You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagian besar kehamilan berlangsung normal dan tanpa perlu disertai dengan intervensi

medis. Salah satu tujuan perawatan antenatal adalah memungkinkannya proses surveillance

terhadap semua kehamilan sehingga dapat melakukan deteksi komplikasi sedini mungkin. Di

negara berkembang, banyak ibu hamil yang tidak memperoleh perawatan antenatal yang

memadai dan hal ini dapat menyebabkan akibat yang serius. Perdarahan yang merupakan

penyebab utama kematian ibu adalah merupakan akibat dari anemia dalam kehamilan yang tidak

dikenali secara dini atau tidak mendapatkan perhatian yang memadai. (1) Asuhan antenatal

penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan tetap

demikian seterusnya.

Sekarang ini sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan membawa risiko bagi ibu.

WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan mengalami

komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Dari

5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan mengalami suatu komplikasi atau

masalah yang bisa berakibat fatal. Survei demografi dan kesehatan yang dilaksanakan pada tahun

1997 menyatakan bahwa dari tahun 1992 sampai 1997, terdapat 26% wanita dengan kelahiran

hidup mengalami komplikasi. Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil

secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan

bayi menurun.(2)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANTENATAL CARE
1. Pengertian

Secara umum pengertian antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan, terutama

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, untuk mengetahui kesehatan

umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini

komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan.4,5 Secara khusus, pengertian antenatal

caredapat dibedakan menjadiantenatal care dalam arti luas dan antenatal dalam arti sempit.6

Antenatal dalam arti yang sempit meliputi:6

Pengawasan ibu hamil.

Pertolongan persalinan adekuat.

Mempersiapkan pemeliharaan bayi.

Mempersiapkan pemberian laktasi.

Antenatal dalam arti yang luas meliputi:5,6

Mempersiapkan remaja untuk menjadi calon orang tua yang efektif.

Meningkatkan pengertian bahwa keluarga sebagai masyarakat.

Meningkatkan pengertian hubungan seksual yang sehat.

Meningkatkan pengertian merencanakan keluarga dan keluarga berencana untuk meningkatkan

kesejahteraan umum keluarga.

Menghindari PID dari infertilitas.

Menegakkan secara dini berbagai penyulit hamil atau penyakit yang menyertai kehamilan.

Menetapkan kehamilan dengan risiko rendah, meragukan atau kehamilan dengan risiko tinggi.
Menghilangkan faktor-faktor sosial dari masyarakat yang dapat mempengaruhi kesehatan

reproduksi.

2. Tujuan

Antenatal care berperan penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan

perinatal.Tujuan antenatal care ini adalah untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan

perkembangan bayi intrauterin sehingga kesehatan yang optimal dapat dicapai dalam

menghadapi persalinan, puerperium, dan laktasi, serta mempunyai pengetahuan yang cukup

untuk pemeliharaan bayinya. Evaluasi keadaan dan kemajuan dalam inpartu menggunakan

evaluasi menurut Friedmann dan / atau Partogram menurut WHO sehingga pada saat mencapai

garis waspada, penderita sudah dapat direferal ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang

cukup untuk melakukan pertolongan sehingga Well Born Baby (WBB) dan Well Health Mother

(WHM) dapat tercapai.7

Mufdlila menyatakan bahwa tujuan pelayanan antenatal antara lain :8

Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan

memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.

Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah ataupun obstetri selama

kehamilan

Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi komplikasi

Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puerperium

normal, dan merawat anak secara fisik, psikologis dan social

3. Kesehatan Umum Kehamilan

a) Diet Saat Hamil dan Laktasi5

Tujuan penataan diet ibu hamil dan laktasi:


a. Meningkatkan tumbuh-kembang janin dalam rahim.

b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan menjelang persalinan.

c. Meningkatkan kemampuan penyembuhan trauma persalinan.

d. Persiapan memberi laktasi.

