You are on page 1of 13

ISSN 0125-9849

Ris.Geo.Tam Vol. 23, No.1, Juni 2013 (37-48)


DOI : 10.14203/risetgeotam2013.v23.68

Diferesiasi Sumber Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan


Metode Indeks Pencemar (IP) (Studi Kasus : Hulu DAS Citarum)

River Pollutant Sources Differentiation Using Polution Index


Method (Case Study : Upper Citarum Watershed)
Dyah Marganingrum, Dwina Roosmin, Pradono, dan Arwin Sabar

ABSTRAK. Hingga saat ini pencemaran air non domestik (industri). Studi kasus dilakukan di
masih menjadi persoalan krusial di berbagai hulu DAS Citarum (segmen Wangisagara-
negara, khususnya di negara-negara berkembang Nanjung) menggunakan data historikal tahun
termasuk Indonesia. Evaluasi tingkat pencemaran 2002 s.d. 2010. Hasil penelitian tersebut
air secara berkala merupakan salah satu bentuk menunjukkan bahwa fecal coliform, sulfida, dan
upaya dalam sistem pengelolaan sumberdaya air. fenol merupakan tiga unsur utama penurunan
Metode Indeks Pencemaran (IP) merupakan salah kualitas Sungai Citarum. Fecal coliform adalah
satu metode analisis kualitas air yang parameter tipikal dalam limbah domestik. Fenol
diaplikasikan di Indonesia. Metode ini adalah parameter tipikal dalam limbah industri.
merupakan perhitungan relatif antara hasil Sedangkan sulfida bisa berasal dari domestik
pengamatan terhadap baku mutu yang berlaku. maupun industri. Hasil penelitian menunjukkan
Sebagai metode indeks komposit, IP terdiri atas telah terjadi diferensiasi polutan dari sumber
indeks rata-rata dan indeks maksimum. Indeks domestik saja menjadi domestik dan non
maksimum dapat memberikan indikator unsur domestik setelah tahun 2005.
kontaminan utama penyebab penurunan kualitas
KataKunci: sumberdaya air, Citarum, indeks
air. Unsur utama dapat dihubungkan dengan
pencemaran, sumber pencemar.
sumber pencemar, apakah dari domestik maupun
__________________________________
Naskah masuk : 11 September 2012 ABSTRACT. The water pollution is a crucial
Naskah selesai revisi : 6 Mei 2013 issue in many countries, especially in developing
Naskah diterima : 20 Mei 2013 countries, including Indonesia. Periodic
__________________________________ evaluation of the water pollution level is one
effort in water resources management system.
Dyah Marganingrum The Pollution Index method (IP) is a method of
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung 40135
water quality analysis applied in Indonesia. This
E-mail :dmarganingrum@yahoo.com method is a relative calculation between the
observation data and the water quality standard.
Dwina Roosmini As the composite index method, IP consists of an
Program studi Teknik Lingkungan-ITB average index and a maximum index. The
Jl. Ganesha 10, Bandung 40135
E-mail :dwinaroosmini@yahoo.com maximum index can provide an indicator of main
contaminant that caused degradation of water
Pradono quality. The main contaminant can be correlated
SAPPK-ITB to the pollution sources, whichare domestic and
Jl. Ganesha 10, Bandung 40135
non-domestic (industrial) contaminants. A case
E-mail :pradono@pl.itb.ac.id
study was conducted in the upper Citarum
Arwin Sabar watershed (Wangisagara-Nanjung segment)
Guru Besar Pengelolaan Sumberdaya Air using historical data from 2002 to 2010. The
Jl. Ganesha 10, Bandung 40135 results showed that fecal coliforms, sulfides and
E-mail :arwinsabar@yahoo.com
phenols are the three main contaminants that
2013 Pusat Penelitian Geoteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

