You are on page 1of 6

ISSN 1907-9850

PEMBUATAN BIOETANOL DARI KUPASAN KENTANG (Solanum tuberosum L.)


DENGAN PROSES FERMENTASI

Devi Esteria Hasianna Purba*, Iryanti Eka Suprihatin, dan A.A.I.A. Mayun Laksmiwati

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali


*E-mail : deviiesteria@gmail.com

ABSTRAK

Etanol dari kupasan kentang merupakan salah satu bahan energi alternatif yang disebut dengan bioetanol.
Pada penelitan ini bioetanol dihasilkan melalui tahapan-tahapan hidrolisis, detoksifikasi, fermentasi, dan destilasi.
Proses hidrolisis dilakukan dengan asam sulfat pada suhu 100C selama 1 jam. Detoksifikasi dilakukan dengan
menambahkan NH4OH ke dalam hidrolisat sebelum difermentasi. Destilasi dilakukan pada suhu 100C dan distilat
dengan TD 78-84C ditentukan kadar etanolnya dengan kromatografi gas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kadar gula reduksi dengan dan tanpa penambahan NH4OH adalah 15,85% dan 15,58%. Kadar etanol yang dihasilkan
dari 5 gram kupasan kentang kering dengan proses fermentasi selama 4, 5, 6, dan 7 hari adalah 3.54%; 4,85%;
5,35%; dan 6.15%

Kata kunci : kupasan kentang, hidrolisis asam, detoksifikasi, fermentasi, etanol, bioetanol

ABSTRACT

Ethanol fermented from potato peels is proposed as one alternative source of renewable energy called
bioethanol. In this research bioethanol was produced through four stages namely acid hydrolysis, detoxification,
fermentation and distillation. The acid hydrolysis process was carried out using sulphuric acid at 100oC for 60
minutes. The detoxification process was carried out by adding NH4OH into the hydrolyzate prior to fermentation.
Distillation was performed up to 100oC and the distillate with the BP of 78-84oC was determined for its ethanol
content using gas chromatography. The ethanol produced from 5 grams of dried potato peels through fermentation
for 4, 5, 6, and 7 days 3.54%; 4,85%; 5,35%; and 6.15% respectively.

Keywords : potato peels, acid hydrolysis, detoxification, fermentation, ethanol, bioethanol

PENDAHULUAN Kupasan kentang adalah salah satu contoh


limbah organik yang dapat digunakan sebagai
Energi merupakan salah satu kebutuhan bahan energi. Selama ini kupasan kentang
makhluk hidup yang terusmeningkat seiring umumnya digunakan sebagai makanan ternak,
dengan meningkatnya jumlah penduduk. Sumber pupuk organik, dan terkadang hanya dibuang
utama energi adalah minyak mentah yang berasal begitu saja menjadi sampah. Untuk menambah
dari bahan baku fosil yang tidak terbaharukan. nilai ekonomisnya, kupasan kentang dapat
Pada saat ini, bahan baku fosil tersebut semakin digunakan sebagai sumber energi dengan cara
menipis, maka dari itu diperlukan suatu alternatif diolah menjadi bioetanol. Kandungan kimia yang
untuk memecahkan permasalah kebutuhan energi terdapat dalam kupasan kentang belum diketahui
tersebut (Saud, 1990). Ada banyak jenis energi secara spesifik, namun dari penelitian yang telah
yang dapat dikembangkan dan diperbaharui, dilakukan oleh Tima, (2011) kandungan
contohnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan yang karbohidrat yang terdapat dalam kupasan kentang
mengandung pati, gula, serat, dan limbah organik. cukup tinggi. Karbohidrat yang terdapat pada

