You are on page 1of 12

28

5. KESIMPULAN

1. Spesies ikan air tawar yang terdapat di Indonesia ada 1240 spesies. Dalam
1240 spesies tersebut termasuk di dalam 301 genus, 85 famili dan 21 ordo.
2. Kondisi mangrove di sekitar kawasan PPN Karangantu untuk tingkat pohon
menurun dan rusak sedangkan kondisi mangrove untuk tingkat pancang dan
semai masih dalam kondisi baik. Untuk kondisi lamun dan terumbu karang
yang ada di Pulau Lima saat ini dalam keadaan rusak dan perlu dilakukan
kegiatan konservasi.
3. Rata-rata selisih tinggi pasang surut perharinya adalah 1-7 cm. Kondisi
pasang tertinggi pasang tertinggi terjadi pada tanggal 11 Februari 2017 dan
3 Maret 2017. Sedangkan untuk kondisi surut terendah terjadi pada tanggal
25 Februari 2017.
4. Kondisi kualitas air yang ada di Teluk Banten dapat diambil kesimpulan
bahwa perairan tersebut masih dalam keadaan batas normal. Tetapi untuk
kondisi perairan di sungai Cibanten dan Sungai Cengkok adalah buruk dan
dapat dikatakan tersemar.
5. Perekonomian di Desa Karangantu masih tergolong rendah, kondisi
pendapatan masyrakatnya lebih kecil dibandingkan dengan UMR kota
Serang. Kondisi sosial di Desa Karangantu sangat baik dan untuk tingkat
pendidikan di Desa Karangantu masih tergolong rendah.
6. Tugas dan fungsi lembaga yang ada di Desa Karangantu belum sepenuhnya
berjalan dengan baik. Pengawasan dari lembaga-lembaga yang ada di Desa
Karangantu sangat kurang.
14

DAFTAR PUSTAKA

1. Adrianto, L., Sobari, M., & Azis, N. (2006). Analisis Ekonomi Alternatif
Pengelolaan Ekosistem Mangrove Kecamatan Barru, Kabupaten
Barru.Link

2. Agususilo, Satyo. "Kelimpahan Larva Anadara Spp.(Bivalvia: Arcidae) Di


Perairan Bojonegara, Teluk Banten, Banten." (2010).Link

3. Alustco, S. (2009). Kajian Kualitas Tutupan Karang Hidup Dan Kaitannya


Dengan Acanthaster Planci Di Kabupaten Bintan. Link

4. Astuti, L. P., Warsa, A., & Satria, H. (2009). Kualitas Air Dan Kelimpahan
Plankton Di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura. Journal Of Fisheries
Sciences, 11(1), 66-77.Link

5. Bappenas (2005). Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Das)


Terpadu. Direktorat Kehutanan Dan Konservasi Sumberdaya Air.
Kebijakan Penyusunan Master Plan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Mp-
Rhl) Daerah. Link

6. Bratakusuma, N., Sahami, F. M., & Nursinar, S. (2014). Komposisi Jenis,


Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan
Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara. Kim Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan, 2(1).Link

7. Budiarto, A., Adrianto, L., & Kamal, M. (2015). Status Pengelolaan Perikanan
Rajungan (Portunus Pelagicus) Dengan Pendekatan Ekosistem Di Laut
Jawa (Wppnri 712). Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 7(1), 9-24.Link

8. Budiman, A., Arief, A. J., & Tjakrawidjaya, A. H. (2002). Peran Museum


Zoologi Dalam Penelitian Dan Konservasi Keanekaragaman Hayati (Ikan).
Jurnal Iktiologi Indonesia, 2(2), 51-55.Link

9. Burhanuddin, A. I. (2015). Ikhtiologi, Ikan Dan Segala Aspek Kehidupannya.


Deepublish.Link

10. Damar, A., Bengen, D. G., & Mukhlis Kamal, M. (2014). Optimasi
Kelembagaan Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Perikanan
(Kasus Di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten). Link

11. Dewi, K. T., Natsir, S. M., & Siswantoro, Y. (2010). Mikrofauna (Foraminifera)
Terumbu Karang Sebagai Indikator Perairan Sekitar Pulau-Pulau Kecil.
Ilmu Kelautan, 1, 1-9.Link

12. Dwindaru, B. (2012). Variasi Spasial Komunitas Lamun Dan Keberhasilan


Transplantasi Lamun Di Pulau Pramuka Dan Kelapa Dua, Kepulauan
Seribu, Provinsi Dki Jakarta.Link
15

