You are on page 1of 8

Ferlana Altinuari (15010114120063)

Dewi Sawitri (15010114130118)

Febrina Ramadhani (15010114140167)

BAB I PENGANTAR

Artikel ini bertujuan untuk membahas mengenai pembelian impulsif pada


partisipan Indonesia dan partisipan internasional melalui dua jurnal penelitian
yang dilakukan di Indonesia oleh Dameyasani & Abraham (2013), dan penelitian
yang dilakukan di luar negeri oleh Lin & Chuan (2014). Kebermanfaatan artikel ini
bagi psikologi nusantara adalah dapat mengetahui hal-hal yang mempengaruhi
pembelian impulsif di Indonesia dan penyebabnya berdasarkan nilai budaya
Indonesia, serta pembelian impulsif di luar negeri.

BAB II ISI

Resume Jurnal 1 (Jurnal dengan Partisipan Indonesia)

Judul: Impulsif Buying, Cultural Values Dimensions, and Symbolic Meaning of


Money: A Study On College Students In Indonesia's Capital City and Its
Surrounding

Penulis: Aulia Wika Dameyasani dan Juneman Abraham (2013)

Tujuan: Penelitian ini mencoba menguji secara empiris pengaruh dimensi


budaya dan pemaknaan simbolik pada uang terhadap impulsivitas membeli pada
mahasiswa di Ibu kota dan sekitarnya.

Karakteristik dan jumlah partisipan: Karakteristik subjek penelitian ini adalah


200 mahasiswa/i dengan rentang usia 19-23 tahun di Jakarta dan sekitarnya
terdiri dari 91 laki-laki dan 109 wanita. Subjek dipilih dengan menggunakan teknik
convenience sampling dari tujuh Universitas di Jakarta dan sekitarya, yaitu
Universitas Trisakti, Universitas Tarumanagara, Universitas Atma Jaya,
Universitas Professor Dr. Moestopo, London School of Public Relations,
Universitas Indonesia, dan Universitas Pelita Harapan.

1
Alat Pengumpul Data:
Pembelian impulsif diukur dengan menggunakan skala IBT (Impulsive
Buying Tendency) (Herabadi; Verplanken & Herabadi)

Makna simbolik uang diukur dengan menggunakan MOP (Meaning of Pay)


dengan mengadaptasi dimensi dari Thierry.

Dimensi nilai budaya diukur dengan menggunakan Skala CVSCALE


(Cultural Value Scale) yang dikembangkan oleh Yoo, Donthu, & Lenartowicz,
tetapi pengukuran yang dilakukan disesuaikan dengan tingkat respon
individual.

Data dianalisis menggunakan teknik regresi linier berganda.

Hasil Penelitian: Regresi Linier Berganda menunjukkan hasil R2 = 0,461, F (4,


199) = 41,687, p <0,01. Ini berarti bahwa kepercayaan jarak kekuasaan (power
distance belief), penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance), dan
kolektivisme (collectivism), juga Makna simbolik Uang dapat memprediksi
pembelian impulsif pada 46,1 persen.

Diketahui bahwa semakin tinggi kepercayaan jarak kekuasaan (Dimensi


Budaya), semakin tinggi pembelian impulsif ( = 0,21). Penelitian ini juga
menemukan bahwa semakin tinggi kolektivisme, semakin tinggi pembelian
impulsif ( = 0,11); semakin tinggi penghindaran ketidakpastian, semakin rendah
pembelian impulsif ( = -0,15); dan lebih tinggi makna simbolis uang, semakin
tinggi pembelian impulsif ( = 0,56). Berdasarkan nilai Beta yang ada (),
kontribusi makna simbolik uang adalah yang terbesar di antara variabel prediktor
lainnya, diikuti oleh kepercayaan jarak kekuasaan.

Resume Jurnal 2 (Jurnal dengan Partisipan Internasional)

Judul jurnal: A Study on Youth Online Impulsif Purchase The Relationship


between Individual Difference, Shopping Environment, Emotion Response and
Purchase.

Penulis: Julian Lin & Chan Hock Chuan (2013)

2
Tujuan penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana
variabel perbedaan individu dalam kecenderungan dorongan membeli,
lingkungan belanja dan respon emosional dapat mempengaruhi pembelian
impulsif pada anak muda.

Karakteristik dan jumlah partisipan:

- Partisipan pada penelitian ini adalah mahasiswa sebuah universitas di


luar negeri yang memiliki akses atau jangkauan yang luas di internet.
- Jumlah partisipan 115, terdiri dari 56 laki-laki, dan 59 perempuan yang
berasal dari Fakultas MIPA 33 orang, komputer 24 orang, bisnis 15 orang,
teknik 31 orang, seni 10 orang, dan lainnya 2 orang.