37
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.23, No.1, Juni 2013, 37-48

have caused the Citarum river degradation. diharapkan dapat digunakan untuk
Fecal coliform is the typical domestic memperkirakan indikasi sumber pencemar sungai
contaminant. Phenol is thetypical industry waste agar dapat dilakukan upaya pengendalian yang
water contaminant and sulfideis a contaminant tepat sasaran.
that can bederived from domesticand industry
Hingga saat ini telah banyak dikembangkan
waste water contaminant. The results also
metode indeks untuk melakukan penilaian
indicated thatthere was a pollutant source
terhadap status kualitas air. Penilaian status
differentiation from only domestic source to
kualitas sungai merupakan bagian dari kegiatan
domestic and non-domestic sources after 2005.
dalam monitoring kualitas sumberdaya air.
Keywords: water resources, Citarum, pollution Menilai mutu air sungai dengan metode indeks
index, contaminant source. pada hakikatnya adalah membandingkan hasil
pemantauan dengan baku mutu yang berlaku
(Rosemond et.al., 2009; Pejman et. al., 2009;
PENDAHULUAN Ionus, 2010; Altansukh dan Davaa, 2011;
Pencemaran sungai masih menjadi persoalan di Milijasevic et. al., 2011; Arias et. al., 2012).
berbagai negara, khususnya di negara Penelitian ini menggunakan metode Indeks
berkembang termasuk Indonesia. Keterbatasan Pencemaran (IP) (Keputusan Menteri Negara
infrastruktur dan sumberdaya manusia disertai Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003). IP
sistem monitoring dan penegakan hukum yang merupakan salah satu metode penilaian kualitas
lemah menyebabkan tingkat pencemaran sungai air sungai yang sederhana dan mudah diterapkan.
semakin tinggi. Untuk mencegah pencemaran Nilai IP menunjukkan tingkat pencemaran yang
sungai semakin serius, diperlukan upaya sifatnya relatif terhadap baku mutu air (BMA)
pemantauan secara periodik. Pengelolaan dari yang dipersyaratkan pada sumber air (sungai).
aspek kualitas tidak semudah pada aspek BMA adalah ukuran batas atau kadar makhluk
kuantitas. Automatic Water Level Recorder hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau
(AWLR) dapat memantau kuantitas air secara harus ada dan atau unsur pencemar yang
kontinu. Sebaliknya sistem monitoring kualitas ditenggang keberadaannya di dalam air (PP No.
yang dilakukan secara otomatis (online system) 82/2001). BMA sebagaimana yang dimaksud
sulit untuk direalisasikan. Banyak kendala yang dalam PP No. 82/2001 ditetapkan berdasarkan
dihadapi dalam penerapan monitoring kualitas hasil pengkajian kelas air dan kriteria mutu air.
dengan sistem tersebut, antara lain masalah Berdasarkan peraturan yang sama, maka kriteria
teknologi dan persoalan sosial. Kendala teknologi mutu air dibedakan menjadi empat kelas, yaitu:
berkaitan dengan sifat atau karakteristik dari
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat
unsur pencemar. Perubahan konsentrasi dan
digunakan untuk air baku air minum, dan atau
bentuk senyawa dapat terjadi sepanjang
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
pengaliran sungai. Selain karakteristik dari
air yang sama dengan kegunaan tersebut;
kontaminannya, faktor fisik hidrologis sungai
Kelas dua, air yang peruntukannya dapat
juga berpengaruh, seperti lebar dan kedalaman
digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
sungai, arus, kecepatan, dan debit sungai.
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
Berbagai proses fisika dan kimiawi yang terjadi
untuk mengairi pertanaman, dan atau
antar unsur dalam senyawa kontaminan
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
menambah pengelolaan kualitas air semakin
air yang sama dengan kegunaan tersebut;
kompleks. Oleh karena itu pengembangan
Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat
metode monitoring kualitas sungai menjadi hal
digunakan untuk pembudidayaan ikan air
yang krusial dalam mendukung pembangunan
tawar, peternakan, air untuk mengairi
berkelanjutan.
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
Monitoring kualitas sungai pada hakikatnya mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
adalah untuk mengetahui status mutu sungai kegunaan tersebut;
dalam periode waktu tertentu. Namun demikian, Kelas empat, air yang peruntukannya dapat
pengembangan metode monitoring tidak hanya digunakan untuk mengairi pertanaman dan
sebatas mengetahui status mutu. Lebih dari itu atau peruntukan lain yang mempersyaratkan