155
JURNAL KIMIA 10 (1), JANUARI 2016: 155-160

kupasan kentang dipecah menjadi monomernya Penentan kadar gula reduksi (Metode Nelson-
dengan proses hidrolisis. Proses hidrolisis yang Semogyi)
dilakukan dengan penambahan asam sehingga Sebanyak 1,0 mL filtrat jernih yang
karbohidrat pecah menjadi molekul glukosa. disaring dari hasil hidrolisis kupasan kentang
Glukosa dapat diubah menjadi produk etanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 1
melalu proses fermentasi. Pada proses fermentasi mL reagen nelson dan dipanaskan pada penangas
dibutuhkan bantuan dari mikroorganisme berupa air yang mendidih selama 20 menit. Selanjutnya
Saccharomyces cerevisiae. Penggunaan larutan didinginkan di dalam gelas beker yang
Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan telah diisi air dingin sehingga suhu larutan tersebut
bioetanol telah banyak dilakukan dalam penelitian- 25C. Kemudian larutan tersebut ditambah 1 mL
penelitian sebelumnya (Daniel et al., 2012; reagen arsenomolibdat dan diaduk sampai semua
Supriyanto, 2006; Subekti, 2006). endapat Cu2O yang terbentuk larut kembali.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan Larutan tersebut ditambah 7 mL akuades dan
kadar gula reduksi dari kupasan kentang dan lama divortex sampai homogen. Absorbansi campurang
waktu fermentasi untuk meningkatkan kadar etanol selanjutnya diukur dengan spektrofotometer UV-
sebagai bioetanol tertinggi. Pembuatan bioetanol Vis pada panjang gelombang 540 nm (Sudarmadji
dihasilkan dengan beberapa tahapan yaitu proses et al., 1997).
hidrolisis, detoksifikasi, proses fermentasi dan Pembuatan inokulum untuk fermentasi
pemurnian etanol dengan distilasi. Sebanyak 0,5 gram ragi tape merk NKL
ditambah 25 mL larutan glukosa 1% dalam
Erlenmeyer 50 mL, diisolasi pada kondisi
MATERI DAN METODE anaerobik ditutup rapat dengan clippark,
aluminium foil, dan plastik. Labu Erlenmeyer yang
Bahan berisi ragi dan glukosa 1% diletakkan diatas shaker
Bahan-bahan yang digunakan dalam selama 48 jam dengan temperatur ruang 25-30.
penelitian ini adalah sampel kupasan kentang, Hidrolisis kupasan kentang untuk fermentasi
asam sulfat (H2SO4), ragi NKL, ammonium Serbuk kupasan kentang ditimbang
hidroksida (NH4OH), standar glukosa, pereaksi masing-masing sebanyak 5 gram untuk semua
Nelson, pereaksi Arnsenomolibdat, reagen jenis perlakuan. Masing-masing sampel
Benedict, dan glukosa. dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambah
200 mL H2SO4 3,5%, kemudian dipanaskan pada
Peralatan suhu 100C dan diaduk dengan pengaduk
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian magnetik dengan kecepatan 200 rpm selama 1 jam.
ini adalah neraca analitik, seperangkat alat gelas Hidrolisis menghasilkan 200 mL hidrolisat yang
laboratorium, bola hisap, cawan porselen, botol memrupakan substrat fermentasi. Dari 200 mL ini
fermentasi (botol kaca), kertas saring, kertas diambil 50 mL untuk difermentasi
indikator pH, Shaker, termometer, hotplate, Detoksifikasi
inkubator, autoklaf, desikator, aluminium foil, Suspensi kupasan kentang ditambah
clippark, pisau, oven, spatula, pengaduk magnetik, NH4OH 25% sedikit demi sedikit hingga pH 5 dan
botol semprot, seperangkat alat destilasi, dan diaduk dengan pangaduk magnetik selama 15
seperangkat alat kromatografi gas. menit pada suhu 25C (Yuana, 2011).
Fermentasi
Cara Kerja Masing-masing media fermentasi
Persiapan sampel kupasan kentang ditambah inokulum sebanyak 4% dari 50 mL
Sampel kupasan kentang dibersihkan substrat fermentasi. Penambahan inokulum
dengan air dari pengotornya, kemudian dilakukan secara aseptik diatas bunsen. Fermentasi
dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kering dilakukan di dalam inkubator pada suhu 25-30C.
selama 5 hari. Sampel kupasan kentang yang Seluruh media diinkubasi selama 4,5,6, dan 7 hari
telah kering dihaluskan menjadi tepung kupasan (Fardiaz, 1992).
kentang dengan menggunakan blender.

