You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui

secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana

pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak

usia 0-6 tahun. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas

menyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan usia dini adalah:

Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

lebih lanjut.

Sejak saat itulah, perkembangan pendidikan usia dini tumbuh dengan

pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya.

Pendidikan usia dini tidak hanya terbatas pada Taman Kanak-Kanak (TK)

sebagai pendidikan prasekolah formal, tetapi mencakup kegiatan lainnya,

seperi Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak, PAUD Sejenis dan

lainnya. Kesadaran masyarakat untuk memberikan pendidikan di usia dini

mulai meningkat walaupun belum mencapai apa yang diharapkan.

1
Hal itu dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Direktorat

Pembinaan TK dan SD, yang mengungkapkan bahwa pada tahun 2007 Angka

Partisipasi Kasar (APK) PAUD/TK baru mencapai 26,68% dan sebagian

besar pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh masyarakat

(Swasta) yakni sekitar 98,7%. Hal itu menyiratkan bahwa terdapat masalah-

masalah yang harus dikaji lebih jauh di antaranya masih lemahnya peran

pemerintah dalam mengembangkan PAUD serta maih rendahnya kesadaran

masyarakat terhadap pentingnya pendidikan di usia dini.

Selain itu, ekspektasi masyarakat yang terlalu tinggi terhadap aspek

kemampuan kognitif anak menyebabkan arah pengembangan pendidikan

anak usia dini dewasa ini dianggap masih kurang tepat. PAUD pada

hakekatnya adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh

potensi anak baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan cara-

cara yang sesuai dengan masa perkembangannya, di antaranya belajar sambil

bermain.

Oleh karena itu, upaya memberikan pemahaman yang tepat kepada

masyarakat tentang komponen-komponen pendidikan anak usia dini perlu

dilakukan. Komponen PAUD antara lain meliputi prinsip-prinsip dasar

PAUD, kurikulum, proses pembelajaran dan evaluasi. Kajian terhadap

komponen-komponen PAUD perlu dilakukan untuk lebih memahami hakekat

PAUD itu sendiri, sehingga bagi pendidik anak usia dini proses pembelajaran

yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan kaidah-kaidah pendidikan yang

telah ditetapkan.

2
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menilai pembahasan

terhadap kurikulum PAUD perlu dilakukan baik melalui kajian kepustakaan

maupun pengalaman penulis dalam mengelola program PAUD.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini, masalah yang dikaji akan dirumuskan

dalam pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana peranan Guru PAUD dalam Pengembangan Kurikulum PAUD

b. Bagaimana kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

c. Bagaimana mengembangkan kurikulum PAUD tersebut dalam kegiatan

pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:

a. Mengetahui peran dan tanggung jawab Guru PAUD dalam Kurikulum

PAUD

b. Mengetahui apa yang dimaksud kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD)

c. Menganalisis bagaimana mengembangkan kurikulum PAUD tersebut

dalam kegiatan pembelajaran.

1.4 Metode dan Teknik penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode

deskriptif analitik, yakni dengan mengungkapkan masalah-masalah yang

3
dikaji dan kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada dan

pengetahuan penulis.

Adapun teknik penulisan yang digunakan adalah kajian kepustakaan

dan observasi terhadap proses pembelajaran PAUD yang selama ini dilakukan

penulis.

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN :

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, metode

dan teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Bab II berisi uraian masalah sekaligus kajiannya, berupa peran dan tanggung

jawab Gurur PAUD dalam pengembangan kurikulum PAUD.

BAB III PENUTUP

Dalam bab penutup diuraikan kesimpulan dan saran penulis.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Anak Usia Dini

2.1.1 Pendidik

2.2 No. 20 tahun 2003 pada 39 ayat 2 menjabarkan bahwa

pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi. Sementara pada pada pasal 1 bagian BAB 1

dijelaskan mengenai tenaga kependidikan yaitu orang yang

berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,

widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai

dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan

pendidikan.

Jika mengacu pada dua pengertian sebelumnya tentang

pendidik dan PAUD merupakan orang yang bertanggung jawab

merencanakan, melaksanakan, menilai, melakukan pembimbingan dan

pelatihan dalam pembelajaran pada anak usia 0-8 tahun secara

menyeluruh. Pendidik pada PAUD mempunyai tugas yang lebih

kompleks daripada pendidik pada tingkat pendidikan di atasnya. Hal

5
ini dikarenakan PAUD merupakan tingkat pendidikan yang paling

mendasar sebagai pondasi bagi pendidikan selanjutnya.

Pondasi yang dibangun di PAUD menuntut struktur yang kuat,

baik aspek pembelajaran dalam kegiatan main maupun pengembangan

potensi anak. Konsep akan ternaman jika pendidik mampu

menciptakan program stimulasi yang menarik untuk diikuti dalam

kegiatan. Karenanya seorang pendidik PAUD dituntut mampu

merancang kegiatan yang menarik dan menantang, melaksanakan

pembelajaran yang menyenangkan, dapat mengamati dan mencatat

proses tumbuh kembang anak didiknya, dan mengevaluasi program

kegiatan main atau pembelajaran yang telah dilakukannya.