38
Marganingrum, D., dkk/ Diferesiasi Sumber Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemar (IP) (Studi
Kasus : Hulu DAS Citarum)

mutu air yang sama dengan kegunaan METODE


tersebut.
Sebagai metode berbasis indeks, metode IP
dibangun berdasarkan dua indeks kualitas. Yang
pertama adalah indeks rata-rata (IR). Indeks ini
LOKASI PENELITIAN DAN SUMBER
menunjukkan tingkat pencemaran rata-rata dari
DATA
seluruh parameter dalam satu kali pengamatan.
Penelitian dilakukan di hulu DAS Citarum. Yang kedua adalah indeks maksimum (IM).
Lokasi penelitian meliputi tujuh titik monitoring Indeks ini menunjukkan satu jenis parameter
kualitas air sungai Citarum yang terdiri atas yang dominan menyebabkan penurunan kualitas
Wangisagara, Majalaya, Sapan, Cijeruk, air pada satu kali pengamatan. Kategori penilaian
Dayeuhkolot, Burujul, dan Nanjung (Gambar 1). kualitas air berdasarkan nilai IP adalah sebagai
Tujuh titik tersebut dikaitkan dengan sumber- berikut (KepMen.LH, 2003):
sumber pencemar yang mewakili setiap sub DAS. Memenuhi baku mutu : IP1
Analisis terhadap data historikal dilakukan Tercemar ringan : 1<IP5
terhadap data monitoring kualitas Sungai Citarum Tercemar sedang : 5<IP10
oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Tercemar berat : IP>10
Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat sebagai
pihak pelaksana. Seri data historikal yang Langkah awal perhitungan IP adalah
digunakan adalah hasil pengamatan tahun 2002 membandingkan konsentrasi setiap parameter
hingga 2010karena analisis data untuk tujuan pencemar (C i) dengan baku mutu (Li), sehingga
pengelolaan sumberdaya air memerlukan seri didapat nilai (C/L) hasil pengukuran untuk setiap
data historikal yang cukup panjang. parameter yang dimaksud. Apabila nilai (C/L)

Gambar 1. Peta lokasi Penelitian dan titik monitoring kualitas air Sungai Citarum
(Sumber peta: Puslit Geoteknologi LIPI dan BPLHD Provinsi Jawa Barat dengan perbaikan ).
2013 Pusat Penelitian Geoteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

39
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.23, No.1, Juni 2013, 37-48

lebih dari 1, maka ditentukan nilai (C/L) baru modifikasi IM pada beberapa parameter tertentu
dengan menggunakan persamaan (1) berikut: akan diketahui indikasi sumber pencemar utama
pada sungai yang dimonitor. Modifikasi
(1) dilakukan dengan cara menghilangkan parameter
yang menjadi IM. Penghilangan IM disesuaikan
Jika nilai konsentrasi parameter menurun dengan parameter ke-i yang ingin diketahui
menunjukkan tingkat pencemaran meningkat efeknya satu persatu untuk mendeteksi sumber
(seperti DO), maka perlu dihitung terlebih dahulu pencemar.
nilai teoritik atau nilai maksimum dari parameter IPo adalah IP berdasarkan hasil perhitungan dari
tersebut. Selanjutnya IP untuk parameter DO seluruh parameter. Sedangkan IP i adalah IP hasil
tersebut ditentukan dengan persamaan (2) perhitungan dengan menghilangkan parameter
berikut: ke-i dalam perhitungan. Analisis dilakukan
dengan membandingkan antara IP o dan IPi.
Apabila terjadi perubahan secara signifikan,
(2) maka menunjukkan bahwa parameter ke i adalah
signifkan mempengaruhi penurunan kualitas air.
Beberapa parameter yang menjadi IM dapat diuji
Dimana Cim adalah nilai teoritik atau nilai
untuk menunjukkan indikasi dari sumber polutan
maksimum dari parameter yang dimaksud.
tertentu.
Misalkan untuk DO (Disolved Oxygen) maka
nilai teoritiknya adalah nilai DO jenuh. Standar baku mutu air (BMA) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kriteria peruntukan
Sedangkan untuk parameter baku mutu yang
air kelas II (PP 82/2001). Alasan penggunaan
memiliki rentang (seperti pH), maka penentuan
BMA tersebut karena kajian teknis peruntukan
IP menggunakan persamaan (3) atau (4) sebagai
air Sungai Citarum belum dilakukan. Dalam
berikut:
kondisi dimana kajian teknis peruntukan sumber
Untuk Ci Li rata-rata : air belum dilakukan, maka BMA menggunakan
kriteria peruntukan air kelas II, meskipun sumber
air tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan
(3)
air baku (PP 82/2001 pasal 5, pasal 9, pasal 11,
pasal 12 ayat1).
Untuk Ci> Li rata-rata :

