You are on page 1of 28

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN

ACARA I
BIOLOGI BUNGA

Semester :
Genap 2017

Oleh:
Retna Ayu Tresnaning Kusuma Devi
NIM A1D015091
Rombongan 4

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENEDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman dikatakan hidup karena memiliki ciri sebagai makhluk hidup. Salah

satu ciri makhluk hidup adalah bereproduksi. Tanaman bereproduksi secara

seksual melalui organ reproduksinya yaitu bunga. Bunga merupakan alat

perkembangbiakan dari tumbuhan, karena bunga akan tumbuh menjadi buah yang

berisi biji. Bunga harus muncul pada saat tumbuhan telah mencapai usia tertentu.

Bunga berdasarkan kelengkapan bagian-bagiannya dikelompokkan menjadi

bunga lengkap dan bunga tidak lengkap, serta bunga sempurna dan bunga tidak

sempurna. Bunga lengkap adalah bunga yang memliki empat bagian bunga, yaitu

kelopak (calyx), tajuk atau mahkota (corolla), benang sari (stamen) dan putik

(pistil). Bunga tidak lengkap adalah bunga yang tidak memiliki satu atau lebih dari

empat bagian bunga yaitu kelopak (calyx), tajuk atau mahkota (corolla), benang

sari (stamen) dan putik (pistil). Bunga sempurna adalah bunga yang memiliki putik

dan benang sari dalam satu bunga atau disebut juga bunga berkelamin dua

(hermaphrodite). Bunga tidak sempurna adalah bunga yang hanya memiliki salah

satu dati putik atau benang sari saja dalam satu bunga.

Biologi bunga merupakan salah satu hal yang sangat penting. Pemulia

tanaman akan dapat melakukan kegiatan pemuliaan tanaman dengan mempelajari

biologi bunga, karena dalam biologi bunga akan dipelajari berbagai macam struktur

bunga, sehingga kedudukan benang sari dan putik dari bunga yang bersangkutan

dapat diketahui. Mempelajari biologi bunga juga bermanfaat untuk menentukan


tipe penyerbukan tanaman (penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang). Oleh

karena itu, praktikum mengenai biologi bunga ini sangat penting untuk dilakukan.

B. Tujuan

Praktikum mengenai biologi bunga ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari struktur bunga.

2. Mempeajari tipe persilangan dari tanaman.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Bunga merupakan alat bantu dalam perkembangbiakan secara seksual dan

merupakan bagian dari tanaman. Bunga menjadikan tanaman tetap berkembang

biak menjadi berbagai macam bentuk dengan jenis atau spesies yang berbeda-beda.

Bunga merupakan organ atau bagian terpenting dari tumbuhan agar selalu dapat

berkembang biak. Bunga merupakan salah satu alat perkembangbiakan generatif

tanaman yang melibatkan organ tanaman sebagai alat penyerbukan (Sunarto,1997).

Bentuk bunga hampir selalu simetris, yang sering dapat digunakan sebagai

penciri suatu takson (Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G, 2003). Bunga

yang terdiri dari sepal, petal, stamen dan pistil disebut bunga lengkap (complete

flower). Bunga tidak lengkap tidak mengandung salah satu dari bagian-bagian

tersebut. Misalnya, mungkin tidak ada stamen (bunga betina atau pistilate), atau tak

ada pistil (bunga jantan atau staminate). Bunga yang mempunyai stamen dan pistil

(bunga sempurna, bisexual, atau hermaprodit) disebut sempurna (perfect),

meskipun tidak ada calyx atau corolla yang berarti tak lengkap bagian-bagiannya

(Harjadi, 1996).

Menurut Nasir (2001), dilihat dari komponen penyusunnya bunga dapat

diklasifikasikan atas dua macam yaitu:

1. Bunga lengkap. Bunga lengkap adalah bunga yang mempunyai semua organ

bunga secara lengkap. Bunga lengkap meliputi kelopak, mahkota, benang sari

dan putik. Contohnya adalah bunga tembakau, kedelai dan lain-lain.


2. Bunga tidak lengkap. Bunga tidak lengkap adalah bunga yang tidak memiliki

satu atau lebih komponen-komponen penyusun bunga. Contoh dari bunga ini

adalah jagung, semangka, pepaya dan lain-lain.