Konsep diet empat sehat lima sempurna untuk menambah protein dan mineral. Suplemen

diet yang diberikan adalah vitamin khusus.

b) Perawatan Jasmani Ibu Hamil5

a. Perawatan ibu hamil sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan umum dan terhindar dari

infeksi atau sumber infeksi.

b. Kesehatan gigi. Hyperemesis gravidarum menyebabkan gangguan gigi dalam bentuk gingivitis

dan pembengkakan gusi (evulis).

c. Kesehatan organ perkemihan. Banyak minum (1,5-2 liter per hari) dan tidak menahan berkemih.

d. Persiapan dan kesehatan puting susu. Pemelihaaan puting susu sejak dini dengan menariknya

keluar sehingga lebih menonjol dan melemaskan puting susu dengan minyak.

e. Pakaian ibu hamil. Pakaian tidak boleh yang ketat sehingga mengganggu peredaran darah.

Pakaian harus longgar dan terbuat dari katun sehingga menyerap keringat. Ibu juga harus sering

mengganti pakaian, terutama pakaian dalam.

f. Istirahat. Istirahat terutama dilakukan pada satu bulan sebelum dan dua bulan setelah persalinan.

Saat hamil tua, lebih baik istirahat tirah baring sehingga gangguan aliran darah tidak terlalu

banyak.

g. Hubungan seksual. Masih diperbolehkan sampai satu bulan sebelum persalinan. Bla dijumpai

riwayat obstetri yang kurang baik, hubungan seksual harus dikurangi terutama trimester pertama.

Perhatikan teknik hubungan seksual untuk menyesuaikan kondisi saat hamil besar.
h. Defekasi. Sebaiknya teratur sehingga tidak menimbulkan gangguan. Bila defekasi sulit, perlu

diperhatikan makanan yang lebih banyak mengandung serat, seperti buah dan sayur.

i. Imunisasi. Dianjurkan vaksin toksoid tetanus dua kali selama hamil.

4. STANDARD PELAYANAN

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada tujuh standar pelayanan yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dikenal dengan 7 T, yaitu :

1. Timbang berat badan

Bagaimana menghindari tingginya tingkat masa tumbuh pada trimester pertama, atau

menghindari berat badan melonjak tinggi pada saat hamil? Jawabannya adalah gaya hidup sehat,

yakni beraktivitas fisik secara proporsional dan makan makanan sehat. Dengan pola ini, maka

mereka yang sudah terlanjur mengalami penambahan berat badan tinggi masih memiliki harapan

untuk melahirkan secara normal sesuai dengan hitungan masa kehamilan dan bebas dari

kemungkinan komplikasi.Berat badan dalam trimester ke III tak boleh bertambah lebih dari 1 kg

seminggu atau 3 kg sebulan.Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut diatas disebabkan

oleh penimbunan (retensi) air dan disebut pra edema.

Taksiran berat janin dapat ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack. Perhitungan

penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan secara spontan. Rumus tersebut

adalah :

Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) - N) x 155

Dengan interpretasi hasil :

N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina ischiadika

N = 12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika

N = 13 bila kepala belum lewat PAP


2. Mengukur Tekanan darah, untuk mengetahui apakah ada hipertensi atau tidak. Karena

hipertensi dapat menimbulkan preeklampsia, solusio plasenta, IUGR, IUFD dan lainnya.

3. Ukur Tinggi fundus uteri (TFU)

Gambar1. Tinggi fundus uteri dan taksiran usia kehamilan

a. Mengukur tinggi fundus uteri adalah untuk memantau tumbuh kembang janin.

b. Untuk mengetahui usia kehamilan.

c. Pada kehamilan diatas 20 minggu fundus uteri diukur dengan pita ukur (cm).

d. Jika usia kehamilan kurang dari 20 minggu menggunakan petunjuk-petunjuk badan.

Umur Tinggi Fundus Uteri

Kehamilan

12 minggu 3 jari di atas simpisis

16 minggu simpisis-pusat

20 minggu 3 jari di bawah pusat

24 minggu Setinggi pusat

28 minggu 3jari di atas pusat

34 minggu pusat-prosessus xifoideus


36 minggu 3 jari di bawah prosessus xifoideus

40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

4. Pemberian imunisasi TT lengkap

TT1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama.

TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.

TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.

TT4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.

TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur hidup.

5. Pemberian Tablet Fe

Tablet Fe dapat diberikan setelah rasa mual hilang.

Pemberian minimal 90 tablet selama kehamilan.