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI


(4)
Data kualitas sungai adalah data yang berkarakter
acak. Hal ini mencerminkan karakter air itu yang
Dimana Li min dan Li maxmasing-masing adalah bersifat flowing dan dynamic (Melquist,1991).
batas rentang bawah dan batas rentang atas. Dengan demikian indeks yang menggambarkan
Sedangkan Li rata2 adalah nilai rata-rata dari status dari tingkat pencemaran sungai juga
Li(min) dan Li(max). menunjukkan fluktuasi. Nilai IP di tujuh titik
Dari serial indeks (C/L) dihitung nilai rata- pemantauan kualitas air Sungai Citarumdapat
ratanya sebagai IR dan ditentukan nilai dilihat pada Gambar 2. Nilai IP berkisar antara 1
maksimum sebagai IM. Selanjutnya formulasi dari sampai dengan 10 menunjukkan bahwa Sungai
IP dirumuskan dengan persamaan (5) sebagai Citarum, dari hulu (Wangisagara) hingga
berikut: Nanjung (sebelum masuk Waduk Saguling) telah
tercemar dengan kategori tercemar sedang hingga
tercemar berat.
(5) Berdasarkan analisis indeks maksimum (IM)
diketahui bahwa tiga parameter utama yang
menyebabkan menurunnya kualitas Sungai
Nilai IM menentukan jenis parameter utama Citarum adalah fecal coliform, sulfida, dan fenol.
dalam penurunan kualitas air. Dengan melakukan Tabel 1 menunjukkan parameter utama di setiap

40
Marganingrum, D., dkk/ Diferesiasi Sumber Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemar (IP) (Studi
Kasus : Hulu DAS Citarum)

Gambar 2. Nilai Indek Pencemaran (IP o) di tujuh titik pemantauan


Sungai Citarum periode tahun 2002-2010.

titik pengamatan. Dari tabel yang sama terlihat domestik sampai ke badan air tanpa melalui
bahwa dari tahun 2002 hingga tahun 2005, fecal pengolahan terlebih dahulu. Pertumbuhan
coliform merupakan parameter dominan populasi penduduk yang ditandai dengan semakin
penyebab penurunan kualitas Sungai Citarum. banyaknya pembangunan rumah tinggal, tidak
Artinya, dalam kurun waktu 2002 s.d. 2005, fecal diiringi dengan peningkatan infrastruktur sanitasi.
coliform menjadi nilai indeks maksimum dalam Sementara fasilitas jaringan air kotor di
perhitungan dengan pendekatan metode Indeks Cekungan Bandung hanya terdapat di kota
Pencemaran (IP) untuk peruntukan air kelas II Bandung. Tingkat pelayanannya pun baru
(PP 82/2001). Namun setelah tahun 2005, terjadi mencapai kurang dari 60% (Gambar 4).
diferensiasi sumber pencemar. Tidak hanya fecal
Berdasarkan penelusuran data tahun 2008 dari
coliform yang menjadi parameter dominan,
Dinas Kimrum, BPS, dan PDAM Kota Bandung
melainkan ada sulfida, fenol, nitrit, dan klorin.
menunjukkan bahwa fasilitas sanitasi yang ada di
Fecal coliform adalah indikator utama dalam Cekungan Bandung hanya mampu melayani
limbah domestik. Standar BMA untuk parameter 8,6% timbulan limbah domestik.
fecal coliform adalah <1000/100 mL. Sementara
Fasilitas sanitasi yang ada antara lain Instalasi
hasil monitoring menunjukkan bahwa jumlah
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kecamatan
fecal coliform di setiap titik pemantauan telah
Cibeet, septik tank komunal di Kecamatan
melebihi BMA yang dipersyaratkan (Gambar 3).
Baleendah, Soreang, dan Pangalengan, serta
Limbah domestik memang menjadi salah satu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di
sumber pencemar utama di Sungai Citarum. Kecamatan Bojongsoang (Kabupaten Bandung)
Keterbatasan infrastruktur sanitasi, baik dari segi untuk melayani masyarakat Kota Bandung
jumlah dan kualitas, menyebabkan limbah (Bandung Timur dan Antapani). Masing-masing

2013 Pusat Penelitian Geoteknologi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

41
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.23, No.1, Juni 2013, 37-48

Tabel 1. Parameter utama penyebab menurunnya kualitas Sungai Citarum berdasarkan


metode Indeks Pencemaran.

