You are on page 1of 7

LAPORAN PRAKTIKUM KEMANDIRIAN PROFESI KLINIK TANAMAN

PEMBUATAN FORMULASI ENTOMOPATOGEN

Oleh

Nama: Fida Azizah

NIM: H0713073

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Isu lingkungan dalam pengelolaan pertanian, memberikan dampak pada
upaya yang serius untuk memproduksi biopestisida hayati, sebagai pengganti
pestisida kimia sintetik. Pemanfaatan agens pengendali hayati diakui sebagai
cara yang tepat dan efektif di berbagai negara dalam mengendalikan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT). Kendala utama dalam upaya pemanfaatan agens
pengendali hayati adalah pada formulasinya. Bentuk dan formula produk untuk
kebutuhan tiap negara akan berbeda-beda sesuai dengan sumber daya dukung
yang ada. Apalagi untuk kepentingan komersial, harus diupayakan dengan
bahan yang semurah-murahnya, namun layak guna dan layak jual di daerah
setempat.
Produksi dan formulasi jamur entomopatogen telah banyak dibicarakan,
khususnya jamur Trichoderma spp, Beauveria bassiana dan Metharizium
anisopliae. Namun sampai sekarang masih relatif sedikit informasi yang dapat
memberikan kejelasan dalam proses produksi. Maka dari itu formulasi dan juga
tahapan-tahapan dalam pembuatan media sangat diperlukan untuk aplikasi lebih
lanjut di lapangan. Melalui praktikum Kemandirian Profesi Klinik tanaman
mahasiswa akan diajarkan cara pembuatan media cair dan media padat sampai
inokulasi jamurnya.
2. Tujuan
Tujuan praktikum yaitu untuk mengetahui pembuatan formulasi entomopatogen
B. Metode
1. Pembuatan agar miring (Media Padat)
a. Bahan:
1) Aquades 1000 cc/liter
2) Kentang 300 gram
3) Glukosa 15 gram
4) Agar 30 gram
b. Alat
1) Pisau
2) Panci
3) Autoclave
4) Tabung reaksi
5) Teko
6) Saringan
7) Rak tabung reaksi
8) Timbangan analitik
9) Kompor
c. Cara kerja
1) Menyiapkan 300 gram kentang yang telah bersih dan memotong-motong
seperti dadu, 15 gram glukosa, 30 gram agar-agar, dan 1000 cc aquades
2) Merebus kentang dalam 1000 cc aquades selama jam sejak mendidh,
volume aquades di jaga supaya tetap
3) Mengambil air rebusan kentang dengan menyaring potongan-potongan
kentangnya menggunakan saringan
4) Menambahkan air rebusan kentang dengan glukosa, mengaduk sampai
rata. Menambahkan 300 gram agar-agar sambil mengaduk dan
memanaskan hingga agar melarut sempurna dan medium berwarna
bening
5) Memasukan medium kedalam tabung reaksi bersih sebanyak 1/3 dari
tinggi tabung. Menyumbat mulut tabung reaksi dengan kapas dan
mengikat tabung masing-masing sebanyak 10 dan di lapisi dengan kertas
coklat.
6) Mensterilkan medium agar kentang dengan menggunakan autoklaf
sesuai petunjuk
2. Pembuatan media dengan beras (media padat)
a. Bahan
1) Beras
2) Air
3) Plastik bening Kg
4) Karet
b. Alat
1) Periuk
2) Nampan
3) Pengaduk nasi
4) Autoclave
c. Cara kerja
1) Membersihkan beras dengan air bersih (diulang 2x)
2) Menanak beras di periuk sampai setengah matang
3) Mengangkat nasi setengah matang dan tempatkan di nampan
4) Memasukkan nasi yang masih panas tersebut ke dalam plastic sebanyak
1/3 bagian dan memadatkannya
5) Menggulung plastic yang telah berisi nasi sampai tidak ada udara yang
keluar masuk, setelah itu mengikatnya dengan karet
6) Menyatukan 2 buah nasi menjadi satu bagian setelah itu mengikatnya
dengan karet
7) Memasukkan nasi yang telah dibungkus dengan karet ke dalam periuk
selama 45 menit
8) Setelah 45 menit mengangkat nasi tersebut dan mendiamkannya selama
1 malam untuk kemudian diinokulasi dengan Trichoderma
3. Pembuatan EKG (media cair)
a. Bahan:
1) Kentang
2) Air
b. Alat
1) Pisau
2) Panci besar
3) Galon dan selang (instalasi)
4) Sprayer
c. Cara kerja
1) Kentang dicuci, kemudian kupas dan potong seperti kubus. Bilas
kembali potongan kentang, lalu masukan kedalam panci berisi air untuk
direbus. Rebus kentang sampai lunak ( 30 menit).
2) Sari kentang disaring untuk diambil ekstraknya.
3) Menyemprot alkohol ke sekitar mulut galon
4) Memasukkan air rebusan kentang ke dalam galon sampai penuh
5) Menunggu media EKG dingin (di bawah 30C) untuk diinokulasi
dengan biakan bakteri murni.
6) Inokulasi: memasukkan jamur Trichoderma sp ke dalam larutan EKG.
Tutup jerigen rapat-rapat.
7) Inkubasi: Inkubasi dilakukan dengan cara setelah inokulasi selesai
larutan EKG dihembus dengan udara dari aerator secara terus menerus
selama 10 14 hari
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil perhitungan spora
t 6+2
c= x 10
Nx 0,25
108
c= x 108
8 x 0,25