13. Ernaningsih, D. (2012). Model Pengelolaan Kawasan Perikanan Tangkap Di


Teluk Banten.Link

14. Hadiati, R. (2000). Struktur Komunitas Makrozoobenthos Sebagai Lndikator


Biologi Kualitas Lingkungan Perairan Sungai Cihideung, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat.Link

15. Hadijah, O. (2002). Kajian Morfometri Dan Karakteristik Kualitas Air Situ
Cilala, Kemang, Bogor, Jawa Barat (Doctoral Dissertation, Ipb (Bogor
Agricultural University)).Link

16. Humaidy, D. (2010). Studi Kerusakan Ekosistem Mangrove Untuk Upaya


Rehabilitasi Di Kawasan Pesisir Kecamatan Kasemen, Kota Serang,
Provinsi Banten.Link

17. Hutabarat, S. (2001). Pengaruh Kondisi Oseanografi Terhadap Perubahan


Iklim, Produktivitas Dan Distribusi Biota Laut.Link

18. Indrayanti, M. D., Fahrudin, A., & Setiobudiandi, I. (2015). Penilaian Jasa
Ekosistem Mangrove Di Teluk Blanakan Kabupaten Subang. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia, 20(2), 91-96. Link

19. Izuan, M., Viruly, L., & Razai, T. S. (2014). Kajian Kerapatan Lamun
Terhadap Kepadatan Siput Gonggong (Strombus Epidromis) Di Pulau
Dompak. Jurnal. Link

20. Johan, O. (2003). Metode Survei Terumbu Karang Indonesia. Yayasan Terangi.
Jakarta, 9.Link

21. Kangkan, A. L. (2006). Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan


Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia Dan Biologi Di Teluk
Kupang, Nusa Tenggara Timur (Doctoral Dissertation, Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro).Link

22. KEPMEN-LH Nomor 200 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku Kerusakan Dan
Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. Link

23. KEPMEN-LH Nomor 201 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku Dan Pedoman
Penentuan Kerusakan Mangrove. Link

24. KEPMEN-LH Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Kriteria Baku Kerusakan


Terumbu Karang. Link

25. Kusmana, C. (2009). Pengelolaan Sistem Mangrove Secara Terpadu. In


Prosiding Workshop Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Jawa Barat.
Jatinangor (Vol. 18).Link

26. Hastomo, Y. A. (2015). Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Air


Sungai Citarum Hulu (Cisangkuy, Cikapundung, Dan Ciwidey). Link
16

27. Levque, C., Oberdorff, T., Paugy, D., Stiassny, M. L. J., & Tedesco, P. A.
(2008). Global Diversity Of Fish (Pisces) In Freshwater. Hydrobiologia,
595(1), 545-567.Link

28. Lolong, M., & Masinambouw, J. (2011). Penentuan Karakteristik Dan Kinerja
Hidro Oceanografi Pantai (Study Kasus Pantai Inobonto). Jurnal Ilmiah
Media Engineering, 1(2).Link

29. Lubis, M. R. K. (2009). Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Untuk


Pengembangan Ekowisata Bahari Di Pulau Poncan Kota Sibolga Provinsi
Sumatera Utara.Link

30. Modul Penilaian Pengelolaan Perikanan Berpendekatan Ekosistem (Eafm).


Link

31. Muliawan, I., Fahrudin, A., Fauzi, A., & Boer, M. (2014). Analisis Stakeholders
Pada Perikanan Tangkap Kerapu, Preliminary Study Menuju Implementasi
Ecosystem Approach For Fisheries Management Di Kepulauan Spermonde
Kota Makassar. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 9(2), 233-
246. Link

32. Mulyaningsih, A., Sahami, F. M., & Hamzah, S. N. (2015). Komposisi Dan
Kerapatan Jenis Serta Pola Penyebaran Lamun Di Perairan Teluk Tomini
Desa Wonggarasi Timur Kecamatan Wonggarasi Kabupaten Pohuwato.
Kim Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, 3(3).Link

33. Nainggolan, P. (2011). Distribusi Spasial Dan Pengelolaan Lamun (Seagrass)


Di Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Link

34. Nurudin, F. A., Martuti, N. K. T., & Irsadi, A. (2013). Keanekaragaman Jenis
Ikan Di Sungai Sekonyer Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan
Tengah. Life Science, 2(2). Link