Tablet Fe tidak boleh diminum bersama kopi atau teh.

Tablet Fe bisa diberikan secara bersamaan dengan vitamin C.

6. Tes terhadap penyakit menular seksual.

7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

FUNGSI ANC

Untuk dapat mendeteksi sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu dan

janinnya, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai dari anamnesa yang teliti sampai dapat

ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa sementara beserta prognosisnya, sehingga dapat

memilah apakah ibu ini dan janinnya tergolong Kehamilan Resiko Tinggi / non Kehamilan
Resiko Tinggi dan apakah perlu segera dirawat untuk pertolongan selanjutnya, sehingga

didapatkan hasil ibu dan anak sehat fisik serta mental yang optimal.

a. Anamnesa

Anamnesa dimulai dari anamnesa pribadi seperti nama, umur, pendidikan, suku/ bangsa,

pendapatan perbulan, alamat, baik ibu maupun suaminya. Dari anamnesa pribadi dapat diambil

sesuatu mengenai nilai sosial, budaya, ekonomi, agama dan lingkungannya, yang dapat

mempengaruhi kondisi ibu dan keluarganya. Umur penting, karena ikut menentukan prognosa

kehamilan.Kalau umur terlalu lanjut atau terlalu muda maka persalinan lebih banyak resikonya.

Kondisi lingkungan seta kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, misalnya tempat

tinggal (daerah kumuh/miskin), kita dapat memprediksi apakah ibu ini tergolong Kehamilan

Resiko Tinggi non Kehamilan Resiko Tinggi.

Anamnesa keluhan utama yang dirasakan saat ini dan keluhan tambahan ditanyakan jenis

dan sifat gangguan yang dirasakan serta lamanya mengalami gangguan tersebut, kemudian

ditelaah anamnese utama tersebut lebih rinci. Juga dianamnese mengenai riwayat hamil muda,

apakah ada pening, mual, muntah, hipersalivasi (emesis gravidarum) dan hiperemesis

gravidarum.

Riwayat hamil yang sekarang, apakah ada mual, muntah, hipersalivasi, bagaimana

dengan nafsu makan, miksi ( kencing ), defekasi ( BAB ), tidur, apakah ada trauma abdomen

(perut), Bila mulai merasa pergerakan anak, kalau kehamilan masih muda adakah mual, muntah,

sakit kepala, perdarahan, kalau kehamilan sudah tua adakah bengkak di kaki atau muka, sakit

kepala, perdarahan, sakit pinggang, dll. Edema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toxaemia

gravidarum atau oleh tekanan rahim yang membesar pada vena-vena dalam panggul yang
mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh defisiensi vitamin B1, hipoproteinemia, dan

penyakit jantung.

Anamnesa mengenai riwayat persalinan sebelumnya dan bagaimana proses

persalinannya, apakah spontan atau operatif obstetri, apakah pernah abortus, partus immaturus,

prematurus sebelumnya. Kemudian apakah anaknya masih hidup sampai sekarang, atau

meninggal disebabkan penyakit apa, apakah pernah melahirkan anak kembar, kelainan

kongenital (cacat bawaan), dan lain-lain, sehingga kita dapat menyimpulkan apakah ibu

tergolong dalam Bad Obstetrics History (BOH) / riwayat obstetri yang jelek.

Anamnesa mengenai haid, menarche, teratur atau tidak, siklus, banyaknya, lamanya,

apakah ada dismenorea, fluor albus, pruritus vulvae ( gatal pada kemaluan ),usia kehamilan,

kapan hari pertama haid terakhir, sehingga kita dapat menentukan taksiran tanggal persalinannya

(TTP). Bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal

persalinan memakai rumus Naegele :

TTP = hari+7 , bulan -3 , tahun + 1 HT

Anamnesa mengenai penyakit-penyakit yang pernah diderita sebelum dan selama hamil

ini Apakah pernah DM, Tifus, Hepatitis, HIV, Sifilis, Herpes Genitalia Rubella, sakit Jantung,

sakit Paru, sakit Ginjal, sakit Tiroid, Anemia, apakah ibu ini perokok, alkoholism dan obat-

obatan terutama narkoba, dan lain-lain.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Status Present (kondisi saat ini): Keadaan umum Kesadaran, keadaan

emosional, gizi, nadi, TD, Pernafasan, Cyanose, Dyspnoe, suhu, anemis, turgor, berat
badan,tinggi badan.Bila ada tanda-tanda kedaruratan, maka ibu segera dikirim ke ruang rawat

inap untuk penanganan selanjutnya.