Tahun Wangisagara Majalaya Sapan Cijeruk Dayeuhkolot Burujul Nanjung

2002 FC FC FC FC FC FC FC
2003 Fenol Fenol FC FC FC FC FC
2004 FC FC FC FC FC FC FC
2005 FC FC FC FC FC FC FC
2006 H2S H2S H2S Cl2 Cl2 H2S H2S
2007 H2S H2S H2S H2S H2 S H2S H2S
2008 H2S FC H2S H2S FC H2S FC
2009 H2S FC Fenol FC FC FC FC
2010 H2S FC Nitrit FC Fenol FC FC
Keterangan: FC=fecal coliform

Gambar 3. Konsentrasi fecal coliform di tujuh titik pemantauan kualitas Sungai Citarum
(Diolah dari data monitoring BPLHD Provinsi Jawa Barat).

fasilitas sanitasi tersebut melayani 25 KK, 144 Berdasarkan data-data tersebut diatas, tidak
KK, 150 KK, 5.698 KK, dan 80.835 KK (total mengherankan apabila limbah domestik yang
86.852 KK). Sementara jumlah KK yang ada di ditunjukkan dengan parameter fecal coliform
seluruh KSN Cekungan Bandung pada tahun menjadi faktor utama dalam penurunan kualitas
2008 sebanyak 1.013.675 KK (Tjokronegoro, air Sungai Citarum. Fecal coliform mampu
2010). bertahan di lingkungan hingga maksimum 30 hari
(Soemirat, 1994). Karamouz et.al. (2009)

42
Marganingrum, D., dkk/ Diferesiasi Sumber Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemar (IP) (Studi
Kasus : Hulu DAS Citarum)

Gambar 4. Jumlah sambungan dan persentase cakupan pelayanan jaringan air kotor
(PDAM Tirtawening Kota Bandung, 2011).

menyarankan periode monitoring kualitas IPtahun 2006 hingga 2010 tidak menunjukkan
parameter fecal coliform (Escherichia coli) perubahan yang signifikan (dengan kata lain IPo
adalah mingguan. Pengambilan sampel yang dan IPi tidak ada perbedaan yang signifikan).
konsisten dan periodik akan sangat membantu Dengan kata lain bahwa periode 2006-2010, ada
guna mengetahui bagaimana fluktuasi yang kontaminan lain yang menyebabkan penurunan
sebenarnya berkaitan dengan sekresi limbah kualitas Sungai Citarum.
domestik yang ada di suatu kawasan. Fluktuasi
Hasil analisis IPM menunjukkan bahwa
tersebut cukup penting dalam rangka
selainfecal coliform, fenol juga merupakan unsur
pengendalian pencemaran Sungai Citarum untuk
kontaminan penyebab penurunan kualitas air
masa yang akan datang.
Sungai Citarum. Fenol merupakan senyawa
Apabilaparameter fecal coliform dikeluarkan dari tipikal pada limbah cair industri. Kontaminan
perhitungan Indeks Pencemaran, maka nilai fenol terdeteksi sebagai kontaminan utama di
IPi1dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil titik Wangisagara, Majalaya, Sapan, dan
perhitungan dengan metode tersebut Dayeuhkolot. Namun hasil monitoring secara
menunjukkan nilai IP tahun 2002-2005 keseluruhan menunjukkan bahwa konsentrasi
mengalami perubahan yang signifikan (ada fenol telah melebihi BMA di seluruh titik
perbedaan yang signifikan antara IPo dan IP i). pemantauan (Gambar 6). Kondisi ini menjadi
Kategori mutu Sungai Citarum meningkat dari salah satu indikator bahwa IPAL (Instalasi
tercemar sedang-berat menjadi tercemar ringan- Pengolahan Air Limbah) industri tidak dijalankan
sedang (2002-2005). Ada indikasi bahwa limbah secara optimal. Pada Gambar 6 terlihat adanya
domestik adalah sumber polutan utama Sungai anomali hasil pengamatan tahun 2007. Anomali
Citarum pada periode tersebut. Sementara nilai dapat disebabkan karena kesalahan dalam teknis
pelaksanaan monitoring. Kesalahan dapat terjadi
1
IPi dimana i menyatakan parameter fecal coliform
2013 Pusat Penelitian Geoteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

