You are on page 1of 6

HAMILTON DEPRESI RATING SCALE (HAM-D)

Instruksi untuk Clinician yang:


Hamilton Depresi Rating Scale (HAM-D) telah terbukti berguna untuk bertahun-tahun
sebagai
cara menentukan tingkat pasien depresi sebelum, selama, dan setelah perawatan.
Ini harus diberikan oleh dokter yang berpengalaman dalam bekerja dengan kejiwaan
pasien.
Meskipun bentuk HAM-D diskon 21 item, skor didasarkan pada pertama 17. Ini
umumnya membutuhkan 15-20 menit untuk menyelesaikan wawancara dan skor
hasil. Delapan
item mencetak gol pada skala 5-point, mulai dari 0 = tidak hadir untuk 4 = parah. Sembilan
yang mencetak gol 0-2.
Sejak perkembangannya pada tahun 1960 oleh Dr. Max.Hamilton dari University of Leeds,
Inggris, skala telah banyak digunakan dalam praktek klinis dan menjadi standar di
percobaan farmasi.
HAM-D Scoring Instruksi:
Jumlah skor dari pertama 17 item.
0-7 = normal
8-13 = Depresi Ringan
14-18 = Sedang Depresi
19-22 = berat Depresi
23 = Depresi Sangat Parah
Hamilton, M: Sebuah skala rating untuk depresi, Journal of Neurology, Neurosurgery, and
Psychiatry 23: 56-62, 1960

SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING


SCALE (HDRS) Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa : Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin :
Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : Status Perkawinan : Agama : Suku Bangsa : Untuk setiap
nomor di bawah ini, pilihlah keadaan yang paling tepat menggambarkan tentang pasien. 1.
Keadaan Perasaan sedih ( sedih, putus asa, tak berdaya, tak berguna) 0 = tidak ada 1 =
perasaan ini ada hanya bila ditanya 3 = perasaan ini dinyatakan spontan secara verbal 4 =
perasaan ini dinyatakan spontan secara verbal dan non verbal maupun non verbal 2. Perasaan
bersalah 0 = tidak ada 1 = menyalahkan diri sendiri, merasa telah mengecewakan orang lain 2
= ide-ide bersalah atau renungan tentang perbuatan salah atau berdosa pada masa lalu 3 =
sakit ini merupakan suatu hukuman, waham bersalah 4 = mendengar suara-suara tuduhan
atau kutukan dan/atau mengalami halusinasi penglihatan yang mengancam 3. Bunuh diri 0 =
tidak ada 41 1 = merasa hidup tidak berharga 2 = mengharapkan kematian atau segala pikiran
tentang kemungkinan tersebut 3 = ide-ide atau gerak-gerak tentang bunuh diri 4 = percobaan
bunuh diri (segala percobaan yang serius diberi nilai 4) 4. Insomnia (early) 0 = tidak ada
kesulitan jatuh tidur 1 = kadang-kadang mengeluh sulit tidur, misalnya lebih dari 15 menit 2
= mengeluh sulit jatuh tidur tiap malam 5. Insomnia (middle) 0 = tidak ada kesulitan
mempertahankan tidur 1 = mengeluh gelisah dan terganggu sepanjang malam 2 = terjaga
sepanjang malam (segala keadaan bangkit dari tempat tidur diberi nilai 2 kecuali untuk buang
air kecil) 6. Insomnia (late) 0 = tidak ada kesulitan 1 = bangun terlalu pagi tetapi dapat tidur
kembali 2 = bila telah bangun/bangkit dari tempat tidur, tidak dapat tidur kembali 7. Kerja
dan kegiatan 0 = tidak ada kesulitan 1 = pikiran dan perasaan tentang ketidakmampuan,
keletihan atau kelemahan sehubungan dengan kegiatan, kerja atau hobi 2 = hilangnya minat
dalam melakukan kegiatan, hobi atau pekerjaan, baik dilaporkan secara langsung oleh pasien
atau secara tidak langsung melalui kelesuan/tidak bergairah keraguraguan dan kebimbangan
(merasa harus mendorong diri untuk bekerja atau melakukan kegiatan 3 = berkurangnya
waktu aktual yang dihabiskan dalam melakukan kegiatan atau menurunnya produktivitas. Di
rumah sakit, beri nilai 3 bila pasien tidak menghabiskan waktu paling sedikit 3 42 jam sehari
dalam melakukan kegiatan (tugas rumah sakit atau hobi) diluar tugas-tugas bangsal 4 =
berhenti bekerja karena sakitnya sekarang. Di rumah sakit, beri nilai 4 bila pasien tidak
melakukan kegiatan apapun kecuali tugas-tugas bangsal, atau bila pasien gagal melaksanakan
tugas-tugas bangsal tanpa dibantu 8. Retardasi (lambat dalam berpikir dan berbicara,
kemampuan berkonsentrasi , penurunan aktivitas motorik) 0 = normal dalam berbicara dan
berpikir 1 = sedikit lamban dalam wawancara 2 = jelas lamban dalam wawancara 3 = sulit
diwawancarai 4 = stupor lengkap 9. Agitasi 0 = tidak ada 1 = memainkan tangan, rambut dan
lain-lain 2 = meremas tangan, menggigit kuku, menarik kuku, menggigit bibir 10. Anxietas
psikis 0 = tidak ada kesulitan 1 = ketegangan dan mudah tersinggung yang bersifat subyektif
2 = menguatkan hal-hal kecil 3 = sikap khawatir yang tercermin di wajah atau pembicara 4 =
ketakutan di ekspresi tanpa ditanya 11. Anxietas somatik 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang
3 = berat 4 = inkapasitas Keadaan fisiologis yang mengiringi anxietas seperti : -
gastrointestinal : mulut, sulit mencerna, diare, kram, sendawa 43 - kardiovaskuler : palpitasi,
nyeri kepala - pernapasan : hiperventilasi, menghela nafas panjang - sering-sering buang air
kecil - berkeringat 12. Gejala somatik (gastrointestinal) 0 = tidak ada 1 = tidak ada nafsu
makan tetapi dapat makan tanpa dorongan orang lain. Perut terasa penuh 2 = Sulit makan
tanpa dorongan orang lain, meminta atau membutuhkan pencahar atau obat-obatan untuk
buang air besar atau obatobatan untuk simtom gastrointestinal 13. Gejala somatic (umum) 0 =
tidak ada 1 = anggota gerak punggung atau kepala berat. Nyeri punggung, nyeri kepala, nyeri
otot. Hilang tenaga dan kelelahan 2 = segala simtom di atas yang jelas diberi nilai 2 14.
Gejala genital (misalnya: hilangnya libido, gangguan menstruasi) 0 = tidak ada 1 = ringan 2 =
berat 15. Hipokondriasis 0 = tidak ada 1 = dihayati sendiri 2 = preokupasi tentang kesehatan
diri 3 = sering mengeluh, meminta pertolongan, dan lainlain 4 = waham hipokondriasis 16.
Kehilangan berat badan (pilih antara A atau B) A. Bila dinilai berdasarkan riwayat 0 = tidak
ada kehilangan berat badan 1 = kemungkinan berat badan berkurang sehubungan dengan
sakit sekarang 2 = berat badan jelas berkurang 44 B. Bila diukur perubahan berat aktual,
dinilai setiap minggu oleh psikiater bangsal 0 = kehilangan berat badan kurang dari 0,5 kg
seminggu 1 = kehilangan berat badan lebih dari 0,5 kg seminggu 2 = kehilangan berat badan
lebih dari 1 kg seminggu 17. Tilikan 0 = mengetahui dirinya depresi dan sakit 1 = mengetahui
dirinya sakit tetapi disebabkan oleh makanan yang buruk, iklim, kerja berlebihan, virus, perlu
istirahat, dan lain- lain. 2 = menyangkal sepenuhnya bahwa dirinya sakit 18. Variasi diurnal
Pagi (AM) Sore (PM) 0 0 = tidak ada 1 1 = ringan 2 2 = berat Dicatat apakah simtom lebih
berat pada pagi atau sore hari dan dinilai keparahan variasi tersebut. 19. Depersonalisasi dan
derealisasi (misalnya: merasa tidak nyata, ide nihilistik) 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3
= berat 4 = inkapasitas 20. Gejala paranoid 0 = tidak ada 1 = kecurigaan ringan 2 =
kecurigaan sedang 3 = ide referensi 4 = waham 21. Gejala obsesif dan kompulsif 0 = tidak
ada 1 = ringan 2 = berat 45 22. Ketidakberdayaan 0 = tidak ada 1 = perasaan subyektif yang
diperoleh hanya ditanya 2 = perasaan tidak berdaya dinyatakan langsung oleh pasien 3 =
memerlukan dorongan, bimbingan dan penentraman hati untuk menyelesaikan tugas bangsal
atau higiene diri 4 = memerlukan bantuan fisik untuk berpakaian, makan, bedside task atau
higene diri 23. Keputusasaan 0 = tidak ada 1 = sering-sering merasa ragu bahwa keadaan
akan membaik tetapi masih dapat ditentramkan 2 = merasa putus asa secara konsisten tetapi
masih menerima penentraman 3 = mengekspresikan perasaan putus asa, hilang harapan,
pesimis tentang masa depan, yang tidak dapat dihilangkan 4 = keteguhan spontan dan tidak
sesuai bahwa saya tidak akan pernah sembuh atau padanannya 24. Perasaan tidak berharga
(terentang dari hilangnya harga diri, perasaan rendah diri, mencela diri yang ringan sampai
waham tentang ketidakberhargaan) 0 = tidak ada 1 = menunjukkan perasaan tidak berharga
(kehilangan harga diri) hanya bila ditanya. 2 = menunjukkan perasaan tidak berharga
(kehilangan harga diri) secara spontan 3 = berbeda dengan nilai 2 di atas berdasarkan derajat.
Pasien secara sukarela menyatakan bahwa dia tidak baik, rendah 4 = waham tentang
ketidakberhargaan, misalnya Saya adalah tumpukan sampah atau padanannya 46
Interpretasi ( rentang nilai 0-50) Nilai keseluruhan < 7 : normal Nilai keseluruhan 8 13 :
depresi ringan Nilai keseluruhan 14 18 : depresi sedang Nilai keseluruhan 19 22 : depresi
berat Nilai keseluruhan > 23 : depresi sangat berat

