Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atas dirinya.
2. Pembentukan Kelompok
prosedur kelompok.
14
menyumbangkan saran-saran.
yang ada dalam kelompok dan masih berpegang pada penerapan prinsip-
1
Hariadi 2011. Konseling Kelompok Behavioral.
http://hariadimemed.blogspot.com/2011/06/konseling-kelompok-behavioral.html
15
3. Kondisi Perubahan
a. Tujuan Konseling
spesifik dalam bentuk apa yang konseli akan perbuat, dimana tingkah
ditampilkan.
behavioral adalah:
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
keunikan konseli.
2
Ibid.14
16
diinginkan.
tersebut direalisasikan.
tujuan tersebut.
b. Peran Konselor
mengkritik.
3) Konselor juga harus dapat membuat suasana yang hangat, empatik dan
kehidupan nyata.
17
c. Peran Konseli
terapuetik
4. Mekanisme Perubahan
a. Tahap-tahap Konseling
History)
b. Teknik-teknik Konseling
3) Teknik Flooding
4) Reinforcement Technique
5) Modelling
6) Cognitive Restructuring
7) Assertive Training
8) Self Management
dan mengubah perilaku sendiri melalui pantau diri (swa pantau atau
swa monitoring), kendali diri (self control), dan ganjar diri (self
reinforcement).
9) Behavioral rehearsal
yang layak.
21
yang pada dasarnya berarti pelajaran, belajar, patuh pada guru, patuh pada
pengawasan. Dalam perspektif ini, ada dua unsur penting sebagai ka- rakteristik
22
disiplin, yaitu: (1) keinginan akan adanya keteraturan diri, dan (2) keinginan
adanya pengendalian diri.3 Disiplin pertama-tama adalah sikap taat pada tata
tertib. Ketaatan yang dimaksud adalah ketaatan internal, yaitu adanya dorongan
adalah pengendalian diri (self control), yang didasarkan pada keinginan untuk
adalah tindakan cinta dan merupakan pilihan dari dalam dirinya sendiri
(kesadaran internal), bukan merupakan pilihan yang dipaksakan dari luar, yang
individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara membuat
dalam kerangka kog- nitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mereduksi
3
Durkheim, E. 1990. Pendidikan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
23
individu untuk memilih hasil atau tindakan berdasarkan pada sesuatu yang
yang tidak sesuai dengan norma- norma sosial. Sebaliknya individu dengan
pengendalian diri (self control) rendah, cenderung bertingkah laku yang tidak
sesuai atau perilakunya meyimpang dari kaidah atau norma-norma dan aturan-
aturan yang ada, termasuk di antaranya adalah melanggar tata tertib sekolah,
keinginan untuk bertingkah laku positif atau yang sesuai dengan norma
atau individu tersebut akan mudah dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa
4
Gunarsa, Singgih;Yulia Singgih Gunarsa. 2006 . Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta : Gunung Mulia.
24
pembelajaran, (2) mengganggu hak- hak orang lain untuk belajar, (3)
mendatangkan rasa tidak aman bagi orang lain, baik sik maupun secara
disiplin dikategorikan ke dalam 4 katagori, yaitu: (1) perilaku tidak sesuai yang
dilakukan peserta didik dalam kelas berupa tindakan membantah atau men-
menyontek, dan menyerang teman, (2) perilaku tidak sesuai yang dilakukan di
(3) membolos, dan (4) terlambat, berupa terlambat hadir di kelas dan hadir di
sekolah.
dilihat dari tiga sisi, yaitu (1) sumber dari diri peserta didik sendiri, yang
diri terhadap perilaku, emosi, maupun kognitifnya, (2) sumber pada diri guru,
yang antara lain dapat dalam bentuk: (a) sikap guru (atitudes of teachers), (b)
metode dan teknik yang digunakan dalam mengelola dan mengendalikan kelas,
mengenai bidang studi yang diajarkan (knowledge of subject maker), dan (d)