Bunga ditinjau dari keberadaan alat kelamin yang dimilikinya dapat

dibedakan atas (Nasir, 2001):

1. Bunga sempurna. Bunga sempurna adalah bunga yang memiliki alat kelamin

jantan (benang sari) dan betina (putik) dalam satu bunga.

2. Bunga tidak sempurna. Bunga tidak sempurna adalah bunga yang hanya

memiliki benang sari atau putik saja pada satu unit bunga.

Kelamin pada bunga terbagi menjadi dua macam (Tjitrosoepomo, 2005):

1. Bunga Berkelamin ganda/banci (hermaprodithus), dimana pada satu bunga

terdapat benang sari dan putik, dapat pula disebut bunga sempurna.

2. Bunga Berkelamin Tunggal (unisexualis), terbagi menjadi 3 macam yaitu:

a. Bunga yang terdiri dari benang sari saja, yang disebut bunga jantan (flos

masculus).

b. Bunga yang terdiri dari putik saja yang disebut bunga betina (flos

femineus).

c. Bunga yang tidak memiliki kelamin, atau bunga mandul.

Setiap pasang bunga terdiri dari satu bunga duduk (tidak bertangkai) dan satu

bunga bertangkai. Bunga tassel memiliki benang sari dan putik rudimeter (tidak

berkembang). Bunga betina memiliki putik dengan tangkai yang sangat panjang

(rambut) dari putik tunggal. Primordia sari tidak tumbuh sejak awal perkembangan

bunga (Syukur dkk., 2012).


Peristiwa penting yang terjadi dibunga diantaranya yaitu penyerbukan.

Penyerbukan ialah pindahnya serbuk sari dari kepala sari kepada stigma.

Penyerbukan ada dua macam yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang..

Penyerbukan sendiri ialah penyerbukan kepala putik oleh serbuk yang berasal dari

bunga itu sendiri atau dari bunga lain pada tumbuhan yang sama. Penyerbukan

silang ialah pindahnya serbuk sari dari anter suatu bunga tumbuhan ke stigma

bunga tumbuhan lain yang sama atau spesies yang berkerabat (Tjitrosomo dkk.,

1985).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Praktikum mengenai biologi bunga ini dalam pelaksanaannya membutuhkan

beberapa bahan dan alat. Bahan tersebut antara lain adalah bunga tanaman yang

akan diamati. Alat yang dibutuhkan adalah loupe serta alat tulis dan gambar.

B. Prosedur Kerja

1. Morfologi bunga dari masing-masing jenis tanaman diamati. Bagian-bagian

yang kecil diamati menggunakan loupe apabila diperlukan.

2. Bunga lengkap dengan bagian-bagiannya kemudian digambar.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Struktur bunga


No Nama Bunga (Nama Gambar Asli Gambar internet Keterangan
Latin) (Sumber)
1 Padi 1. Kepala
Oryza sativa putik
2. Kepala
sari
3. Palea
4. Lemma
(Aak, 1995) 5. Tangkai
sari
6. Tangkai
putik
7. Lodiculu
s
8. Bakal
buah
2 Bunga sepatu 1. Kepala
Hibiscus rosa-sinensis putik
2. Kepala
sari
3. Daun
kelopak
(Sumardi, I., 4. Kelopak
Pudjoarianto, A, 5. Tangkai
1992) sari
6. Mahkota
3 Pepaya (jantan) 1. benang
Carica papaya sari
2. mahkota
3. tangkai
bunga

(Karlic, M. D. B,
1995)
4 Pepaya (betina) 1. putik
Carica papaya 2. mahkota
3. bakal
buah
4. kelopak

