Professional Documents
Culture Documents
PEMULIAAN TANAMAN
ACARA II
KORELASI ANTARA DUA SIFAT PADA TANAMAN
Semester :
Genap 2017
Oleh:
Retna Ayu Tresnaning Kusuma Devi
NIM A1D015091
Rombongan 4
A. Latar Belakang
Kenyataan menunjukkan bahwa diantara sifat-sifat yang ada pada tanaman sering
mengintimasi suatu karakter tertentu dapt digunkan penduga yang merupakan suatu
karakter yang lain yang relatif mudah diamati. Seleksi akan aktif apabila terdapat
hubungan erat antar karakter penduga dengan karakter yang dituju dalam satu
program seleksi.
induk dengan keturunannya, misal sifat daya hasil tinggi, jumlah anakan dan
sebagainya. Analisis korelasi dari sifat-sifat tersebut akan dapat diketahui tingkat
kemiripan antara tetua dan keturunannya. Oleh karena itu, praktikum mengenai
korelasi antara dua sifat pada tanaman ini perlu untuk dilaksanakan.
B. Tujuan
Praktikum mengenai korelasi antara dua sifat pada tanaman bertujuan untuk :
2. Mengetahui bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang bersangkutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan untuk mencari
hubungan antara dua variabel atau lebih, yang sifatnya kuantitatif (Yitnosumarto,
kekuatan dan arah hubungan linear antara peubah acak. Nilai korelasi antara peubah
x dan y didapat melalui rumus. Nilai korelasi positif menunjukan bahwa antara dua
dekat nilai korelasi dengan -1 atau +1 semakin kuat korelasi antara kedua peubah
tersebut. Sebaliknya jika nilai korelasinya mendekati 0, maka makin lemah korelasi
mengetahui derajat hubungan linear antara satu variabel dengan variabel lain. Dua
variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada satu variabel akan diikuti
oleh perubahan variabel lain, baik dari arah yang sama maupun arah yang
1. Korelasi positif, apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan
perubahan variabel yang lain dengan arah yang sama (berbanding lurus).
2. Korelasi negatif, terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti oleh
terbalik).
3. Korelasi nihil, terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan
perubahan variabel yang lain dengan arah yang tidak teratur (acak).
kedekatan atau relasi yang terjadi antar sifat atau variabel. Korelasi antara dua sifat
dapat dibagi dalam korelasi fenotipik dan korelasi genotipik. Korelasi fenotipik
dapat dipisahkan menjadi korelasi genotipik dan korelasi lingkungan. Oleh karena
genotipik yang lebih berati dalam usaha pemuliaan panaman. Korelasi ini dapat
diartikan sebagai korelasi nilai pemuliaan dari dua sifat yang diamati, sedangkan
kemiripan dalam variabilitas antar tanaman induk dengan keturunannya. Fungsi uji
korelasi adalah untuk mengkaji hubungan satu sifat dengan sifat yang lainnya
(Soepomo, 1968).
genotipik lebih tinggi dibandingkan nilai korelasi fenotipik. Hal ini menunjukkan
walaupun korelasi genotipik besar namun bila dipengaruhi oleh lingkungan akan
memahami hasil yang akan dicapai dan memberikan prosedur seleksi yang tepat
(Nugrahaeni, 2001).