156
ISSN 1907-9850

Penentuan kadar bioetanol bahwa glukosa dapat difermentasi dengan baik


Cairan hasil fermentasi diukur volumenya, pada kadar gula pereduksi 15-20%.
kemudian dimasukkan ke dalam labu destilasi 250 Menurut Alriksson et al. (2005) NH4OH
mL dan ditambahkan beberapa butir batu didih. merupakan alkali yang dapat digunakan sebagai
Sampel didestilasi pada suhu 78-84C. Destilat alternatif detoksifikasi hidrolisat dibandingkan
diukur volumenya dan kadar bioetanolnya Ca(OH)2. Hal ini karena penggunaan Ca(OH)2
ditentukan dengan kromatografi gas. akan membentuk endapan gypsum, sedangkan
penggunaan NH4OH selain menjadi pendetoksi
dapat juga digunakan sebagai sumber nitrogen
HASIL DAN PEMBAHASAN pada proses fermentasi. Nitrogen yang tersisa
dalam substrat dapat menambah nutrisi bagi
Kadar Gula Reduksi pertumbuhan mikroba sehingga produksi etanol
Hidrolisis merupakan pemecahan kimiawi pun meningkat.
suatu polisakarida menjadi monomer yang lebih Hidrolisis kupasan kentang menggunakan
sederhana. Hidrolisis pada kupasan kentang, asam sulfat berupa hidrolisat asam dengan pH
komponen yang dipecah adalah polisakarida yang sangat rendah yaitu 2 dan mengandung
berupa pati menjadi glukosa dengan katalis asam. toksikan seperti senyawa turunan furan atau HMF
Gula pereduksi yang diperoleh pada proses (hidroksi metil furfural). Kondisi pH yang rendah
hidrolisis menyatakan tingkat konversi dari tersebut tidak dapat digunakan sebagai substrat
polisakarida menjadi gula sederhana akibat adanya fermentasi karena pH yang baik untuk proses
perombakan pati menjadi glukosa. fermentasi adalah pada pH 3-5 sehingga
Analisis kadar gula reduksi pada kupasan diperlukanan perlakuan untuk pmeningkatkan pH
kentang dilakukan dengan spektrofotometer UV- hidrolisat. Untuk meningkatkan pH dilakukan
Vis diukur pada panjang gelombang 540 nm dengan proses detoksifikasi dengan menambahkan
menunjukkan bahwa kadar gula reduksi pada NH4OH. Proses detoksifikasi ini dilakukan dengan
kupasan kentang dengan penambahan NH4OH menambahkan larutan NH4OH 25% sehingga
dengan metode Nelson-Somogyi adalah 15,85%. hidrolisat mencapai pH 5 maka hidrolisat dapat
Kadar gula reduksi tersebut cukup baik untuk digunakan sebagai substrat fermentasi dan mampu
proses fermentasi. Hal ini sesuai dengan penelitian menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang
Amerine dan Cruess (1960), yang menyatakan mengganggu proses fermentasi.

Gambar 1. Mekanisme reaksi hidrolisis karbohidrat dengan katalis H2SO4 (Humprey, 1979)