Dari pengertian di atas dijelaskan bahwa tenaga pendidik tidak

hanya guru, melainkan semua pihak yang terlibat dalam

penyelengaraan pendidikan. Namun untuk dapat dikatakan sebagai

pendidik haruslah mampu merencanakan, melaksanakan, menilai,

melakukan pembimbingan dan pelatihan dalam pembelajaran. Jika

merujuk pada kegiatan yang harus dilakukan seorang pendidik, maka

yang dikatakan sebagai pendidik hanya guru dan orang tua.

2.2 Peran dan Tanggung Jawab Guru PAUD dalam Pengembangan

Kurikulum PAUD

Belajar adalah suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku

atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-

langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga

6
tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi dapat diartikan proses belajar adalah

sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang

terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti

berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.

Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak

dalam upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari

keberadaan kurikulum. Tetapi menurut Brenner (1990) sebenarnya

pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam alat-alat perlengkapan dan

permainan yang tersedia, cara perlakuan guru terhadap anak, adegan dan

desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang disediakan untuk anak. (M.

Solehuddin, 1997 : 55).

Di Indonesia pembelajaran pendidikan prasekolah lebih bersifat

akademik, di mana anak lebih banyak duduk di bangku dan harus tertib

seperti di sekolah. Jarang guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

berksplorasi, mengekspresikan perasaannya, dan melakukan sendiri apa yang

mereka minati, sampai menemukan pemecahan masalah sendiri.

Ada beberapa pendekatan peran guru dalam pembelajaran, antara lain

1. Guru berperan sebagai pengajar

Dalam hal ini guru harus mengajar sesuai dengan kurikulum tanpa

melihat minat anak. Semua anak dianggap botol kosong yang harus diisi

oleh berbagai informasi tanpa melihat perbedaan bahkan meski anak tidak

berminat pun guru harus tetap menyampaikan apa yang sudah dugariskan

dalam kurikulum tersebut.

7
2. Guru berperan membelajarkan anak

Pada pendekatan ini guru berpegang pada panduan kemampuan

yang akan dicapai anak dengan cara memahami minat, perasaan dan

pengalaman anak.

Guru hanya berperan sebagai fasilitator dengan memberikan

kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pengalaman, perasaannya

melalui berbagai interaksi kepada guru maupun teman sebaya. Dalam hal

ini anak dapat dengan leluasa mengekspresikan apa saja yanga ada dalam

pikirannya Pendekatan semacam ini merupakan pendekatan yang efektif

dan terbaik karena anak dapat berkembang secara utuh (Tini Sumartini,

2005 :47)

2.2.1 Peranan Guru PAUD Sebagai Perencana

Peranan guru sebagai perancana dalam pembelajaran terpadu

adalah guru merencanakan suatu kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan bersama anak didik. Bentuk-bentuk perencanaan dalam

proses pembelajaran di TK adalah :

a) Perencanaan Tahunan

Dalam perencanaan tahunan sudah ditetapkan dan disusun

kemampuan keterampilan dan pembiasaan-pembiasaan yang

diharapkan dicapai oleh anak didik dalam satu tahun. Perencanaan

tahunan dan semester juga memuat tema-tema yang sesuai dengan

aspek perkembangan anak dan minat anak serta sesuai dengan

8
lingkungan sekolah setempat. Perencanaan tahunan dibuat bersama

antara guru-guru dan kepala sekolah.

b) Perencanaan Semester

Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang

berisi jaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi dasar,

hasil belajar dan indikator yang ditata secara urut, serta sistematis,

alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan

sebarannya kedalam semester I dan semester II.

c) Perencanaan Mingguan (Satuan Kegiatan Mingguan)

Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk satuan kegiatan

mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan

semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai

indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai

dengan keluasan pembahasan tema dan sub tema.

d) Perencanaan Harian (Satuan Kegiatan Harian.

Perencanaan harian disusun dalam bentuk satuan kegiatan harian

(SKH). SKH merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan

(SKM). SKH memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang

dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam

satu hari. SKH terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat,

makan dan kegiatan akhir.

Kegiatan awal merupakan kegiatan untuk pemanasan dan

dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain

9
: misalnya berdoa/mengucapkan salam, membicarakan tema atau sub

tema. Kegiatan ini merupaka kegiatan yang dapat mengaktifkan

perhatian kemampuan sosial dan emosional anak. Kegiatan ini dapat

dicapai melalui kegiatan yang memberi kesempatan kepada anak untuk

bereksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif,

kemandirian dan kreativitas anak. Serta kegiatan yang dapat

meningkatkan pengertian-pengertian, konsentrasi dan mengembangkan

kebiasaan bekerja yang baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan yang

dilaksanakan secara individu/kelompok. Istirahat/makan merupakan

kegiatan yang digunakan untuk mengisi kemampuan anak yang

berkaitan dengan makan : misalnya mengenalkan kesehatan makanan

yang bergizi, tata tertib makan yang diawali dengan cuci tangan

kemudian makan dan berdoa sebelum makan. Setelah kegiatan makan

selesai, anak melakukan kegiatan bermain dengan alat permainan diluar

kelas dengan maksud untuk mengembangkan motorik kasar anak dan

bersosialisasi. Kegiatan ini sesuai dengan kemauan anak, anak makan

kemudian bermain atau sebaliknya anak bermain terlebih dahulu baru

setelah itu makan.

