Professional Documents
Culture Documents
1. Stroke hemoragik
Suatu keadaan pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan
perdarahan pada daerah otak. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi saraf
(Haryono, 2000)
2. Stroke non hemoragik
Gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya
pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area yang
mendapat suplai terganggu (Arisandy, F.G,2007). Stroke non hemoragik
terjadi karena aliran darah sampai dibawah titik kritis, sehingga terjadi
gangguan fungsi pada sebagian jaringan otak, bila hal ini lebih berat
danberlangsung lama dapat terkadi infrak dan kematian (Mansjoer,
2000). Stroke non hemoragik lebih sering dijumpai daripada yang
hemoragik.
Menurut Juanidi(2000), berdasarkan klinisnya stroke non
hemoragik dikelompokkan menjadi empat yaitu :
a. Transient Iskhemik Attack (TIA), yaitu serangan stroke sementara
yang berlangsung kurang ldari 24 jam.
b. Reversible Iskhemic Neurologig Defisit (RIND), yaitu gejala
neurologis yang akan menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 21
hari.
c. Progressing Stroke in Evolution, kelalaian atau defisit neurologis
berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai yang berat.
d. Completed Stroke atau Stroke komplit, kelainan neurologis sudah
menetap tidak berkembang lagi.
Menurut Arisandy (2007) secara patologis stroke non hemoragik
disebabkan oleh :
a. Karena trombosis diateri karotis interna secara langsung masuk
kedalam serebri media atau arterion (trombosik stroke)
b. Karena emboli yang berasal dari jantung (emboli stroke).
c. Karena hipoksia yang tebal karena hipotermi dan perfusi yang
kurang
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang ditimbukan sangat bervariasi tergantung dari
topis dan derajat beratnya lesi akan tetapi tanda dan gejala yang dijumpai
pada penderita post stroke secara umum (Arisandy, 2007) yaitu :
1. Gangguan motorik
Gangguan motorik yang terjadi yaitu tonus otot abnormal baik hipo atau
hipertonus, penurunan kekuatan otot, gangguan gerak volunter, gannguan
keseimbangan, gangguan koordinasi, gangguan katahanan, kekakuan pada
satu ektrimitas atau separo tubuh.
2. Gangguan sensorik
Gannguan sensorik yang ditimbulkan adalah gangguan perasaan prestesia,
hipertensi, anestesi, tinitus, gangguan visus.
3. Gangguan kognitif, memori dan atensi
Gangguan kognitif yang terlihat adalah adanya gangguan pada atensi,
memori, inisiatif, daya perencanaan dan fleksibilitas, abtraksi insight
menurun dan penyesalan suatu masalah.
4. Gangguan kemampuan fungsional
Gangguan yang ditimbulkan pada pasien stroke adalah meliputi gangguan
aktifitas mandi, makan, berpakaian, toileting, transfer ambulasi, bladder,
dan bowel
PENDAHULUAN
Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization
(WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke-empat penyakit di dunia. Sekitar 20%
wanita dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi. Depresi
ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif
seperti mengeritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri
menurun, pesimis, dan putus asa. Terdapat juga perasaan malas, tidak bertenaga, retardasi
psikomotor, dan menarik diri dari hubungan sosial. Pasien mengalami gangguan tidur seperti sulit
masuk tidur atau terbangun dini hari. Nafsu makan berkurang, begitu juga dengan gairah seksual. 1 1
Gangguan depresi merupakan gangguan emosi yang paling sering dikaitkan dengan stroke. Sekitar
15 - 25% pasien stroke yang ada dalam masyarakat menderita depresi, baik mayor maupun minor. 1
Menurut Lipsey dan kawan kawan, banyak diantara penderita pasca stroke tidak mendapat
perhatian. Hal ini disebabkan oleh beberapa pendapat yang mengatakan bahwa penderita menjadi
depresi akibat stroke. Dengan kata lain bahwa depresi ini bisa terjadi akibat ketidakberdayaan fisik
yang disebabkan oleh stroke. Oleh sebab itu pengobatan secara khusus terhadap depresi ini tidak
perlu dilakukan. Asumsi lain karena penyebab dari depresi pada pasca stroke Universitas Sumatera
Utara tidak jelas maka dirasakan tidak perlu memberikan pengobatan secara khusus karena
diharapkan bahwa depresi pada penderita pasca stroke akan hilang dengan sendirinya dalam jangka
waktu tertentu. Namun pendapat lain yang berbeda, menyatakan bahwa depresi yang disebabkan
oleh apa saja harus mendapat penanggulangan yang baik. Hal ini perlu dilakukan karena depresi bisa
berdampak negatif terhadap rehabilitasi si penderita,2-4 dimana depresi dapat mempengaruhi
partisipasi penderita dalam pengobatan dan hasil rehabilitasi.2 Lipsey dan kawan - kawan
melaporkan kira kira dua pertiga pasien depresi pasca stroke sembuh dalam 7 8 bulan kemudian,
tetapi penelitian yang dilakukan oleh Ashio dan kawan - kawan dan juga Wade dan kawan - kawan,
menyatakan bahwa prevalensi dari depresi pasca stroke hanya menurun sedikit setelah 1 2 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Adam dan Hurwitz melaporkan bahwa gangguan neuropsikiatri pasca
stroke akan menyebabkan gangguan yang lebih besar dan kesukaran rehabilitasi dibandingkan bila
hanya kecacatan fisik saja, misalnya paralisis. Penelitian yang dilakukan Moris dan kawan - kawan
mendapatkan bahwa depresi pasca stroke yang segera terjadi setelah stroke akan mempunyai
dampak negatif pada pemulihan fungsi pasien dan memperlambat penyembuhan dan perbaikan
kognitif pasien. Dengan demikian penanganan depresi pasca stroke dengan cepat, tepat, dan baik,
akan sangat membantu pemulihan keadaan pasien, sehingga lama tinggal di rumah sakit juga dapat
diperpendek. 3,4. Universitas Sumatera Utara Di Indonesia penelitian berskala cukup besar dilakukan
oleh Asean Neurologic Association (ASNA) di 28 Rumah Sakit seluruh Indonesia. Penelitian ini
dilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di Rumah Sakit (hospital based study), dan
dilakukan survey mengenai faktor faktor risiko, lama perawatan, mortalitas dan morbiditasnya.
Dengan analisa penelitian ini kita memperoleh gambaran dan profil stroke di Indonesia, distribusi
demografik dan gambaran faktor risiko stroke, gambaran klinis, morbiditas dan mortalitasnya di
Indonesia. Penderita laki laki lebih banyak dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun cukup
banyak yaitu 11.8%, usia 45 64 tahun berjumlah 54.2%, dan diatas usia 65 tahun 33.5%. Adanya
depresi sebagai komorbiditas dapat memperberat stroke maupun menjadi penyulit dalam
rehabilitasi pasien stroke. Gagasan ini memerlukan kerjasama yang baik antara dokter ahli neurologi
sebagai pemeran utama, dengan psikiater yang mempunyai tujuan akhir suatu rehabilitasi berupa
perbaikan kualitas hidup pasca stroke, disamping menekan angka morbiditas dan mortalitas. 5 4
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini agar kejadian depresi pasca stroke di
RSUP. Haji Adam Malik Medan dapat dengan cepat diatasi.