35. Parawansa, I. (2007). Pengembangan Kebijakan Pembangunan Daerah Dalam


Pengelolaan Hutan Mangrove Di Teluk Jakarta Secara Berkelanjutan.Link

36. Pramunindyo, H. (2012). Strategi Pengoptimalan Unit Penangkapan Bagan


Perahu Di Ppn Karangantu, Banten.Link

37. Pratiwi, N. T., Adiwilaga, E. M., Basmi, J., Krisanti, M., & Hadijah, O. (2007).
Status Limnologis Situ Cilala Mengacu Pada Kondisi Parameter Fisika,
Kimia, Dan Biologi Perairan. Journal Of Fisheries Sciences, 9(1), 82-94.
Link

38. Prihatini, T. R. (2003). Pemodelan Dinamika Spasial Bagi Pemanfaatan


Sumberdaya Alam Pesisir Yang Berkelanjutan Studi Kasus: Konversi
Lahan Mangrove Menjadi Pertambakan Udang Di Delta Mahakam,
Kalimantan Timur.Link
17

39. Puspasari, R., Wudianto, W., & Faizah, R. (2014). Penerapan Eafm Dalam
Pengelolaan Perikanan Malalugis (Decapterus Macarellus) Di Perairan Laut
Sulawesi. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 6(1), 29-36.Link

40. Putri, L. F., & Manoy, J. T. (2013). Identifikasi Kemampuan Matematika Siswa
Dalam Memecahkan Masalah Aljabar Di Kelas Viii Berdasarkan
Taksonomi Solo. Jurnal Mathedunesa, 2(1), 1-8.Link

41. Saputra, H. M., Marusin, N., & Santoso, P. (2013). Struktur Histologis Insang
Dan Kadar Hemoglobin Ikan Asang (Osteochilus Hasseltii Cv) Di Danau
Singkarak Dan Maninjau, Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas
Andalas, 2(2).Link

42. Saputra, S. W., Sukimin, S., Boer, M., Affandi, R., & Monintja, D. R. (2016).
Dinamika Populasi Udang Jari (Metapenaeus Elegans De Man 1907) Di
Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan
Dan Perikanan Indonesia, 12(1), 51-58.Link

43. Saribun, D. S. (2007). Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan Dan Kelas


Kemiringan Lereng Terhadap Bobot Isi, Porositas Total, Dan Kadar Air
Tanah Pada Sub-Das Cikapundung Hulu. Abstrak. Link

44. Satrya, C., Yusuf, M., Shidqi, M., Subhan, B., & Arafat, D. (2017). Keragaman
Lamun Di Teluk Banten, Provinsi Banten. Jurnal Teknologi Perikanan Dan
Kelautan, 3(2), 29-34.Link

45. Selvia, M., Holilulloh, H., & Adha, M. M. (2014). Persepsi Masyarakat
Pendatang Terhadap Kearifan Lokal Di Lampung Barat Tahun 2013. Jurnal
Kultur Demokrasi, 2(5). Link

46. Sudarman, A. (2011). Teori Ekonomi Mikro.Link

47. Sudiarsa, I. N. (2012). Analisis Struktur Komunitas Dan Produktivitas Lamun


Di Perairan Pulau Lima Kelapa, Teluk Banten (Doctoral Dissertation,
Universitas Terbuka).Link

48. Sudiono, G. (2008). Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Pada Kawasan


Konservasi Laut Daerah (Kkld) Pulau Randayan Dan Sekitarnya
Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat (Doctoral Dissertation,
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro). Link

49. Susana, T. (2010). Tingkat Keasaman (Ph) Dan Oksigen Terlarut Sebagai
Indikator Kualitas Perairan Sekitar Muara Sungai Cisadane. Jurnal
Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti, 5(2), Pp-33. Link

50. Susilowati, I. (2013). Indonesian Fisheries Phenomena: Development,


Enhancement And Management. Journal Of Coastal Development, 3(2),
581-591.Link
18

51. Sutarno, S., & Setyawan, A. D. (2015). Genetic Diversity Of Local And
Exotic Cattle And Their Crossbreeding Impact On The Quality Of
Indonesian Cattle. Biodiversitas, 16(2). Link

52. Suwelo, I. S. (2016). Spesies Ikan Langka Dan Terancam Punah Perlu
Dilindungi Undang-Undang. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan Dan Perikanan
Indonesia, 12(2), 161-168. Link

53. Syamsiyatun, S. (2013). Filsafat, Etika, Dan Kearifan Lokal: Untuk


Konstruksi Moral Kebangsaan. Globethics. Net.Link

54. Tanto, T. A. (2009). Kinerja Ott Ps 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut Air
Laut Di Muara Binuangeun, Provinsi Banten. Link