Kegiatan akhir merupakan kegiatan penenangan yang

dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan akhir yang dapat diberikan

misalnya membacakan cerita dari buku, mendramatisasikan suatu

cerita, mendiskusikan tentang kegiatan satu hari atau menginformasikan

kegiatan esok harinya, menyanyi, berdoa dan sebagainya. Sebagai

10
seorang perencana, guru TK harus memahami langkah-langkah

perencanaan dalam pembelajaran terpadu. Sebaiknya perencana

pembelajaran disusun untuk waktu tidak kurang dari dua minggu dan

dapat diperluas untuk beberapa minggu setelah itu. Sebelum memulai

langkah-langkah penyusunan, sebaiknya guru telah memilih dan

menentukan tema serta menjabarkannya kedalam sub tema serta

menentukan kemampuan yang akan dikembangkan.

Langkah-langkah penyususanan perencanaan pembelajaran

terpadu seperti yang disarankan oleh Kostelnik adalah sebagai berikut :

1. Menuangkan ide kedalam tulisan, masukkan beberapa kegiatan yang

berkaitan dengan tema kedalam rencana kita. Pertimbangkan waktu

untuk melaksanakannya dan siapkan kegiatan-kegiatan yang tidak

berhubungan dengan tema untuk memberikan kesempatan kepada

anak yang tidak menyukai atau tidak tertarik dengan tema yang telah

ditetapkan.

2. Periksa rencana pembelajaran tersebut, pastikan bahwa paling sedikit

ada tiga jenis kegiatan yang berhubungan dengan tema dalam satu

hari. Pastikan dalam satu minggu seluruh aspek perkembangan yang

akan dicapai sudah tercantum dan akan dilalsanakan.

3. Jika dalam perencanaan kita terdapat kerjasama dengan ahli lain

seperti dokter, guru musik, guru tari maka pastikan bahwa kita telah

menyampaikan isi tema yang akan kita terapkan pada kegiatan

pembelajaran agar kegiatan yang akan dilakukan dalam bidang

11
tersebut dapat mendukung dan sejalan dengan kegiatan pembelajaran

yang akan kita laksanakan.

4. Persiapkan bahan, alat, media, narasumber dan sarana prasarana.

5. Organisasikan kegiatan dengan baik sehingga setiap anak dapat

terfokus pada tema.

6. Pastikan bahwa dalam rencana kita seluruh konsep, istilah, fakta dan

prinsip telah dikembangkan dengan baik dan kegiatan yang akan

dilaksanakan cukup bervariasi.

7. Ciptakan suasana tematik dalam kelas.

2.2.2 Peranan Guru Sebagai Pelaksana

Setelah rencana pembelajaran selesai disusun maka tugas guru

selanjutnya adalah melaksanakan apa yang telah direncanakan dalam

kegiatan pembelajaran dikelas. Agar kegiatan pembelajaran dapat

berjalan secara efektif, sebaiknya guru memperhatikan langkah-langkah

sebagai berikut:

a) Kembangkan rencana yang telah kita susun dan perhatikan kejadian

atau peristiwa spontan yang ditunjukkan oleh anak terhadap materi

yang dipelajari pada hari itu.

b) Melaksanakan penilaian terhadap minat dan pemahaman anak

mengenai tema tersebut dengan menggunakan pengamatan,

wawancara, diskusi kelompok maupun contoh hasil kerja anak.

c) Bantu anak untuk memahami tentang isi dan proses kegiatan

pembelajaran.

12
d) Lakukan percakapan dengan anak tentang hal-hal yang berkaita

dengan tema sehingga kita dapat mengetahui seberapa jauh

pemahaman anak tentang tema yang dipelajari pada hari itu. Bantu

dan doronglah anak untuk memuaskan rasa ingin tahunya tentang

hal-hal yang ingin diketahuinya dengan cara menjawab

pertanyaannya atau memberikan kesempatan pada anak untuk

mencari dan menemukan jawaban melalui kegiatan eksplorasi

terhadap lingkungan sekitarnya.

e) Adakan kerjasama dengan orang tua atau keluarga secara timbal

balik mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan,

informasikan tema kepada pihak oang tua atau keluarga sehingga

orang tua ikut serta mendukung pelaksanaan kegiatan

pembelajaran.