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan tersebut antara lain adalah bahan-bahan yang siap dicari korelasinya dan alat
B. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum korelasi antara dua sifat adalah sebagai berikut :
2
=0(X1 )
Ragam X : 2 = 1
2
2
=0(1 )
Ragam Y : 2 = 1
=0(X1 )(1 )
Kovarian antara X dan Y : = 1
Koefisiensi korelasi : r =
2 2
1 2
Standard error koefisiensi kerelasi : Sr = 2
Untuk menguji kepastian korelasi dipakai metode student: t =
Bila thitung < ttabel 5% (n-2) maka koefisiensi korelasi tidak berbeda nyata
Bila thitung > ttabel 5% (n-2) maka koefisiensi korelasi berbeda nyata
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 2. Data Perhitungan Koefisien Korelasi X dan Y (X= bobot biji dan Y=
jumlah biji)
No X Y Xi - X Yi - Y (Xi - X )2 (Yi - Y )2 (Xi - X )-( Yi - Y )
1. 1,64 109 0,26 28 0,0676 7,84 0,728
2. 1,7 106 0,324 -0,2 0,104976 0,04 -0,0648
3. 1,14 118 -0,24 11,8 0,0576 139,24 -2,832
4. 1,3 105 -0,08 -1,2 0,0064 1,44 0,096
5. 1,1 93 -0,29 -13,2 0,0784 174,24 3,696
6,88 531 0 0 0,314976 322,8 1,623
Rata
1,376 106,2
-rata
( ) 2
1. 2 =
1
0,314976
= 4
= 0,078
( )2
2. 2 = 1
322,8
= 4
= 80,7
( ) (
)
3. = 1
1,623
= 4
= 0,405
4. =
2 . 2
0,405
=
(0,078) (80,7)
0,405
=
6,2946
0,405
=
2,509
= 0,16
5. 2 = (r)2
= (0,16)2
= 0,0256
1 2
6. =
10,0256
= 52
0,974
= 3
= 0,3248
= 0,57
0,16
7. t hitung = = = 0,28
0,57
Kesimpulan: t hitung < t tabel, artinya korelasi antara bobot biji dan jumlah biji
= 0,078
(i ) 2
2. 2 = 1
2,688
= 4
= 0,672
( ) (Zi )
3. = 1
0,03568
= 4
= 0,009
4. =
2 . 2
0,09
=
(0,08) (0,672)
0,009
=
0,5367
0,009
=
0,2318620279
= 0,04
5. 2 = (r)2
= (0,04)2
= 0,0016
1 2
6. =
10,0016
= 52
0,9984
= 3
= 0,33
= 0,57
0,04
7. t hitung = = = 0,7
0,57
Kesimpulan: t hitung < t tabel, artinya korelasi antara bobot biji dan jumlah biji
= 80,7
(i ) 2
2. 2 = 1
2,688
= 4
= 0,672
(i Y ) (Zi )
3. = 1
28,92
= 4
= 7,23
4. =
2 . 2
7,23
=
(80,7) (0,672)
7,23
=
54,23
7,23
=
7,36
= 0,98
5. 2 = (r)2
= (0,98)2
= 0,96
1 2
6. =
10,96
= 52
0,04
= 3
= 0,013
= 0,12
0,98
7. t hitung = = = 8,1
0,12
Kesimpulan: t hitung > t tabel, artinya korelasi antara jumlah biji (y) dengan
B. Pembahasan
Nilai korelasi antara dua sifat tanaman bervariasi, yaitu berkisar antara -1
sampai +1, sehingga dikenal dua macam koefisien korelasi yaitu koefisien korelasi
positif dan koefisien korelasi negatif. Korelasi positif abila bertambahnya sifat yang
satu bersamaan dengan bertambahnya sifat yang lain. Korelasi negatif, abila
bertambahnya sifat yang satu bersamaan dengan berkurangnya sifat yang lain.
Sedangkan apabila koefisien korelasi = 0 berarti tidak ada hubungan sama sekali
antara kedua sifat tersebut (Nazir, 2003). Menurut Wijayati dkk., (2014), koefisien
mengalami kenaikan, maka nilai variabel yang lain juga mengalami kenaikan,
berlawanan arah, yang bertanda negatif (-). Hal ini berarti jika suatu nilai
variabel mengalami kenaikan, maka nilai variabel yang lain juga mengalami
Menurut Sania dkk., (2010), korelasi dapat digolongkan menjadi dua macam,
antara lain :
terlebih dahulu menjadi nilai ranking, kemudian dari hasil nilai ranking
karakter, yaitu :
1. Korelasi sederhana, yaitu bila satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain.
Contoh dari korelasi sederhana adalah panjang malai dengan banyaknya gabah
2. Korelasi partial, yaitu bila dua sifat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang lain.
Contoh korelasi partial adalah tingginya produksi dipengaruhi oleh bobot malai
3. Korelasi berganda, yaitu bila satu sifat dipengaruhi oleh banyak sifat yang lain.
Contoh korelasi berganda adalah daya hasil dipengaruhi oleh sifat banyak
dependen serta korelasi berganda juga merupakan suatu nilai yang memberikan
kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih secara bersama-sama
dengan variabel lain. Korelasi ganda merupakan korelasi yang terdiri dari dua atau
oleh karena itu pengetahuan mengenai tanaman yang bersangkutan diperlukan sifat
menunjukkan bahwa diantara sifat-sifat yang ada pada tanaman seringkali ada
hubungan satu sama lain. Hubungan diantara sifat-sifat tanaman ini membantu
sifat-sifat tanaman perlu diketahui untuk usaha pemuliaan tanaman yang tepat.