55. Wijaya, H. K. (2009). Komunitas Perifiton Dan Fitoplankton Serta Parameter


Fisiska-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air Di Bagian Hulu
Sungai Cisadane, Jawa Barat.Link

56. Wiyanto, D. B., & Faiqoh, E. (2015). Analisis Vegetasi Dan Struktur Komunitas
Mangrove Di Teluk Benoa, Bali. Journal Of Marine And Aquatic Sciences,
1(1), 1-7.Link

57. Yayuk, R. (2006). Status Taksonomi Fauna Di Indonesia Dengan Tinjauan


Khusus Pada Collembola. Zoo Indonesia, 15(2).Link

58. Zulham, A. (2017). Perilaku Sosial Berinvestasi Dan Prospek Pengembangan


Perikanan Rakyat Di Wpp 714. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia,
8(2), 111-122.Link
19

Lampiran 1. Nilai kerapatan mangrove dan lamun

Kerapatan
No Ekosistem Spesies Hasil Pengamatan Ket
pengamatan lainnya
1 Mangrove A.marina 5 9* pohon
(ind/100m2)
A.marina 14 0* pancang
(ind/25m2)
A.marina 2 0* semai
(ind/m2)
2 Lamun Enhalus 11 25** -
acoroides
(ind/m2)
Thalassia 5 85** -
hemprichii
(ind/m2)
Halophila 30 0** -
ovalis
(ind/m2)
Ket : *) = (Humaidy, 2010)
**) = (Sudiarsa, 2012)
20

Lampiran 2. Pasang surut


Hari Tgl/Jam 06.00-11.00 12.00-17.00 18.00-23.00 24.00-05.00
ke (cm) (cm) (cm) (cm)
1 11 29,9 29,7 13,1 11,1
2 12 28,5 17,8 15 12,9
3 13 21,7 16,8 15,1 14,2
4 14 18,5 15,2 14,8 13,8
5 15 22,2 17,3 14,5 15,2
6 16 14,6 16,1 14,8 13,8
7 17 12,5 11,1 14,4 15,7
8 18 13,3 11,6 15,5 14,7
9 19 13,4 11,6 15,5 15
10 20 13,3 11,5 15,5 14,8
11 21 15,6 11,4 15,5 14,8
12 22 15,6 15,5 15,5 14,8
13 23 18,5 15,2 15,5 14,8
14 24 20,7 19,1 15,5 14,8
15 25 18,5 10,5 15,5 14,8
16 26 18,5 15,2 15,5 15,1
17 27 18,5 15,2 15,3 14,8
18 28 15,6 15,5 15,5 14,8
19 1 26 29,7 15,5 15
20 2 23,7 17,4 15,5 15
21 3 29,9 29,7 15,5 15
22 4 21,7 16,3 15,5 15
23 5 23,7 17,4 15,5 15
24 6 22,4 28,5 15,5 15
25 7 28,5 17,8 15,5 15
26 8 21,7 16,3 15,5 15
27 9 23,7 17,4 15,5 15
28 10 24,7 17,4 15,5 15
29 11 23,7 17,4 15,5 15
21

Lampiran 3. Parameter biologi


Wil.
Stasiun H' C E
Pengamatan
1 2,68 0,08 0,91
2 1,79 0,22 0,86
3 2,08 0,14 0,95
Teluk Banten 4 1,60 0,27 0,82
5 0,20 0,90 0,29
6 1,31 0,28 0,95
7 1,96 0,16 0,94
1 1,87 0,16 0,96
2 2,21 0,22 0,96
Sungai Cengkok
3 1,23 0,70 0,89
4 1,73 0,40 0,89
1 1,93 0,16 0,92
Sungai Cibanten 2 0,78 0,65 0,48
3 1,09 0,34 0,99
22

Alkalinitas CO2 Salinitas Kuat Kecerah


Lokasi Stasiun pH arus Suhu
(mg/L) (ppm) (ppt) an (m)
(m/s)
1 35,48 0 4 31 0,17 29 0,65