2.2.3 Peranan Guru PAUD Sebagai Evaluator

Peranan guru TK sebagai evaluator adalah melakukan penilaian

terhadap proses kegiatan belajar dan penilaian hasil kegiatan. Penilaian

dilakukan secara observasi dan pengamatan terhadap cara belajar anak

baik individual atau kelompok. Tujuan penilaian ini dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana perkembangan yang dicapai oleh anak. Hasil

karya anak dapat kita pajang ditempat pemajangan sebagai tanda hasil

kegiatan yang telah dilakukan, hal ini dapat membangun rasa

kebanggaan pada diri anak dan dapat memotivasi untuk menghasilkan

karya yang lebih baik lagi. Evaluasi harus mampu memperdayakan

13
guru, anak dan orang tua. Guru sebagai evaluator harus melihat

penilaian sebagai suatu kesempatan untuk menggambarkan pengalaman

anak didik serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses

maupun belajar anak didik.

Setelah mempelajari dan memahami penjelasan mengenai

peranan guru, tampaklah bahwa tugas dan tanggung jawab seorang guru

TK tidaklah mudah dalam kegiatan pembelajaran terpadu. Peranan lain

yang harus dilakukan guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih

adalah :

1. Korektor

Guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan mana nilai yang

buruk, sehingga guru dapat menilai dan mengoreksi semua tingkah

laku, sikap dan perbuatan anak didik. Jadi peran guru Tk sebagai

korektor ialah mengembangkan kemampuan berprilaku melalui

kebiasaan-kebaiasaan yang baik dan menghindari kebiasaan-

kebiasaan buruk.

2. Inspirator

Guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan

belajar anak didik. Disini peran guru ialah menuangkan ide-ide atau

gagasan atau melakukan inovasi pembelajaran guna kemajuan anak

didik. Misalnya menciptakan atau mengembangkan berbagai

media, alat maupun metode-metode pembelajaran.

14
3. Informator

Guru memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, selain materi yang telah diprogramkan sesuai kurikulum.

Kemudian guru harus mengembangkan dirinya dengan terus belajar

tentang kemajuan-kemajuan teknologi agar tidak gagap teknologi

(gatek) dan memiliki yang luas diberbagai hal.

4. Organisator

Guru memiliki kegiatan pengelolan akademik, menyusun tata tertib

sekolah dan menyusun kalender akademik. Semua kegiatan harus

diorganisasikan dengan baik sehingga tercapai efektivitas dan

efesiensi pembelajaran.

5. Motivator

Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar lebih

bersemangat dan aktif dalam belajar, motivasi ini lebih efektif bila

dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak.

6. Inisiator

Peran guru sebagai pencetus ide-ide dalam kemajuan pendidikan

dan pembelajaran. Guru harus mampu mengembangkan dan

memberi sumbangsih pemikiran demi kemajuan pendidikan mulai

dari yang terkecil seperti dalam kelas dan sampai yang terbesar

dalam lingkup sekolah maupun wilayah yang lebih luas lagi.

15
7. Fasilitator

Sebagai fasilitator guru hendaknya menyediakan fasilitas yang

memudahkan kegiatan belajar dan dapat menyenangkan atau bisa

membangkitkan anak didik untuk bereksplorasi serta menyalurkan

minat dan keingintahuannya secara aktif.

8. Pembimbing

Bimbingan yang diberikan guru sebaiknya sesuai dengan

kebutuhan anak didik. Jika dilihat anak tersebut mampu

melaksanakan tugasnya, namun dia tampak manja atau tidak mau

melakukannya maka cobalah untuk bersikap tegas dengan meminta

anak untuk mencoba melakukannya sendiri dahulu sampai anak itu

benar merasa membutuhkan bantuan barulah guru membantunya.

9. Demonstrator

Dalam kegiatan pembelajaran tidak semua materi pelajaran dapat

dipahami oleh anak mengingat kemampuan setiap anak berbeda-

beda. Untuk materi yang sulit dipahami oleh anak didik, sebaiknya

guru memperagakan sehingga dapat membantu anak yang belum

memahami materi tersebut. Untuk materi yang cukup berbahaya

dilakukan oleh anak sendiri, sebaiknya guru bertindak sebagai

demonstrator.

10. Pengelola Kelas

16
Pengelolan kelas menunjukkan pada kegiatan-kegiatan yang

menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi

terjadinya proses belajar-mengajar, termasuk pengaturan tempat

duduk, ventilasi, pengauran cahaya dan pengaturan penyimpanan

barang.

11. Mediator

Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang

cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan

jenisnya, baik media material amaupun nonmaterial. Sehingga guru

dapat menentukan media yang paling sesuai untuk digunakan

dalam kegiatan pembelajaran. Selain sebagai mediator, guru juga

sebagai penengah dalam proses belajar anak didik khususnya saat

kegiatan diskusi kelompok.

12. Supervisor

Guru dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis

terhadap proses pembelajaran. Kelebihan yang dimiliki supervisor

selain posisinya ada juga karena pengalaman, pendidikan,

kecakapan atau keterampilan yang dimilikinya atau memiliki sifat-

sifat kepribadian yang menonjol dari pada orang-orang

disupervisinya. Dengan peran guru sebagai supervisor, guru juga

harus memilki kesadaran untuk dapat menilai kinerjanya sendiri

untuk meningkatkan kegiatan pembelajarannya.

