You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Vibrio cholerae merupakan salah satu mikroba penyakit yang sering


ditemukan pada makanan (Siagan, 2002 dalam Widyastana dkk, 2015). Bila
bakteri ini mencemari makanan dan terkonsumsi dalam jumlah tertentu, maka
dapat menyebabkan penyakit kolera. Dampak langsung bakteri patogen ini adalah
terjadinya gangguan tingkat kesehatan inangnya, atau bahkan dalam keadaan
tertentu dapat menyebabkan kematian (Pelczar dan Chan, 2006 dalam Widyastana
dkk, 2015).
Angka kejadian kasus kolera yang tinggi umumnya terjadi di negara-
negara yang sedang berkembang, dikarenakan belum baiknya higiene, sanitasi
serta penyediaan air minum yang memadai (Sariadji dkk, 2015). Faktanya, sekitar
3-5 juta kasus kolera setiap tahunnya terjadi di dunia dan sekitar 100.000-120.000
kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Tahun 2011, 589.854 kasus kolera
telah dilaporkan kepada WHO oleh 58 negara, dengan 7.816 kematian (Ramadhan
dkk, 2015)
Mengingat betapa mudahnya penyakit ini menular hanya melalui air
minum yang terkontaminasi dan di Indonesia sendiri merupakan negara
berkembang, serta besarnya angka kematian per tahunnya, maka sebaiknya kita
sebagai tenaga medis perlu untuk lebih memahami lebih dalam mengenai penyakit
kolera.

B. Tujuan

Memahami lebih dalam mengenai penyakit kolera, yang meliputi definisi, gejala,
penanggulangan, penatalaksanaan.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Gejala Kolera


Vibrio cholerae atau yang biasa disebut kolera merupakan salah satu
penyakit oleh karena enterotoksin yang dihasilkan dan membentuk koloni di
dalam usus kecil. Gejala-gejala yang ditimbulkannya seperti muntah, berak seperti
air beras dalam jumlah banyak yang mengakibatkan dehidrasi, kehilangan
elektrolit dan naiknya keasaman darah. Pada kasus yang berat, penderita terus
menerus buang air besar disertai muntah. Sehingga penderita kehilangan cairan
serta elektrolit dengan cepat dari saluran pencernaan. Hal ini menyebabkan
renjatan keasaman metabolik dan bila tidak diobati akan menyebabkan kematian
(Sariadji dkk, 2015)
B. Pencegahan Kolera
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah
dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan
kotoran pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah
meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan hingga bersih
sebelum makan dengan menggunakan sabun atau antiseptik, cuci sayuran dan
buah dengan air bersih terutama yang dimakan mentah, hindari memakan ikan dan
kerang yang dimasak setengah matang (Anggaraditya, 2015)
C. Penatalaksanaan Kolera
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus mendapatkan
penanganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang
sebagai langkah awal. Pemberian cairan dengan cara infus/drip adalah yang paling
tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau
muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu
dengan pemberian antibiotik seperti tetrasiklin, doxycycline atau golongan
vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan
diare yang terjadi (Anggaraditya, 2015).

2
BAB III

PEMBAHASAN

Masalah penyakit kolera di negara berkembang seperti Indonesia masih


merupakan masalah yang cukup penting mengingat banyaknya angka kematian
yang masih cukup tinggi, bahkan tidak hanya di Indonesia tetapi di hampir
seluruh negara berkembang.

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa penyakit kolera sebenarnya
dapat dicegah dengan cara memutus rantai penularannya dengan cara
meningkatkan sanitasi dengan lebih baik, bahkan jika sudah terjangkit penyakit
kolera pun masih dapat disembuhkan dengan cara pemberian infus sebagai
pengganti cairan lalu setelah itu diberi antibiotik.

Ironinya masih saja banyak angka kematian di Indonesia bahkan di dunia.


Seharusnya setelah kita mengetahui bersama cara pencegahan dan pengobatannya,
maka penyakit kolera ini dapat diberantas bersama sehingga penyakit ini tidak
lagi menjadi masalah bagi umat manusia.

Banyaknya penelitian tentang kolera di seluruh dunia menjadi tidak


berguna jika setelah mengetahui pencegahan dan pengobatan kolera tetapi kolera
sendiri masih menjadi pandemik.

Mungkin ini terjadi dikarenakan masih banyaknya orang yang tidak


mengetahui dan memahami pentingnya sanitasi. Karena sebenarnya tidak hanya
kolera yang dapat kita berantas dengan sanitasi yang baik, masih banyak penyakit-
penyakit lainnnya yang dapat diberantas dengan sanitasi.

3
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penyakit kolera sebenarnya dapat kita berantas bersama dengan cara pencegahan,
karena jika pencegahannya benar-benar kita lakukan bersama, maka seharusnya
suatu saat nanti tidak akan ada lagi penyakit kolera yang menghantui kita,
sehingga pengobatan tidak lagi diperlukan. Jika hal ini benar-benar terjadi maka
akan menimbulkan dampak positif bagi kita bersama, demi Indonesia yang lebih
sehat.

B. Saran

Setelah kita semua tahu bagaimana cara pencegahan penyakit tersebut, para
tenaga medis seharusnya dapat memberikan promosi kesehatan kepada
masyarakat yang dapat dilalui dengan berbagai macam cara, dengan demikian
harapannya dikemudian hari Indonesia dapat bebas dari penyakit-penyakit yang
dapat menular terutama penyakit kolera yang angka kematiannya cukup tinggi.
Promosi kesehatan merupakan pilihan terbaik jika ingin menjadikan Indonesia
yang lebih sehat, oleh sebab itu sekiranya promosi kesehatan mengenai sanitasi
perlu diperhatikan terutama di daerah-daerah yang senitasinya masih jauh dari
cukup.

4
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Anggaraditya, Putu Bagus. 2015. Menekan Laju Penyebaran Kolera di


Asia dengan 3SW (Sterilization, Sewage, Sources, and Water Purification). Vol 3,
No 1. http://isainsmedis.id/ojs/index.php/ISM/article/view/41/pdf# diakses 10
Agustus 2016.
2. Ramadhan, Nelvita Sari. Roslaili Rasyid. Elmatris Sy. 2015. Daya Hambat
Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica) yang Diambil di Batusangkar terhadap
Pertumbuhan Kuman Vibrio cholerae secara In Vitro, Vol 4, No 1.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/222/216 diakses 11 Agustus
2016.
3. Sariadji, Kambang. Sunarno. Rudi Hendro Putranto. 2015. Uji Diagnostik
Cepat Sebagai Metode Alternatif Diagnosis Kholera yang
Disebabkan oleh Agen Vibrio cholerae, Vol 4, No 1.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jbmi/article/view/4207/3953
diakses 10 Agustus 2016.
4. Widyastana, I Wayan Yogi. Retno Kawuri, Anak Agung Gede Raka
Dalem. 2015. Keberadaan Bakteri Patogen Vibrio cholerae pada Beberapa Hasil
Perikanan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar, Vol 2, No 1.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/14882/9993 diakses 11
Agustus 2016.

You might also like