Pemeriksaan status lokalis : kepala, muka, cloasma gravidarum, mulut, gigi (apakah

ada caries), tonsil/faring (apakah ada tonsilitis/faringitis), hal ini perlu diperhatikan karena

merupakan infeksi fokal yang dapat menyebabkan gangguan pada ibu hamil dan janinnya yang

lebih serius, pemeriksaan mata, kuping, hidung, rambut, kelenjar tiroid, dan lain-lain.

Pada pemeriksaan inspeksi abdomen diperiksa bentuk dan ukuran abdomen, varises,

jaringan parut, gerakan janin dan lain-lain. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan palpasi

dimana diminta berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai

bantal. Pemeriksa berdiri di sebelahkanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi

bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi abdomen dilakukan untuk

menentukan besar dan konsistensi rahim (tinggi fundus), bagian-bagian janin, letak dan

presentasi, gerakan janin, sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul, dan

kontraksi Rahim Braxton-Hicks dan hiss.Palpasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Knebel

Palpasi dilakukan guna menentukan letak kepala dengan cara bagian bawah dipegang dan fundus

uteri digerakkan ke kiri dan kanan.Jika gerakan bagian bawah negatif, maka artinya kepala.Bila

positif, artinya bokong.

2. Budin

Palpasi dilakukan guna menentukan letak punggung anak dengan cara tangan kiri menekan

fundus uteri ke bawah, akan dirasakan bagian mana yang memberi tahanan besar.

3. Leopold
Pemeriksaan presentasi dan posisi janin : Pasien diminta mengosongkan kandung kemih dan

kemudian diminta untuk berbaring telentang dengan lutut semifleksi.

LEOPOLD I

- Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita, dan melihat ke arah muka penderita

- Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.

- Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan dan tentukan

konsistensi uterus

- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau

kosong).Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting, sifat bokong ialah lunak, kurang bundar,

dan kurang melenting, pada letak lintang fundus uteri kosong.

Gambar 2. Palpasi Leopold I

LEOPOLD II

- Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan

- kanan umbilikus.
- Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung

- janin nantinya.

- Tentukan bagian-bagian kecil janin, pada letak lintang tentukan ketak kepala janin.

Gambar 3. Palpasi Leopold II

LEOPOLD III

- Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan

tak nyaman bagi pasien

- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan untuk

menentukan bagian terbawah janin

- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah

mengalami engagement atau belum.


Gambar 4. Palpasi Leopold III

LEOPOLD IV

- Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.

- Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.

- Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul, dan

berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.

- Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah dari kepala

yang masih teraba dari luar dan :

a. Kedua tangan itu convergent, hanya bagian kecil dari kepala turun ke dalam

rongga.

b. Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke dalam rongga

panggul.

c. Jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar dari kepala masuk ke dalam

rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati pintu atas panggul.
Gambar 5. Palpasi Leopold IV

Kalau pada kepala yang telah masuk ke dalam p.a.p kita masukkan tangan ke dalam rongga

panggul maka satu tangan akan lebih jauh masuk, sedangkan tangan satunya tertahan oleh

tonjolan kepala. Tonjolan kepala pada fleksi disebabkan oleh daerah dahi, sedangkan pada letak

defleksi oleh belakang kepala.Kalau tonjolan kepala bertentangan dengan bagian kecil, maka

anak dalam letak defleksi.Leopold IV tidak dilakukan, kalau kepala masih tinggi. Palpasi secara

Leopold yang lengkap ini, baru dapat dilakukan kalau janin sudah cukup besar kira-kira dari

bulan VI ke atas.