17
BAB III

PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

3.1 Pengertian Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan

keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas

(belajar tuntas). Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik

mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral

dan nilai-nilai agama, sosialemosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,

kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.

3.2 Fungsi Kurikulum PAUD

a. Mengembangkan sikap dan perilaku yang baik sesuai akidah agama

dan norma yang dianut.

Fungsi ini harus diimplementasikan dalam proses pembelajaran

sehingga anak mampu mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai

dengan akidah dan norma agama yang dianutnya, mampu melaksanakan

ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Dan mempunyai rasa

toleransi dan saling hormat menghormati antara pemeluk agama.

18
b. Mengembangkan kemampuan sosialisasi dan mengendalikan emosi.

Dalam mengembangkan kurikulum PAUD, maka peserta didik

harus mengembangkan kemampuan sosialisasi dan mengendalikan

emosi. Kemampuan bersosialisasi dan mengendalikan emosi sangat

penting dimiliki anak agar mereka mampu menjalankan kehidupan

sosialnya dengan baik dan selaras.

c. Menumbuhkan kemandirian anak.

Kemandirian merupakan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap

anak dalam mempersiapkan hidupnya di masa depan. Di dunia yang

semakin kompleks dan penuh tantangan ini, maka kemampuan untuk

mandiri merupakan salah satu syarat agar anak mampu mempertahankan

hidupnya dan berhasil mencapai cita-citanya. Tanpa kemandirian, maka

anak hanya akan tergantung kepada orang lain.

d. Mengembangkan kemampuan berbahasa.

Bahasa adalah cermin seseorang. Kemampuan berbahasa

merupakan perwujudan dari sikap, perilaku dan harga diri seseorang.

Oleh karena itu, kurikulum PAUD harus berfungsi mengembangkan

kemampuan berbahasa anak, sehingga anak mempunyai ragam bahasa

yang kaya dan baik.

e. Mengembangkan kemampuan kognitif

Kemampuan kognitif atau intelektual merupakan salah satu

kemampuan yang penting dalam kehidupan seseorang, baik sebagai

19
modal bagi pendidikan di jenjang selanjutnya, maupun dalam

memecahkan masalah-masalah kesehariannya. Pengembangan

kemampuan kognitif anak di usia dini merupakan dasar bagi

perkembangan intelektualnya di masa-masa selanjutnya. Oleh karena itu,

maka sangat penting untuk memberikan membimbing perkembangan

intelektual di usia dini.

f. Mengembangkan kemampuan fisik/ motorik

Mengembangkan kemampuan fisik/motorik merupakan salah satu

fungsi disusunnya kurikulum PAUD. Fisik dan motorik anak yang

sedang berkembang pesat memerlukan bimbingan agar

perkembangannya maksimal dan baik. Dengan kemampuan fisik dan

motorik yang baik, maka anak akan mampu menjalani kehidupannya

dengan baik.

g. Mengembangkan daya cipta dan kreativitas anak

Aspek-aspek kreativitas dan daya cipta anak harus dikembangkan

dalam impelementasi kurikulum PAUD. Anak yang memiliki daya cipta

dan kreativitas tinggi akan mampu memecahkan berbagai masalah-

masalah kehidupan, mampu menghasilkan berbagai hal yang positif dan

berguna bagi orang lain. Mengembangkan daya cipta dan kretaivitas anak

dapat dimulai dengan mengidentifikasi bakat dan minat anak sejak dini,

agar dapat dibimbing perkembangannya.

20
3.3 Asas-asas Kurikulum PAUD

1. Asas Filosofis

Dalam mengembangkan sebuah kurikulum harus diperhatikan asas

filosofisnya, yaitu filsafat dan tujuan pendidikan. Asas ini berhubungan

dengan sistem nilai yakni pandangan seseorang atau masyarakat tentang

sesuatu yang bernilai dalam kehidupan orang atau masyarakat tersebut.

Misalnya, bangsa Indonesia yang menganut Pancasila sebagai dasar

negara, maka pengembangan kurikulumnya harus mengacu pada dasar dan

pedoman negara tersebut. Hal itulah yang kemudian tertuang tujuan

pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

2. Asas Psikologis

Asas psikologis sangat berkaitan dengan berbagai aspek tentang psikologi

anak dan psikologi belajar. Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia

yang menjadi landasan dalam mengembangkan sebuah kurikulum. Kajian

mengenai perilaku manusia, baik dalam konteks belajar maupun individu

manusianya, kemudian menjadi teori-teori yang menjadi dasar

pengembangan kuriukulum. Kesimpulannya, melalui berbagai teori

mengenai manusia (anak) dan proses belajar, maka akan disusun arah dan

tujuan kurikulum itu sendiri.

3. Asas sosiologis

21
Dalam pengembangan kurikulum, maka harus diperhatikan perkembangan

masyarakat, baik kebutuhan maupun tuntutan-tuntutan kehidupannya.

Dengan memperhatikan asas sosiologis maka proses penyampaian

kebudayaan, sosialisasi dan rekontruksi sosial yang tertuang dalam

perangkat kurikulum akan mampu dilakukan, khususnya oleh lembaga

pendidikan.

