You are on page 1of 25

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN

ACARA IV
HIBRIDISASI TANAMAN MENYERBUK SILANG

Semester :
Genap 2017

Oleh:
Retna Ayu Tresnaning Kusuma Devi
NIM A1D015091
Rombongan 4

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENEDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang

berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi

merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan

tetua. Umumnya pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan

untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka

pembentukan varietas hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksugkan untuk

memperluas keragaman.

Penyerbukan silang merupakan adalah tanaman yang dalam proses

penyerbukannya, polen atau serbuk sari berasal dari tanaman lain yang berbeda

secara genotip. Praktikum mengenai hibridisasi tanaman menyerbuk silang ini

menggunakan tanaman jagung. Hal tersebut dikarenakan tanaman jagung bersifat

Protandry, pada bunga jantan (malai) masa anthesisnya pada hari ke-65 setelah

tanam, sedangkan pada bunga betina (tongkol) masa reseptifnya pada hari ke-71

setelah tanam.

Tanaman jagung merupakan tanaman monoceous, tetapi bunga jantan dan

betina letaknya terpisah. Bunga jantan berbentuk malai terletak di pucuk tanaman,

sedangkan bunga betina berupa tongkol yang terletak di sekitar pertengahan tinggi

batang. Letak bunga jantan dan betina yang terpisah, serbuk sari yang mudah

diterbangkan angin dan tahan lama, menjadikan penyerbukan silang lebih mudah

terjadi. Penyerbukan pada jagung 95% merupakan penyerbukan silang.


B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk menghasilkan biji F1 dengan kombinasi sifat

tetua dari persilangan jagung, sebagai salah satu tahap dalam upaya perakitan

varietas baru untuk tanaman menyerbuk silang.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies

Zea Mays L. Secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman jagung adalah

sebagai berikut (Purwono, 2005):

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Famili : Graminaceae

Genus : Zea

Species : Zea Mays L.

Kataren (1986), menggolongkan tanaman jagung (Zea mays, L) termasuk

dalam family rumput-rumputan (Graminae) dan menurut jenisnya dibagi dalam

beberapa golongan:
1. Dent Corn (Zea mays indenrata)

2. Flint Corn (Zea mays indurata)

3. Sweet Corn (Zea mays saccharata)

4. Pop Corn (Zea mays everta)

5. Waxy Corn (Zea mays tumicata)

6. Solf atau Foloue Corn (Zea mays anylaceal)

Tanaman jagung merupakan tumbuhan semusim (annual). Susunan tubuhnya

(morfologi) terdiri dari akar, batang, daun bunga dan buah. Perakaran tanaman

jagung terdiri dari akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem

perakaran serabut yang berfungsi sebagai alat untuk menghisap air serta garam-

garam yang terdapat dalam tanah, berupa mineral-mineral senyawa kimia yang

mengeluarkan zat organik dari tanah dan alat pernafasan. Batang jagung beruas-

ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman

jagung tidak bercabang. Panjang bantang jagung berkisar antara 60-300 cm

(Rukmana, 1997). Morfologi tanaman jagung antara lain:

1. Biji

Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama,

yaitu dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian

yang terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10%

protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan sumber dari

vitamin A dan E. (Belfield dan Brown, 2008).


2. Daun

Daun terbentuk dari pelepah dan daun (leaf blade & sheath). Daun

muncul dari ruas-ruas batang. Pelepah daun muncul sejajar dengan batang.

Pelepah daun bewarna kecoklatan yang menutupi hampir semua batang jagung.

Daun baru akan muncul pada titik tumbuhnya. Titik tumbuh daun jagung

berada pada ruas batang. Daun jagung berjumlah sekitar 20 helai tergantung

dari varietasnya. (Belfield dan Brown, 2008).

3. Batang

Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang

jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin

berkurang (Belfield dan Brown, 2008). Batang tanaman jagung beruas-ruas

dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Batang

memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan sebagai tempat pertukaran

unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama xilem dan floem.

Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem

membawa sukrose menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan.

