Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The dipole-dipole investigation of one line corn crop subsurface condition have been done in
relationship with evapotranspiration process. The variation of subsurface resistivity investigation
occured by the caused of evapotranspiration process.The space of dipole-dipole array measured in
0,20 meter and 0,40 meter with n value from 1 to 4. In May 21st,24th,28th,31st 2005 the dipole-dipole
array was measured. The electrodes and corn crop-line possition is parallel. The depiction of
subsurface condition viewed by using the Res2Dinv apparent resistivity data. The depiction showed
the high resistivity of the corn crop area and the transpiration process is higher than evaporation
process. Anomaly resistivity value in the pseudosection output is 54,30 m.
Keywords: dipole-dipole, evapotranspiration, resistivity
INTISARI
Telah digunakan metode resistivitas konfigurasi dipol-dipol untuk menyelidiki kondisi bawah
permukaan suatu baris tanaman jagung berkaitan dengan proses evapotranspirasi yang berlangsung
pada tanaman tersebut. Penyelidikan yang dilakukan mengenai perubahan nilai resistivitas yang
disebabkan oleh proses evapotranspirasi. Konfigurasi dipol-dipol yang digunakan memiliki spasi 0,20
meter dan 0,400 meter, dengan nilai n mulai dari 1 sampai 4. Pengukuran dilakukan pada tanggal 21
Mei, 24 Mei, 28 Mei dan 31 Mei 2005. Penempatan elektroda sejajar dengan baris tanaman jagung.
Data resistivitas semu yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan program Res2Dinv untuk
mendapatkan gambaran bawah permukaan. Gambaran bawah permukaan menunjukan bahwa pada
daerah sekitar tanaman cenderung memiliki nilai resistivitas yang tinggi dan proses transpirasi lebih
dominan daripada evaporasi. Nilai resistivitas anomali dari tampilan pseudosection adalah 54,30
m.
Kata kunci: dipole-dipole, evapotranspirasi, resistivitas
119
Teguh Suroso dkk Penggambaran Pseudosection
Penempatan Tanaman
Elektroda jagung
Permukaan
tanah
P1 P2
C1 C2
4,20 meter
120
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.9, No.3, Juli 2006, hal 119-129
biru). Pengukuran dilakukan pada tanggal 28 (gambar 6 dan 7), 31 Mei (gambar 8
21 (gambar 2 dan 3), 24 (gambar 4 dan 5), dan 9).
Gambar 2. Tampilan pseudosection pada pemodelan dengan Res2DInv pengukuran tanggal 21 mei
dengan spasi 0,20 meter.
Gambar 3. Tampilan pseudosection pada pemodelan dengan Res2DInv pengukuran tanggal 21 mei
dengan spasi 0,40 meter.
121
Teguh Suroso dkk Penggambaran Pseudosection
Gambar 4. Tampilan pseudosection pada pemodelan dengan Res2Dinv pengukuran tanggal 24 mei
dengan spasi 0,20 meter.
Gambar 5. Tampilan pseudosection pada pemodelan dengan Res2Dinv pengukuran tanggal 24 mei
dengan spasi 0,40 meter
122
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.9, No.3, Juli 2006, hal 119-129
Gambar 6. Tampilan pseudosection pada pemodelan dengan Res2Dinv pengukuran tanggal 28 mei
dengan spasi 0,20 meter.
Gambar 7. Tampilan pseudosection pada pemodelan dengan Res2Dinv pengukuran tanggal 28 mei
dengan spasi 0,40 meter.
123
Teguh Suroso dkk Penggambaran Pseudosection
Gambar 8. Tampilan pseudosection pada pemodelan dengan Res2Dinv pengukuran tanggal 31 mei
dengan spasi 0,20 meter.
Gambar 9. Tampilan pseudosection pada pemodelan dengan Res2Dinv pengukuran tanggal 31 mei
dengan spasi 0,20 meter.
124
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.9, No.3, Juli 2006, hal 119-129
Berdasarkan gambar 10 di atas terlihat lapisan tanah yang sama. Anomali ini
bahwa pada tanaman, lintasan dan spasi menunjukan terjadinya perubahan
yang sama menghasilkan respon anomali kandungan air pada lapisan bawah
yang berbeda. Hal ini menunjukan adanya permukaan yang diakibatkan oleh
respon anomali bawah permukaan pada pertumbuhan tanaman jagung.
