You are on page 1of 129

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS

REMAJA DI SMK LAB BUSSINES SCHOOL KOTA TANGERANG


PROVINSI BANTEN TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

Oleh
Ifah Latifah
153112540120341

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2016
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS
REMAJA DI SMK LAB BUSSINES SCHOOL KOTA TANGERANG
PROVINSI BANTEN TAHUN 2016

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Terapan Kebidanan

Oleh
Ifah Latifah
153112540120341

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2016
FACTOR ASSOCIATED WITH SEXUAL BEHAVIOR IN ADOLESCENTS IN
SMK LAB BUSSINES SCHOOL IN TANGERANG CITY PROVINCE OF
BANTEN 2016

GRADUATE APPLIED SCIENTIFIC WRITINGS MIDWIFERY

By
Ifah Latifah
153112540120341

FACULTY OF HEALTH SCIENCES


STUDY PROGRAM IV MIDWIFERY
NATIONAL UNIVERSITY
JAKARTA
2016
FACTOR ASSOCIATED WITH SEXUAL BEHAVIOR IN ADOLESCENTS IN
SMK LAB BUSSINES SCHOOL IN TANGERANG CITY PROVINCE OF
BANTEN 2016

Essay It Asked For One Of Term To Acquire Applied Bachelors


Degree in Midwifery

By
Ifah Latifah
153112540120341

FACULTY OF HEALTH SCIENCES


STUDY PROGRAM IV MIDWIFERY
NATIONAL UNIVERSITY
JAKARTA
2016
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Ifah Latifah

NPM : 153112540120341

Fakultas /Program Studi : Ilmu Kesehatan /D-IV Kebidanan

Tahun Akademik : 2015-2016

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan Plagiat dalam menulis karya tulis

ilmiah saya yang berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks

remaja di SMK Lab Bussines School Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2016.

Apabila suatu saat saya terbukti melakukan plagiat, maka saya bersedia menerima

sanksi yang telah di tetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenr-benarnya.

Jakarta, 15 Juli 2016

Ifah Latifah
BIODATA DIRI

Nama : Ifah Latifah

Tempat Lahir : Tangerang

Tanggal Lahir : 14 Januari 1994

Agama : Islam

Alamat : Kp. Rumpak sinang rt 03 rw 02 Kecamatan Kelapa Dua


Kelurahan Pakulonan Barat Kabupaten Tangerang.

Status : Belum Menikah

Riwayat pendidikan : 1. MI Nurul Huda Rumpak sinang

2. SMP Latansa Islamic Boarding school

3. SMA Latansa Islamic Boarding School

4. D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Tangerang

Pekerjaan : di BPS Bidan Dewi Mulyani.


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
UNIVERSITAS NASIONAL
Karya Tulis Ilmiah, Jakarta Juli 2016
Ifah Latifah

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks remaja di SMK Lab business
school Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2016

xiv + 65 halaman + 2 bagan + 18 tabel + 6 lampiran

ABSTRAK

Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara
pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya di lakukan
oleh pasangan suami istri. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui factor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku seks remaja di SMK Labusta Kota Tangerang, tahun
2016.Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner kepada 136 remaja di SMK Labusta Kota Tangerang, tahun 2016.
Analisis chis square dengan metode SPSS pada tingkat kemaknaan p<0,05.Hasil penelitian
menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan orang tua dengan perilaku seks
bebas remaja, didapatkan hasil nilai OR=1,494 dan p.value=0,342. Ada hubungan antara
pekerjaan orang tua dengan perilaku seks bebas remaja, didapatkan hasil nilai OR=2,903 dan
p.value=0,005. Tidak ada hubungan antara pemberian pendidikan seksual dengan perilaku
seks bebas remaja, didapatkan hasil nilai OR=1,577 dan p.value=0,341. Tidak ada hubungan
antara umur remaja dengan perilaku seks bebas, didapatkan hasil nilai OR=0,040 dan
p.value=0,980. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku seks bebas remaja,
didapatkan hasil nilai OR=3,100 dan p.value=0,004. Ada hubungan antara pengetahuan
remaja dengan perilaku seks bebas, didapatkan hasil nilai OR=3,967 dan p.value=0,000.
Tidak ada hubungan antara lingkungan dengan perilaku seks bebas, didapatkan hasil nilai
OR=0,543 dan p.value=0,149. Ada hubungan antara sumber informasi dengan perilaku seks
bebas, didapatkan hasil nilai OR=0,274 dan p.value=0,001. Hasil uji statistik didapatkan dari
ke delapan variabel, yang ada hubungan terhadap perilaku seks bebas pada remaja adalah
pekerjaan orang tua, jenis kelamin, pengetahuan remaja, dan sumber informasi. Sedangkan
yang tidak terdapat hubungan terhadap perilaku seks bebas adalah pendidikan orang tua,
pemberian pendidikan seksual, umur remaja dan lingkungan.