4. Akar

Akar utama pada tanaman jagung yang terluar berjumlah antara 20-30

buah. Akar lateral yang tumbuh dari akar utama mencapai ratusan dengan

panjang 2,5-25 cm. Botani tanaman jagung termasuk tanaman monokotil (Malti

dkk, 2011). Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal,

koronal, dan akar udara.


Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih ditanam..

Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar adventif

yang berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar adventif yang tidak

tumbuh dari radikula tersebut kemudian melebar dan menebal. Akar adventif

kemudian berperan penting sebagai penegak tanaman dan penyerap unsur hara.

Akar adventif juga ditemukan tumbuh pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang,

namun fungsi utamanya belum diketahui secara pasti (Belfield dan Brown,

2008).

5. Bunga

Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya

terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan

bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Tangkai kepala putik merupakan

rambut yang terjumbai di ujung tongkol yang selalu dibungkus kelobot yang

jumlahnya 6-14 helai. Pada bunga betina, terdapat sejumlah rambut yang

ujungnya membelah dan jumlahnya cukup banyak (Malti dkk, 2011).

Hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua atau pengujian

ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida pada tanaman

menyerbuk silang. Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas

keragaman (Nasir, 2001). Menurut Hanum (2008), Hibridisasi (persilangan) adalah

penyerbukan silang antara dua tetua dengan susunan genetik yang berbeda.

Hibridisasi tanaman menyerbuk silang biasanya digunakan untuk menguji potensi

tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida.

Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk memperluas keragaman genetik. Sedangkan
menurut Sudarka dkk. (2009), penyerbukan silang adalah bersatunya tepung sari

dengan putik, dimana tepung sari berasal dari tanaman lain yang sifatnya berbeda.

Penyerbukan silang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut

(Widura, 2014):

1. Persiapan. Persiapan dilakukan untuk menyiapkan alat dan bahan yang

diperlukan. Bahan persilangan terdiri dari bunga jantan dan bunga betina.

Alat penyilangan berupa kantong kertas, label dan benang.

2. Kastrasi. Kegiatan membersihkan bagian tanaman yang tidak diperlukan,

serta organ-organ yang mengganggu persilangan.

3. Emaskulasi. Emaskulasi bertujuan untuk membuang alat kelamin jantan pada

bunga yamg akan dijadikan tetua betina. Emaskulasi dilakukan sebelum

bunga mekar. Pada tanaman jagung dapat dilakukan dengan memotong bunga

jantan.

4. Isolasi. Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak terserbuki

oleh serbuk sari asing. Isolasi dapat dilakukan dengan mengerudungi bunga

jantan ataupun bunga betina.

5. Pengumpulan serbuk sari. Pengumpulan serbuk sari didapat dari tetua jantan.

Pada tanaman jagung pengumpulan serbuk saari dilakukan dengan

merontokkan serbuk sari kekantong kertas.

6. Penyerbukan. Penyerbukan dilakukan dengan menggabungkan bunga betina

dengan bunga jantan. Salah satu cara penyerbukan adalah mengguncangkan

bunga jantan ke atas bunga betina yang telah diemaskulasi.


7. Penyungkupan. Penyungkupan dilakukan agar tanaman yang telah dilakukan

penyerbukan tidak terkontaminasi dengan serbuk sari lain atau kotoran.

8. Pelabelan. Pelabelan berisi informasi tentang nomor yang berhubungan

dengan lapangan, waktu emaskulasi, waktu penyerbukan, nama tetua jantan

dan betina dan kode pemulia atau penyilang.

Menurut Takdir dkk. (2012), metode penting yang sesuai dengan

penyerbukan silang antara lain seleksi massa, seleksi satu tongkol satu baris, seleksi

pedigri, seleksi curah, Modifikasi seleksi pedigre, single seed descent, seleksi

fenotip berulang dan back cross.

