You are on page 1of 11

II.

Konsep Dasar
1. Definisi
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan
emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi
istirahat juga membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti
menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan
untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu
keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan,
bahkan menjengkelkan.
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum
akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan
munculnya salah satu dari ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau
sensasi abnormal dikala tidur dan rasa mengantuk di siang hari.

2. Etiologi

a. Rasa nyeri h. Depresi


b. Psikologis i. Kurangnya privasi
c. Suhu tubuh j. Gejala emosi
d. Rasa bosan k. Kondisi yang tidak
e. Pola aktivitas siang hari menunjang tidur
f. Keletihan l. Rasa khawatir (kecemasan)
g. Ketakutan atau tertekan jiwanya

3. Patofisiologi
Pengontrolan siklus yang dialami selama tidur berpusat pada kedua
tempat khusus di batang otak yaitu Reticularis Activiting System
(RAS) dan Bulbar Synchconiting Region BSR) di medulla. Dua
system RAS dan BSR diperkirakan terjadinya kegiatan/ pergerakan
yang intermiten dan selanjutnya menekan pusat-pusat otak. Ras
dihubungkan dengan pernyataan tubuh tentang kewaspadaan dan
menerima impuls sensori, seperti stimulus auditory, visual, nyeri dan
stimulus taktil. Stimulus sensori ini mempertahankan keadaan bangun
dan waspada. Selama tidur tubuh mengirim sedikit sekali stimulus dari
korteks cerebri.atau reseptor sensori perifer pada RAS. Individu
bangun dari tidur jika celah peningkatan dari stimulus BSR meningkat
pada saat tidur. Terjadinya insomnia dimungkinkan RAS dan BSR
tidak bekerja dengan semestinya di batang otak.

4. Pathway
Nyeri

Aktivasi RAS (Reticularis Activiting System) berlebihan

Menjadi bangun atau waspada terus menerus

Gangguan istirahat dan tidur

5. Klasifikasi
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis
tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem
pengaktivasi retikularis. Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur
gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat, atau
disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua jenis tidur yang
disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak,
meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang
kedua disebut dengan jenis tidur paradox atau rapid eye movement
(REM).
a. Tidur gelombang lambat/NREM, jenis tidur ini dikenal dengan
tidur yang dalam, atau juga dikenal dengan tidur yang nyenyak.
Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau
tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya adalah individu berada
dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi
napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang
dan metabolisme menurun. Perubahan selama proses NREM
tampak melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan
gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap
tersebut yaitu ; kewaspadaan penuh dengan gelombang delta yang
berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah, istirahat tenang yang
dapat diperlihatkan pada gelombang alfa, tidur ringan karena
terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang
bervoltase rendah, dan tidur nyenyak gelombang lambat dengan
gelombang delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 perdetik.
Tahapan tidur jenis NREM :
Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan
ciri sebagai berikut : rileks, masih sadar dengan lingkungan,
merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke
samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat
bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut : mata pada umumnya
menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun,
temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, serta
berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi,
frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini
disebabkan oleh adanya dominasi sistem parasimpatis sehingga
sulit dibangunkan.
Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan
jantung dan pernapasan menurun, jarang bergerak, sulit
dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun
dan tonus otot menurun.

b. Tidur paradox/REM, tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur


malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit.
Periode pertama timbul 80-100 menit. Namun apabila kondisi
seseorang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat dan bahkan
jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut :
Biasanya disertai dengan mimpi aktif
Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM
Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
Pada otot perifer, terjadi gerakan otot yang tidak teratur
Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular,
tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster
meningkat, dan metabolism meningkat
Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga
berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan


menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :

Cenderung hiperaktif
Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi
Nafsu makan bertambah
Bingung dan curiga

Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut:

Bangun (Pratidur)

NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Gambar. Siklus tidur

6. Gejala Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus
tidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan
prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,
kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak
NREM
- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema
pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak
teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka

7. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar
mata, mata sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah
terlihat kusut dan lelah
b. Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun,
bicara lambat, postur tubuh tidak stabil

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien
di rumah sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik
sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan
bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri.

9. Penanganan
Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek
ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :

- Terapi relaksasi : Terapi ini ditujukan untuk mengurangi


ketegangan atau stress yang dapat mengganggu tidur. Bisa
dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah,
teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan
spiritual dan pengendalian emosi.
- Terapi tidur yang bersih : Terapi ini ditujukan untuk
menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari
kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan
suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.