Pemilihan sifat tertentu secara tidak langsung telah memilih sifat lain yang
mengetahui apakah dua sifat dapat atau tidak diperbaiki bersama-sama, dimana
Menurut Astika, 1991 dalam Poerwoko (1995), pengetahuan adanya korelasi antara
sifat merupakan hal yang sangat penting dalam program pemuliaan tanaman, karena
untuk memilih suatu bahan tanaman unggul diperlukan seleksi dua atau tiga sifat
secara bersama-sama. Pemilihan sifat tertentu secara tidak langsung telah memilih
sifat lain yang diperlukan dalam usaha memperoleh bahan tanaman unggul apabila
diketahui adanya korelasi yang erat antar sifat. Menurut Soermartono dkk.,, (1992)
manfaat korelasi antar sifat selain untuk memprediksi correlated respons, juga
penting dalam penerapan seleksi tak langsung (indirect selection). Cara ini
diterapkan apabila sifat primer atau sifat I sulit diukur dan dievaluasi. Sifat II yang
contoh-contoh korelasi antara dua sifat tanaman seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Aziz (2010), dalam menguji korelasi beberapa sifat pada tanaman
srikaya, yaitu :
1. Sifat bentuk sisik buah tidak ada korelasi terhadap sifat warna kulit buah.
Artinya apapun bentuk sisik kulit buah srikaya tidak mempengaruhi perubahan
2. Jumlah sisik buah berkorelasi negatif tidak nyata terhadap sifat warna bentuk
buah. Artinya tidak ada korelasi antara sifat jumlah sisik dengan sifat bentuk
buah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak atau sedikitnya jumlah sisik pada
3. Sifat bentuk buah berkorelasi positif nyata terhadap sifat lingkar buah artinya
bahwa jika buah berbentuk semakin oval (lonjong) maka lingkar buah akan
semakin besar. Diduga bentuk buah yang lonjong memiliki diameter buah yang
semakin besar sehingga lingkar buah dapat dipastikan ikut semakin besar
4. Sifat lingkar buah berkorelasi sangat nyata terhadap berat buah, ini
berat buah. Lingkar buah yang semakin besar diikuti oleh tebal daging buah
yang besar sehingga mempengaruhi bentuk dan volume buah yang semakin
besar.
analisis dari Arif, M. N (2008), karakter utama yang mempunyai pengaruh langsung
yang besar terhadap bobot buah adalah tinggi tanaman, panjang tangkai buah,
diameter buah, tebal daging buah dan total asam. Jumlah shoot dan umur panen
langsung yang besar masing-masing melalui diameter buah dan total asam. Menurut
Sudarmadji dkk., (2007), tinggi tanaman dan jumlah cabang mempunyai nilai
koefisien korelasi genotipik dengan hasil biji per hektar dan heritabilitas.
Korelasi genetik antara komponen buah salak menggunakan sidik lintas. Hasil
berasosiasi dengan tebal daging buah. Tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun
berkorelasi positif dan nyata dengan diameter buah. Diameter buah bersama tinggi
tanaman, diameter tajuk, dan lebar daun berkorelasi positif dan nyata terhadap
bobot buah. Tinggi tanaman, jumlah shoot, umur panen, panjang tangkai buah,
jumlah spiral, diameter buah, tebal daging buah, diameter empulur dan total asam
mampu menjelaskan ragam bobot buah sebesar 82.8% (Nasution, M.A, 2010).
