Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN
Disusun Oleh :
LAILI ALFIANNIZAR MAJIB
NIM. P 1337430216200
Laporan preklinik ini telah diperiksa dan disetejui untuk memenuhi tugas pre
klinik program studi D-IV Teknik Radiologi (Radioterapi) Politeknik Kesehatan
Semarang di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta
NIM : P1337430216200
Pembimbing,
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena
berkat kemurahan-Nya laporan ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam laporan ini kami membahas tentang modalitas radioterapi dan
spek yang dimilikinya, tentang fisika radioterapi, keselamatan radiasi, budaya
keselamatan, alat keselamatan radiasi, Standar Prosedur Operasional, kegiatan
penjaminan mutu rutin dan insidentil, mengkaji tentang anatomi crosectional dari
hasil CT Simulator dalam fungsinya pada perencanaan TPS, metode perencanaan
radioterapi dan teknik dalam penyinaran.
Laporan ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah yang
terdapat dalam radioterapi secara kompleks serta sekaligus melakukan apa yang
menjadi tugas mahasiswa dalam kegiatan praktek preklinik.
Dalam proses pendalaman materi Preklinik, tentunya kami mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kami sampaikan kepada :
1. Ibu Rini Indrati, S.Si., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang
2. Ibu Siti Masrochah, S.Si, M.Kes., selaku Ketua Program Studi DIV Teknik
Radiologi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes
Kemenkes Semarang
3. Ibu Dr. Wigati Dhamiyati, Sp.Rad.(K).Onk, Ibu Darmawati, MSi., FM., Ibu
Yani Siswaningsih, SST., M.Kes, dan Bapak Waloejo Hadi, SST selaku
Instruktur lapangan di Unit Radioterapi Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
4. Rekan rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan untuk
makalah ini.
5. Bapak, Ibu, dan Adek tercinta yang selalu senantiasa memberikan
dukungannya.
Demikian laporan ini saya buat semoga bermanfaat.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah agar mampu:
1. Mengenal modalitas radioterapi yang dilakukan di rumah sakit.
2. Melakukan pengoperasian dasar penyinaran radioterapi.
3. Melakukan pengaturan dan posisioning pasien pada penyinaran radioterapi
yang sering dilakukan di lapangan.
BAB II
MODALITAS
2. Pesawat Teleterapi
a. Nama Pesawat : Linear Accelerator II (Linac II)
b. Buatan : Elekta
c. Negara Pembuat: Inggris
d. Model : Synergy Platform
e. Tipe Radiasi : Foton dan Elektron
f. Energi Radiasi
1) Foton : 6 MV dan 10 MV
2) Elektron : 6 MeV, 8 MeV, 10 MeV, 12 MeV, 15 MeV, 18 MeV
g. Aplikator Elektron: 6x6 cm, 10x10 cm, 14x14 cm, 20x20 cm, 25x25 cm
h. Verifikasi Radiasi: EPID (Electronic Portal Imaging Device) IView GT
Upgradable XVI X-ray Volume Image)
i. Teknik Radiasi : 2D, 3DCRT, IMRT dan Support ke VMAT
j. Blok Radiasi : MLC (Multi Leaf Collimator) tebal 1 cm sebanyak
40 MLC di kanan dan 40 MLC di kiri
k. Lapangan Radiasi: Minimal 3x3 cm dan Maksimal 40cm x 40cm
l. Transfer Data : DICOM dan ICOM
m. Aplication Software: Mosaiq Oncology Management System V 2.5
Gambar 4. Simulator 2D
5. Pesawat Simulator
a. Nama Pesawat : CT Simulator
b. Merk Pesawat : Toshiba Aquilion LB MSCT
c. Tipe Xray : Fan Beam, Spiral
d. Jumlah Detektor: 32 Slice
e. FOV : 70 Cm
f. BOR : 90 Cm
g. Slice Thickness : 0,5 mm
h. kV : 80, 100, 120, 135 kV
i. Scan Time : 0,5, 0,75, 1,0, 1,5, 2,0, 3,0 s
j. Couch : Flat
k. Moving Laser : Horus A2J
l. Transfer Image : DICOM
m. Aplication Software : Toshiba V 6.0 Release SP0609E
Gambar 5. CT Simulator
6. Treatment Planning System (TPS) I
a. Nama Pesawat : TPS Linac I, TPS Linac II, TPS Brachyterapi
Merk Pesawat : Precise Plan, Xio, Oncentra
Konturing : Digitizer dan Monaco
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 6. (a) TPS Precise Plan, (b) Xio x, (c) Oncentra, (d) Xio
BAB III
FISIKA RADIOTERAPI
A. Teleterapi
1. Linear Accelerator (LINAC)
Linear accelerator (LINAC) adalah instrumen radioterapi yang digunakan
untuk mematikan sel tumor maupun kanker pada penderita penyakit tersebut.