Sebelum bulan ke VI biasanya bagian-bagian anak belum jelas, jadi kepala belum dapat

ditentukan begitu pula punggung anak.Sebelum bulan ke VI cukuplah untuk menentukan apakah

ada benda (janin) yang melenting ke seluruhannya di dalam rahim (ballottement in

toto).Ballottement di dalam rahim boleh dianggap tanda kehamilan pasti.Sebelum bulan ke III

uterus tak dapat diraba dari luar dan untuk mencari perubahan dalam besarnya, bentuknya, dan

konsistensinya dilakukan toucher atau pemeriksaan dalam.

Selain palpasi juga diperlukan pemeriksaan auskultasi.Pemeriksaan melalui auskultasi

digunakan untuk mendengar denyut jantung janin. Alat yang digunakan adalah stetoskop

monokuler yang dapat mendengar denyut jantung janin pada pada usia kehamilan 18-20 minggu
ke atas. Dengan adanya denyut jantung janin dapat memastikan adanya kehamilan, janin hidup

serta letak janin di dalam uterus.Suara auskultasi yang berasal dari janin dapat berupa, denyut

jantung janin, gerakan janin dan bising tali pusat. Sedangkan suara yang berasal dari ibu dapat

berupa, denyut aorta, bising uterus, bising usus.

Cara menghitung denyut jantung janin :

Dihitung dalam 5 detik dan dilakukan sampai 3 kali. Hasilnya dijumlah dan dikalikan 4.

Denyut jantung normal : 120-152 kali/menit

Daerah yang terjelas guna mendengarkan denyut jantung janin disebut punctum maksimum.

Ketika mendengarkan denyut jantung janin, perhatikan frekuensi dan irama.

Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh pada genitalia eksterna dan bila perlu dapat

pula dilakukan pemeriksaan dalam untuk kasus-kasus tertentuyang tidak memiliki kontra

indikasi seperti dugaan plasenta previa untuk mengetahui keadaan panggul dan turunnya bagian

bawah anak, apakah dalam keadaan inpartu, dan lain sebagainya.

Pemeriksaan dalam biasanya dilakukan pada pemeriksaan pertama pada hamil muda dan

sekali lagi pada kehamilan 8 bulan untuk menentukan keadaan panggul. Fungsi pemeriksaan

dalam adalah :

1. Menentukan bagian terbawah janin.

2. Kalau bagian yang terbawah adalah kepala dapat ditentukan posisi uuk, uub, dagu, hidung, orbita

dan mulut.

3. Kalau letak sungsang dapat teraba anus, sacrum dan tuber ischii.

4. Menentukan pembukaan serviks.

5. Mengevaluasi keadaan vagina, serviksa dan panggul.

Indikasi pemeriksaan dalam :


1. Jika pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan.

2. Jika ada sangkaan kesempitan panggul atau CPD.

3. Jika persalinan tidak maju.

4. Untuk menentukan nilai pelvis :

Pendataran serviks.

Pembukaan serviks.

Konsistensi serviks.

Turunnya bagian terbawah janin menurut hodge.

Kondisi panggul sangatlah penting, terutama pada primigravida. Hal tersebut dikarenakan

panggul belum pernah teruji dalam proses persalinan. Sebaliknya, pada multigravida, anamnesa

mengenai persalinan sebelumnya dapat memberikan gambaran mengenai kondisi panggul.

Seorang multipara yang sudah beberapa kali melahirkan anak aterm serta spontan, dapat

disimpulkan memilki panggul yang cukup luas.Walaupun begitu dalam keadaan tertentu pada

beberapa multipara, dapat terjadi penyempitan jalan lahir yang disebabkan oleh tumor tulang

(osteoma, osteofibroma) yang berasal dari daerah panggul ataupun yang berasal dari daerah

jaringan lunak disekitar jalan lahir.

Ciri-ciri panggul sempit :

1. Pada primigravida kepala belum turun pada bulan terakhir.

2. Pada multipara jika dalam anamnesis, proses persalinan yang terdahulu sukar (riwayat obstetrik

jelek).

3. Jika terdapat kelainan letak pada hamil tua.

4. Jika tubuh ibu menunjukkan kelainan seperti kifosis, skoliosis ataupun kelainan pada tulang-

tulang ekstremitas.
5. Jika ukuran luar sempit

Pemeriksaan dan pengukuran panggul biasanya dilakukan dengan toucher guna

menentukan luasnya jalan lahir. Pemeriksaan ini hanya dilakukan sekali selama masa kehamilan.