Kata kunci : Remaja, dan perilaku seks bebas

Daftar Bacaan : 31(2000-2015)


FACULTY OF HEALTH SCIENCES
STUDY PROGRAM IV MIDWIFERY
NATIONAL UNIVERSITY

Scientific Paper, Jakarta Jully2016


Ifah Latifah

Factor associated with sexual behavior in adolescents in SMK Labusta Tangerang city
province of Banten year 2016

xiv + 65 page + 2 chart + 18 table + 6 attachment

ABSTRACT

Sexual behavior is behavior that involves physical touch limbs between men and women who
have reached the stage of an intimate relationship, which is usually done by married couples.
The purpose of this study was to determine the factor associated with sexual behavior among
adolescents in SMK Labusta Tangerang in 2016. This study was descriptive with cross
sectional, conducted by distributing questionnaires to 136 adolescents at SMK Labusta
Tangerang in 2016. Chi square analysis using SPSS on the significance level p< 0,05. The
result showed that there was no relationship between parental education with adolescent
sexual behavior, is obtained OR=1,494 and p.value=0,342. There is a relationship between
parents work with adolescent sexual behavior, is obtained OR=2,903 and p.value=0,005.
There was no relationship between the provision of sex education with sexual behavior of
adolescent, is obtained OR=1,577 and p.value=0,314. There was no relationship between
age teens with adolescent sexual behavior, is obtained OR=0,040 and p.value=0,980. There
is a relationship between sex with teen sexual behavior, is obtained OR=3.100 and
p.value=0,004. There is a relationship between knowledge of adolescents with sexual
behavior of adolescents, is obtained OR=3,967 and p.value=0,000. There was no
relationship between the environment with adolescent sexual behavior, is obtained
OR=0,543 and p.value=0,149. There is a relationship between the mass media with
adolescents sexual behavior, is obtained OR=0,274 and p.value=0,001. statistical test
results obtained from the eight variables, wich is related to sexual behavior in adolescents is
the job of parents, gender, adolescents knowledge, and the mass media. While there is no
relation to the sexual behavior of adolescents is parental education, the provision of sex
education, adolescent age an environment.

Keyword : Adolescent and youth sexual behavior.

Book :31(2000-2015)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perillaku Seks

Bebas Pada Remaja Di SMK Lab Business School Tangerang Tahun 2016.

Karya Tulis Ilmiah ini di buat sebagai salah satu tugas akhir dalam

menyelesaikan pendidikan di Program Studi D-IV Kebidanan di Universitas Nasional

(UNAS).

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya atas bimbingan, pengarahan dan dukungan

kepada :

1. DR.Drs. El Amry Bermawi Putera, M.A selaku rektor Universitas Nasional.

2. DR. Rosmawaty Lubis, M.Kes, selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nasional.

3. Rukmaini, SST, M.Keb, selaku ketua Program Studi D-IV Kebidanan

Universitas Nasional.

4. Nurmawati, S. SiT, M.MKes, selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan petunjuk, saran dan bimbingannya mulai dari persiapan sampai

dengan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.


5. dr. Andi Julia Rifiana, MKes, selaku pembimbing kedua yang telah

memberikan berbagai masukan, demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh dosen beserta staff Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional

yang telah memberikan fasilitas dan ilmu yang sangat bermanfaat dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

7. Mad Tohir, S.Pd, M.Pd, selaku kepala sekolah SMK Labusta Tangerang yang

telah memberi izin, saran dan semangat dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah.

8. Seluruh staff administrasi dan tenaga pengajar SMK Lab Business School

Tangerang yang telah membantu dalam proses penyusunan karya Tulis

Ilmiah.

9. Teristimewa kepada orang tua tercinta ayah Musonif dan ibu Fauziah, serta

adik-adik Ijal, Septi, dan Aldi, serta seluruh keluarga besar yang telah

memberikan dorongan moril maupun materil, serta doa yang tulus kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

10. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan ssemangat, saran dan

bantuan lainnya sehingga kita bias bersama-sama dalam menyelesaikan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dalam bentuk apapun untuk menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.


Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

masih jauh sekali dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon masukan

dari semua pihak sebagai saran dan kritik yang bersifat membangun bagi

penulis demi kesempurnaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah di masa yang

akan datang. Penulis berharap semoga Karya Tulis ilmiah ini dapat berguna

dan bermanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi kita semua pada umumnya.

Akhir kata kepada-Nya lah kita berserah diri dan atas bantuan semua

pihak yang telah banyak membantu penulis haturkan terima kasih, semoga

segala sesuatunya di balas oleh Allah SWT, amiinn.