Berdasarkan etiologi stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu


stroke hemoragik dan stroke non hemoragik (Sidharta, 2000)

1. Stroke hemoragik
Suatu keadaan pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan
perdarahan pada daerah otak. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi saraf
(Haryono, 2000)
2. Stroke non hemoragik
Gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya
pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area yang
mendapat suplai terganggu (Arisandy, F.G,2007). Stroke non hemoragik
terjadi karena aliran darah sampai dibawah titik kritis, sehingga terjadi
gangguan fungsi pada sebagian jaringan otak, bila hal ini lebih berat
danberlangsung lama dapat terkadi infrak dan kematian (Mansjoer,
2000). Stroke non hemoragik lebih sering dijumpai daripada yang
hemoragik.
Menurut Juanidi(2000), berdasarkan klinisnya stroke non
hemoragik dikelompokkan menjadi empat yaitu :
a. Transient Iskhemik Attack (TIA), yaitu serangan stroke sementara
yang berlangsung kurang ldari 24 jam.
b. Reversible Iskhemic Neurologig Defisit (RIND), yaitu gejala
neurologis yang akan menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 21
hari.
c. Progressing Stroke in Evolution, kelalaian atau defisit neurologis
berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai yang berat.
d. Completed Stroke atau Stroke komplit, kelainan neurologis sudah
menetap tidak berkembang lagi.
Menurut Arisandy (2007) secara patologis stroke non hemoragik
disebabkan oleh :
a. Karena trombosis diateri karotis interna secara langsung masuk
kedalam serebri media atau arterion (trombosik stroke)
b. Karena emboli yang berasal dari jantung (emboli stroke).
c. Karena hipoksia yang tebal karena hipotermi dan perfusi yang
kurang
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang ditimbukan sangat bervariasi tergantung dari
topis dan derajat beratnya lesi akan tetapi tanda dan gejala yang dijumpai
pada penderita post stroke secara umum (Arisandy, 2007) yaitu :
1. Gangguan motorik
Gangguan motorik yang terjadi yaitu tonus otot abnormal baik hipo atau
hipertonus, penurunan kekuatan otot, gangguan gerak volunter, gannguan
keseimbangan, gangguan koordinasi, gangguan katahanan, kekakuan pada
satu ektrimitas atau separo tubuh.
2. Gangguan sensorik
Gannguan sensorik yang ditimbulkan adalah gangguan perasaan prestesia,
hipertensi, anestesi, tinitus, gangguan visus.
3. Gangguan kognitif, memori dan atensi
Gangguan kognitif yang terlihat adalah adanya gangguan pada atensi,
memori, inisiatif, daya perencanaan dan fleksibilitas, abtraksi insight
menurun dan penyesalan suatu masalah.
4. Gangguan kemampuan fungsional
Gangguan yang ditimbulkan pada pasien stroke adalah meliputi gangguan
aktifitas mandi, makan, berpakaian, toileting, transfer ambulasi, bladder,
dan bowel
PENDAHULUAN

Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization
(WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke-empat penyakit di dunia. Sekitar 20%
wanita dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi. Depresi
ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif
seperti mengeritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri
menurun, pesimis, dan putus asa. Terdapat juga perasaan malas, tidak bertenaga, retardasi
psikomotor, dan menarik diri dari hubungan sosial. Pasien mengalami gangguan tidur seperti sulit
masuk tidur atau terbangun dini hari. Nafsu makan berkurang, begitu juga dengan gairah seksual. 1 1
Gangguan depresi merupakan gangguan emosi yang paling sering dikaitkan dengan stroke. Sekitar
15 - 25% pasien stroke yang ada dalam masyarakat menderita depresi, baik mayor maupun minor. 1
Menurut Lipsey dan kawan kawan, banyak diantara penderita pasca stroke tidak mendapat
perhatian. Hal ini disebabkan oleh beberapa pendapat yang mengatakan bahwa penderita menjadi
depresi akibat stroke. Dengan kata lain bahwa depresi ini bisa terjadi akibat ketidakberdayaan fisik
yang disebabkan oleh stroke. Oleh sebab itu pengobatan secara khusus terhadap depresi ini tidak
perlu dilakukan. Asumsi lain karena penyebab dari depresi pada pasca stroke Universitas Sumatera
Utara tidak jelas maka dirasakan tidak perlu memberikan pengobatan secara khusus karena
diharapkan bahwa depresi pada penderita pasca stroke akan hilang dengan sendirinya dalam jangka
waktu tertentu. Namun pendapat lain yang berbeda, menyatakan bahwa depresi yang disebabkan
oleh apa saja harus mendapat penanggulangan yang baik. Hal ini perlu dilakukan karena depresi bisa
berdampak negatif terhadap rehabilitasi si penderita,2-4 dimana depresi dapat mempengaruhi
partisipasi penderita dalam pengobatan dan hasil rehabilitasi.2 Lipsey dan kawan - kawan
melaporkan kira kira dua pertiga pasien depresi pasca stroke sembuh dalam 7 8 bulan kemudian,
tetapi penelitian yang dilakukan oleh Ashio dan kawan - kawan dan juga Wade dan kawan - kawan,
menyatakan bahwa prevalensi dari depresi pasca stroke hanya menurun sedikit setelah 1 2 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Adam dan Hurwitz melaporkan bahwa gangguan neuropsikiatri pasca
stroke akan menyebabkan gangguan yang lebih besar dan kesukaran rehabilitasi dibandingkan bila
hanya kecacatan fisik saja, misalnya paralisis. Penelitian yang dilakukan Moris dan kawan - kawan
mendapatkan bahwa depresi pasca stroke yang segera terjadi setelah stroke akan mempunyai
dampak negatif pada pemulihan fungsi pasien dan memperlambat penyembuhan dan perbaikan
kognitif pasien. Dengan demikian penanganan depresi pasca stroke dengan cepat, tepat, dan baik,
akan sangat membantu pemulihan keadaan pasien, sehingga lama tinggal di rumah sakit juga dapat
diperpendek. 3,4. Universitas Sumatera Utara Di Indonesia penelitian berskala cukup besar dilakukan
oleh Asean Neurologic Association (ASNA) di 28 Rumah Sakit seluruh Indonesia. Penelitian ini
dilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di Rumah Sakit (hospital based study), dan
dilakukan survey mengenai faktor faktor risiko, lama perawatan, mortalitas dan morbiditasnya.
Dengan analisa penelitian ini kita memperoleh gambaran dan profil stroke di Indonesia, distribusi
demografik dan gambaran faktor risiko stroke, gambaran klinis, morbiditas dan mortalitasnya di
Indonesia. Penderita laki laki lebih banyak dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun cukup
banyak yaitu 11.8%, usia 45 64 tahun berjumlah 54.2%, dan diatas usia 65 tahun 33.5%. Adanya
depresi sebagai komorbiditas dapat memperberat stroke maupun menjadi penyulit dalam
rehabilitasi pasien stroke. Gagasan ini memerlukan kerjasama yang baik antara dokter ahli neurologi
sebagai pemeran utama, dengan psikiater yang mempunyai tujuan akhir suatu rehabilitasi berupa
perbaikan kualitas hidup pasca stroke, disamping menekan angka morbiditas dan mortalitas. 5 4
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini agar kejadian depresi pasca stroke di
RSUP. Haji Adam Malik Medan dapat dengan cepat diatasi.

You might also like