Menurut Syukur (2009), ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan

agar meningkatkan keberhasilan dalam hibridisasi buatan, yaitu:

1. Pemilihan tetua, hubungannya dengan tujuan dilakukannya persilangan.

2. Pengetahuan tentang morfologi dan metode reproduksi tanaman.

3. Waktu tanaman berbunga (maktu bunga mekar/tanaman berbunga).

4. Keadaan cuaca saat penyerbukan.


III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Praktikum mengenai hibridisasi tanaman menyerbuk silang ini dalam

pelaksanaannya membutuhkan beberapa bahan dan alat. Bahan yang diperlukan

adalah tongkol tetua betina dan malai tetua jantan. Alat yang digunakan adalah

kantong kertas besar, kantong kertas sedang, trigonal klip/ stapler, label dan pensil.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum mengenai hibridisasi tanaman menyerbuk silang

antara lain:

1. Tetua betina (tongkol) dipilih yang belum diserbuki, sedangkan tetua jantan

dipilih yang berwarna ungu dan sudah siap/ matang untuk penyerbukan.

2. Rambut tongkol dipotong hingga panjangnya kira-kira 1 cm dari ujung tongkol

jika sudah terlalu panjang, dengan demikian rambut tongkol menjadi rata.

3. Penyerbukan dilakukan dengan menggoyang-goyangkan malai pada kantong

penutupnya sehingga serbuk sari terkumpul.

4. Kantong yang berisi serbuk sari dilepaskan dari malai dengan hati-hati agar

serbuk sari tidak keluar dan tidak terjadi kontaminasi, kemudian ujung rambut

tongkol betina didekatkan.

5. Serbuk sari ditaburkan pada ujung rambut tongkol dengan tepat untuk

menghindari kontaminasi.
6. Tongkol ditutup dengan kantong malai sungkup setelah penyerbukan selesai,

dan dikuatkan pada batang dengan tali.

7. Pelabelan dilakukan dengan menuliskan varietas yang disilangkan, nama

penyerbuk serta tanggal dan waktu penyerbukan.

8. Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan bakal biji pada tongkol

dilakukan setelah 20 hari.

9. Perhitungan jumlah biji yang tumbuh dicatat pada lembar hasil yang telah

disiapkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Pengamatan persilangan tanaman jagung Bima 1 >< Bisi 18


PARENTAL Bima >< Bisi 18
FI MRW
Dokumentasi sebelum hibridisasi Dokumentasi sesudah hibridisasi

Keterangan:
Waktu penyerbukan : tanggal 07 Mei 2017 / Jam 09.30
Waktu pengamatan : tanggal 20 Mei 2017 / Jam 09.30
Warna kelobot : Hijau muda
Jumlah biji per tongkol : 525
Jumlah baris per tongkol : 17
Panjang tongkol : 23 cm
Diameter tongkol : 3 cm
Warna biji : kuning bulat
KARAKTER KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA PARENTAL
TANAMAN JAGUNG
Varietas : Bima Varietas : Bisi-18
Jagung hibrida varietas Bima-1 Memiliki batang besar, kokoh, dan
merupakan hasil persilangan antara tegap. Warna batang hijau, tinggi
sesama genus Mr-14. Varietas ini tanaman kurang lebih 230 cm. Daun
memiliki tinggi tanaman sekitar 215 medium dan tegak, warna daun hijau
cm, umur masak fisiologis 97 hari, gelap. Bentuk malai kompak dan agak
umur 50% keluar rambut (silking) 54 tegak. Warna sekam ungu kehijauan ,
hari, perakaran baik keragaman warna antena ungu kemerahan, tinggi
tanaman seragam, panjang tongkol tongkol kurang lebih 15 cm, kelobot
sekitar 1 cm, warna biji mutiara menutupi tngkol cukup baik. Tipe biji
kuning, bobot 310 gram/1000 biji, semi mutiara, warna biji oranye
jumlah baris dalam tongkol 12-14 kekuningan, jumlah baris atau tongkol
baris, baris biji lurus, rata-rata produksi 14-16 baris, bobot 1000 biji 305 gram.
hasil 7,3 ton, pipilan kering dengan Rata-rata hasil 9,1 ton/ha, pipilan
potensi hasil 9 ton/ha. kering.
B. Pembahasan

Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari kekepala putik. Sedangkan

pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina (Suryati, 2013).