8
c=54 x 10

9
c=5,4 x 10

Pada praktikum ini kami menghitung jumlah spora pada produk.


Penghitungan spora dilakukan dengan menggunakan alat Haemocytometer.
Haemocytometer awalnya dirancang untuk penghitungan sel darah. Sekarang
digunakan untuk menghitung jenis sel serta partikel mikroskopis lainnya.
Penghitungan spora dilakukan dalam beberapa kotak. Setelah diamati masing-
masing kotak berisi: Kotak 1 = 10 spora, Kotak 2= 41 spora sel, kotak 3 =17
sel, kotak 4 = 11 spora. Hasil perhitungan didapat 5,4x109 atau sama dengan 5,4
ratus juta spora.
Tahap selanjutnya dari pembuatan media cair dan padat yaitu
menginokulasi jamur Trichoderma spp. Koloni Trichoderma dalam biakan dapat
tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai hijau. Mekanisme pengendalian
Trichoderma sp. bersifat spesifik target, mengkoloni rhizosfer dengan cepat dan
melindungi akar dari serangan patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan hasil produksi tanaman, sehingga Trichoderma menjadi unggul
sebagai agen pengendali hayati (Purwantisari dan Hastuti 2009). Trichoderma
terdapat dimana-mana, mudah diisolasi dan dibiakan, pertumbuhannya sangat
cepat pada banyak substrat, mempengaruhi bermacam-macam patogen, jarang
bersifat patogen pada tanaman tingkat tinggi, berperan sebagai mikoparasit,
bersaing baik terhadap makanan dan tempat, memproduksi antibiotik dan
memiliki kemampuan sistem enzim yang menyerang bermacam-macam patogen
tanaman (Susanna 2000).
Salah satu kendala saat pelaksanaan praktikum yaitu saat inokulasi jamur
dari media agar ke dalam galon yang berisi media EKG. Jamur yang hendak
diinokulasi sangat sulit dilepaskan karena agarnya sangat keras sehingga jarum
ose yang digunakan ada beberapa yang rusak. Selain itu terdapat beberapa
media agar yang diinokulasi jamur terjadi kontaminasi karena kondisi yang
tidak steril.
D. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pembuatan formulasi entomopatogen yang
dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Palur di antaranya:
1. Pembuatan media padat berupa media agar miring dan media dengan beras.
Sedangkan media cair berupa EKG (ekstrak kentang gula)
2. Tahap selanjutnya dari pembuatan media adalah inokulasi Trichoderma.
Trichoderma adalah jamur yang paling banyak diisolasi di Laboratorium Palur
karena pertumbuhannya cepat dan mudah ditemukan
3. Perhitungan spora menggunakan Haemocytometer dan hasilnya sejumlah
5,4x109
4. Kendala selama praktikum salah satunya yaitu saat inokulasi jamur dari media
agar ke dalam galon yang berisi EKG karena agarnya sangat keras sehingga sulit
diambil
DAFTAR PUSTAKA
Purwantisari, S. dan Hastuti R. B 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora
infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan
Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. BIOMA, 11, (1): 24-32.
Susanna 2000. Analisis Keefektifan Mikroorganisme Antagonis dalam Mengendalikan
Fusarium oxysporum f.sp. cubense pada Pisang (Musasapientum L.). Tesis. Program
Pascasarjana. Bogor: IPB

You might also like