Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
YEYEN YARNIA
NPM: 10313002
I. PENDAHULUAN
pada tubuh manusia, pada keadaan tertentu jamur ini mampu menyebabkan
bahan alami sebagai antimikroba karena bahan alami ini mempunyai efek
samping yang rendah, kurang toksis dan mempunyai sifat biodegrabilitas yang
merupakan negara yang kaya akan tumbuhan tradisional. Salah satu tumbuhan
ekstrak daun pacar kuku (Lawsonia inermis L.) terhadap Candida albicans
masyarakat bahwa daun pacar kuku (Lawsonia inermis L.) mempunyai daya
Diviso : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Lawsonia
Tumbuhan ini mempunyai nama daerah Ineng (Aceh), Kacar (Gayo), Ine
(batak) Inae Batang (Minangkabau) Bunga Laka (Timor) Daun Laka (Ambon)
Kayu Laka (Meando) Pacar kuku (Sunda, Jawa Tengah) Pacar (Madura, Dayak),
Tilangga Tutu (Sunda) Kolondigi (Buol) Karuntigi (Ujung Padang) Paci (Bugis)
Pacar Kuku (Lawsonia inermis L.) adalah tumubhan perdu dengan tinggi 1
- 4 Meter. Batang berbentuk bulat, berkayu, berduri warna putih kotor. Daun
tunggal, duduk berhadapan, bentuk bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi
rata, pertualangan menyirip, panjang 1 -5 cm, lebar 1-3 cm, warna hijau. Bunga
majemuk, bentuk malai, benang sari delapan, putik satu, bulat, putih, mahkota
bentuk ginjal, warna kuning kemerahan. Buah berbentuk kotak, beruang dua,
4
diameter 7 mm, warna hitam. Biji kecil berbentuk segitiga, warna coklat
flavonoida dan tanin. Menurut Markham (1988), Flavonoid merupakan salah satu
golongan fenol alam yang terbesar, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang
difotosintesis oleh tumbuhan yang diubah menjadi Flavonoid, atau senyawa lain
tumbuhan obat Indonesia yang digunakan sebagai peluruh haid dan obat
Cara yang paling sering digunakan untuk peluruh haid adalah 30 gram daun
segar Lawsonia inermis L., direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, setelah
dingin disaring. Hasil saringan ditambah 1 sendok teh madu, diaduk sampai rata,
II.2.1 Klasifikasi
berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
5
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Order : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Species : C. albicans
Candida albicans adalah jamur diploid dan agen oportunistik yang mampu
menyebabkan infeksi pada daerah oral dan genital pada manusia. Candida
albicans adalah sebagian dari mikroorganisme flora normal rongga mulut, mukosa
sesudah kelahiran manusia dan resiko untuk terjadinya infeksi selalu didapat.
tumbuh dalam dua bentuk berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang
beberapa strain blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol,
dalam jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh
sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses
melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses
metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam
suasana aerob. Sedangkan suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat,
etanol dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan persediaan bahan
bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses
target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan dalam proses perlekatan
dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut memberi
bentuk pada sel dan melindungi sel yeast dari lingkungannya. Candida albicans
mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm.
Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin. Manan dan protein
berjumlah sekitar 15,2-30 % dari berat kering dinding sel, -1,3-D-glukan dan 1,6-
D-glukan sekitar 47-60 %, khitin sekitar 0,6-9 %, protein 6-25 % dan lipid 1-7 %.
proporsi yang serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan sel yeast. Dinding sel Candida albicans terdiri dari lima lapisan
membran plasma.
II.2.4 Patogenesis
antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantari komponen spesifik dari dinding
komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan
aminopeptidase dan asam fosfatase. Proses penetrasi yang terjadi tergantung dari
saprofit dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh
1. Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk, misalnya: bayi
baru lahir, orang tua rentan, penderita penyakit menahun, orang-orang dengan
gizi rendah.
3. Kehamilan
4. Permukaan kulit yang lembab karena terpapar oleh air, keringat, urin atau
saliva.
albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena
indikator daripada infeksi Candida (kozinn & Taschidjian, 1962). Hifa atau
9
pseudohifa lebih sering ditemukan pada pasien denture stomatitis daripada pasien
Candida albicans yang dikultur pada media Sabouraud Dekstrosa Agar (SDA)
pada temperatur 37oC setelah 48 jam akan memperlihatkan koloni berbentuk bulat
dengan permukaan sedikit cembung, licin, berwarna krem, halus, berbentuk pasta,
mempunyai bau jamur, dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat pada koloni yang
sudah tua.
II.3 Antimikroba
mikroba.
melalui pengikatan diri pada zat-zat zterol di dinding sel jamur. Akibatnya
positif.
selektif bagi sistem enzim jamur daripada terhadap sistem enzim manusia,
undesilinat.
sulfida.
11
Menurut Lay dan Sugyo (1992), uji daya antimikroba dapat dilakukan dengan
cara:
tabung. Cara ini dapat ditentukan jumlah terendah yang diperlukan untuk
Pada uji ini zat yang akan ditentukan aktivitas antimikrobanya berdifusi
pada lempeng agar yang telah ditanami mikroba yang akan diuji. Dasar
cakram yang berisi zat antimikroba. Uji difusi ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara:
b. Metode Parit
Pada medium agar yang ditanami mikroba dibuat parit, kemudian diisi
dengan zat antimikroba dan diinkubasi pada suhu dan jangka waktu
12
diisi dengan zat antimikroba, setelah diinkubasi pada suhu dan jangka
III.METODOLOGI PENELITIAN
Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung pada bulan Februari sampai dengan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, jarum ose,
autoklaf, oven, rak tabung reaksi, tabung reaksi, erlemeyer, pipet, gelas ukur,
Spectronic 20. bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pacar kuku
(Lawsonia inermis L), kultur jamur Candida Albicans, media Sabourauds Dextra
Agar (SDA), media Sabourauds Cair, kertas saring, kertas cakram, aquades,
(RAL) dengan tiga kali ulangan. Pada penelitian ini digunakan dau pacar kuku
Sebanyak 100 gram daun pacar kuku (Lawsonia inermis L) segar dicuci
bersih. Tambahkan aquades 100 ml, rebus pada suhu 90 C. Selama 30 menit,
disaring kemudian ditambah aquades steril sampai volume 100 ml. Ekstrak yang
Balai Kesehatan Bandar Lampung, diperbanyak dalam media agar miring SDA
dan diinkubasi selama 2 hari pada suhu 27-30 C. Candida Albicans disuspensikan
1993)
jamur, kemudian dituang kedalam cawan petri steril dan dibiarkan menjadi padat.
Cakram kertas yang telah dicelupkan kedalam larutan diletakkan diatas lempeng
agar dengan menggunakan pinset. Cawan petri diinkubasi pada suhu 27-30C
selama 2 hari diamati zona jernih yang terbentuk disekitar cakram kertas.
15
0,02 ml suspensi jamur Candida albicans. Selain itu digunakan beberapa tabung
reaksi sebagai kontrol media yang berisi media tanpa biakan dan ekstrak, kontrol
biakan yang berisi media dengan biakan tanpa ekstrak, kontrol ekstrak dengan
media tanpa biakan. Masing-masing tabung diinkubasi selama 2 hari dengan suhu
III.7 Pengamatan
Setelah 2 hari diinkubasi, zona jernih yang terbentuk disekitar cakram kertas
untuk membedakan sel yang hidup dan sel yang mati. Sel mati akan berwarna biru
sebagai berikut:
Keterangan:
Data zona hambat dan jumlah sel yang diperoleh dianalisa dengan analisa
ragam, dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata
5%.