157
JURNAL KIMIA 10 (1), JANUARI 2016: 155-160

Fermentasi puncak area bioetanol dan hasil perhitungan kadar


Fermentasi glukosa merupakan salah satu bioetanol dari hari ke-4 sampai hari ke-7.
jenis fermentasi anaerob atau tanpa menggunakan
oksigen pada prosesnya. Substrat yang digunakan Tabel 1. Luas puncak etanol dan kadar etanol
dalam penelitian ini adalah hidrolisat kupasan Waktu Luas Kadar
kentang. Fermentasi glukosa pada kupasan kentang Fermentasi Puncak Bioetanol
dilakukan menggunakan ragi tape merk NKL (hari) (%)
sebagai sumber Saccharomyces cerevisiae yang 4 1087 0,78
dapat hidup secara anaerob dalam media 5 1387 0,97
fermentasi. Fermentasi ini dilakukan dengan 6 1534 1,07
variasi waktu yaitu 4, 5, 6, dan 7 hari. Pemilihan 7 1763 1,23
waktu fermentasi tersebut didasarkan pada
penelitian Prescott dan Dunn (1959) yang Keempat komposisi media fermentasi
menyatakan bahwa fermentasi etanol memerlukan yang sama dengan variasi waktu yang berbeda
waktu 4-7 hari. menghasilkan bioetanol dengan kadar yang
Pada proses fermentasi glukosa, khamir berbeda. Tabel 1. menunjukkan bahwa terjadi
akan memetabolisme glukosa dan fruktosa peningkatan kadar bioetanol sampai hari ke-7. Dari
membentuk asam piruvat melalui tahapan reaksi hasil penelitian ini kadar bioetanol dari kupasan
pada jalur Embden-Meyerhorf-Parnas (EMP) atau kentang sebagai bioetanol adalah pada hari ke-7
glikolisis. Jalur Embden-Meyerhof-Parnas (EMP) yaitu 1,23%. Hal ini disebabkan dari pertumbuhan
terdiri dari beberapa tahap, masing-masing dan aktivitas Saccharomyces cerevisiae berada
dikatalisis oleh enzim tertentu. Jalur tersebut pada pertumbuhan cepat yang mengubah glukosa
ditandai dengan pembentukan fruktosa difosfat, menjadi bioethanol.
dilanjutkan dengan pemecahan fruktosa difosfat
menjadi dua molekul gliseraldehida fosfat. Reaksi
ini dikatalisis oleh enzim aldolase. Kemudian
terjadi reaksi dehidrogenasi gliseraldehida fosfat
(fosfogliseraldehida) yang merupakan reaksi
oksidasi yang menghasilkan energi dalam bentuk
ATP (adenin-tri-phosphat). Reaksi ini dikatalisis
oleh enzim gliseraldehida fosfat dehidrogenase.
Atom hidrogen yang terlepas akan ditangkap oleh
nikotinamida-adenin-dinukleotida (NAD), mem-
bentuk NADH2. Proses fermentasi dapat
berlangsung terus jika NADH2 dapat dioksidasi
kembali pada tahap kedua fermentasi sehingga
melepaskan atom hidrogen kembali. Jadi, NAD Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Waktu
berfungsi sebagai pembawa hidrogen dalam proses Fermentasi Dengan Kadar Bioetanol
fermentasi (Fardiaz, 1992). Asam piruvat yang
dihasilkan kemudian didekarboksilasi menjadi Grafik pada Gambar 2. menunjukkan
asetaldehida, lalu mengalami dehidrogenasi bahwa kadar etanol sebagai bioetanol dari hari ke-
sehingga terkonversi menjadi bioetanol (Amerine 4 sampai hari ke-7 mengalami peningkatan. Tidak
et al., 1987). terjadi penurunan kadar bioetanol sesuai dengan
laporan Prescott dan Dunn (1959) yang
Kadar bioetanol hasil fermentasi menyatakan waktu fermentasi untuk bioetanol
Kadar bioetanol setelah proses fermentasi selama adalah 4-7 hari. Pada penelitian ini tidak dilakukan
4, 5, 6, dan 7 hari ditentukan dengan kromatografi fermentasi hari ke-7 karena diduga kadar bioetanol
gas (GC). Perhitungan kadar bioetanol dengan yang terbentuk akan menurun, hal ini disebabkan
membandingkan pendekatan luas areanya dengan gula berfungsi sebagai substrat telah habis
luas area standar. Tabel 1. menunjukkan luas