Aplikasi korelasi padi beras hitam korelasi, yaitu hasil gabah, bobot gabah per
rumpun, bobot 1000 butir gabah, total jumlah gabah per malai, jumlah gabah hampa
per malai, jumlah gabah berisi per malai, panjang malai, jumlah anakan non
produktif per rumpun, jumlah anakan per rumpun, total jumlah anakan per rumpun,
tinggi tanaman dan kandungan serta hasil antosianin beras yang dinyatakan dengan
koefisien korelasi genotipik dan fenotipik. adanya keeratan hubungan antar karakter
melakukan perakitan varietas baru dalam merakit suatu tanaman, jika diketahui
terdapat korelasi yang erat antar karakter maka pemilihan terhadap karakter
tertentu secara tidak langsung telah memilih karakter lainnya. Karakter total jumlah
anakan per rumpun, jumlah gabah berisi per malai, total jumlah gabah per malai,
bobot 1000 butir gabah dan kandungan antosianin beras dapat dipergunakan
sebagai kriteria seleksi hasil gabah padi beras merah secara tidak langsung,
membandingkan bobot biji (X) pada jumlah biji (Y) dalam metode 1, bobot biji (X)
dengan panjang malai (Z) pada metode 2, dan jumlah biji (Y) dengan panjang malai
(Z) pada metode 3. Nilai korelasi pada perbandingan pertama yaitu antara X dengan
dengan Y menghasilkan nilai t hitung sebesar 0,28. Nilai t tabel yang digunakan
adalah t tabel0 3,182. Nilai t hitung lebih kecil dari t tabel, maka koefisien korelasi
antara sifat-sifat yang dibandingkan tersebut tidak berbeda nyata. Artinya tidak ada
hitung sebesar 0,7. Nilai t tabel yang digunakan adalah t tabel 3,182. Nilai t hitung
lebih kecil dari t tabel, maka koefisien korelasi antara sifat-sifat yang dibandingkan
tersebut tidak berbeda nyata. Artinya tidak ada korelasi antara bobot biji dan
panjang malai.
Perbandingan ketiga yaitu antara Y dengan Z menghasilkan nilai korelasi
hitung sebesar 8,1. Nilai t tabel yang digunakan adalah t tabel 3,182. Nilai t hitung
bernilai lebih besar dari t tabel, maka koefisien korelasi antara sifat-sifat yang
dibandingkan tersebut tidak nyata. Artinya ada korelasi antara jumlah biji dan
panjang malai.
Hal diatas sesuai dengan pernyataan Aryana, M (2009), bahwa hubungan yang
erat antara hasil gabah dengan karakter kuantitatif di atas mempunyai arti yang
bahwa karakter tersebut tidak secara otomatis disarankan sebagai kriteria tunggal
untuk seleksi. Hal ini disebabkan karena keeratan hubungan yang diukur melalui
koefisien korelasi belum bisa mengungkapkan seberapa jauh peranan dari karakter
itu sendiri terhadap hasil akhir. Suatu karakter tertentu mempunyai korelasi tinggi
terhadap hasil, tetapi setelah dianalisis lebih jauh ternyata keeratan hubungan
Kemajuan seleksi yang diharapkan tidak tercapai apabila seleksi hanya didasarkan
lintas perlu untuk mengungkapkan pengaruh langsung atau tidak langsung dari
(1978), koefisien korelasi genotipik yang searah dengan koefisien korelasi fenotipik
A. Kesimpulan
1. Uji korelasi dilakukan dengan membandingkan bobot biji dan jumlah biji,
bobot biji dan panjang malai jumlah biji dan panjang malai Nilai t hitung
korelasi yang didapat dari perbandingan adalah 0,28; 0,7 dan 8,1 dengan nilai
2. Hubungan korelasi yang nyata terdapat pada perbandingan jumlah biji dan
panjang malai, sedangkan pada perbandingan bobot biji dan jumlah biji serta
bobot biji dengan panjang malai tidak berkorelasi senyara nyata atau tidak
berkoreasi.
B. Saran
pada saat pengukuran panjang malai, penimbangan bobot biji, serta jumlah biji.
Ketelitian dalam pelaksanaan praktikum ini sangatlah diperlukan. Hal tersebut tentu
Aziz, Zaynudin. 2010. Korelasi Antar Sifat-Sifat Buah pada Tanaman Srikaya
(Annona squamosa L.) di Daerah Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. Skripsi.
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Gumilar, Ivan. 1999. Modul Praktikum Metode Riset Untuk Bisnis dan Manajemen.
Utamalab. Bandung.
Musa. 1978. Ciri Kestatistikan Beberapa sifat Agronomi Suatu Bahan Kegenetikan
Kedelai. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.
Nurussadad, Abdul Aziz, dkk. 2011. Pengaruh Pemilihan Arah Acuan 0o dan Arah
Rotasi pada Analisis Korelasi dan Segresi Linear-Sirkular (Studi Kasus: Peta
Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api Merapi). Jurnal. Vol. 16
(1):27-34.
Sania, Rika, Warih Maharani dan Angelina Prima K. 2010. Analisis Perbandingan
Metode Pearson dan Spearman Correlation pada Recommender System.
Konferensi Nasional Sistem dan Informatika. Bali.