Suatu varietas tanaman menyerbuk silang pada dasarnya merupakan populasi yang

mempunyai frekuensi gen tertentu. Penyerbukan silang dalam satu varietas terdiri

atas tanaman heterozigot dan masing-masing tanaman dapat tidak sama

genotipenya (heterogen), kecuali varietas hibrida. Namun, secara fenotipe

nampaknya sama sehingga populasi itu memperlihatkan cirri varietas tertentu

(Syukur, 2012).

Jagung merupakan jenis tanaman serealia dan merupakan tanaman semusim.

Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari dengan tinggi yang bervariasi.

Umumnya tanaman jagung berketinggian antara 1m sampai 3m. Jagung merupakan

tanaman berumah satu atau monoecious karena letak bunga jantan terpisah dengan

bunga betina pada satu tanaman. Berdasarkan tata nama atau sisrematika tumbuh-

tumbuhan, tanaman jagung dimasukkan ke dalam klasifikasi Kingdom Plantae,

Divisi Spermatophyta, Sub Divisi Angiospermae, Class Monocotyledonae, Ordo

Poales, Familia Poacea, Genus Zea dan Spesies Zea mays (Melwita, 2014).

Praktikum ini dalam pelaksanaannya menggunakan tanaman jagung varietas

Bima 1 dan Bisi 18. Varietas Bima 1 dilepas tanggal 22 Oktober 2001, berasal dari

silang tunggal antara galur murni Mr-4 dengan galur murni Mr-14. MR-4

dikembangkan dari populasi MSJ1. Mr-14 dikembangkan dari populasi Suwan 3,

umur 50%, keluar rambut + 54 hari. Masak fisiologis + 97 hari, batangnya tegap,

warna batang hijau, tinggi tanaman + 215 cm, daun berbentuk Panjang dan lebar
dengan warna daun hijau. Keragaman tanaman seragam, perakarannya baik , bentuk

tongkol panjang dan silindris (+ 18 cm), tinggi tongkol + 94 cm, kelobot menutup

baik (95%), tipe biji yaitu mutiara, baris biji luru dengan warna biji kuning. Jumlah

baris/tongkol sekitar 12-14 baris, bobot 1000 biji sebesar + 310 g dengan rata-rata

hasil sebesar 7,3 t/ha pipilan kering. Potensi hasil yaitu 8,0 - 9,0 t/ha pipilan kering,

agak tahan terhadap penyakit bulai (P. maydis), bercak dan karat daun. Kerapatan

tanaman sebesar 70.000 tanaman/ha. Daerah sebarannya berada di dataran rendah

sampai 1200 m dpl. Pemulianya, yaitu Marsum M. Dahlan, Sriwidodo, Mustari

Basir, Made J. Mejaya, Neny Iriani, dan Wasmo Wakman (Adnan, M. A., C. Rapar,

Zubachtirodin, 2010).

Varietas Bisi 18 ini dilepas pada tanggal 12 Oktober 2004, dan berasal dari

F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni

FS17 sebagai induk jantan. Umurnya mencapai 50%, keluar rambut pada dataran

rendah sekitar + 57 hari dan pada dataran tinggi sekitar + 70 hari. Masak fisiologis

pada dataran rendah sekitar + 100 hari dan pada dataran tinggi sekitar + 125 hari.

Bentuk batang besar, kokoh, dan tegap. Batang berwarna hijau, tinggi tanaman

sekitar + 230 cm. Daun medium dan tegak, warna daun hijau gelap, keragaman

tanaman seragam. Perakarannya baik, tahan rebah. Bentuk malai kompak dan agak

tegak, warna sekam ungu kehijauan, warna anthera ungu kemerahan, warna rambut

ungu kemerahan ,tinggi tongkol sekitar + 115 cm. Kelobot menutup tongkol dengan

cukup baik, tipe biji semi mutiara, warna biji oranye kekuningan, jumlah

baris/tongkol sekitar 14-16 baris, bobot 1000 biji sekitar + 303 g dengan rata-rata

hasil sebesar 9,1 t/ha pipilan kering. Potensi hasil sebesar 12 t/ha pipilan kering,
tahan terhadap penyakit karat daun dan bercak daun. Daerah pengembangannya di

daerah yang sudah biasa menanam jagung hibrida pada musim kemarau dan hujan,

terutama yang menghendaki varietas berumur genjah-sedang serta baik ditanam di

dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Pemulia varietas ini adalah Nasib

W.W., Putu Darsana, M.H. Wahyudi, dan Purwoko (Adnan, M. A., C. Rapar,

Zubachtirodin, 2010).