(Karlic, M. D. B,
1995)
5 Pepaya 1. kepala
(hermaphrodite) putik
Carica papaya 2. tangkai
putik
3. kepala
sari
(Karlic, M. D. B, 4. tangkai
1995) sari
5. bakal
buah
6. mahkota
7. kelopak
6 Jagung (jantan) 1. Glume
Zea mays atas
2. Pedicell
ed
spikelet
3. Kepala
(Loveless, A. R, sari
1989) bunga
yang
diatas
akan
membuk
a lebih
dahulu
4. Glume
bawah
7 Jagung (betina) 1. Lemma
Zea mays bunga
fertil
2. Glume
atas
3. Tangkai
(Aak, 1993) 4. putik
5. Palea
dari
bunga
fertil
6. Lemma
dari
bunga
steril
7. Palea
dari
bunga
steril
8. Bakal
buah
(ovary)
9. Glume
bawah
8 Bunga kertas 1. Kepala
(Bougenville) sari
Bouganvillea 2. Mahkota
3. Kepala
putik
4. Tangkai
sari
(Sutoyo, 2011) 5. Tangkai
putik
6. Daun
9 Cabai 1. Kepala
Capsicum annum putik
2. Tangkai
putik
3. Benang
sari
4. Daun
(Tjahjadi, N, kelopak
1991)
B. Pembahasan

Bentuk dan susunan alat perkembangbiakan generatif berbeda-beda

tergantung jenis tumbuhan, pada tumbuhan berbiji biasa kita kenal sebagai bunga

(Tjitrosoepomo, 1999). Bunga merupakan organ yang penting bagi tanaman

terutama untuk proses perkembangbiakan secara seksual. Komponen dasar dari

suatu bunga adalah kelopak, tajuk atau mahkota bunga, benang sari dan putik

(Darjanto dan Siti. S, 1987). Beberapa spesies tanaman membuka bunganya setelah

gelap, dan menutup kembali sebelum atau segera setelah matahari terbit (Vogel,

2011).

Bunga pada umumnya mempunyai bagian-bagian seperti berikut

(Tjitrosoepomo, 2007):

1. Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat

batang, padanya seringkali terdapat daun-daun peralihan, yaitu bagian-bagian

yang menyerupai daun, berwarna hijau, yang seakan-akan merupakan

peralihan dari daun biasa ke hiasan bunga.

2. Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar,

dengan ruas-ruas yang amat pendek, sehingga daun-daun yang telah

mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat

satu sama lain, bahkan biasanya tampak duduk dalam satu lingkaran.

3. Hiasan bunga (perianthium), yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan

daun yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau urat-

urat yang masih jelas. Hiasan bunga dapat dibedakan dalam dua bagian yang
masing-masing duduk dalam satu lingkaran. Oleh karena itu, bagian hiasan

bunga itu umumnya tersusun dalam dua lingkaran:

a. Kelopak (calyx), yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran

luar, biasanya berwarna hijau, dan sewaktu bunga masih kuncup

merupakan selubungnya, yang melindungi kuncup tadi terhadap pengaruh-

pengaruh dari luar. Kelopak terdiri atas beberapa daun kelopak (sepala).

Daun-daun kelopak pada bunga dapat berlekatan satu sam lain, dapat pula

terpisah-pisah.

b. Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla), yaitu bagian hiasan bunga

yang merupakan lingkaran dalam, biasanya tidak berwarna hijau lagi.

Warna bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota

bunga terdiri atas sejumlah daun mahkota (petala), yang seperti halnya

dengan daun-daun kelopak dapat berlekatan atau tidak.

c. Hiasan suatu bunga seringkali tidak kita dapati. Bunga yang demikian

dinamakan bunga telanjang (flos nudus), atau hiasan bunga tadi tidak dapat

dibedakan dalam kelopak dan mahkotanya, dengan kata lain kelopak dan

mahkota sama, baik bentuk dan maupun warnanya. Hiasan bunga yang

demikian sifatnya dinamakan tenda bunga (perigonium), yang terdiri atas

sejumlah daun tenda bunga (tepala), misalnya pada kembang sungsang

(Gloriosa superba L.).

d. Alat-alat kalamin jantan (androecium), bagian ini sesungguhnya juga

merupakan metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk sari.