Ide pengembangan linac diawali oleh eksperimen Wilhelm Conrad Rontgen
(1845 -1923) yang merujuk pada ditemukannya radiasi energi tinggi yang
selanjutnya beliau namai sinar X. Kemudian pada tahun 1899, sinar -X
diaplikasikan pada bidang kesehatan berupa terapi penyakit karsinoma untuk
pertama kalinya. Hal ini mendorong ilmuwan lain salah satunya Gebbert dan
Schall untuk melakukan inovasi baru dan berhasil meningkatkan energi sinar -
X yang cukup tinggi yaitu sekitar 150 kV. Barulah pada tahun 1930 linac
pertama diperkenalkan oleh Rolf Wideroe. Pada tahun- tahun berikutnya
perkembangan linac semakin pesat hingga saat ini setidaknya sudah terdapat
3 generasi dari linac.
Prinsip Kerja Linear Accelerator
Sebuah linear accelarator bekerja berdasarkan prinsip penjalaran
gelombang frekuensi radio untuk mempercepat partikel bermuatan sehingga
partikel tersebut akan memliki energi kinetik yang tinggi pada arah/track yang
lurus. Proses mempercepat partkel bermuatan tersebut dilakukan didala
sebuah tabung yang disebut accelarator waveguide. Skema sederhana dari
linac diperlihatkan pada gambar berikut :
(a) (b)
Gambar 9.a ) Profil energi tanpa FF, 3.b) Profil energi dengan FF
B. Brakiterapi
Brakiterapi berasal dari bahasa Yunani yang artinya terapi jarak dekat dan
merupakan bentukpertama dari terapi radiasi konformal. Pada brakiterapi, sumber
radiasi diletakkan di dalam atau sangat berdekatan dengan tumor, sehingga akan
didapatkan rasio yang tinggi antara jaringan tumor dengan jaringan normal yang
mendapatkan radiasi. Pada dasarnya terdapat dua bentuk brakiterapi, yaitu
intrakaviter dimana sumber radiasi diletakkan di dalam kavitas atau rongga tubuh
yang berdekatan dengan tumor, dan interstisial dimana sumber radiasi diimplan
atau ditanam langsung di dalam tumor atau jaringan. Penggunaan brakiterapi
berkembang sesaat setelah radium ditemukan. Radium ditemukan oleh Marie dan
Pierre Curie tahun 1898 dan kemudian segera dipelajari efek biologisnya. Dengan
radium, radiasi diberikan secara kontinyu dengan laju dosis yang rendah, dan
dapat memakan waktu harian hingga mingguan. Brakiterapi konvensional yang
seperti ini disebut sebagai brakiterapi low dose rate. Pada awal tahun 1962,
berkembang sebuah pendekatan baru brakiterapi. Sebuah pesawat radiasi
dapat menggerakan sumber radiasi ke dalam target radiasi dan kemudian
memberikan radiasi dalam waktu yang relatif singkat (kurang dari sejam). Dalam
waktu yang singkat tersebut sumber radiasi dapat memberikan radiasi dengan
dosis yang tinggi. Brakiterapi seperti ini disebut sebagai brakiterapi laju
dosis tinggi atau high dose rate (HDR) brachytherapy. Radiasi pada brakiterapi
diberikan secara berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu, dan
proses radiobiologis yang terjadi seperti repair, repopulation, reoxygenation, dan
redistribution akan mempengaruhi respon jaringan tumor dan jaringan
normal terhadap radiasi, sehingga perbedaan laju dosis juga akan mempengaruhi
rasio terapeutik brakiterapi.