Penyerbukan buatan jagung dilakukan pada 2 varietas, yaitu bima-1 dengan

Bisi-18. Penyerbukan diawali dengan pemilihan tetua betina dan tetua jantan.

Kelamin betina (tongkol) dipotong bagian rambutnya hingga tersisa sepanjang 1

cm. Serbuk sari diambil dari tetua jantan dengan cara menggoyangkan sekam yang

berwarna hijau keunguan hingga serbuk sari terkumpul. Serbuk sari kemudian

diserbukkan diatas kelamin betina hingga menempel pada rambut tongkol yang

sudah dipoton sebelumnya. Tongkol ditutup dengan menggunakan sungkup dan

diberi label.

Pernyataan diatas diperkuat dengan pendapat Syukur (2009), bahwa hal

pertama yang dilakukan pada hibridisasi jagung adalah pemilihan tetua jantan.

Tetua jantan dipilih berdasarkan fenotip, jika bunga jantan tersebut sudah mekar

sebagian, maka sudah memenuhi kriteria untuk dijadikan tetua persilangan.

Langkah selanjutnya adalah penyungkupan terhadap bunga tersebut menggunakan

kertas sungkup untuk dijadikan tetua persilangan pada esok harinya. Tetua betina

juga dipilih berdasarkan fenotip dengan dicirikan tongkol jagung tersebut masih

mempunyai rambut yang pendek. Sebelum polinasi dilakukan, terlebih dahulu

rambut jagung dipotong hingga mendekati kulit jagung atau biasa disebut klobot
jagung. Klobot jagung dibuka sedikit agar nanti saat polinasi, serbuk sari dapat

masuk atau menyerbuk sempurna pada putik. Hal selanjutnya yang dilakukan

adalah melakukan hibridisasi atau persilangan dengan cara menabur-naburkan

serbuk sari dari tetua jantan diatas rambut jagung yang sudah dipotong dan

melakukan pengamatan.

Ashari (1998) , menyatakan bahwa teknik penyerbukan silang buatan adalah

sebagai berikut :

1. Persiapan-Pengamatan bunga, yaitu mengumpulkan informasi mengenai asal

usul dan sifat tanaman, waktu penyerbukan yang baik, pemilihan induk jantan

dan betina serta pemilihan bunga-bunga yang akan disilangkan.

2. Isolasi kuncup terpilih.

3. Kastrasi dan emaskulasi, yaitu membuang semua benang sari dari sebuah

kuncup bunga yang akan dijadikan induk betina dalam penyerbukan silang.

Dimaksudkan untuk menghindarkan penyerbukan sendiri. Dilakukan sebelum

bunga mekar (putik dan benang sari belum masak).

4. Pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari. Hal-hal yang harus diperhatikan,

yaitu serbuk sari tidak dapat disimpan terlalu lama pada kelembaban relatif

tinggi, makin tua umur serbuk sari makin rendah kemampuan kecambahnya

untuk membentuk tabung serbuk sari. Serbuk sari membutuhkan penyimpanan

dengan kelembaban rendah (10-50%) dan suhu rendah (2-8C). Biasanya

serbuk sari disimpan dalam desiccator yang diisi CaCl2 atau H2SO4 dengan

konsentrasi tertentu.
5. Melakukan penyerbukan silang. Kastrasi harus dilakukan pada bunga

hermaprodit,. Tanaman yang hanya menghasilkan bunga betina (femineus),

putik dapat langsung diserbuki (tanpa kastrasi terlebih dahulu) saat bunga

mekar. Waktu terbaik untuk melakukan penyerbukan adalah pada saat tanaman

berbunga lebat. Suhu yang baik untuk melakukan penyerbukan adalah 20-25

C. Hindarkan kompetisi nutrisi antar putik yang diserbuki (dalam satu cabang,

sebaiknya jumlah putik yang diserbuki tidak terlalu banyak). Kepala putik

harus sudah mencapai masa reseptif, dan serbuk sari sudah benar-benar masak.