125
Teguh Suroso dkk Penggambaran Pseudosection
Pada pengukuran I dari gambar 10 di besar, hal ini bisa diasumsikan pada
atas dapat dianalisis ada beberapa anomali pengukuran II proses transpirasi lebih
yang terletak pada jarak 0,30 meter tinggi dibandingkan dengan evaporasi.
berkedalaman 0,09 meter; 0,80 meter Pada pengukuran III, gambar
berkedalaman 0,27 meter; 1,60 meter pseudosection yang didapat dengan spasi
berkedalaman 0,09 meter; 2,10 meter 0,20 meter terlihat bahwa anomali dengan
berkedalaman 0,27 meter; 2,50 meter nilai resistivitas 53,40 m ke atas masih
berkedalaman 0,27 meter; 2,90 meter terbagi atas tiga kelompok besar, namun
berkedalaman 0,27 meter dan 3,35 meter terlihat juga ada penambahan anomali dan
dengan kedalaman 0,09 meter, dengan adanya anomali yang mengarah ke dekat
nilai resistivitas 53,40 m sampai dengan permukaan. Untuk tiga kelompok anomali
185,24 m. Anomali-anomali tersebut tersebut masing masing berjarak 0,60
terletak secara acak, namun ada juga yang meter; 2,20 meter dan 3,30 meter,
terletak mendekati titik lokasi tanaman sedangkan anomali yang bertambah yaitu
yaitu pada jarak 2,10 meter dan pada jarak pada jarak 1,10 meter dan 3,70 meter. Pada
3,35 meter. Sebagaimana telah diketahui pengukuran ini proses transpirasi masih
bahwa resistivitas berbanding terbalik dominan hal ini bisa dilihat dari letak
dengan konduktivitas suatu medium, anomali-anomali tersebut masih dekat di
sehingga pada letak anomali tersebut sekitar tanaman, namun proses evaporasi
konduktivitasnya lebih kecil dan juga mengalami kenaikan dibandingkan
diasumsikan lebih kering (kandungan pada pengukuran II. Hal ini bisa dilihat
airnya lebih sedikit) dibandingkan dengan pada anomali yang terletak pada jarak 0,60
yang resistivitasnya lebih rendah. Dari meter dan jarak 3,70 meter yang cakupan
pengukuran I juga terlihat anomali dengan resistivitasnya mencapai permukaan.
kedalaman yang dangkal yaitu 0,09 meter, Pada pengukuran IV atau
hal ini bisa diasumsikan pada permukaan pengukuran terakhir (10 hari setelah
tersebut terjadi proses evaporasi, pengukuran I), terdapat empat kelompok
sedangkan untuk kedalaman yang lebih anomali dengan nilai resistivitas 53,40
dalam yaitu 0,27 meter lebih cenderung m, pada pengukuran IV ini resistivitas
proses yang terjadi adalah transpirasi. Jadi maksimalnya adalah sebesar 61,83 m.
pada pengukuran I terdapat dua proses Keempat kelompok anomali tersebut
yang menimbulkan adanya anomali- terletak pada jarak 0,40 meter dengan
anomali dengan nilai resistivitas yang lebih bentuk memanjang; antara rentang 0,80
tinggi dibandingkan dengan sekitarnya. meter sampai 2 meter dengan kedalaman
Pada pengukuran ke II, tampak lebih dari 0,17 meter; jarak 2,30 meter
bahwa anomali-anomali dengan nilai berkedalaman lebih dari 0,17 meter dan
resistivitas lebih dari 53,40 m lebih jarak 3,40 meter berkedalaman 0,27 meter.
terfokus menjadi 3 kelompok, Berdasarkan kedalaman anomali tersebut
dibandingkan dengan pengukuran I yang bisa diasumsikan bahwa proses transpirasi
anomalinya cenderung menyebar. Tiga lebih besar terjadi daripada proses
bagian kelompok anomali tersebut terletak evaporasi. Dibandingkan dengan ketiga
pada jarak sekitar 0,80 meter pengukuran sebelumnya, pada pengukuran
berkedalaman 0,17 meter; 2,20 meter IV ini nilai resistivitasnya paling kecil.
berkedalaman 0,27 meter dan 3,30 meter Dari ke empat tampilan
berkedalaman 0,27 meter. Letak anomali pseudosection di atas, perubahan
tersebut cenderung lebih mendekati pada resistivitas yang jelas terlihat di lapisan
area sekitar tanaman jagung. Dari ketiga tanah bawah permukaan tanaman jagung,
kelompok anomali tersebut dua hal ini disebabkan karena akar jagung yang
diantaranya memiliki kedalaman lebih tumbuh secara lateral ke bawah. Pada
126
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.9, No.3, Juli 2006, hal 119-129
daerah permukaan diantara tanaman proses yang terjadi pada tanaman maupun
jagung tidak terjadi perubahan nilai tanah disekitarnya. Pada pengukuran II ini
resistivitas yang signifikan artinya proses tampak terlihat ada semacam aliran
penguapan air ke udara lebih besar melalui resistivitas yang menghubungkan antar
tanaman daripada langsung dari tanah. anomali.