(a) (b)
Jaminan kualitas (QA) didalam terapi radiasi merupakan suatu tindakan yang
sangat penting, untuk menjamin ketepatan pemberian dosis kepada pasien yang
menjalani terapi radiasi. Kesalahan dalam pemberian radioterapi dapat terjadi
karena kekurangan dalam melokalisasi tumor, pergerakan pasien, menentukan
lapangan penyinaran, persiapan/positioning pasien setiap harinya, kalibrasi dan
perhitungan dosis, juga dapat terjadi karena masalah yang berhubungan dengan
alat/pesawat yang digunakan.
Program QA dalam radioterapi, mencakup daerah yang luas, yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu dan manajemen institusi. Oleh karena itu koordinasi sangat
penting diantara fisikawan medis, dosimetris, teknisi, dokter radioterapi onkologi,
radiografer, perawat, disiplin medis lainnya dan pihak manajemen.
Tujuan program Quality Control (QC) dalam radioterapi adalah melakukan
evaluasi dari fungsi dan karakteristik seluruh peralatan radioterapi dan perhitungan
dosis. Karena karakteristik ini sangat berpengaruh kepada geometri dan ketepatan
dosimetri dalam pemberian dosis radiasi. Quality Assurance dibagi dalam 2 (dua)
bagian utama yaitu : pengukuran QC dan evaluasi secara periodik (harian,
mingguan, bulanan dan tahunan) dan pemeliharaan peralatan radioterapi secara
teratur.
A. Program Jaminan Mutu dan Langkah Pelaksanaan Kegiatan di Unit Radioterapi
Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
1. Pemeriksaan status/dokumen pasien
Program : Melakukan pemeriksaan status/dokumen pasien untuk parameter
tehnik penyinaran yang harus dilakukan.
Langkah-langkah kegiatan:
a. Pemeriksaan dokumen pasien baru atau pasien yang mengalami modifikasi
lapangan penyinaran, hal yang perlu diperiksa Treatment prescription,
Treatment parameters, Isodose distribution, Special Dose Calculation,
Treament time, Daily record, Previous Radiation Treatments.
b. Pemeriksaan status pasien mingguan, dengan cara pemeriksaan data
penyinaran yang tercatat minggu sebelumnya dan dosis kumulatif.
c. Pemeriksaan pada akhir seluruh penyinaran, hal yang dilakukan yaitu
memeriksa jumlah dosis yang telah diberikan, status pasien
didokumentasikan pada lemari file yang disediakan dan memberikan
keterangan mengenai penyinaran kepada pasien
2. Pemeriksaan Peralatan Radioterapi
a. Pesawat Simulator
Simulator di desain untuk menghasilkan kondisi geometri dari
pesawat radiasi. Pesawat simulator harus dicek secara mekanik, sama
seperti pesawat radiasi lainnya. Disamping itu pesawat ini juga dicek untuk
kualitas imagenya menurut petunjuk radiografi diagnostik.