43
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.23, No.1, Juni 2013, 37-48

Gambar 5. Nilai Indeks Pencemaran Sungai Citarum dengan tidak menyertakan parameter
fecal coliform dalam perhitungan (IPi dimana i=parameter fecal coliform)
(Diolah dari data monitoring BPLHD Provinsi Jawa Barat).

pada saat pengambilan sampel maupun metode (Milasari dan Ariani, 2010).Fenol dapat berasal
analisisnya. dari industri pengolahan minyak, pabrik tekstil
industri kayu lapis, pabrik pulp dan kertas
Sebagai bahan organik, fenol mempunyai sifat
(Pooter dkk., 1994). Fenol dapat terdegradasi
larut dalam air yang dapat menyebabkan iritasi
secara alamiah oleh cahaya matahari
kuat, racun terhadap kulit, dan dapat
(fotodegradasi). Namun proses degradasi
menyebabkan gangguan terhadap tenggorokan

Gambar 6. Hasil monitoring kualitas air Sungai Citarum untuk konsentrasi fenol
(Diolah dari data monitoring BPLHD Provinsi Jawa Barat).

44
Marganingrum, D., dkk/ Diferesiasi Sumber Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemar (IP) (Studi
Kasus : Hulu DAS Citarum)

berlangsung secara lambat sehingga

Gambar 7. Rasio BOD/COD hasil monitoring kualitas air di 7 titik pantau


hulu DAS Citarum(Diolah dari data monitoring BPLHD Provinsi Jawa Barat).

mengakibatkan akumulasinya lebih cepat Citarum rata-rata dibawah 0,4. Dengan demikian
daripada proses degradasinya (Mukaromah dan ada indikasi bahwa pencemaran limbah industri
Irawan, 2008). relatif lebih dominan daripada sumber limbah
domestik (rumah tangga). Selain itu, Gambar 7
Indikasi kinerja IPAL industri yang tidak optimal
juga menggambarkan bahwa kinerja IPAL
diperkuat dengan nilai rasio BOD terhadap COD
industri tidak optimal.
data hasil pengamatan. Semakin tinggi rasio
BOD/COD menunjukkan bahwa limbah yang Selain fenol, sulfida dalam bentuk H2S juga
masuk badan air masih dapat diolah secara merupakan parameter dominan dalam penurunan
biologis (biodegradable). Kondisi sebaliknya kualitas air Sungai Citarum. Sumber pencemar
menunjukkan non biodegradable. Hasil sulfida masih memerlukan pengkajian lebih
perhitungan data monitoring kualitas Sungai lanjut. Sulfida dihasilkan dari metabolisme
Citarum menunjukkan bahwa rasio BOD/COD protein. Limbah domestik, seperti urin
kurang dari 0,5 (<50%), Gambar 7. Kondisi ini mengandung material sulfatorganik (SO4=).
menunjukkan bahwa Sungai Citarum Industri tekstil juga mengeluarkan limbah yang
mengandung air limbah yang non biodegradabel. mengandung senyawa sulfat dari proses
pencelupan maupun pewarnaan. Dalam kondisi
Limbah domestik relatif lebih biodegradabel
anaerob (kurang oksigen) maka senyawa sulfat
daripada limbah industri. Menurut Mathiodakis
tersebut akan direduksi menjadi sulfida(Effendi,
dkk. (2006), air buangan perkotaan memiliki
2003).
tipikal rasio BOD/COD berkisar 0,4 hingga 0,8.
Sementara hasil monitoring kualitas air Sungai

2013 Pusat Penelitian Geoteknologi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

45
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.23, No.1, Juni 2013, 37-48

Gambar 8. Konsentrasi DO rata-rata (2002-2010) pada tujuh titik monitoring


kualitas air Sungai Citarum.