Biasanya terjadi pada bulan kedelapan. Hal-hal yang perlu dinilai dalam pemeriksaan ini adalah :

Gambar 6. Pemeriksaan Panggul

1. Conjugata diagonalis.

2. Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau hanya sebagian.

3. Keadaan sacrum apakah konkaf dalam arah atas bawah dan dari kiri ke kanan.

4. Keadaan dinding samping panggul apakah lurus atau konvergen.

5. Apakah spina ischiadicae menonjol.

6. Keadaan os pubis : adakah exostose.

7. Keadaan arcus pubis.


Gambar 7. Bidang Hodge

Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai manakah bagian terendah janin

turun dalam panggul pada persalinan.

Hodge 1 : Bidang yang dibentuk sejajar dengan pintu atas panggul antara bagian atas

symphysis dan promotorium.

Hodge 2 : sejajar dengan H 1 terletak setinggi bagian bawah symphysis.

Hodge 3 : sejajar dengan H 1 dan H 2 terletak setinggi spina ischiadica.

Hodge 4 : sejajar dengan H 1, H 2, dan H 3 terletak setinggi os coccygis.

c. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium (darah, urin, feses) rutin, bila ada indikasi, kita dapat melakukan pemeriksaan

skrining untuk Sifilis, Triponema Pallidum, VDRL, HIV.Fetal anomalies dengan amniosintesis,

Urine terutama diperiksa atas glukosa, zat putih telur, dan sedimen. Adanya glukosa dalam urine

orang hamil harus dianggap sebagai gejala penyakit diabetes kecuali kalau kita dapat

membuktikan bahwa hal-hal lain yang menyebabkannya. Pada akhir kehamilan dan dalam nifas
reaksi reduksi dapat menjadi positif oleh adanya laktosa dalam urine.Zat putih telur positif dalam

urine pada nefritis, toxaemia gravidarum, dan radang dari saluran kencing.

Darah perlu ditentukan Hb 3 bulan sekali karena pada orang hamil sering timbul anemia

karena defisiensi Fe. Selanjutnya perlu diperiksa reaksi serologis (WR), golongan darah, dan

kadar gula darah. Golongan darah ditentukan supaya kita cepat dapat mencarikan darah yang

cocok jika penderita memerlukannya.Feses diperiksa atas telur-telur cacing.

USG (dapat mengetahui kelainan kongenital, jumlah air ketuban, posisi anak, keadaan

plasenta, dan lain-lain).Skrining untuk infeksi saluran kencing dan penyakit hubungan seksual.

Pemeriksaan radiologi, kardiotokografi, amnioskopi, dan pemeriksaan penunjang lain.

Dari seluruh pemeriksaan diatas, dapat dibuat kesimpulan untuk menegakkan

diagnosa.Kehamilannya normal atau tidak.Kemudian dapat melakukan penyaringan pasien

apakah termasuk golongan Kehamilan Resiko Tinggi atau normal, atau perlu segera rawat inap

atas indikasi ibu dan anak.Hal tersebut penting agar kita dapat mendeteksi kelainan sedini

mungkin.

Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam perjalanan

kehamilan dan persalinannya. Ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya pada tenaga

medis akan mengalami resiko kematian 3-7 kali dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan

kehamilannya.
JADWAL KUNJUNGAN

Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin ialah segera setelah seorang

wanita merasakan diri hamil, supaya dokter atau bidan mempunyai waktu yang cukup banyak

untuk mengobati atau memperbaiki keadaan-keadaan yang kurang memuaskan.

a. Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 - 13 kali selama kehamilan. Di

negara berkembang pemeriksaan Antenatal Care dilakukan sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai

kasus tercatat.

1) Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat haidnya satu bulan.

2) Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan bulan.

3) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan bulan sampai terjadinya

persalinan.

b. Kunjungan Antenatal Care sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu trimester pertama

1 kali, trimester kedua 1 kali dan trimester ketiga 2 kali.

c. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin tidak

bergerak lebih dari 12 jam.

d. Pada kehamilan tanpa penyulit jadwal kunjungan cukup 4 kali selama kehamilan. Kunjungan

pertama dilakukan 1 kali hingga usia kehamilan 28 minggu, lalu 1 kali kunjungan selama

kehamilan 28-36 minggu, dan 2 kali kunjungan pada usia kehamilan diatas 36 minggu. Tetapi

bila kehamilan dengan resiko tinggi atau dengan penyulit perhatian dan jadwal kunjungan harus

lebih sering.

