalin ). Intervensi radiologis Tindakan Bedah 9. Komplikasi Syok hipovolemik yang dapat diikuti dengan gagal ginjal akut, gagal multi organ dan kematian 10. Prognosis Perdarahan yang berasal dari varises mempunyai tingkat mortalitas dan resiko perdarahan ulang paling tinggi.Tingkat mortalitas saat perawatan awal setidaknya mencapai 30 % dan resiko perdarahan ulang mencapai 50-70 %. 11. Edukasi Lama terapi, angka kesembuhan, kemungkinan perdarahan ulang, serta pola diet