Androecium terdiri atas sejumlah benang sari (stamen). Benang-benang


sarin pada bunga dapat bebas atau berlekatan, ada yang tersusun dalam

satu lingkaran, ada pula yang dalam dua lingkaran. Bagian ini sebenarnya

merupakan penjelmaan daun, masih dapt terlihat misalnya pada bunga

tasbih (Canna hybrida Hort.) yang benang sarinya mandul berbentuk

lambaran-lembaran menyerupai daun-daun mahkota.

e. Alat-alat kelamin betina (gynaecium), yang pada bunga merupakan bagian

yang biasanya disebut putik (pistillum), juga putik terdiri atas

metamorfosis daun yang disebut daun buah (carpella). Beberapa putik

dapat ditemukan satu atau lebih pada bunga dan setiap putik dapat terdiri

atas beberapa daun buah, tetapi dapat pula hanya terdiri atas satu daun

buah. Semuanya akan tersusun sebagai lingkaran bagian-bagian bunga

yang terakhir jika ada beberapa daun buah.

Menurut Tjitrosoepomo (2005) Jika dilihat dari bagian-bagian penyusunnya,

bunga dapat dibedakan menjadi :

1 Bunga lengkap : Bunga ini terdiri dari kelopak (calyx), mahkota (corolla),

benang sari (androecium) dan putik (gynaecium).

2 Bunga tak lengkap : Bunga ini tidak memiliki salah satu bagian bunga seperti

bunga lengkap, misalnya tidak memiliki kelopak.

3 Bunga sempurna : Hanya terbatas bahwa bunga ini memiliki benang sari

(androecium) dan putik (gynaecium).

4 Bunga tak sempurna : Bunga ini tidak memiliki benang sari (androecium) atau

tidak memiliki putik (gynaecium).


Menurut Tjitrosoepomo (1999), berdasarkan alat kelaminnya bunga dapat

dibedakan menjadi :

1 Bunga berkelamin dua (hermaphroditus), bunga yang didalamnya terdapat

benang sari dan putik.

2 Bunga berkelamin tunggal (unisexsualis) , dibagi menjadi dua bagian: bunga

jantan (flos masculus), bunga yang mempunyai benang sari tetapi tidak

membentuk putik.

3 Bunga betina (flos femineus), bunga yang mempunyai putik tetapi tidak

membentuk benang sari.

4 Bunga mandul adalah bunga yang tidak ada benang sari maupun putiknya.

Menurut Tjitrosoepomo (1999), berdasarkan alat kelaminnya tumbuhan dapat

dibedakan menjadi :

1 Bunga berumah dua (monoceus) , tumbuhan yang mempunyai bunga jantan

dan bunga betina pada satu tanaman.

2 Bunga berumah dua (dioceus) , jika bunga jantan dan bunga betina terpisah

pada tanaman lain.

3 Poligami (plygamus) , jika pada suatu tanaman terdapat bunga jantan, betina,

dan hermaprodit bersama-sama.


Proses penyerbukan antara benang sari dan putik terjadi bunga. Bagian dari

bunga yang terlibat dalam proses pembentukan biji adalah benang sari (stamen) dan

putik (pistil). Benang sari menghasilkan serbuk sari yang masing-masing

membentuk gamet. Bagian bawah putik akan terbentuk bakal biji (ovulum) yang

mengadung telur. tabung tabung serbuk sari terbentuk pada waktu penyerbukan

yaitu jatuhnya serbuk sari kekepala putik. Pembuahan berlangsung antara sperma

dengan telur dan akhirnya terbentuk biji (Tjitrosomo, H.S, 1985).

Bunga adalah organ yang dibutuhkan dalam perkembangbiakan generatif.

Dalam proses perkembangbiakan generatif pada tanaman dikenal dengan

Penyerbukan. Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari pada Kepala

Putik. Menurut Mangoendidjojo (2003), berdasarkan asal serbuk sarinya,

penyerbukan dapat dibedakan menjadi:

1. Penyerbukan sendiri. Penyerbukan eendiri adalah penyerbukan yang terjadi

apabila benang sari yang jatuh pada kepala putik berasal dari bungan itu sendiri

dan tentu saja yang dapat melakukannya adalah bunga lengkap yang memiliki

putik dan benang sari sekaligus.

2. Penyerbukan tetangga. Penyerbukan tetangga adalah penyerbukan yang terjadi

jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga lain tetapi masih

pada satu pohon.

3. Penyerbukan silang. penyerbukan silang adalah penyerbukan yang terjadi

apabila serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga lain yang

sejenis tetapi berbeda pohonnya. Persilangan buatan merupakan salah satu

cara untuk meningkatkan keragaman.