Menurut Lauer [4], evaporasi pada tanah Pada pengukuran III, terdapat 3
lebih besar terjadi pada saat tanaman kelompok anomali yang memiliki
berkembang di masa awal pertumbuhan, resistivitas bernilai 53,40 m sampai
ketika jumlah daun pada tanaman jagung 174,22 m. Anomali pertama terletak
mulai bertambah yang seiring dengan pada jarak 1 meter dengan kedalaman lebih
pertambahan umur tanaman jagung maka dari 0,13 meter, yang kedua pada jarak
proses transpirasi menjadi cara yang utama 2,20 meter dengan kedalaman 0,13 meter
dalam proses perpindahan air dari tanah dan cenderung fokus ke permukaan,
melalui tanaman ke atmosfer. Hal ini sedangkan anomali yang ketiga terletak
terbukti dari tampilan pseudosection proses pada jarak 2,90 meter dengan kedalaman
transpirasi lebih dominan. sama dengan anomali pertama. Anomali
Perubahan kadar air pada masing- pertama dan ketiga cenderung memanjang
masing tumbuhan tidak sama, tergantung ke arah bawah. Diantara keempat tampilan
pada kondisi tumbuhan (jumlah daun pseudosection pada pengukuran III ini
berpengaruh terhadap proses yang memiliki nilai resistivitas tertinggi.
evapotranspirasi) serta proses biologis Pada pengukuran III ini proses yang
yang menyertainya. Selain itu kadar air dominan adalah transpirasi.
dalam tanah dipengaruhi dari faktor-faktor Pada pengukuran IV terdapat lima
luar seperti kelembaban udara. anomali dengan nilai resistivitas yang
hampir sama yakni 54,30 m. Pada
Perbandingan pseudosection 0,40 meter pengukuran IV ini terjadi penurunan nilai
Pada gambar 11, pada pengukuran I resistivitas, yang bisa diartikan kondisi
terdapat anomali pada jarak 0,60 meter dan tanah lebih lembab dibanding pada
1 meter yang terfokus pada permukaan pengukuran III, nilai resistivitas maksimal
kemudian pada jarak 2 meter dengan pada tampilan pseudosection yaitu sebesar
kedalaman 0,46 meter. Nilai resistivitasnya 58,07 m. Jarak anomalinya antara lain
sebesar 53,40 m, dari tampilan 0,60 meter kedalaman dekat permukaan;
pseudosection dapat disimpulkan proses 1,30 meter kedalaman juga dekat dengan
transpirasi dan evaporasi hampir permukaan; 2 meter berkedalaman 0,33
berimbang, hal ini bisa dilihat pada meter; 2,70 meter dan 3,40 meter untuk
anomali di tanaman jagung pertama dan kedalamannya juga cenderung mengarah
kedua. Pada anomali pertama merupakan ke permukaan.
proses evaporasi, sedang pada anomali
kedua merupakan proses transpirasi. Perbandingan antara spasi 0,20 meter
Pada pengukuran II, anomali masih dengan 0,40 meter
terlihat pada jarak 0,60 meter dan 1 meter Berdasarkan perbandingan untuk
dengan area juga masih di permukaan. masing-masing spasi diatas, terlihat bahwa
Anomali berikutnya terdapat pada jarak untuk spasi 0,20 meter lebih jelas dalam
1,70 meter dengan kedalaman lebih dari menggambarkan tampilan pseudosection
0,22 meter. Untuk anomali ketiga terdapat dalam kaitannya dengan proses
pada jarak 3 meter berkedalaman 0,46 evapotranspirasi yang terjadi pada tanaman
meter. Nilai resistivitas pada anomali jagung. Spasi 0,40 meter memiliki
tersebut sebesar 53,40 m. Dibandingkan jangkauan kedalaman yang lebih besar
dengan pengukuran I tidak jauh berbeda
127
Teguh Suroso dkk Penggambaran Pseudosection
dibanding spasi 0,20 meter, namun untuk dibanding dengan spasi 0,20 meter.
cakupan secara horizontal lebih kecil
128
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.9, No.3, Juli 2006, hal 119-129
129