158
ISSN 1907-9850

(Widayanti, 2013; Mira dkk, 2013; Sukaryo, memfermentasi kupasan kentang dengan kadar
2013). Kadar bioetanol yang dihasilkan secara bioetanol yang lebih optimal.
keseluruhan masih kecil. Hal ini diduga karena
pada penentuan kadar gula reduksi metode yang
diigunakan kurang maksimal, faktor lain yang UCAPAN TERIMA KASIH
mempengaruhi adalah sumber mikroba yang
digunakan tidak lagi fresh dan ketersediaan Dalam kesempatan ini penulis
oksigen untuk mikroba yang belum mencukupi mengucapakan terimakasih kepada ibu Dra. Ni
karena ketiadaan oksigen menyebabkan jumlah sel Made Puspawati, M.Sc., Ph.D., ibu I.A. Gede
khamir menjadi terbatas sehingga kemampuan Widihati, S.Si., M.Si., dan ibu Ir. I.G.A. Made Dwi
mikroba untuk melakukan pertumbuhan kurang Adhi S., M.Si. atas saran dan masukannya, serta
maksimal. pihak-pihak lain yang telah membatu dalam
Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh penyelesaian penelitian ini.
Widayanti (2013) menunjukkan bahwa fermentasi
dengan media yang berbahan rumput laut
Glacilaria sp. 5 gram menghasilkan kadar gula DAFTAR PUSTAKA
reduksi 17,14% dan kadar bioetanol 0,96%; dan
Karta (2012) menunjukkan bahwa fermentasi Alriksson, B., Hovarth, IS., Sjode, A.,
dengan media yang berbahan alga Codium Nilvebrantdan, NO., and Jonsson, LJ.,
geppiorum 25 gram tanpa penambahan ammonium 2005, Ammonium hydroxidedetoxification
hidroksi menghasilkan etanol rata-rata 3.03%. of spruce acid hydrolysates, J.
Semakin banyak jumlah kupasan kentang yang ApplBiochem and Biotechnol, 121-124
digunakan, maka ketersediaan sumber C akan Amerine, M.A. and Cruess, W.V., 1960, The
semakin banyak. mmmBerdasarkan Grafik 2, fase Technology of Wine Making, The AVI
logaritmik berlangsung dengan cepat yang ditandai Publishing Company, Inc., Connecticut
dengan peningkatan jumlah bioethanol. AOAC, 1970, Official Methods of Analysis of the
Assosiation of Official Analytical
Chemists, Assosiation of Official
SIMPULAN DAN SARAN Analytical Chemists, Washington, DC.
Chaplin, M.F. dan Bucke, C., 1990, Enzyme
Simpulan Technology, Cambridge University Press,
Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- New York
hasan dapat disimpulkan bahwa : Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan I,
1. Kadar gula reduksi yang terkadung dalam Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
kupasan ketang dengan penambahan NH4OH Fessenden dan Fessenden, 1997, Kimia Organik
sebagai pendetoksi adalah 15,85%. edisi ketiga , PT Erlangga, Jakarta
2. Waktu optimum yang diperlukan mikroba Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan, A.W.,
untuk menghasilkan bioetanol dengan kadar dan Hendoroko, R., 2007.Teknologi
bioetanol tertinggi adalah pada hari ke-7 dengan Bioenergi, Agromedia, Jakarta
kadar 1,23%. Juara, Saud R., 1990, Detoksifikasi Hidrolisat
Asam dari Ubi Kayu dengan Metode
Saran Arang Aktif untuk Produksi Bioetanol
Sesuai dari hasil penelitian, dapat diberi- Junk, W.R. dan Pancoast, H., 1980, Handbook of
kan saran sebagai berikut: Sugar, The Avi Publishing Company
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap Inc.,Westport-Connenticut
jenis pendetoksi lain yang mampu meningkat- Karta, I.W., 2012, Pembuatan Bioetanol dari Alga
kan produksi bioetanol. Codium gerpiorum dan pemanfaatan Batu
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Kapur Nusa Penida Teraktivasi untuk
mengenai jenis mikroba lain yang mampu Meningkatkan Kualitas Bioetanol Tesis,
Bali, Program Studi Kimia Terapan,

159
JURNAL KIMIA 10 (1), JANUARI 2016: 155-160

Program Pascasarjana, Universitas Tima M.T., 2011, Optimasi Hidrolisis Pati Dalam
Udayana, Denpasar Limbah Kulit Kentang oleh Aspergillus
Prescott, Samuel G., and Cecil G Dunn, 1959, niger untuk Produksi Bioetanol, UM,
Industrial Microbiology, third ed. Malang
McGraw-Hill Company, New York Widayanti, Ni Putu., 2012., Pengaruh Konsentrasi
Purwanto, 2007, Peningkatan Produktivitas Ammonium Sulfat (NH4)2SO4 Sebagai
Singkong Dengan Teknologi Mukibat Sumber Nitrogen Terhadap Produksi
Sebagai Sumber Bahan Baku Bioethanol. Bioetanol Berbahan Baku Glacilaria sp.,
Tugas Makalah Mata Kuliah Masalah Skripsi, Jurusan Kimia, Universitas
Khusus Agronomi. Program Pasca Sarjana Udayana, Bukit Jimbaran
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Susmiati, Yuana, 2011, Hidrolisis Detoksifikasi
Hidrolisat Asam dari Ubi Kayu untuk
Produksi Bioetanol, Agro-Techno, 5 (1) :

160

You might also like