4. Penyerbukan bastar. Penyerbukan bastar adalah penyerbukan yang terjadi

apabila serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga lain yang tidak

sejenis.

Menurut Darjanto dan Siti Satifah (1987), secara umum proses penyerbukan

pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa proses sebagai berikut:

1 Penyerbukan tertutup atau kleistogami (cleistogamie) yaitu proses

penyerbukan bunga yang terjadi ketika bunga masih kuncup. Proses

penyerbukan biasanya berupa autogamie.

2 Penyerbukan terbuka atau kasmogami (chasmogamie) yaitu proses

penyerbukan bunga yang terjadi ketika bunga telah mekar. Proses penyerbukan

ini dapat meyebabkan tanaman melakukan autogamie, geitonogamie,

allogamie, dan xenogamie.

3 Diogamie (dichogamie) merupakan proses masaknya putik dan serbuk sari

secara tidak bersamaan.

4 Herkogami (herkogamie) bunga dimana letak kepala sari dan putik saling

berjauhan sehingga sulit mengalami penyerbukan sendiri.

5 Heterostili (heterostylie) merupakan bunga yang memiliki panjang putik dan

benang sari berbeda-beda.

6 Anemofili (anemophilie) merupakan bunga yang penyerbukan dibantu oleh

angin.

7 Entomofili (enthomophilie) merupakan bunga yang penyerbukan dibantu oleh

serangga.
8 Ornitofili (ornithophilie) merupakan bunga yang penyerbukan dibantu oleh

burung.

9 Kiropterofili (chiropterophilie) merupakan bunga yang penyerbukan dibantu

oleh kelelawar.

Banyak tanaman yang saat pemasakan pollen dan tepung sari tidak

bersamaan. Umur reseptive pada pollen dipengaruhi oleh temperatur dan

kandungan uap lembab, umumnya pada suhu rendah dan kadar uap lembab akan

meningkatkan umur pollen. Membutuhkan temperatur yang rendah dan

kelembapannya cukup tinggi dalam jangka pendek, kelangsungan hidup pollen

penting sebagai parameter unutk pemuliaan tanaman panjang usia pollen diperoleh

dari nilai takaran kelangsungan hidupnya setelah penyimpanan pada kondisi yang

telah ditetapkan (Astarini, L. A and Phoemer, J. A. 1999).

Biologi bunga perlu dipelajari dalam pemulian tanaman. Pemulia tanaman

akan mampu melakukan kegiatan pemuliaan tanaman karena dalam biologi bunga

dipelajari berbagai macam struktur bunga, sehingga kedudukan benang sari dan

putik dari bunga yang bersangkutan dapat diketahui. Biologi bunga juga perlu

dipelajari untuk menentukan tipe penyerbukan tanaman (penyerbukan sendiri atau

penyerbukan silang). Hal tersebut tentunya akan sangat berguna khususnya bagi

pemulia tanaman apabila akan melakukan persilangan. Menurut Warisno (2007),

biologi bunga penting untuk diketahui agar dapat menentukan keseragaman buah,

menentukan pohon induk, dan mengetahui bermacam-macam bunga.

Praktikum mengenai biologi bunga ini dilaksanakan dengan menggunakan 9

macam bunga dengan cara diamati. Bunga-bunga yang diamati antara lain bunga
padi (Oryza sativa) yang memiliki kepala putik, kepala sari, palea, lemma, tangkai

sari, tangkai putik, lodiculus dan bakal buah. Sekumpulan bunga padi (spikelet)

yang keluar dari buku paling atas dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada

cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku

yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang

ditanam dancara bercocok tanam. Panjang malai (rangkaian bunga) diukur dari

sumbu utama pada ruas buku yang terakhir. Panjang malai dapat dibedakan menjadi

3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm), malai sedang (antara 20-30 cm),

dan malai panjang (lebih dari 30cm). Jumlah cabang pada setiap malai berkisar

antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak dapat

mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya

rendemen tanaman padi varietas baru, setiap malai bisa mencapai100-120 bunga

(Aak, 1992).

Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.

Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6

buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua

kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala putik

yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu

(DepartemenPertanian, 1983).

Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) memiliki bagian yaitu kepala putik,

kepala sari, daun kelopak, kelopak, tangkai sari dan mahkota. Hal tersebut diperkuat

dengan pernyataan Tjitrosoepomo (1985), bahwa bunga sepatu adalah bunga

tunggal, aktinomorf, dan berkelamin banci. Perhiasan bunganya terdiri dari 5


petala, adroecium tersusun atas banyak stamen yang jumlahnya tak terhingga.

Gynaecium terdiri dari banyak karpela. Perhiasan bunga tambahan berupa epicalyx

serta bakal buahnya tenggelam.

Bunga pepaya dibagi menjadi tiga macam yaitu pepaya jantan, pepaya betina

dan pepaya hermaphrodite. Bunga pepaya jantan (Carica papaya) memiliki benang

sari, mahkota tangkai bunga. Bunga pepaya betina (Carica papaya) memiliki putik,

mahkota, bakal buah dan kelopak. Bunga pepaya hermaphrodite (Carica papaya)

memiliki kepala putik, tangkai putik, kepala sari, tangkai sari, bakal buah, mahkota

dan kelopak.

Menurut Karlic, M. D (1995), bunga pepaya termasuk bunga majemuk yang

tersusun pada sebuah tangkai (pedunculus). Kelopak bunga majemuk duduk pada

tangkai daun. Tanaman pepaya memiliki 3 jenis bunga yaitu bunga jantan

(masculus), adalah bunga yang hanya memiliki benang sari saja (uniseksual), bunga

betina (femiculus) adalah bunga yang hanya memiliki putik saja dan bunga

sempurna (hermaprodit), adalah bunga yang memiliki putik dan benang sari

(biseksual).

Bunga pepaya merupakan bunga hermaprodit, aktinomorf, tetrasiklis

pentamer. Kelopak berada dalam satu lingkaran dengan 5 sepala yang saling

berlekatan. Mahkota dalam satu lingkaran dengan 5 petala yang saling berlepasan.

Gynaecium dengan 5 pistillum saling berlekatan dan saling menumpang. Tandan

bunga majemuk, pentasiklis primer dan simetri aktinomorf. Androecium berada

dalam dua lingkaran yang saling berlepasan. Corolla dan androecium saling

berlekatan dengan gynaecium yang tidak terbentuk (Rubatzky et.al., 1998).


Pepaya tergolong dalam tanaman polygamus yang pada satu tanaman terdapat satu

daun bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci bersama-sama. Bunga papaya

memiliki bakal buah yang berruang satu (unilocularis) dari satu daun buah saja

(Tjitrosoepomo, 1995).

Bakal bunga beruang lima. Kepala putik dan benang sari terdapat dalam satu

tempat yang berbentuk tabung. Ruang bakal biji atau ruang bakal buah terdapat

pada dasar tabung tersebut, pada bunga ini terdapat pula modifikasi dari kelompok

bunga (calyx) yang disebut epycalyx. Kelopak bunganya berbentuk bulat telur

terbalik dengan warna merah muda dan tersusun bertumpuk-tumpuk (Suryowinoto,

1997).

Jagung memiliki bunga jantan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga

jagung jantan (Zea mays) memiliki glume atas, pedicelled spikelet, kepala sari

bunga yang diatas akan membuka lebih dahulu dan glume bawah. bunga jagung

betina (Zea mays) memiliki lemma bunga fertil, glume atas, tangkai, putik, palea

dari bunga fertil, lemma dari bunga steril, palea dari bunga steril, bakal buah

(ovary) dan glume bawah.

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), perbungaan jantan berbentuk

malai (tassel), yang terdiri dari bulir polos tengah dan cabang lateral. Poros tengah

biasanya memiliki empat baris pasangan bunga (spikelet) atau lebih. Cabang lateral

biasanya terdiri dari dua baris. Setiap pasanganbunga terdiri dari satu bunga duduk

(tidak bertangkai) dan satu bunga bertangkai. Perbungaan betina tumbuh pada

ujung tongkol samping batang yang berasal dari ketiak daun, biasanya pada sekitar

pertengahan panjang batang utama. Batang lateral sangat pendek karena ruasnya
yang pendek. Tumbuh sehelai daun pada setiap buku batang lateral, karena

dekatnya jarak antar buku, daun-daun tersebut saling menutup membentuk kelobot

yang membungkus tongkol yang sedang berkembang. Bunga betina terbentuk

sebagai spikelet yang berpasangan pada poros tengah pada batang lateral, yang

dikenal sebagai tongkol.