- Terapi pengaturan tidur : Terapi ini ditujukan untuk mengatur


waktu tidur perderita mengikuti irama sirkardian tidur normal
penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-
waktu tidurnya

- Terapi psikologi/psikiatri : Terapi ini ditujukan untuk mengatasi


gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan penderita
sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter
psikiatri

- Mengubah gaya hidup : Bisa dilakukan dengan berolah raga


secara teratur, menghindari rokok dan alkohol, mengontrol
berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-
tempat terbuka seperti pantai dan gunung.

b. Terapi Farmakologi

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-


obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan
untuk penanganan gangguan tidur antara lain :

- Golongan obat hipnotik


- Golongan obat antidepresan

- Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin

- Golongan obat antihistamin.


Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur
tertentu selain yang telah disebutkan di atas. Misalnya pada sleep
apnea yang berat dapat dibantu dengan pemakaian masker oksigen
(Continuous positive airway pressure) atau tindakan pembedahan
jika disebabkan kelemahan otot atas pernapasan.Pada Restless Leg
Syndrome kita harus mencari penyakit dasarnya untuk dapat
memperoleh terapi yang adekuat.

10. Komplikasi
a. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan
sebagainya.
b. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi,
dan sebagainya.
c. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti
susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa
menikmati hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki
angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam
semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang
menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup
atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia
mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan
sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia
memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

III. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan
Keluhan utama :
Riwayat penyakit sekarang :
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan
yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin
sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan
kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu
aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
Riwayat Tidur :
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola
tidur biasa, perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur
dan lingkungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet,
gejala yang dialami selama terbangun, penyakit fisik yang
terjadi secara bersamaan, status emosional dan mental saat ini.
Riwayat kesehatan keluarga :
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh
klien.
2) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon
Pola istirahat dan tidur
Pola aktivitas dan latihan
3) Pengkajian Fisik
Keadaan umum pasien
Kesadaran
Pemeriksaan TTV

Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam


memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi. Pengkajian Psikososial : Mengkaji
keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan
serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

Analisa (pengelompokan data)


DS :

Klien mengeluh nyeri


Klien mengaku tidak bisa beristirahat dengan baik dan selalu
mengantuk
Klien mengeluh sulit tidur dan jika tertidur terbangun lagi beberapa
jam kemudian
DO :

Klien tampak pucat


Klien tampak lemas
Klien tampak bingung
Klien sesak nafas
Frekuensi pernafasan klien >24 x/menit
Frekuensi nadi klien >100 x/menit

4) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan radiologic

Diagnosa Keperawatan

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Gangguan pola tidur NOC: NIC :
berhubungan dengan: Anxiety Control Sleep Enhancement
- Psikologis : usia tua, Comfort Level - Determinasi efek-efek medikasi
kecemasan, agen biokimia, Pain Level terhadap pola tidur
suhu tubuh, pola aktivitas, Rest : Extent and - Jelaskan pentingnya tidur yang
depresi, kelelahan, takut, Pattern adekuat
kesendirian. Sleep : Extent ang - Fasilitasi untuk mempertahankan
- Lingkungan : kelembaban, Pattern aktivitas sebelum tidur (membaca)
kurangnya privacy/kontrol Setelah dilakukan - Ciptakan lingkungan yang nyaman
tidur, pencahayaan, medikasi tindakan keperawatan - Kolaburasi pemberian obat tidur
(depresan, selama . gangguan
stimulan),kebisingan. pola tidur pasien
Fisiologis : Demam, mual, teratasi dengan kriteria
posisi, urgensi urin. hasil:
DS: Jumlah jam tidur
- Bangun lebih awal/lebih dalam batas normal
lambat Pola tidur,kualitas
- Secara verbal menyatakan dalam batas normal
tidak fresh sesudah tidur Perasaan fresh
DO : sesudah
- Penurunan kemempuan tidur/istirahat
fungsi Mampu
- Penurunan proporsi tidur mengidentifikasi
REM hal-hal yang
- Penurunan proporsi pada meningkatkan tidur
tahap 3 dan 4 tidur.
- Peningkatan proporsi pada
tahap 1 tidur
- Jumlah tidur kurang dari
normal sesuai usia

Evaluasi

S = Respon Subjektif klien

O = Respon Objektif klien

A = Menilai masalah klien dengan NOC

P = Rencana yang masih harus dilakukan

Daftar Pustaka
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth.
2006. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan,


Edisi 7 Buku 3. Jakarta: Salemba Medika

You might also like