Dari kunjungan satu ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan pencatatan:

Keluhan yang dirasakan ibu hamil

Hasil pemeriksaan setiap kunjungan


Umum

- Tekanan darah

- Respirasi

- Nadi

- Temperatur tubuh

Abdomen

- Tinggi fundus uteri

- Letak janin (setelah 34 minggu)

- Presentasi janin

- Denyut jantung janin

Pemeriksaan tambahan

- Proteinuria

- Glukosuria

- Keton

Menilai kesejahteraan janin

Untuk menilai kesejahteraan janin pada kehamilan resiko tinggi dapat dilakukan berbagai jenis

pemeriksaan atau pengumpulan informasi, baik yang diperoleh dari ibu hamil maupun

pemeriksaan oleh petugas kesehatan.Pemeriksaan yang memerlukan peralatan canggih umumnya

dilakukan alat pencatat denyut jantung janin (kardiotokografi) dan ultrasonografi yang disebut

dengan pemeriksaan profil biofisik janin (biophysic profile).

Berbagai jenis pemeriksaan tersebut adalah:


- Pengukuran tinggi fundus uteri terutama usia kehamialn >29 minggu yang akan disesuaikan

dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan. Tinggi fundus yang normal sama dengan

usia kehamilan.

- Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam)

- Gerakan janin

- Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan hipoksia berat atau janin

meningggal

- Denyut jantung janin

- Ultrasonografi

Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selainpemeriksaan diatas, juga dilakukan

pemeriksaan tentang:

- Penilaian besar janin, letak dan presentasi

- Penilaian luas panggul


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Antenatal Care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil

sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil

maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi

komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan

kesehatan.

Asuhan Antenatal itu sendiri penting unuk menjamin proses alamiah kelahiran berjalan

normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Tujuan dari asuhan

Antenatal Care adalah untuk memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu

serta tumbuh kembang bayi, juga untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,

mental dan sosial ibu. Disamping itu Antenatal Care juga bertujuan untuk mengenali secara dini

adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan yang cukup

bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,

mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif,

mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kesehatan bayi agar dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal.

Sebagian besar kehamilan dapat berjalan normal namun ada pula kehamila dengan resiko

tinggi, namun demikian diagnosa Ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi janganlah diartikan

dengan makna yang selalu negatif. Dengan perawatan yang baik, ibu hamil yang termasuk
kehamilan dengan resiko tinggi dapat melahirkan dengan selamat dan mendapatkan bayi yang

sehat. Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi dengan baik bila gejalanya ditemukan

sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikannya, dan kenyataannya, banyak dari

faktor resiko ini sudah dapat diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi.

Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan penanganan

kesehatan bagi ibu hamil maupun janin yang dikandungnya. Juga harus diperhatikan bahwa pada

beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan masalah kemudian.

Oleh karenanya sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan

secara teratur, yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila

terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin pada masa hamil,

pemeriksaan rutin selama kehamilan sangat penting untuk memonitor perkembangan kehamilan.

Temu Wicara dengan dokter sangatlah penting untuk mengklasifikasikan apakah ibu hamil

dalam status kehamilan resiko tinggi, oleh karena itu, setiap ibu hamil harus memeriksa diri

secara teratur dan mendapat pelayanan kebidanan yang optimal.

SARAN

Para ibu hamil hendaknya rutin memeriksakan kehamilannya minimal empat kali selama

masa kehamilan.

Petugas kesehatan sebaiknya memperhatikan kondisi ibu-ibu hamil terutama di daerah

terpencil dimana tingkat kematian ibu dan bayi masih tinggi dan petugas kesehatan sebaiknya

meningkatkan kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan kehamilan agar pengetahuan ibu

hamil lebih baik.