4. Asas Organisatoris

Asas organisatoris dalam mengembangkan kurikulum berhubungan

dengan bentuk dan organisasasi kurikulum. Asas ini sangat dipengaruhi

oleh asas-asas sebelumnya yang dianut oleh pengembang kurikulum.

Contohnya di Indonesia, bentuk dan organisasi kurikulum telah

mengalami perubahan-perubahan, misalnya perkembangan bentuk

kurikulum dalam kurikulum 1974, 1985, 1989, 2000, dan 2004.

3.4 Standar Kompetensi Anak usia Dini

Dalam pengembangan aspek-aspek pembelajaran dalam pendidikan

anak usia dini harus mengacu pada standar kompetensi anak usia dini antara

lain sebagai berikut.

a. Moral dan nilai-nilai agama

Nilai-nilai agama dan moral yang diajarkan pada anak usia dini adalah

perilaku positif, kemandirian, disiplin, kejujuran dan perilaku lainnya.

22
Kegiatan pembiasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai agama juga

harus diberikan, seperti penguasaan terhadap doa-doa sehari-hari.

b. Fisik/motorik

Dalam hal ini pendidik harus mampu merangsang perkembangan fisik dan

motorik anak sesuai dengan usia perkembangannya. Hal itu dapat

dilakukan dengan berbagai permainan-permainan edukatif.

c. Sosial dan Emosional

Anak dididik untuk dapat mengembangkan kemampuan sosial melalui

proses sosialisasi. Melalui aspek ini anak dibekali dengan kemamuan

memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya, tentunya melalui

proses pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus.

d. Bahasa

Dalam aspek ini, anak didorong untuk menguasai kemampuan

berkomunikasi sesuai dengan masa perkembangannya. Kemampuan

berbahasa dilihat dari usia perkembangan anak dapat dibagi menjadi 2

periode, yaitu periode prelinguistik (0-1 tahun) dan periode linguistik (1-5

tahun).

e. Kognitif

Perkembangan kognitif anak biasanya mengacu pada pendapat Piaget yang

membagi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu

periode sensorimotorik (usia 0-2 tahun), periode praoperiosaional (2-7

23
tahun), periode operasional konkrit (7-11 tahun) dan periode operasional

formal (usia 11 sampai dewasa).

g. Seni

Kemampuan di bidang seni dapat dikembangkan dalam musik, seni tari,

seni gambar dan keterampilan lainnya.

3.5 Pengembangan Kurikulum PAUD

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dn bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk

kepentingan penulisan makalah ini, konsep kurikulum akan disederhanakan

lebih kepada materi kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pendidikan anak

usia dini.

3.5.1 Prinsip-prinsip Dasar pengembangan kurikulum PAUD

Dalam hal Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, menetapkan

beberapa prinsip pengembangan kurikulum PAUD, yang meliputi:

1) bersifat komprehensif, artinya kurikulum harus menyediakan

pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan anak

secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan.

2) Didasarkan pada perkembangan secara bertahap, sehingga proses

pembelajaran harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia

anak dan tahapan perkembangan anak.

24
3) Melibatkan orang tua sebagai pendidik utama, sehingga peran

orang tua dalam menyusun rancangan kegiatan pembelajaran

harus ditingkatkan agar tujuan PAUD lebih terarah dan tepat

sasaran.

4) Melayani kebutuhan anak, yakni mampu mengembangkan

kemampuan, kebutuhan, minat, potensi setiap anak.

5) Merefleksikan kebutuhan dan nilai-nilai yang dalam masyarakat

6) Mengembangkan standar kompetensi anak sebagai upaya

menyiapkan lingkungan belajar anak.

7) Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus, sehingga

semboyan pendidikan untuk semua dapat dilaksanakan.

8) Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat

9) Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak, khususnya di

lingkungan sekolah.

10) Menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga yang diungkapkan

kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabilitas.

11) Manajemen sumber daya manusia yang terlibat dalam lembaga

pendidikan anak usia dini.

12) Penyediaan sarana dan prasarana yang optimal dan mampu

menunjang proses pembelajaran.

3.5.2 Komponen Kurikulum

1. Anak

25
Sasaran pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada di

rentang usia 0-6 tahun.

2. Pendidik

Kompetensi pendidik PAUD adalah sekurang-kurangnya

memiliki kualifikasi akademik Diplomas Empat (D-IV) atau

Sarjana (S-1) di bidang pendidikan usia dini, psikologi atau

lainnya; dan memiliki sertifikat profesi guru PAUD. Adapun rasio

guru dengan anak didik dalam PAUD adalah:

1) Usia 0-1 tahun rasio 1 : 3 anak,

2) Usia 1-3 tahun dengan rasio 1 : 6 anak,

3) Usia 3-4 tahun dengan rasio 1 : 8 tahun, dan

4) Usia 4-6 tahun dengan rasio 1 : 10-12 anak.

3. Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain dan

pembiasaan yang direncanakan dan persiapkan pendidik meliputi

materi dan proses pembelajaran itu sendiri. Materi pembelajaran

bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia, yaitu:

a. Materi Pembelajaran Untuk Anak usia 0-3 tahun,

mencakup:

1) Pengenalan diri sendiri (perkembangan konsep diri)

2) Pengenalan perasaan (perkembangan emosi)

3) Pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial)

4) Pengenalan berbagai gerak (Perkembangan fisik)

26
5) Mengembangkan komunikasi (perkembangan bahasa)

6) Keterampilan berfikir (perkembangan kognitif)

b. Materi Pembelajaran untuk anak usia 3-6 tahun,

mencakup:

1) Keaksaraan, yaitu meliputi pengenalan terhadap kosakata

dan bahasa, kesadaran phonologi, percakapan, memahami

buku, dan teks lainnya.

2) Konsep matematika, mencakup pengenalan angka-angka,

pola-pola dan hubungan, geomteri dan konsep matematika

lainnya.

3) Pengetahuan alam, yang mencakup pengenalan terhadap

objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.

4) Pengetahuan sosial, meliputi kehidupan orang banyak,

bekerja, interaksi sosial, lingkungan rumah dan keluarga,

dan lainnya.

5) Seni, mencakup kegiatan menari, menyanyi, bermain

peran, bermain musik, menggambar dan melukis.

7) Teknologi, dengan mengenalkan alat-alat dan penggunaan

operasi dasar dan kesadaran teknologi. Alat-alat yang

dikenalkan di mulai dari alat-alat yang ada rumah, seklah,

dan lingkungan tempat anak tinggal.

8) Ketarampilan proses, mencakup pengamatan dan

eksplorasi; eksperimen; pemecahan masalah; koneksi,

27
pengorganisasian, komunikasi dan informasi yang

mewakilinya.

c. Materi untuk orang tua

Selain untuk anak, materi pembelajaran juga diberikan pada

orang tua anak mencakup:

1) Peningkatan pemahaman orang tua tentang arti penting

pendidikan sejak dini bagi anak-anak mereka.

2) Penerapan pemahaman tahap-tahap tumbuh kembang anak

perlu juga diberikan kepada orang tua.

3) Kemampuan orang tua dalam indentifikasi deteksi dini

tumbuh kembang anak.

4) Kemampuan orang tua dalam merangsang pertumbuhan

dan perkembangan anak.

5) Orang tua dibekali pengetahuan tentang pemilihan alat

permainan anak yang mendidik.

6) Orang tua harus dapat memanfaatkan lingkungan sebagai

sumber belajar dan bermain anak.

d. Sentra Bermain

Salah satu prinsip pembelajaran anak usia dini adalah belajar

sambil bermain, sehingga diperlukan adanya area bermain

yakni area kegiatan dan permainan yang dilakukan di dalam

atau di luar kelas. Berikut adalah contoh-contoh area

bermain.

28
1) Sentra balok, dalam berbagai ukuran dan bentuk berupa

bentuk bangunan rumah, jembatan, kebun binatang, dan

lainnya. Melalui permainan ini diharapkan anak dapat

mengembangkan kemampuan berfikir, perhitungan

permulaan dan dapat memecahkan masalah serta

memperkuat daya konsentrasi.

2) Sentra bermain peran, dengan anak memperagakan apa

yang dilihatnya maka dapat membantu anak memahami

lingkungannya.

3) Sentra seni, dengan tujuan agar anak dapat

mengembangkan dan mengeksplorasi daya kreativitasnya.

4) Sentra persiapan, yakni kegiatan persiapan membaca

permulaan, menulis permulaan serta berhitung permulaan.

5) Sentra agama, dengan menyediakan miniatur tempat

ibadah, alat-alat ibadah, buku-buku cerita, gambar-gambar

dan lainnya.

e. Keranjang PAUD

Keranjang PAUD adalah seperangkat Alat Permainan

Edukatif (APE) yang dikemas dalam satu wadah atau boks.

Sebagai contoh adalah APE kereta api, pasak belah, puzle,

balok, boneka jari, timbangan, jam dinding, permainan air,

meronce, dan permainan lainnya.

29
4. Penilaian (Assesmen)

Assesmen merupakan proses pengumpulan data dan dokumentasi

belajar dan perkembangan anak. Kegiatan ini meliputi observasi,

konferensi dengan guru lain, survey, wawancara dengan orang

tua, hasil kerja anak dan unjuk kerja. Kesemua bentuk penilaian

tersebut dapat disusun dalam bentuk portofolio.

5. Pengelolaan Pembelajaran

Dalam mengelola pembelajaran, PAUD harus memperhatikan

aspek-aspek sebagai berikut:

1) Keterlibatan anak, dalam hal ini prinsip pembelajaran harus

berpusat kepada aktivitas belajar anak.