Materi penyerbukan dan pembuahan pada bunga ini merupakan materi yang

patut diperhatikan dan dipelajari dikarenakan tanpa penyerbukan dan

pembuahan tidak akan ada regenerasi dari suatu makhluk hidup.

Tanaman menyerbuk silang, misalnya jagung, termasuk tanaman monoccious

dimana bunga jantan dan betina letaknya terpisah. Bunga jantan berbentuk malai

terletak di bagian pucuk tanaman, sedangkan bunga betina terletak kira-kira pada

pertengahan batang tanaman. Serbuk sari dihasilkan pada malai 1-3 hari sebelum

rambut tongkol keluar. Rambut tongkol ini berfungsi sebagai kepala putik dan

tangkai putik. Serbuk sari mudah diterbangkan angin. Satu malai dapat

menghasilkan 25 juta serbuksari atau setara dengan 50.000 serbuk sari untuk tiap

rambut tongkol, bila diasumsi tiap tongkol terdapat 500 biji. Dikarenakan letak

bunga yang terpisah dan serbuk sarinya mudah diterbangkan angin maka rambut

tongkol besar sekali kemungkinannya untuk mendapatkan serbuk sari dari tanaman

di sebelahnya. Penyerbukan silang hampir terjadi 95%. Dalam kondisi optimal,

serbuk sari tetap berfungsi selama 12-18 jam (Nasir, 2001).


Persilangan jagung antara varietas Bima 1 dan Bisi 18 didapatkan hasil

persilangan yang baik. Persilangan tersebut menghasilkan jagung dengan warna

kelobot hijau muda, jumlah biji per tongkol sebanyak 525 butir, jumlah baris per

tongkol 17 baris, panjang tongkol sebesar 23 cm, diameter tongkol sebesar 3 cm

dan biji berwarna kuning bulat. Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat

kira-kira satu minggu setelah dilakukan penyerbukan, jika calon buah mulai

membesar dan tidak rontok maka kemungkinan telah terjadi pembuahan.

Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah

terjadi kegagalan pembuahan. Keberhasilan penyerbukan buatan yang kemudian

diikuti oleh pembuahan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya apakah persilangan tersebut

akan berhasil atau gagal, diantaranya (Syukur, 2009):

1. Faktor internal

a. Pemilihan tetua. Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat

dijadikan tetua persilangan yaitu: varietas komersial, galur-galur elit

pemuliaan, galur-galur pemuliaan dengan satu atau beberapa sifat superior,

spesies introduksi tanaman dan spesies liar. Peluang menghasilkan varietas

unggul yang dituju akan menjadi besar bila tetua yang digunakan

merupakan varietas-varietas komersial yang unggul yang sedang beredar,

galur-galur murni tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik. Waktu

tanaman berbunga. Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan

adalah penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina

harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan,


waktu emaskulasi dan penyerbukan. Waktu emaskulasi harus diperhatikan

pada tetua betina, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari,

bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Waktu

penyerbukanpun harus tepat ketika stigma reseptif, jika antara waktu

antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan,

maka perlu dilakukan sinkronisasi. Sinkronisasi dilakukan dengan cara

membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya

kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan, untuk tujuan

sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga.

(Syukur, 2009).

2. Faktor eksternal

a. Pengetahuan tentang organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Hal yang

paling mendasar dan yang paling penting diketahui adalah organ

reproduksi dan tipe penyerbukan untuk dapat melakukan penyerbukan

silang secara buatan. Kita dapat menduga tipe penyerbukannya, apakah

tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri.

b. Cuaca saat penyerbukan. Cuaca sangat besar peranannya dalam

menentukan keberhasilan persilangan buatan. Kondisi panas dengan suhu

tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan bunga rontok,

demikian pula jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.

c. Pelaksana. Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan serius dan

bersungguh-sungguh dalam melakukan hibridisasi, karena jika pemulia

ceroboh maka hibridisasi akan gagal.