Gambar 9. Siklus sulfur (modifikasi dari Sawyer and McCarty, 1978).

Hasilanalisis data pemantauan kualitas, bahwa proses reduksi sulfat menjadi sulfida dapat
menunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut (DO) terjadi selama pemantauan. Namun demikian
Sungai Citarum berada di bawah BMA yang perlu dikaji lebih lanjut mengenai perubahan
dipersyarakatkan untuk peruntukan air kelas II bentuk senyawa sulfur, baik dari sumber
(Gambar 8). Dengan demikian dapat dikatakan domestik maupun industri. Perubahan senyawa

46
Marganingrum, D., dkk/ Diferesiasi Sumber Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemar (IP) (Studi
Kasus : Hulu DAS Citarum)

Gambar 10. Konsentrasi Seng (Zn) rata-rata (2002-2010) pada tujuh titik
Monitoringkualitas air Sungai Citarum.

sulfur dalam perairan alami, baik sulfur dari Melalui metode IP dapat diperoleh informasi
limbah domestik maupun industri cukup penting. mengenai parameter utama penyebab penurunan
Hal ini diperlukan untuk membedakan dengan kualitas air Sungai Citarum. Dari parameter
jelas mengenai sumber pencemar utama Sungai utama tersebut dapat dikaitkan dengan senyawa
Citarum agar dapat dilakukan sasaran prioritas tipikal yang terdapat pada pencemar domestik
pengelolaan. Gambar 9 menunjukkan siklus atau non domestik. Pada hakikatnya kontaminan
sulfur dialam. yang berasal dari limbah domestik dapat
diproses secara alami melalui mekanisme self
Selain tiga parameter utama (fecal coliform,
purification. Namun hasil analisis oksigen
sulfida, dan fenol) serta BOD-COD, ada
terlarut menunjukkan bahwa Sungai Citarum
beberapa parameter lain yang juga melebihi
mengalami defisit oksigen. Hal ini menyebabkan
BMA pada beberapa titik dan tahun pengamatan.
proses biodegradabel tidak berlangsung secara
Parameter yang dimaksud antara lain adalah Seng
maksimal.
(Zn), (Gambar 10). Konsentrasi Zn semakin
meningkat dari hulu (Wangisagara) hingga ke Tiga parameter utama yang berperan dalam
hilir (Nanjung). Seng adalah salah satu meningkatkan IP di hulu DAS Citarum (titik
kontaminan yang bersifat konservatif atau tidak pantau Wangisagara hingga Nanjung) adalah
terurai. Terdapat kecenderungan peningkatan fecal coliform, sulfida, dan fenol.
konsentrasi seng dari hulu ke hilir. Akumulasi Zn
Hasil analisa IP menunjukkan bahwa
hingga ke Nanjung tentu merupakan ancaman
pencemaran domestik dan industri memberikan
bagi Waduk Saguling sebagai infrastruktur
kontribusi beban yang sama berat dalam
sumberdaya air yang bersifat strategis nasional.
penurunan kualitas Sungai Citarum. Oleh karena
Seng (Zn) merupakan salah satu logam yang itu infrastruktur sanitasi dan pengolahan limbah
berasal dari kegiatan industri seperti keramik, domestik perlu ditingkatkan dan atau
kosmetik, pigmen, dan karet. Meskipun dikembangkan. Secara paralel monitoring
toksisitas Zn adalah rendah, namun dalam operasional IPAL industri juga perlu dilakukan
konsentrasi yang tinggi dapat bersifat racun. untuk mencegah terjadinya overloading yang
ApabilaZN ada dalam air minum dapat terakumulasi dan berkepanjangan. Hal ini
menimbulkan gejala muntaber (Soemirat, 1994). menunjukkan bahwa kinerja infrastruktur
pengelolaan limbah cair domestik dan industri
KESIMPULAN
sangat minim.