Langkah - langkah kegiatan :
Periode Prosedur Toleransi
Harian Safety
Door Interlock berfungsi
Cassete Holder berfungsi
Audio-visual monitor berfungsi
Mechanical :
Laser 2 mm
Indikator parameter lapangan 2 mm
Mingguan Mechanical
Indikator parameter lapangan 2 mm
Gantry dan collimator angle 1 derajat
indicator
SAD (Source Axis Distance) 2 mm
Radiation field coincidence 2 mm
Image Intensifier Rad berfungsi
Cross hair centring 2 mm
Bulanan Safety
Emergencies off switches berfungsi
Collision avidance berfungsi
Door interlock berfungsi
Mechanical
Treatment couch position indicator 2 mm/1derajat
Latching treatment accessories berfungsi
Field light intensity berfungsi
Field delineator symmetri 2 mm
b. Pesawat Teleterapi
Semua parameter didalam treatment planning harus diverifikasi
selama persiapan pertama, dengan begitu kekeliruan ataupun masalah
dapat dikoreksi saat itu juga. Selain itu perhatian khusus pada peralatan
modifikasi berkas radiasi seperti blok, wedge dan kompensator/alat bantu
harus benar-benar pada posisi yang tepat. Cek pada saat pertama kali
pasien mendapat penyinaran oleh fisikawan medis, akan meminimalkan
kesalahan-kesalahan yang tidak kelihatan karena perbedaan persepsi atau
ketidakmengertian mengenai konsep secara fisik.
Langkah - langkah kegiatan :
Periode Prosedur Toleransi
Harian Safety
Door Interlock berfungsi
Audio-visual monitor berfungsi
Mechanical :
Laser 2 mm
Indikator parameter lapangan 2 mm
Mingguan Safety
Door Interlock berfungsi
Audio-visual monitor berfungsi
Mechanical
Field size indicator 2 mm
Gantry dan collimator angle indicator 1 derajat
Radiation field coincidence 2 mm
Cross hair centring 2 mm
Bulanan Safet
y
Emergencies off switches berfungsi
Wedge interlock berfungsi
Mechanical
Wedge position 2 mm
Tray position 2 mm
Field light intensity berfungsi
Treatment couch position indicator 2mm/1deraja
t
Latching of wedge, bloking trays berfungsi
6 Bulanan Dosimetry (pengukuran output)
5 x 5 cm 2%
10 x 10 cm 2%
15 x 15 cm 2%
20 x 20 cm 2%
25 x 25 cm 2%
30 x 30 cm 2%
Tahunan Mengikuti prosedur acceptance test
Dosimetry (pengukuran output)
5 x 5 cm 2%
10 x 10 cm 2%
15 x 15 cm 2%
20 x 20 cm 2%
25 x 25 cm 2%
30 x 30 cm 2%
Tabel 3 Quality Control Pesawat Teleterapi
c. Pesawat Brakiterapi
Keistimewaan brachyterapi mHDR Nucletron adalah ukuran sumber radiasi
yang kecil sehingga dapat digunakan untuk banyak aplikasi, sumbernya
adalah sumber radiasi terbungkus tunggal dengan sistem afterloading
sehingga memudahkan tindakan proteksi radiasi. Disamping itu secara
komputerized dapat dilakukan pemindahan sumber setelah dosis tertentu
tercapai (dwell time dan dwell position), dengan demikian meskipun hanya
menggunakan sumber tunggal tetapi lebih baik dari pada yang
menggunakan sumber banyak. Kelemahan dari sistem ini adalah waktu
parohnya yang relatif pendek (73.83 hari/ 0.4658 R . m2 . Ci . h-1) sehingga
diperlukan penggantian sumber yang relatif sering ( 4 6 bulan).
