Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Page 1
Pediatric Nursing
BAB II
Page 2
Pediatric Nursing
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Page 3
Pediatric Nursing
Page 4
Pediatric Nursing
10. Alopesia
Akibat kerontokan rambut yang bersifat sementara terkai
dengan aktifitas penyakitbiasnya bersifat difus tanpa adanya
jaringan parut. Kerontokan rambut biasanya di mulai pada
garis rambut depan. Pada keadaan tertentu bisa menimbulkan
alopecia yang menetap di sebabkan oleh diskoid lupus yang
meninggalkan jaringan parut
11. Sklerodaktili
Di tandai dengan adanya sklerotik dan bengkak berwarna
kepucatan pada tangan akibat dari perubahan tipe
skleroderma. Hanya terjadi pada 7% pasien
12. Nodul rheumatoid
Ini dikaitkan dengan antibodi Ro yang positif dan adanya
reumatoid like artritis
13. Perubahan pigmentasi
Bisa berupa hipo atau hiperpigmentasi pada daerah yang
terpapar sinar matahari
14. Kuku
Manifestasinya bisa berupa nail bed atrofy atau telangektasi
pada kutikula kuku
15. Luka mulut (oral ulcer) luka pada mulut yang terdapat pada
palatum molle atau durum mukosa pipi, gusi dan biasanya
tidak nyeri
3. Manifestasi pada paru
Dapat berupa pnemonitis, pleuritis, atau pun pulmonary haemorrhage,
emboli paru, hipertensi pulmonal, pleuritis ditandai dengan nyeri dada
atau efusi pleura, atau friction rub pada pemeriksaan fisik. Efusi pleura
yang di jumpai biasanya jernih dengan kadar protein <10.000 kadar
glukosa normal
4. Manifestasi pada jantung
Dapat berupa perikarditis, efusi perkardium, miokarditis, endokarditis,
kelainan katup penyakit koroner, hipertensi , gagal jantung , dan kelainan
konduksi. Manifestasi jantung tersering adalah kelainan perikardium
berupa perikarditis dan efusi perikardium 66%, yang jarang menimbulkan
komplikasi tamponade jantung, menyusul kelainan miokardium berupa
miokarditis yang di tandai dengan pembesaran jantung dan endokardium
Page 5
Pediatric Nursing
2.3 Etiologi
1. Faktor genetik
Mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan dan
ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10% 20% pasien SLE mempunyai
kerabat dekat (first degree relative) yang menderita SLE. Angka kejadian
SLE pada saudara kembar identik (24-69%) lebih tinggi daripada saudara
kembar non-identik (2-9%). Penelitian terakhir menunjukkan bahwa
banyak gen yang berperan antara lain haplotip MHC terutama HLA-DR2
dan HLA-DR3, komponen komplemen yang berperan pada fase awal
reaksi pengikatan komplemen yaitu C1q, C1r, C1s, C3, C4, dan C2, serta
gen-gen yang mengkode reseptor sel T, imunoglobulin, dan sitokin (Albar,
2003) . Faktor genetik mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kerentanan dan ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10% 20% pasien SLE
Page 6
Pediatric Nursing
2.4 Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya
terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka
bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid,
isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping
makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE-
akibat senyawa kimia atauobat-obatan.
Page 7
Pediatric Nursing
2.5 Pathway
Page 8
Pediatric Nursing
Page 9
Pediatric Nursing
Page 10
Pediatric Nursing
3. Serologi
Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan
serum. Pemeriksaan serologi mempunyai hasil yang sangat bervariasi
tergantung pada respon imun saat pemeriksaan laboratorium
dilakukan dan lamanya kelainan yang dialami penderita. Pada
pemeriksaan ini, penderita SLE sering menunjukkan hasil berupa:
ANA positif
Anti double strand DNA antibodies
Anti-Sm antibodies dan rRNP antibodies specific
Anti-kardiolipin auto anti-bodi
4. Hematologi
Penderita SLE akan menunjukkan hasil pemeriksaan hematologi
sebagai berikut:
Anemia
Limpopenia
Trombositopenia
Elevasi ESR
5. Urinalisa
Akan menunjukkan hasil berupa:
Proteinuria.
2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. NSAID (Non Steroid Anti-Inflamasi Drugs)
NSAIDs adalah obat anti inflamasi non steroid) merupakan
pengobatan yang efektif untuk mengendalikan gejala pada tingkatan
ringan, tapi harus digunakan secara hati-hati karena sering
menimbulkan efek samping peningkatan tekanan darah dan
merusak fungsi ginjal. Bahkan beberapa jenis NSAID dapat
meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke. (Djoerban,
2002).
b. Kortikosteroid
Penggunaan dosis steroid yang tepat merupakan kunci utama
dalam pengendalian lupus. Dosis yang diberikan dapat terlalu
rendah untuk pengendalian penyakit, namun kesalahan yang sering
terjadi adalah pemberian dosis terlalu tinggi dalam waktu terlalu
lama. Steroid dapat memperburuk hipertensi, memprovokasi
diabetes dan memiliki efek buruk pada profil lipid yang mungkin
berkontribusi pada meningkatnya kematian akibat penyakit jantung.
Steroid dosis tinggi meningkatkan risiko pendarahan gastrointestinal
dan terjadi pada pada dosis yang lebih rendah jika digunakan
bersama NSAID. Osteonekrosis (nekrosis avaskular) juga cukup
Page 11
Pediatric Nursing
Page 12
Pediatric Nursing
3. Penatalaksanaan diet
Page 13
Pediatric Nursing
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik
difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami
seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas,
Page 14
Pediatric Nursing
anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri
pasien.