Bunga kertas (Bouganvillea) memiliki kepala sari, mahkota, kepala putik,

tangkai sari, tangkai putik dan daun. Menurut Cahyaningrum & Sugiyarto (2012)

bunga kertas dapat dijadikan alternatif tanaman hias untuk dikembangkan di

Indonesia. Menurut J. Akad. Kim. (2013), tanaman bunga kertas mengalami

pertumbuhan daun dengan berbagai kondisi dan warna daun yang bervariasi.

Bunga cabai (Capsicum annum) memiliki kepala putik, tangkai putik, benang

sari dan daun kelopak. Menurut Sari, W. P., Damanhuri., Respatijarti (2014), Cabai

memiliki bunga sempurna yaitu memiliki putik dan benang sari dalam satu bunga,

disebut juga berkelamin dua (hermaphrodite) Menurut Harpenas, A dan R.

Dermawan (2010), bunga cabai termasuk berkelamin ganda, karena pada satu

bunga terdapat kepala sari dan kepala putik. Bunga cabai tersusun dari tangkai

bunga yang berukuran panjang berkisar 1-2 cm, kelopak bunga, mahkota bunga dan

alat kelamin yang meliputi kepala sari dan kepala putik. Mahkota bunganya

berwarna putih dan mengalami rontok bila buah mulai terbentuk. Jumlah mahkota

bunga bervariasi antara 5-6 kelopak bunga. Kepala putik barwarna kuning

kehijauan dan tangkai kepala putiknya berwarna putih, panjangnya berkisar 0,5 cm.

Sedangkan kepala sari yang telah masak berwarna biru sampai ungu. Tangkai

sarinya berwarna putih dengan panjang 0,5 cm. Letak bunganya berada pada posisi
menggantung, berukuran panjang antara 1-1,5 cm, lebarnya berkisar 0,5 cm dan

warna bunganya menarik.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Praktikum biologi bunga dilakukan dengan cara dengan cara mengamati

bagian-bagian bunga, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Struktur yang terdapat pada bunga-bunga yang diamati antara lain pada bunga

padi (Oryza sativa) yang memiliki kepala putik, kepala sari, palea, lemma,

tangkai sari, tangkai putik, lodiculus dan bakal buah. Bunga sepatu (Hibiscus

rosa-sinensis) memiliki kepala putik, kepala sari, daun kelopak, kelopak,

tangkai sari dan mahkota. Bunga pepaya dibagi menjadi tiga macam yaitu

pepaya jantan, pepaya betina dan pepaya hermaphrodite. Bunga pepaya jantan

(Carica papaya) memiliki benang sari, mahkota tangkai bunga. Bunga pepaya

betina (Carica papaya) memiliki putik, mahkota, bakal buah dan kelopak.

Bunga pepaya hermaphrodite (Carica papaya) memiliki kepala putik, tangkai

putik, kepala sari, tangkai sari, bakal buah, mahkota dan kelopak. Jagung

memiliki bunga jantan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga jagung

jantan (Zea mays) memiliki glume atas, pedicelled spikelet, kepala sari bunga

yang diatas akan membuka lebih dahulu dan glume bawah. bunga jagung

betina (Zea mays) memiliki lemma bunga fertil, glume atas, tangkai, putik,

palea dari bunga fertil, lemma dari bunga steril, palea dari bunga steril, bakal

buah (ovary) dan glume bawah. Bunga kertas (Bouganvillea) memiliki kepala

sari, mahkota, kepala putik, tangkai sari, tangkai putik dan daun. bunga cabai
(Capsicum annum) memiliki kepala putik, tangkai putik, benang sari dan daun

kelopak.