Faktor-faktor diatas mempengaruhi warna kelobot, jumlah biji per tongkol,

jumlah baris per tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol dan warna biji yang

dihasilkan. Persilangan antar vaietas yang berbeda tentu akan menghasilkan

keturunan yang berbeda pula. Contohnya persilangan antara Bima 1 dan Bisi 18.

Biji jagung super hibrida Bisi 18 juga lebih berbobot dengan warna biji yang

mengkilat oranye kekuningan. Berat 1.000 bijinya (kadar air 15%) mencapai 303

gram. Dalam satu tongkol, rata-rata berat bijinya mencapai 223 gram, ementara

berat tongkolnya sendiri rata-rata 242 gram. Bima 1 Varietas ini memiliki tinggi

tanaman sekitar 215 cm, umur masak fisiologis 97 hari, umur 50% keluar rambut

(silking) 54 hari, perakaran baik, keragaman tanaman seragam. Panjang tongkol

sekitar 18 cm, warna biji mutiara kuning, bobot 310 gram/1000 biji, jumlah baris

dalam tongkol 12-14 baris, baris biji lurus, rata - rata produksi hasil 7,3 ton pipilan

kering/ha dengan potensi hasil 9 t/ha. Keunggulan varietas ini adalah potensi hasil

tinggi, beradaptasi baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1200 m dpl, agak

tahan terhadap penyakit bulai, dan tahan terhadap bercak dan karat daun, maka hasil

persilangan dari Bima 1 dan Bisi 1 akan menyerupai sifat tetuanya.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Praktikum mengenai hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri ini dilaksanakan

dengan menggunakan jagung varietas Bima 1 dan Bisi 18. Persilangan jagung

antara varietas Bima 1 dan Bisi 18 didapatkan hasil persilangan yang baik.

Persilangan tersebut menghasilkan jagung dengan warna kelobot hijau muda,

jumlah biji per tongkol sebanyak 525 butir, jumlah baris per tongkol 17 baris,

panjang tongkol sebesar 23 cm, diameter tongkol sebesar 3 cm dan biji berwarna

kuning bulat.

B. Saran

Praktikan diharapkan agar lebih teliti dalam melakukan percobaan, khususnya

pada saat kegiatan penyerbukan dan perhitungan jumlah biji jagung. Ketelitian

dalam pelaksanaan praktikum ini sangatlah diperlukan. Hal tersebut tentu akan

memudahkan praktikan dalam melakukan analisis hasil sehingga mampu terhindar

dari kesalahan serta data yang diperoleh lebih akurat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. A., C. Rapar, Zubachtirodin. 2010. Deskripsi Varietas Unggul Jagung.


Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Vol. 6: 87-92.

Belfield, Stephanie and Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual: Maize. A
Guide to Upland Production in Cambodia. Canberra.

Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaan


Kejuruan Pertanian. Bandung.

Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press.
Jakarta.

Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative


Anatomy of Maize and its Application. International Journal of Bio-resorces
and Stress Management. Vol. 2(3): 250-256.

Nasir. M, 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Depatemen Pendidikan Nasional.


Jakarta.

Purwono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Depok.

Rukmana, H. R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

Sudarka, Wayan. 2009. Pemuliaan Tanaman. Universitas Udayana. Denpasar.

Suryati, Dotti., dkk. 2014. Penuntun Praktikum Pemuliaan Tanaman. Laboratorium


Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman.


Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Agronomi IPB. Bogor.

Takdir, Andi dkk . 2012. Pembentukan Varietas Jagung Hibrida. Balai Penelitian
Serealia. Maros.

Widura, Ritongga.A. 2014. Hibridisasi Buatan. Universitas Trilogi. Jakarta.


LAMPIRAN

Gambar 1. Hasil pengamatan


Gambar 2. Bunga betina

Gambar 3. penyerbukan

Gambar 4. Tongkol yang sudah terserbuki

Gambar 5. Pemberian sungkup


Gambar 6. Jagung hasil penyerbukan

You might also like