Langkah - langkah kegiatan
Periode Prosedur Toleransi
Harian Safety
Door Interlock berfungsi
Audio-visual monitor berfungsi
alarm berfungsi
Indikator keberadaan sumber radiasi berfungsi
Dwell position kondisi treatment 2 mm
Mingguan Safety
Door Interlock berfungsi
Audio-visual monitor berfungsi
alarm berfungsi
Indikator keberadaan sumber radiasi berfungsi
Dwell position kondisi treatment 2 mm
Aktivitas sumber TCS vs TPS Sama
Monitor paparan radiasi berfungsi
Tabel 4 Quality Control Pesawat Brakhiterapi
4. Perijinan Peralatan
Program :
Semua peralatan yang ada harus memiliki ijin dari pihak yang berwenang,
berkaitan dengan pemanfaatan zat radioaktif pihak yang berwenang adalah
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
Langkah-langkah pelaksanaan :
Memeriksa setiap peralatan sudah memiliki ijin atau belum, jika ada peralatan
yang belum segera dipersiapkan berkas-berkas persyaratan perijinan guna
pengajuan dan jika ada ada perijinan yang akan habis masa berlakunya
segera dilakukan pengajuan perpanjangan ijin.
Persyaratan perijinan dan surat ijin disimpan dalam satu file khusus.
BAB VI
ANATOMI, PERENCANAAN DAN TEKNIK RADIOTERAPI
A. Anatomi Crossectional
Kanker payudara (Karsinoma mammae) merupakan salah satu tumor
ganas paling sering ditemukan pada wanita. Setiap payudara terdiri atas dua
belas sampai dua puluh kelenjar yang masing masing tumbuh besar, unit-unit
yang bersama-sama membentuk struktur kelenjar payudara yang berjendal
jendul dan semuanya bermuarah di puting. Payudara tidak ada hubungannya
dengan otot dada besar (muskulus pektoralis) yang melalui suatu urat yang
kokoh melekat pada lengan atas dan di ujung lain berpegangan kuat pada
dinding dada dengan melebar seperti kipas.
Kanker payudara pada prinsipnya adalah tumor ganas dari salah satu
kelenjar kulit di sebelah luar rongga dada. Kelenjar limfe ketiak membentuk
system pengaliran limfe bagi kedua kuadran atas tubuh, selain payudara
termasuk di sini juga kedua lengan. Jumlah kelenjar limfa ini berfariasi,
meluasnya dari sisi luar atas kelenjar payudara sampai di bawah dan belakang
tulang selangkah. Di sini berhubungan dengan kelenjar limfe leher terbawah
saling berhubungan dengan system pembulu balik, jalan bagi metastatis
hematogen berjarak.
Apabila pengaliran keluar limfe tertutup oleh diseksi kelenjar limfe,
pertumbuhan masuk dari kanker, penyinaran atau kombinasi sebab-sebab ini,
terjadilah edema (sembab, pembekakan) limfe yang ditakuti dari lengan dan
tangan. Pada penyebaran kanker secara limfogen, kelenjar satu persatu
terkena.
Kelenjar yang menempung penyebaran pertama disebut kelennjar
penjaga gerbang pengawal. Terkena tidaknya kelenjar ini akan menentukan
pilihan terapi. Jika kelenjar ini bebas dari metastatis, penyebaran dikelenjar limfe
lain yang letaknya lebih ke atas tidak perlu di fikirkan.
Pendefinisian target radiasi untuk radioterapi 2 dimensi menggunaan
prinsip penanda tulang dan batas-batas anatomi. Batas-batas lapangan radiasi
pada kanker payudara dengan teknik 2 dimensi. Batas medial: garis mid
sternalis. Batas lateral: garis mid aksilaris atau minimal 2 cm dari payudara yang
dapat teraba. Batas superior: caput clacivula atau pada sela iga ke-2. Batas
inferior: 2 cm dari lipatan infra mammary.Batas dalam: 2-2.5 cm dari tulang iga
sisi luar ke arah paru. Batas luar: 2 cm dari penanda di kulit
Dosis radiasi radioterapi seluruh payudara adalah 1. 25 fraksi x 2 Gy
tanpa booster. Booster skar operasi 5-8 fraksi x 2 Gy (regimen
konvensional)diberikan pada batas sayatan positif atau dekat. Dosis radioterapi
pada daerah supraklavikula (bila ada indikasi) adalah 25 fraksi x 2 Gy.
Radioterapi pada kanker payudara diberikan 1 fraksi per hari, 5 hari per minggu.