2. Tipe persilangan yang terjadi adalah pada bunga pepaya tipe penyerbukannya

adalah secara silang namun adapula yang menyerbuk sendiri, padi menyerbuk

sendiri, bunga jagung menyerbuk silang, bunga sepatu menyerbuk sendiri,

bunga bougenville menyerbuk sendiri dan bunga cabai menyerbuk silang.

B. Saran

Praktikan diharapkan agar lebih teliti dalam melakukan percobaan, khususnya

pada saat pengamatan bagian-bagian bunga. Ketelitian dalam pelaksanaan

praktikum ini sangatlah diperlukan. Hal tersebut tentu akan memudahkan praktikan

dalam melakukan analisis sehingga mampu terhindar dari kesalahan serta data yang

diperoleh lebih akurat dan tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayur. Kanisius: Yogyakarta

________.1993. Jagung. Kanisius: Yogyakarta.

________. 1995. Berbudidaya Tanaman Padi. Kanisius: Yogyakarta.

Astarini, L. A and Phoemer, J. A. 1999. Interspecific Hybridisation of Boronias.


Australian Journal of Botany. Vol. 47(6): 851-864.

Cahyaningrum, P., & Sugiyarto, L. (2012). Induksi Keragaman Somaklonal Bunga


Kertas (Zinnia Sp.) sebagai Upaya Pengembangan Bunga Potong Daerah
Tropis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.

Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G. (2003). Biologi. Jilid 2. Edisi
Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Darjanto dan Siti Satifah.1987. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. PT Gramedia: Jakarta.

Departemen Pertanian. 1983. Bercocok Tanam Padi Palawija Sayur-sayuran.


Departemen Pertanian Satuan Pengendali BIMAS. Jakarta.

Harpenas, A dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul (Cabai Besar,


Cabai Keriting, Cabai Rawit, dan Paprika). Penebar Swadaya: Jakarta.

Harjadi, M.M.S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

J. Akad. Kim. 2013. Pemanfaatan Nasi Basi Sebagai Pupuk Organik Cair D\dan
Aplikasinya untuk Pemupukan Tanaman Bunga Kertas Orange
(Bougainvillea spectabilis). Jurnal Akademika Kimia. Vol. 2(4): 187-195.

Karlic, M. D. B. 1995. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya: Jakarta.

Loveless, A. R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. PT


Gramedia:Jakarta.
Mangoendidjojo. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi. 1998. World Vegetable . ITB Press: Bandung.

Sari, W. P., Damanhuri., Respatijarti. 2014. Keragaman dan Heritabilitas 10


Genotip pada Cabai Besar (Capsicum annum L). Jurnal Produksi Tanaman.
Vol. 4(2): 301-307.
Sumardi, I., Pudjoarianto, A. 1992. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press: Semarang.

Suryowinoto, S.M. 1997. Flora Eksotika, Tanaman Hias Berbunga. Kanisius:


Yogyakarta.

Sutoyo. 2011. Fotoperiode dan pembungaan tanaman. Jurnal Buana Sains. Vol.
11(2): 137-144.

Syukur M, S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman.


Penebar Swadaya: Bogor.

Tjahjadi, N. 1991. Bertanam Cabai. Kanisius: Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1995. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University


Press: Yogyakarta.

_________. 1999. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press:


Yogyakarta.

_________. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press:


Yogyakarta.

_________. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press:


Yogyakarta.

Tjitrosomo, H.S. 1985. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa: Bandung.

Vogel, Art. 2011. Nocturne for An Unknown Pollinator: First Description of A


Night Flowering Orchid (Bulbophyllum Nocturnum). Botanical Journal for
the Linnean Society. Vol. 167(3): 344-350.

Warisno. 2007. Budi Daya Pepaya. Kanisius: Yogyakarta.


LAMPIRAN

Gambar 1. Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)

Gambar 2. Bunga pepaya (Carica papaya)

Gambar 3. Bunga pepaya (Carica papaya)

Gambar 4. Bunga cabai (Capsicum annum)


Gambar 5. Bunga kertas (Bouganvillea)

Gambar 6. Bunga padi (Oryza sativa)

Gambar 7. Bunga jagung jantan (Zea mays)

Gambar 8. Bunga jagung betina (Zea mays)

You might also like