Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENGANTAR
BAB II ISI
1
Alat Pengumpul Data:
Pembelian impulsif diukur dengan menggunakan skala IBT (Impulsive
Buying Tendency) (Herabadi; Verplanken & Herabadi)
2
Tujuan penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana
variabel perbedaan individu dalam kecenderungan dorongan membeli,
lingkungan belanja dan respon emosional dapat mempengaruhi pembelian
impulsif pada anak muda.
Hasil penelitian
3
Hasil dalam penelitian ini juga dijelaskan bahwa fitur interaktif dan kualitas
informasi merupakan faktor yang paling penting untuk membangun kepercayaan
membeli bagi individu muda, yang kemudian dapat berpengaruh pada dorongan
untuk membeli secara impulsif.
Hasil Analisis
4
adalah metode untuk membuat senang figur otoritas. Dengan membuat figur
otoritas senang, orang Indonesia akan merasa aman karena mereka menyadari
bahwa kesuksesannya dipengaruhi oleh orang lain yang lebih berkuasa. Hal
inilah yang menyebabkan power distance belief menjadi salah satu prediktor
pembelian impulsif pada orang Indonesia. Berbeda dengan orang Indonesia,
pada partisipan internasional, semakin tinggi power distance belief, semakin
rendah tingkat pembelian impulsif, orang dengan power distance belief yang
tinggi dihubungkan dengan self-control yang tinggi ketika dihadapkan dengan
godaan atau kesempatan untuk membeli secara impulsif ( Zhang, Winterich, &
Mittal dalam Dameyasani & Abraham, 2013).
5
suatu kelompok, pembelian dengan makna seperti ini disebut dengan symbolic
consumption (Witt dalam Dameyasani & Abraham, 2013). symbolic
consumption inilah yang mengantarkan pada pembelian impulsif.
Jurnal pertama: tidak termasuknya dua dimensi dalam nilai budaya yaitu
masculinity dan long-term orientation sebagai prediktor pembelian impulsif. Hal
ini disebabkan karena penelitian awal tentang instrumen yang mengukur kedua
dimensi ini kurang valid dan reliabel. Penelitian pada jurnal ini tidak membedakan
beberapa tipe dari pembelian impulsif yaitu murni sebuah impuls, suggestion
impulse, reminder impulse, atau impuls yang direncanakan.
Jurnal kedua: penelitian hanya dilakukan pada satu website, peneliti juga tidak
bisa mengukur perilaku pembelian impulsif yang nyata karena tidak melibatkan
transaksi yang nyata, yang berarti partisipan tidak memikirkan mengenai
keuangan (financial decision).
6
status sosial sehingga orientasinya ke orang lain di luar individu, sedangkan
pada partisipan Internasional pembelian impulsif dipengaruhi oleh bagaimana
pengemasan produk, respons emosional, dan impuls tendensi membeli yang
dimiliki individu itu sendiri, sehingga orientasinya ke dalam. Hasil analisis ini
dapat menjadi topik baru dalam psikologi nusantara yaitu mengenai karakteristik
orang Indonesia yang cenderung terlalu mempertimbangkan orang lain dalam
setiap aktivitas, termasuk pada kegiatan membeli. Selain itu, diskusi yang
terdapat pada jurnal 1 juga menarik untuk diangkat sebagai topik dalam psikologi
nusantara, terutama mengenai penyebab prinsip Asal Bapak Senang dan
budaya oleh-oleh di Indonesia.
7
DAFTAR PUSTAKA
Lin, J., & Chuan, C. H. (2014). A Study on youth online impulsive purchase: The
relationship between individual difference, shopping environment, emotion
response and purchase. Journal of Creative Communications, 8(23), 209
229. https://doi.org/10.1177/0973258613512571