Informasi mengenai pelayanan antenatal (ANC) harus diketahui oleh seluruh lapisan

masyarakat sehingga sebaiknya promosi ANC dilakukan di beberapa media iklan termasuk iklan

dari pemerintah di media televisi.


BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Prawirohardjo ; 2009.

2. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran. Bandung

: Universitas Padjadjaran Bandung ; 2003.

3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri Williams

volume 1. Edisi 23. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2013.

4. Mochtar R. Sinopsis obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.

5. Manuaba IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

6. Manuaba IAC, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:

EGC.

7. Manuaba IBG. 1995. Penuntun Diskusi Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

8. Manuaba IBG. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta:

EGC.

9. Mufdlilah. 2009b. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jogjakarta : Nuha Medika

10. Anonim. 2010. Tinjauan Pustaka Pelayanan Dasar Antenatal Care. Universitas Pembangunan

Nasional.Diunduhdarihttp://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311021/BAB%20II.

pdf, pada tanggal 11 Oktober 2012.

11. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo.


12. Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi 2.

Jakarta: Salemba Medika.

13. Rukiyah, A,Y., Lia, Y., Maemunah., Lilik, S. (2009). Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta : Trans

Info Media.

14. Sadikin, A, (2007). Hubungan Antara Karakteristik Personal Ibu Hamil Dengan Kepatuhan Ibu Hamil

Dalam Antenatal Care (Anc) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukolilo I Kecamatan Sukolilo Kabupaten

Pati, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

15. Saifuddin, A, B., (2001). Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal,Yayasan Bina Pustaka

Sarwona Prawirohardjo, Jakarta.

16. Salamah, Dkk, (2007). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.

17. Sarafino (2006), Dukungan Sosial http: //www.psychologymania.com/2012/08/pengertian-

dukungan-sosial.html.(Dikutip Tanggal 10 November 2012).

18. Sarason. I.G., Sarason B (1987). Interrelation of Social Support Measures;Theoritical and Practical

Implication. Journal of Personality and Social Psychology.

19. Siska, Anita Purnama, (2007). Peran dan Dukungan Suami dalam Membantu Istri Mengatasi

Kecemasan pada Kehamilan.

20. Tura, G (2009). antenatal care service utilization and socciated factors in Metekel Zone, Northwest

Ethiopia. Ethiop J Health Sci, 19(2), 111-119. Desember 01,2012.

21. Wibowo, A., & Notobroto, H. B. (2006). Pola Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. The Indonesian

Journal of Public Health , 15-18.

22. Arikunto, S. (2006). Penelitian Suatu Prosedur Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

23. Chaplin, J.P., (2006). Kamus Lengkap Psikologi Alih Bahasa Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo

Persada,
24. Cohen, S. & Syme, S.L . ed (1985). Social Support and Health. Orlando Florida: Academic Press Inc.

25. Cunningham, G,F., Norman F,G., Kathreni D,W. (2006). Obstetri Wiliams. Jakarta : EGC

26. Depkes RI, (2007). Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta: Depkes RI.

27. Fithriany, (2011). Pengaruh Karakteristik Ibu Dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan

Kehamilan Di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar, Skripsi, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

28. Friedman, M. (1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

29. Lucyanawaty, M. (2008). Keselamatan Ibu (Safe Motherhood) Dan PerkembanganAnak: Bagaimana

Peran Laki-Laki? Http :// Situs.Kesrepro. Info/Gendervaw02.Htm (Dikutip Tanggal 08 November

2012).

30. Mubarak, I. (2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

31. Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

32. Notoatmojo, S. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

33. Tanone, Shila Priyadarsini.2011. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Tentang Kehamilan

dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah

Ekapata Kabupaten Sumba Barat. http://repository.library.uksw di akses pada tanggal 21 Juni 2013

34. Wiknjosastro, H. et. all. 2007. Ilmu Kebidanan, Edisi 3, Cetakan 9. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

35. Wordpress.2008. Angka Kematian Ibu Di Asia Tenggara Paling Tinggi Di Dunia.

http://akuindonesiana.wordpress.com diakses tanggal 03 Mei 2011.

36. Syafei, Candra. 2010. Penurunan AKI/AKB Secara Komprehensif. http://waspadaonline.com di akses

pada tanggal 27 Oktober 2012

You might also like