2) Layanan program, yang disesuaikan dengan satuan pendidikan

masing-masing, yakni:

a) Taman Penitipan Anak, dilaksanakan 3-5 hari dengan

layanan minimal 6 jam atau dalam satu tahun 144-160 hari

atau 32-34 minggu.

b) Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau

minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam

atau dalam satu tahun 144 hari atau 32-34 minggu.

c) Satuan PAUD sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali

dengan jam layanan 2 jam. Kekuaran jam layanan pada SPS

dilengkapi dengan program pengasuhan yang dilakukan

30
orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara

dengan 144 hari dalam satu tahun.

d) Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari

seminggu dengan jumlah layanan minimal 2,5 jam. Dalam

satu tahuan 160 hari layanan atau 34 minggu.

3) Kegiatan insidental/semester/Tahunan

Antara lain meliputi:

a) Kunjungan luar, seperti kunjungan ke museum, mesjid,

kantor pos, kantor polisi, dan lainnya.

b) Pengenalan pekerjaan, yakni mengenalkan profesi dengan

mendatangkan atau mengunjungi narasumber yang

relevan, seperti dokter, tukang pos, kepala desa, dan

sebagainya.

c) Peringatan Hari Besar (PHB)

Dalam memperingati hari besar dapat dilakukan dengan

mengadakan perlombaan, panggung seni, parade, dan

lainnya.

d) Bakti Sosial

Seperti melaksanakan kegiatan bersih-bersih lingkungan,

mengunjungi panti asuhan, rumah jompo, dan lainnya.

e) Kegiatan bersama orang tua

Orang tua dapat juga menjadi narasumber, guru

pendamping atau guru bantu.

31
f) Kesehatan

Misalnya dengan pemeriksaan kesehatan gigi dan

pemeriksaan kesehatan umum.

g) Media Audio Visual

Dengan menggunakan media audio visiual dalam

mengetengahkan tema atau materi pembelajaran.

6. Melibatkan peran serta masyarakat

Dalam hal ini, kegiatan PAUD hampir seluruhnya dikelola oleh

swasta (masyarakat). Yang perlu dikembangkan adalah peran

masyarakat secara umum di lingkungan PAUD itu berada, di

mana sebagai lembaga non-formal, PAUD membutuhkan

dukungan dari semua komponen masyarakat.

3.5.3 Satuan Pendidikan Anak Usia Dini

Satuan pendidikan anak usia dini dalam kerangka pendidikan

jalur formal dan informal meliputi:

a. Taman Kanak-Kanak, yaitu bentuk satuan pendidikan anak usia

dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program

pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun, yang dibagi menjadi dua

kelompok, yakni kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan

kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun.

b. Kelompok Bermain merupakan satu bentuk PAUD pada jalur non

formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus

32
program kesejahteraan bagi anak usia 2-4 tahun dan anak usia 4-6

tahun yang tidak dapat dilayani TK (setelah melalui pengkajian dan

mendapat rekomendasi dari pihak berwenang).

c. Taman Pendidikan Anak adalah layanan yang dilakasanakan oleh

pemerintah dan masyarakat bagi anak usia 0-6 tahun yang orang

tuanya bekerja.

d. Satuan PAUD sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan

layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali /minggu atau

merupakan layanan PAUD yang dintegrasikan dengan program

layanan lainnya. Peserta program PAUD sejenis adalah anak usia

2-4 tahun.

33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peranan guru sangat penting demi tercapainya tujuan sesuai dengan

yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan,

peranan guru dalam pembelajaran terpadu adalah sebagai perencana,

pelaksanan dan sekaligus evaluator. Peranan lain yang harus dilakukan guru

sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih adalah sbagai korektor, inspirator,

informator, organisator, motivator, inisiator, fasilisator, pembimbing,

pengelola kelas, demonstrator, mediator dan supervisor.

Dan dari uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

a. Sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,

pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan

dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. kurikulum pendidikan anak usia dini, meliputi standar kompetensi anak

usia dini, pengembangan kurikulum dan penilaian.

34
B. Saran

Dari uraian di atas, maka penulis dalam hal ini mengajukan beberapa

saran antara lain.

a. Perlu adanya pengembangan yang lebih optimal terhadap pendidikan anak

usia dini, baik yang dilakukan oleh pemerintah, keluarga maupun

masyarakat. Masa prasekolah yang disebut dengan masa keemasan

perkembangan intelektual seharusnya dijadikan dasar bagi upaya

meningkatkan kemajuan pendidikan di Indonesia.

b. Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan anak usia dini harus terus

dilakukan, karena berdasarkan data yang ada angka partisipasi kasar

masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat rendah.

c. Kualifikasi pendidik anak usia dini harus terus ditingkatkan baik

kualifikasi akademisnya maupun dalam bentuk pelatihan dan penataran

lainnya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Andi Yudianto. 2009. Perkembangan Intelektual. Jakarta.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun
2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar
Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
M. Hariwijaya dan Bertiani Eka Sukaca. 2007. PAUD Melejitkan Potensi Anak
dengan Pendidikan Sejak Dini. Bandung
M. Solehuddin, 1997. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. IKIP
Bandung:Bandung.
_________. 2008. Psikologi Pendidikan, Makalah. Universitas
Gunadarma:Jakarta.
Suyatman. 2008. Pengembangan Kecerdasan Spritial, emosional dan Intelektual,
sebuah makalah. Jakarta.

36

You might also like