You are on page 1of 1

CRITICAL THINKING

Critical Thinking atau yang dalam bahasa indonesia nya adalah berfikir kritis yaitu bagaimana cara orang
berfikir dan meyampaikan suatu argumen untuk menemukan solusi dari suatu perkara atau masalah secara
logis. Ada juga pengertian dari beberapa ahli tentang berfikir lritis seperti dari Tracy B & Gary Kemp dari
bukunya Critical Thinking 3rd Edition "(Critical Thinking) adalah panduan yang sangat dibutuhkan untuk
analisis dan argumentasi pengenalan yang jelas untuk berpikir jernih dan rasional untuk mencapai tujuan
tertentu pada diri sendiri".
Dengan kemampuan berpikir kritis, kita seharusnya bisa:
Memahami argumentasi-argumentasi dan keyakinan-keyakinan orang lain.
Mengevaluasi dan menilai argumentasi dan keyakinan tersebut secara kritis.
Membangun dan mempertahankan argument-argumen anda yang sudah anda bangun secara meyakinkan.
Meningkatkan daya pikir logika dan pemahaman
Kita dapat melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dan tidak terpaku kepada satu sudut pandang saja

berpikir kritis didefinisikan sebagai aktivitas disiplin mental untuk berfikir reflektif dan masuk akal untuk
mengevaluasi argumen atau proposisi untuk mengambil keputusan apa yang harus dipercaya atau dilakukan
(Huitt, Ennis dalam imer, 2013). Tidak seperti intelegensi lainnya, berpikir kritis dapat diperbaiki dan
dikembangkan, serta tidak tergantung pada umur (Walsh&Paul, Lipman et al. dalam imer et al., 2013).
Berpikir kritis juga merupakan suatu kemampuan kognitif dan strategi yang meningkatkan kemungkinan hasil
yang diharapkan, berpikir yang bertujuan, beralasan, dan berorientasi pada sasaran.
Pemikiran ini mencakup pemecahan masalah, memformulasikan kesimpulan, menghitung kemungkinan, dan
membuat keputusan (Halpern dalam Frijters at.al, 2008). Para psikolog mengkonseptualisasikan berpikir kritis
sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi dan memfokuskan pada proses pembelajaran dan instruksi yang
sesuai. Pedagogi kritis menekankan pada kewarganegaraan yang kritis dan demokratis serta pentingnya
pengembangan nilai.

Keterampilan Berpikir Kritis


Berpikir kritis tersusun atas kecenderungan perilaku (seperti rasa ingin tahu dan memikiran terbuka) dan
keterampilan kognitif (seperti analisis, inferensi, dan evaluasi) (Ennis dalam Quitadamo et. al., 2008).
Kecenderungan perilaku untuk berpikir kritis nampak tidak berubah, paling tidak selama jangka pendek tertentu
(Giancarlo & Facione, Ernst & Monroe dalam Qutadamo et.al., 2008). Akan tetapi peningkatan kemampuan
berpikir kritis secara signifikan dapat terjadi setidaknya selama sembilan minggu (Quitadamo & Kurt dalam
Quitadamo et.al. 2008). Manfaat akademik dan personal aktivitas berpikir kritis sangat jelas, siswa cenderung
mendapatkan hasil yang lebih baik, memiliki penalaran personal yang lebih baik, dan diperkerjakan dengan baik
(Quitadamo et al., 2008).

Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order thinking Skills/HOTS)
di samping berpikir kreatif (creative thinking), pemecahan masalah (creative thinking), pemecahan masalah
(problem solving), dan berpikir reflektif (reflective thinking). HOTS diasosiasikan dengan tiga level teratas
taksonomi Bloom. Namun perlu ditekankan bahwa taksonomi Bloom hanyalah pengklasifikasian untuk
mengkategorikan tujuan pembelajaran, sedangkan HOTS seperti halnya berpikir kritis merupakan skala proses
yang lebih luas yang pada hakikatnya merefleksikan perilaku manusia (imer et al., 2013).

Demikian uraian singkat tentang pengertian keterampilan berpikir kritis, semoga dapat bermanfaat.

You might also like