You are on page 1of 3

PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS (PSCA)

No. ICPC II : D14 Haematemesis/vomiting blood


D15 Melaena
No. ICD X :
Tingkat Kemampuan :
a. Ruptur esofagus 1
b. Varises esofagus 2
c. Ulkus gaster 3A
d. Lesi korosif esofagus 3B

1. Definisi Adalah perdarahan yang berasal dari organ traktus


gastrointestinalis yang terletak proksimal dari Ligamentum Treitz
dengan manifestasi klinis berupa hematemesis (muntah darah
segar atau hitam), melena (tinja hitam, bau khas), hematoskezia
atau kombinasi.
2. Anamnesis Hematemesis (muntah darah), muntah berwarna coffee ground
dan melena (tinja seperti aspal/tar).
Pasien dengan hematoskezia disertai dengan tanda gangguan
hemodinamik, seperti sinkop, hipotensi postural, takikardia dan
syok harus dicurigai PSCA.
Tanda dan gejala nonspesifik termasuk nausea, vomitus, nyeri
epigastrik, fenomena vasovagal dan sinkop, serta adanya
penyakit komorbid tersering (misalnya DM, penyakit jantung
koroner, stroke, penyakit ginjal kronik dan penyakit arthritis) dan
riwayat penggunaan obat-obatan NSAID harus diketahui.
Riwayat muntah-muntah sebelum terjadinya hematemesis sangat
mendukung kemungkinan adanya sindroma Mallory Weiss.
3. Pemeriksaan 1. Penilaian hemodinamik (keadaan sirkulasi)
Fisik
2. Perlu dilakukan evaluasi jumlah perdarahan.

3. Stigmata penyakit hati kronis (ikterus, spider nevi, ascites,


splenomegali, eritema palmaris, edema tungkai), massa abdomen,
nyeri abdomen, rangsangan peritoneum, penyakit paru, penyakit
jantung, penyakit rematik dll.

4. Rectal toucher (warna feses)


5. Aspirat Naso Gastric Tube (NGT). Aspirat berwarna putih
keruh menandakan perdarahan tidak aktif, aspirat berwarna
merah marun menandakan perdarahan masif sangat mungkin
perdarahan arteri.
4. Kriteria diagnosis Diagnosis berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, inspeksi
dengan pemasangan nasogastric tube (NGT), pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan endoskopi.
5. Diagnosis Kerja Hematemesis , melena
6. Diagnosis 1. Hemoptisis
Banding 2. Hematoskezia
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium darah lengkap, faal hemostasis, faal hati, faal
penunjang ginjal, gula darah, elektrolit, golongan darah, petanda hepatitis B
dan C.

2. Rontgen dada dan elektrokardiografi.

3. Dalam prosedur diagnosis ini pemeriksaan endoskopi


merupakan gold standard.

4. Pada beberapa keadaan di mana pemeriksaan endoskopi tidak


dapat dilakukan, pemeriksaan dengan kontras barium (OMD)
dengan angiografi atau skintigrafi dapat membantu.
8. Tatalaksana Penatalaksanaan Umum:
1. Langkah awal menstabilkan hemodinamik
2. Pemasangan NGT (nasogastric tube)
3. Konsultasi ke dokter spesialis terkait dengan penyebab
perdarahan. Penatalaksanaan sesuai penyebab perdarahan
4. Tirah baring
5. Puasa/Diet hati/lambung
Terapi farmakologi :
1. Injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat
pompa proton (PPI) : Omeprazole 80 mg bolus IV
dilanjutkan per infus 80 mg/jam selama 72 jam dan per oral
20 mg/hari selama 8 minggu.
2. Sitoprotektor: Sukralfat 3-4x1 gram
3. Antacida
4. Injeksi vitamin K untuk pasien dengan penyakit hati
kronis
5. Terhadap pasien yang diduga kuat karena ruptura
varises gastroesofageal dapat diberikan: Somatostatin bolus
250 ug + drip 250 mikrogram/jam atau Oktreotid bolus
1mg/2 jam. Pemberian diberikan sampai perdarahan berhenti
atau bila mampu diteruskan 3 hari setelah ligasi varises.
Terapi endoskopis
Ditujukan untuk perdarahan tukak yang aktif dan tukak dengan
pembuluh yang tampak. Metode : termal kontak, termal
nonkontak, atau non termal ( ligase, sklerosan, adrenalin ).
Intervensi radiologis
Tindakan Bedah
9. Komplikasi Syok hipovolemik yang dapat diikuti dengan gagal ginjal akut, gagal
multi organ dan kematian
10. Prognosis Perdarahan yang berasal dari varises mempunyai tingkat mortalitas
dan resiko perdarahan ulang paling tinggi.Tingkat mortalitas saat
perawatan awal setidaknya mencapai 30 % dan resiko perdarahan
ulang mencapai 50-70 %.
11. Edukasi Lama terapi, angka kesembuhan, kemungkinan perdarahan ulang,
serta pola diet

You might also like