Pasien kanker payudara dengan radioterapi teknik 2D, sebelum
perencanaan pada CT Simulator, terlebih dahulu planning disimulator
Konvensional. Proses perencanaan radiasi pada CT Simulator dilakukan
dengan pemberian marker sebagai titik pada tubuh pasien dan selanjutnya
dilakukan proses scanning ( kontur anatomi pasien tidak boleh terpotong ) dan
mid sagital plane pasien pada pertengahan meja pemeriksaan
B. Perencanaan Radiasi
Di dalam ruangan CT Simulator terdapat beberapa hardware ( Perangkat
Keras ) untuk mendukung proses perencanaan/simulasi penyinaran, yaitu :
i. CT Scan Toshiba Aquillion
Input :
- Keyboard
- Mouse
- CT Detektor
- Monitor Touchscreen Injektor Otomatis
Processing :
- CPU : Intel Pentium Xeon Processor E5540 2,53GHz ( 8 CPUs )
- Memory : 12 GB
- Hard Disk Drive : 1TB
Output :
- Monitor : Toshiba 19 Inch
Storage :
- Optical : VCD / DVD
Software :
- System Software : Windows Server 2008 R 2 Standard 64 bit
- Aplication Software : Toshiba V 6.0 Release SP0609E
Gambar CT Scan Toshiba Aquillion 16 Slice
iv. Scanning
a. Pilih prosedur yang tepat untuk pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
diagnosa, TPS dan treatment penyinaran,
b. Periksa identitas pasien (Patient ID, Patient Name, Insertion Direction dan
Posture)
c. Monitor akan menampilkan parameter scanning,
- Pilih parameter yang akan diubah apabila diperlukan, untuk prosedur
scannogram atur panjang scan dengan ketebalan irisannya supaya
ada yang melewati marker yang sudah dipasang di pasien.
- Lalu tekan Confirm setelah mengubahnya.
d. Tekan tombol Scan Start ketika proses persiapan selesai (ditandai
dengan lampu menyala pada keyboard )
e. Proses Scanning dimulai,
f. Ketika proses scanning selesai, monitor menampilkan jendela untuk menu
specifying additional scan,
g. Untuk melakukan scanning tambahan, masukkan jumlah scan tambahan
dan informasi lainnya lalu tekan tombol Confirm,
h. Untuk menutup jendela specifying additional scan, tekan tombol Quit
Exam terletak pada sisi sebelah kanan bawah dari tampilan monitor,
i. Untuk melakukan pengulangan atau scanning dengan parameter yang
sama, tekan tombol Repeat eXam pada tampilan monitor.
j. Untuk mengakhiri proses pemeriksaan, tekan tombol Next Patient,
k. Tekan tombol Auto Home untuk mengembalikan posisi meja pasien ke
posisi awal (meja bergerak keluar Gantri dan turun),
l. Turunkan pasien dari meja pasien.
Dalam proses ini selain dilakukan pemberian dosis radiasi dimana target
mungkin dosisnya. Untuk mencapai hal tersebut maka jaringan sehat yang
bebas dari nodul dan kanker dilakukan proses blocking supaya selama
a. Gross Target Volume (GTV), adalah volume tumor yang dapat dideteksi
b. Clinical Target Volume (CTV) adalah volume tumor yang dibatasi oleh
pergerakan organ.