2013 Pusat Penelitian Geoteknologi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

47
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.23, No.1, Juni 2013, 37-48

UCAPAN TERIMAKASIH assesment of the Broska Reka River using


the WPI (Water Pollution Index Method).
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Institut
Arch.Biol.Sci., Belgrade, 63 (3), 819-824.
Teknologi Bandung yang telah memberikan
dukungan dana dalam pelaksanaan penelitian ini. Mukaromah, Ana Hidayati dan Irawan, Bagus,
2008. Pemanfaatan Reaktor Membran Foto
Katalitik Dalam Mendegradasi Fenol
DAFTAR PUSTAKA dengan Katalis TiO2 dengan Adanya Ion
Altansukh, O,dan Davaa, G., 2011. Application Logam Fe(III) dan Cu(II). E-Jurnal
of Index Analysis to evaluate the water Unimus Vol.I, No.1, 2008: 308-322
quality of the Tuul River in Mongolia. PDAM Tirtawening Kota Bandung, 2011. Data
Journal of Water Resources and Protection. Cakupan Pelayanan air Kotor Kota
3, 398-414. Bandung.
Arias, H.R., Caraveo, M.C., Quintania, R.M., Pejman, A.H., Bidhendi G. R. N., Karbassi, A.
Teran, R.A.S, dan Munguia, A.P., 2012. R., Mehrdadi, N., dan Bidhendi, M. E,
An Overall Water Quality Index (WQI) for 2009. Evaluation of spatial and seasonal
man made aquatic reservoir in Mexico. variations in surface water quality using
Int.J. Environ.Res. Public Health. 9. 1687- Multivariate Statistical Techniques. Int. J.
1698. Environ. Sci. Tech., 6 (3), 467-476.
BPLHD Provinsi Jawa Barat (2010): Data Peraturan Pemerintah (PP) RI, No. 82 Tahun
Monitoring Kualitas Air Sungai Citarum 2001 tentang Pengeloaan Kualitas Air dan
Tahun 2002-2010. pengendalian Pencemaran Air.
Effendi, H, 2003. Telaah kualitas air bagi Pooter, C., Soeparwadi, M., dan Widyantoro, A.,
pengelolaan sumber daya dan lingkungan 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di
perairan. Penerbit Kanisius-Yogyakarta. Indonesia: Sumber, Pengendalian, dan
Ionus, O, 2010. Water Quality Index-Assesment Baku Mutu. Report Project of The
Method of the Motru River water quality Ministry of State for The Environmental,
(Oltenia-Romania). Geography Series. Republic of Indonesia and Dalhousie
Vol.13. University, Canada.

Karamouz, M., Kerachian, R., Akhbari, M., Rosemond, Simone de, Duro, Dennis C. dan
Hafez, 2009. Design of river water quality Dub, Monique, 2009. Comparative
monitoring networks: A case study. analysis of regional water quality in
Environ Model Assess, 14, 705-714. Canada using the Water Quality Index.
Environ Monit Assess.,156, 223240, DOI
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup 10.1007/s10661-008-0480-6.
No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air (Lampiran II). Sawyer, C.N dan McCarty, P. L., 1978.
Chemistry for Environmental Engineering.
Melquist, P., 1991. River Conservation and Third Edition. McGraw-Hill Kogakusha,
Management. John Wiley & Son. Ltd.
Milasari, Nurita I, dan Ariani, Sukma B, 2010. Soemirat, J, 1994. Kesehatan Lingkungan.
Pengolahan Limbah Cair Kadar COD dan Gadjah Mada University Press,
Fenol Tinggi dengan Proses Anaerob dan Yogyakarta.
pengaruh Mikronutrient Cu: Kasus Limbah
Industri Janu Tradisional. Tugas Akhir, Tjokronegoro, M, 2010. Kontribusi Aktivitas
Jurusan Teknik Kimia Universitas Pemanfaatan Lahan Di Kawasan DAS
Diponegoro. Citarum Hulu Terhadap Pencemaran Air.
Thesis Magister - Program Studi Teknik
Milijasevic, D., Milanovic, A., Brankov, J dan Lingkungan ITB.
Radovanovic, M., 2011. Water quality

48
Marganingrum, D., dkk/ Diferesiasi Sumber Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemar (IP) (Studi
Kasus : Hulu DAS Citarum)

Citarum, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, pencemaran, 37, 38, 40, 41, 44, 46, 48
49 sumber pencemar, 37, 41, 42
indeks pencemaran, 37 sumberdaya air, 37, 38, 40, 48

2013 Pusat Penelitian Geoteknologi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

49

You might also like