Alat pengumpulan data

- Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan ke 115


mahasiswa
- Kuesioner terdiri dari beberapa item yang di adaptasi dari beberapa
literatur
1. Kualitas informasi 7 aitem
2. Kepercayaan 3 aitem
3. Kesenangan 6 aitem
4. Kecenderungan dorongan membeli 9 aitem
5. Dorongan untuk membeli 7 aitem

Hasil penelitian

1. Dorongan untuk membeli secara impusif berpengaruh positif dengan


perilaku pembelian impulsif pada pemuda
2. Sikap membeli impulsif (impulse buying trait) berhubungan positif dengan
dorongan membeli secara impulsif (urge to buy impulsively)
3. Kesenangan (pleasure) berhubungan positif dengan dorongan untuk
membeli secara impulsif
4. Kepercayaan pembeli tidak berhubungan dengan dorongan untuk
membeli secara impulsif
5. Kepercayaan pembeli berhubungan positif dengan dengan kesenangan
6. Kualitas informasi berhubungan positif dengan kepercayaan pembeli
7. Penggunaan fitur interaktif berhubungan positif dengan kepercayaan
pembeli
8. Penggunaan fitur interaktif tidak berhubungan positif dengan kesenangan.

3
Hasil dalam penelitian ini juga dijelaskan bahwa fitur interaktif dan kualitas
informasi merupakan faktor yang paling penting untuk membangun kepercayaan
membeli bagi individu muda, yang kemudian dapat berpengaruh pada dorongan
untuk membeli secara impulsif.

Hasil Analisis

Berdasarkan jurnal dengan partisipan mahasiswa yang berasal dari


Indonesia, didapatkan hasil bahwa tiga dari lima dimensi nilai budaya menurut
Hofstede (dalam Dameyasani & Abraham, 2013) yaitu kepercayaan dalam jarak
kekuasaan (power distance belief/PD), kolektivisme (collectivism), dan
penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance/UA) memiliki hubungan dan
menjadi prediktor dalam pembelian impulsif. Selain itu, makna simbolik uang juga
memiliki hubungan positif dan menjadi prediktor terbesar dalam pembelian
impulsif.

Jurnal dengan partisipan internasional didapatkan hasil bahwa perbedaan


individu dalam impuls tendensi membeli, suasana atau lingkungan dalam
berbelanja seperti kualitas informasi yang terdapat di website dan penggunaan
features yang interaktif, dan respons emosional berupa kesenangan (pleasure)
mempengaruhi pembelian impulsif online (Online impulsif purchase) pada anak
muda. Pada jurnal ini dijelaskan bagaimana variabel-variabel yang telah
disebutkan dapat mempengaruhi pembelian impulsif. Berdasarkan hasil temuan
dua jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada partisipan Indonesia,
pembelian impulsif lebih dipengaruhi oleh nilai budaya dan menitik beratkan pada
orang lain diluar individu sehingga orientasinya ke luar, sedangkan pada
partisipan internasional pembelian impulsif dipengaruhi oleh bagaimana
pengemasan produk, respons emosional, dan impuls tendensi membeli yang
dimiliki individu itu sendiri, sehingga orientasinya ke dalam.

Nilai budaya yang mempengaruhi pembelian impulsif pada partisipan


Indonesia dapat dijelaskan dengan diskusi yang terdapat pada jurnal pertama
(Dameyasani & Abraham, 2013), orang Indonesia sangat mengedepankan
prinsip Asal Bapak Senang yaitu sebuah ungkapan yang memiliki arti bahwa
apapun akan dilakukan demi menyenangkan individu yang memiliki otoritas
tinggi. Dalam diskusi tersebut dijelaskan bahwa membelikan barang-barang

4
adalah metode untuk membuat senang figur otoritas. Dengan membuat figur
otoritas senang, orang Indonesia akan merasa aman karena mereka menyadari
bahwa kesuksesannya dipengaruhi oleh orang lain yang lebih berkuasa. Hal
inilah yang menyebabkan power distance belief menjadi salah satu prediktor
pembelian impulsif pada orang Indonesia. Berbeda dengan orang Indonesia,
pada partisipan internasional, semakin tinggi power distance belief, semakin
rendah tingkat pembelian impulsif, orang dengan power distance belief yang
tinggi dihubungkan dengan self-control yang tinggi ketika dihadapkan dengan
godaan atau kesempatan untuk membeli secara impulsif ( Zhang, Winterich, &
Mittal dalam Dameyasani & Abraham, 2013).

Pada dimensi kolektivisme, budaya oleh-oleh memegang peran penting


dalam pembelian impulsif pada orang Indonesia. Orang Indonesia secara tidak
segan akan meminta oleh-oleh kepada rekannya yang berlibur, sehingga
berpengaruh kepada tingginya tingkat pembelian impulsif. Hal ini sangat berbeda
dengan partisipan internasional yang dijelaskan dalam jurnal tersebut, bahwa
mereka tidak pernah melihat fenomena tidak segan dalam meminta
souvenir/oleh-oleh selain di Indonesia. Selain itu pembelian secara kolektif
karena terdapat kupon atau diskon juga berpengaruh pada pembelian impulsif
bagi partisipan Indonesia (Swanson & Timothy dalam Dameyasani & Abraham,
2013).