a) Lapangan Supraclavikula
e) Lapangan Axilla
(a) (b)
Gambar : Posisi tatto sebagai sentrasi
(a) Tangensial Internal dan (b) Tangensial Eksternal
h. Aksesoris : Whole Body Base Plate
i. SAD / SSD : SSD 100
j. Kedalaman : Supra Clavicula (3 cm), Tangensial Internal (7
cm), Tangensial Eksternal (7 cm), CMI (3 cm), Axilla (6.7 cm)
k. Ukuran X : Supra Clavicula (15.5 cm), Tangensial Internal
(13 cm), Tangensial Eksternal (13 cm), CMI (4 cm), Axilla (9 cm)
l. Ukuran Y : Supra Clavicula (9 cm), Tangensial Internal
(4.5 cm), Tangensial Eksternal (4.5 cm), CMI (8 cm), Axilla (11 cm)
m. Colimator Rotation : Supra Clavicula (0 cm), Tangensial Internal
(93 cm), Tangensial Eksternal (267 cm), CMI (0 cm), Axilla (330 cm)
n. Gantry Rotation : Supra Clavicula (350 cm), Tangensial Internal
(320 cm), Tangensial Eksternal (143 cm), CMI (355 cm), Axilla (180
cm)
o. Blok : Multi Leaf Collimator (MLC)
p. Table Height : Supra Clavicula (13.9 cm), Tangensial Internal
(17.3 cm), Tangensial Eksternal (5.9 cm), CMI (48.8 cm), Axilla (42.1 cm)
q. Table Long : Supra Clavicula (40.5 cm), Tangensial Internal
(51.3 cm), Tangensial Eksternal (51.3 cm), CMI (48.8 cm), Axilla (42.1 cm)
Accesori -
SAD/SSD SAD 100 (92) SAD 100
(cm)
Kedalaman 8 8,4
X (cm) 18 18
Y (cm) 20 20
Coll Rotation 0 0
(CR)
Gantry 0 180
Rotation (GR)
Table Hight 8,4
Wedge Filter Tidak Tidak
Block MLC MLC
Jumlah 5 5
Fraksi/
Minggu
Dosis Tumor/ 2Gy 2Gy
Hari
Dosis Radiasi 50 Gy 50 Gy
Waktu - -
Radiasi (In)
MU
Waktu 108,4 107,1
Radiasi (Out)
MU
A. Kesimpulan
Melihat berjalannya waktu, perkembangan berbagai ilmu dan teknologi
berjalan terus menerus termasuk berkembangnya ilmu radiobiologi, dan
radiofisika, sebagai ilmu dasar dari terapi radiasi. Disamping itu dalam teknologi
terjadi juga dengan pesat perkembangan berbagai hal misalnya computerized
treatment planning, bermacam-macam tehnik imejing sebagai alat bantu
diagnostik dan lokalisasi dan juga penggunaan komputer dalam terapi radiasi.
Kemajuan berbagai teknologi canggih ini memungkinkan dilakukan terapi radiasi
dengan tingkat ketepatan yang sangat tinggi. Hal ini sejalan dengan tujuan
radioterapi untuk mengeradikasi tumor in vivo dengan memberikan sejumlah
dosis radiasi yang diperlukan secara tepat di daerah target radiasi, tanpa
merusak jaringan sehat disekitamya, dengan harapan memperbaiki kwalitas
hidup dan memperpanjang kelangsungan hidup penderita.
Praktek Pre Klinik di Unit Radioterapi Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito
adalah kegiatan belajar praktek modalitas-modalitas penyinaran radioterapi di
bawah bimbingan instruktur lapangan di rumah sakit tempat praktek sebagai
adaptasi awal sebelum mahasiswa melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Dalam proses pembelajarannya, peserta didik harus dibekali keahlian
pengoperasian dan dasar-dasar penyinaran radioterapi, dengan harapan pada
saat selesainya kegiatan mahasiswa memiliki persiapan yang cukup untuk
mengikuti kegiatan praktek selanjutnya.
Dari kegiatan ini penulis dapat memahami modalitas radioterapi dan spek
yang dimilikinya, tentang fisika radioterapi, keselamatan radiasi, budaya
keselamatan, alat keselamatan radiasi, Standar Prosedur Operasional, kegiatan
penjaminan mutu rutin dan insidentil, mengkaji tentang anatomi crosectional dari
hasil CT Simulator dalam fungsinya pada perencanaan TPS, metode
perencanaan radioterapi dan teknik dalam penyinaran.