2 28,22 0 5 30 0,05 27 0,25

3 23,18 0 5 30 0,04 29 0,95

Teluk Banten 4 23,18 0 5 31 0,15 29 1,85

5 15,01 0 5 30 0,08 28,5 2,2

6 30,24 0 5 30 0,02 29 4,31

7 20,16 0 5 30 0,07 28 3,39

1 35,28 19,98 5 30 0,03 31 0,17

Sungai Cibanten 2 32,3 11,9 5 18 0,02 31 0,45

3 31,25 19,9 5 4 0,14 29 0,105

1 17,19 15,98 5 0 0,22 28 0,21

2 27,22 15,98 4,5 0 0,18 29 0,15


Sungai Cengkok
3 19,15 11,98 5 0 0,21 27 0,08

4 21,17 11,98 5 0 0,17 29 0,08


23

Lampiran 5. Ekonomi masyarakat


No Nama Pendapatan Pengeluaran UMR Kota Tabun Rasio SR
Lengkap /Bulan (Rp) /Bulan (Rp) Serang (Rp) gan perbandi
ngan
1 Rasta 2.530.000 2.500.000 2.866.595 Tidak 101,20 1,18
ada
2 Kaswad 2.300.000 3.000.000 2.866.595 Tidak 76,67 -30,43
ada
3 Siswanto 2.760.000 3.480.000 2.866.595 Tidak 79,31 -26,09
ada
4 Zunaidi 2.530.000 3.000.000 2.866.595 Tidak 84,33 -18,58
ada
5 Kuniran 2.530.000 2.400.000 2.866.595 Tidak 105,41 5,14
ada
6 Katman 2.760.000 2.250.000 2.866.595 Tidak 122,66 18,48
ada
7 Agus 2.800.000 3.770.000 2.866.595 Tidak 74,27 -34,64
Prianto ada
8 Usup 2.700.000 3.200.000 2.866.595 Tidak 84,37 -18,52
ada
9 Nurdin 4.000.000 5.000.000 2.866.595 Tidak 80 -25
ada
10 Ahmad 1.000.000 1.000.000 2.866.595 Tidak 100 0
Salim ada
11 Jayadi 4.500.000 3.500.000 2.866.595 Tidak 128,57 22,22
ada
12 Suhanda 2.400.000 1.800.000 2.866.595 Tidak 133,33 25
ada
13 Warca 1.000.000 1.000.000 2.866.595 Tidak 100 0
ada
14 Sofian 2.500.000 2.400.000 2.866.595 Tidak 104,16 4
ada
15 Warim 4.500.000 6.000.000 2.866.595 Tidak 75 -33,33
ada
16 Kadma 2.000.000 2.000.000 2.866.595 Ada 100 0
17 Warsono 2.100.000 2.900.000 2.866.595 Tidak 72,41 -38,09
ada
18 Asusar 1.500.000 2.000.000 2.866.595 Tidak 75 -33,33
ada
19 Widri 800.000 3.000.000 2.866.595 Tidak 26,66 -275
ada
20 H. 3.000.000 3.000.000 2.866.595 Ada 100 0
Chotang
Jumlah 2.510.500 2.860.000 91,17 -22,85


Ket : Rasio perbandingan : 100%

SR : Saving ratio

SR : 100%

24

Lampiran 6. Aset masyrakat

No Nama Anggota Aset Bantuan Jaminan Kejadian


Lengkap Keluarga Kepemilikan* Pemerintah Sosial Konflik
(orang)
1 Rasta 4 Kapal Ada Tidak ada Tidak ada
2 Kaswad 5 Kapal Ada Tidak ada Ada
3 Siswato 3 Kapal Ada Tidak ada Tidak ada
4 Zunaidi 4 Kapal Tidak ada Tidak ada Tidak ada
5 Kuniran 2 Kapal Tidak ada Tidak ada Tidak ada
6 Katman 4 Kapal Ada Ada Tidak ada
7 Agus Prianto 7 Kios Tidak ada Tidak ada Ada
8 Usup 2 Kapal Tidak ada Tidak ada Tidak ada
9 Nurdin 4 Kapal Ada Ada Ada
10 Ahmad 5 Kios dan Tidak ada Ada Ada
Salim Warung
11 Jayadi 5 Kios Tidak ada Ada Ada
12 Suhanda 6 Kapal Tidak ada Tidak ada Tidak ada
13 Warca 7 Kapal Tidak ada Tidak ada Ada
14 Sofian 6 Kapal Tidak ada Tidak ada Ada
15 Warim 5 Kapal Tidak ada Tidak ada Ada
16 Kadma 6 Kapal Tidak ada Tidak ada Ada
17 Warsono 5 Kapal Ada Tidak ada Ada
18 Asusar 4 Kapal Ada Tidak ada Tidak ada
19 Widri 4 Kapal Ada Ada Tidak ada
20 H. Chotang 3 Kapal Tidak ada Ada Tidak ada

Ket : *) Aset kepemilikan : Rumah, kapal, kios dan warung

You might also like