Pada dimensi penghindaran ketidakpastian (avoidance uncertainty) dapat


menjadi prediktor dalam pembelian impulsif karena orang yang memiliki
avoidance uncertainty yang tinggi akan cenderung lebih mencari informasi
sebelum bertindak, menentang inovasi dan perubahan, sehingga lebih memiliki
kemungkinan yang kecil dalam pembelian impulsif (Leo, Bennett, & Cierpicki
dalam Dameyasani & Abraham, 2013). Sementara pada variabel makna simbolik
uang merupakan prediktor pada pembelian impulsif karena uang bukan hanya
sebuah alat tukar untuk mendapatkan barang, namun juga memiliki makna. Pada
kasus ini dapat dijelaskan bahwa sesuatu yang orang ingin beli bukanlah barang
secara nyata melainkan makna dari barang yang mereka beli. Apa yang ingin
dipuaskan oleh manusia bukan hanya kebutuhan fisiologis namun juga psikologis
seperti kebutuhan untuk mendapat pengakuan sosial, status sosial, perasaan
aman akan masa depan, dan kebutuhan untuk berbeda dari orang lain dalam

5
suatu kelompok, pembelian dengan makna seperti ini disebut dengan symbolic
consumption (Witt dalam Dameyasani & Abraham, 2013). symbolic
consumption inilah yang mengantarkan pada pembelian impulsif.

Berbeda dengan jurnal pertama, pada jurnal kedua yang memiliki


partisipan internasional lebih menekankan pada bagaimana pengaruh perbedaan
individu dalam tendensi pembelian impulsif, suasana atau lingkungan saat
berbelanja, dan respons emosi pada pembelian impulsif. Dalam diskusi, dua dari
8 hipotesis ditolak. Penggunaan fitur interaktif tidak mempengaruhi kesenangan
individu, karena partisipan ditugaskan untuk membeli demi kepentingan
penelitian (task orientation) bukan karena keinginannya sendiri (belanja untuk
rekreasi dan mendapat kesenangan), sedangkan kepercayaan pembeli tidak
berpengaruh pada dorongan untuk membeli secara impulsif karena merupakan
faktor sekunder yang hanya memiliki pengaruh kecil dalam dorongan untuk
membeli secara impulsif sesuai dengan penelitian sebelumnya (Jones dalam Lin
& Chuan, 2014).

Keterbatasan studi dalam jurnal tersebut yaitu,

Jurnal pertama: tidak termasuknya dua dimensi dalam nilai budaya yaitu
masculinity dan long-term orientation sebagai prediktor pembelian impulsif. Hal
ini disebabkan karena penelitian awal tentang instrumen yang mengukur kedua
dimensi ini kurang valid dan reliabel. Penelitian pada jurnal ini tidak membedakan
beberapa tipe dari pembelian impulsif yaitu murni sebuah impuls, suggestion
impulse, reminder impulse, atau impuls yang direncanakan.

Jurnal kedua: penelitian hanya dilakukan pada satu website, peneliti juga tidak
bisa mengukur perilaku pembelian impulsif yang nyata karena tidak melibatkan
transaksi yang nyata, yang berarti partisipan tidak memikirkan mengenai
keuangan (financial decision).

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan kedua hasil penelitian mengenai pembelian impulsif dapat


disimpulkan bahwa nilai budaya mempengaruhi pada pembelian impulsif pada
partisipan Indonesia terutama karena adanya prinsip Asal Bapak Senang,
budaya oleh-oleh, dan makna simbolis uang sebagai bentuk pengakuan dan

6
status sosial sehingga orientasinya ke orang lain di luar individu, sedangkan
pada partisipan Internasional pembelian impulsif dipengaruhi oleh bagaimana
pengemasan produk, respons emosional, dan impuls tendensi membeli yang
dimiliki individu itu sendiri, sehingga orientasinya ke dalam. Hasil analisis ini
dapat menjadi topik baru dalam psikologi nusantara yaitu mengenai karakteristik
orang Indonesia yang cenderung terlalu mempertimbangkan orang lain dalam
setiap aktivitas, termasuk pada kegiatan membeli. Selain itu, diskusi yang
terdapat pada jurnal 1 juga menarik untuk diangkat sebagai topik dalam psikologi
nusantara, terutama mengenai penyebab prinsip Asal Bapak Senang dan
budaya oleh-oleh di Indonesia.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dameyasani, A. W., & Abraham, J. (2013). Impulsive buying, cultural values


dimensions, and symbolic meaning of money: A study on college students in
Indonesias capital city and its surrounding. International Journal of
Research Studies in Psychology, 2(4), 3552. Retrieved from
http://dx.doi.org/10.5861/ijrsp.2013.374

Lin, J., & Chuan, C. H. (2014). A Study on youth online impulsive purchase: The
relationship between individual difference, shopping environment, emotion
response and purchase. Journal of Creative Communications, 8(23), 209
229. https://doi.org/10.1177/0973258613512571

You might also like