2. Kulit, Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau
leher.
3. Kardiovaskuler
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis
menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari
kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
4. Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa
kaku pada pagi hari.
5. Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai
mukosa pipi atau palatum durum.
6. Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
7. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta
permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan
berlanjut nekrosis.
8. Sistem Renal
Edema dan hematuria.
9. Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea
ataupun manifestasi SSP lainnya.
Page 15
Pediatric Nursing
3.3. Intervensi
Page 16
Pediatric Nursing
an sputum,
mampu
bernafas
dengan
mudah,
tidak ada
purpes lips)
2. Menunjukk
an jalan
nafas yang
paten (klien
tidak
merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
pernafasan
dalam
rentang
normal
2 1. Nyeri kronik Setelah 1. Tutup luka 1. Berubah dan
berhubungan dilakukan sesegera gerakan udara
dengan tindakan mungkin suhu dapat
imflamasi / keperawatan kecuali menyebabkan
kerusakan selama 1 x 30 perawatan nyeri hebat
jaringan menit luka bakar pada
diharapkan metode pemajanan
pasien dapat : pemajanan ujung saraf.
2. Pengaturan
1. Mengungkap pada udara
suhu dapat
kan keluhan terbuka.
2. Pertahankan hilang karena
hilangnya
suhu luka bakar
atau
lingkungan mayor.
berkurangny
nyaman, Sumber panas
a nyeri
2. Menunjukka berikan lampu eksternal perlu
Page 17
Pediatric Nursing
n penghangat, untuk
posisi/ekspre penutup tubuh mencegah
si wajah hangat. menggigil.
3. Kaji keluhan 3. Nyeri hampir
rileks
3. Dapat nyeri. selalu ada
beristirahat Perhatikan pada
dan lokasi/karakter beberapa
mendapatka dan intensitas derajat
n pola tidur (skala 0-10). beratnya
4. Lakukan
yang keterlibatan
penggantian
adekuat. jaringan/kerus
balutan dan
akan tetapi
debridemen
biasanya
setelah pasien
paling berat
di beri obat
selama
dan/atau pada
penggantian
hidroterapi
balutan dan
5. Dorong
debridemen.
ekspresi
4. Menurunkan
perasaan
terjadinya
tentang nyeri.
distress fisik
6. Dorong
dan emosi
penggunaan
sehubungan
teknik
dengan
manajemen
penggantian
stress, contoh
balutan dan
relaksasi
debridemen.
progresif,
5. Pernyataan
napas dalam,
memungkin
bimbingan kan
imajinasi dan pengungka
visualisasi. pan emosi dan
7. Berikan
dapat
aktivitas
meningkatkan
terapeutik
mekanisme
tepat untuk
koping.
usia/kondisi. 6. Memfokuskan
Page 18
Pediatric Nursing
kembali
perhatian,
meningkatkan
relaksasi dan
meningkatkan
rasa control,
yang dapat
menurunkan
ketergantunga
n
farmakologis.
7. Membantu
mengurangi
konsentrasi
nyeri yang di
alami dan
memfokuskan
kembali
perhatian.
Page 19
Pediatric Nursing
Page 20
Pediatric Nursing
Page 21
Pediatric Nursing
edem paru,
perifer dan
tidak ada
asites
4. Tidak ada
penurunan
kesadaran
6 4. Keletihan Setelah 1. Monitor 1. Mengontrol
berhubungan dilakukan nutrisi dan asupan
dengan tindakkan sumber nutrisi pasien
peningkatan keperawatan energi yang untuk
aktivitas selama 1 x 24 adekuat mengurangi
2. Kaji tingkat
penyakit, rasa jam keletihan
kecemasan 2. Mengetahui
nyeri, diharapkan
pasien apakah
tidur/aktivitas keletihan
3. Monitoring
pasien
yang tidak teratasi
pola tidur
cemas untuk
memadai, dengan kriteria
dan
mengurangi
nutrisi yang hasil:
lamanya
keletihan
tidak memadai
1. Glukosa tidur/ 3. Mengetahui
dan
darah istirahat apakah
depresi/stres
adekuat pasien istirahat/
emosional. 2. Kecemasan tidur pasien
menurun cukup
3. Istirahat
cukup
Page 22
Pediatric Nursing
Page 23
Pediatric Nursing
BAB IV
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang kami sampaikan dalam tugas ini, maka dapat
disimpulkan bahwa SLE (Sistemik Lupus Eritematosus) merupakan penyakit
multifaktorial yang melibatkan interaksi kompleks antar faktor genetik, dan
faktor lingkungan, yang semuanya dianggap ikut memainkan peran untuk
menimbulkan aktivitasi hebat sel B, sehingga menghasilkan pembuatan
berbagai autoantibody polispesifik.
Selain itu, pada banyak penderita SLE gambaran klinisnya
membingungkan. Sehingga sering terjadi keterlambatan diagnosis penyakit
SLE. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi auto anti bodi dan kompleks
imun sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.
7.2 Saran
Page 24
Pediatric Nursing
DAFTAR PUSTAKA
Yanih Irma, Departemen epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia., Received 24
June 2016, received in revised from 21 July 2016, Accepted 29 July 2016,
Publised online : 31 October 2016
Jhumpyojoseph.http//wordpress.com/2015/03/18/asuhan-keperawatan-
systemics-lupus-erythematosus-sle/
http://docslide.net/documents/laporan-pendahuluan-sle-578997874f354.html
Page 25