Jakarta, Juli 2016

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i


LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERNYATAAN iii
BIODATA DIRI .. iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR . vii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN .. 1
A. Latar Belakang .. 1
B. Rumusan Masalah . 3
C. Tujuan Penelitian .. 3
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUN TEORI . 6
A. Pengertian Remaja 6
B. Tahun-tahun Masa Remaja ... 6
C. Ciri-ciri Masa Remaja ... 6
D. Tahap-tahap Perkembangan remaja... 8
E. Pengertian Perilaku Seksual 8
F. Pola-pola Perilaku Seksual 9
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seksual .. 11
H. Kerangka Teori 19
BAB III KERANGKA KONSEP 20
A. Kerangka Konsep .. 20
B. Definisi Operasional . 21
C. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB IV METODE PENELITIAN . 24
A. Desain Penelitian .. 24
B. Pupulasi dan Sampel . 24
C. Tempat dan Waktu 26
D. Etika Penelitian . 26
E. Alat/instrumen Penelitian... 26
F. Pengolahan Data ... 27
G. Analisa Data 29
BAB V HASIL PENELITIAN .. 31
A. Analisa Univariat .. 31
B. Analisa Bivariat . 36
BAB VI PEMBAHASAN 46
A. Analisa Univariat .. 46
B. Analisa Bivariat . 50
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 64
A. Simpulan ... 64
B. Saran .. 65
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2 Definisi Operasional 21

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi perilaku seks remaja . 31

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pendidikan orang tua .. 32

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pekerjaan orang tua 32

Tabel 5.4 Disribusi frekuensi pemberian pendidikan seks . 33

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi umur remaja .. 33

Tabel 5.6 Distibusi frekuensi jenis kelamin .. 34

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi pengetahuan remaja .. 34

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi lingkungan 35

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi sumber informasi .. 35

Tabel 5.10 Hubungan pendidikan orang tua dengan perilaku seks remaja . 36

Tabel 5.11 Hubungan pekerjaan orang tua dengan perilaku seks remaja .. 37

Tabel 5.12 Hubungan pemberian pendidikan seks dengan perilaku seks remaja 38

Tabel 5.13 Hubungan umur remaja dengan perilaku seks remaja .. 39

Tabel 5.14 Hubungan jenis kelamin dengan perilaku seks remaja . 41

Tabel 5.15 Hubungan pengetahuan remaja dengan perilaku seks remaja .. 42

Tabel 5.16 Hubungan lingkungan dengan perilaku seks remaja 43

Tabel 5.17 Hubungan sumber informasi dengan perilaku seks remaja .. 44


DAFTAR BAGAN

Halaman

Tabel 2.1 Kerangka Teori ..19

Tabel 3.1 Kerangka Konsep . 20


DAFTAR LAMPIRAN

1. Informed Consent

2. Kuesioner

3. Master Tabel

4. Hasil Perhitungan SPSS

5. Surat Izin Penelitian

6. Surat Pernyataan Melakukan Penelitian

7. Lembar Konsultasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja sebagai salah satu komponen generasi muda akan mempunyai

peran yang sangat besar dan menentukan masa depan bangsa. Menurut WHO

(2009) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja yang berumur 10-

19 tahun. Sekitar 900 juta berada di Negara sedang berkembang. Di Indonesia

menurut Biro Pusat Statistik (2015), sebanyak 29-31% penduduk Indonesia

terdiri atas remaja.

Penelitian yang di lakukan oleh pusat Ekologi Kesehatan, badan

Litbang Kesehatan, Depkes RI tahun 2014 terhadap siswa-siswi SMA di

Jakarta dan Tangerang menyebutkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi

remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku

porno dan menonton blue film (54,3% di Jakarta, dan 49,2% di Tangerang).

Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka (76% di

Jakarta dan 75,6% di Tangerang), pengaruh teman, kebutuhan biologis 14-

18% dan merasa kurang taat pada nilai agama 20-26%, (Narendra,2002).

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Universitas Atmajaya (2015)

mengungkapkan 13% remaja telah melakukan hubungan seks dengan

pasangannya setelah menonton film porno. Dan faktor-faktor yang sangat

mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah jenis kelamin, media cetak, dan
media elektronik, (Damarini,2001). Sedangkan riset studi yang dilaksanakan

Universitas Indonesia pada tahun 2005 diperoleh temuan bahwa 21,8% remaja

di Bandung telah melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Penyakit Menular Seksual (PMS) sering terjadi pada remaja. Dari 20

juta kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat setiap tahunnya, 30%

diantaranya terjadi pada remaja, dan lebih dari 50% terjadi pada dewasa muda

berumur kurang dari 25 tahun. Prevalensi PMS mencapai puncaknya pada

masa remaja akhir dan awal dewasa, kemudian menurun dengan cepat dengan

semakin bertambahnya umur. Data PMS remaja yang berobat tahun 2015

adalah 20-35% kasus pada pria dan wanita (Narendra,2002).

Dari beberapa kasus di atas peneliti sebagai calon pendidik

mengharapkan agar masyarakat khususnya remaja mempunyai pengetahuan

mengenai pendidikan seksual, serta memberikan pengertian kepada

masyarakat bahwa kehamilan adalah sesuatu yang di kehendakioleh wanita

pada masa usia subur, dan menyadarkan kepada masyarakat mengenai

undang-undang pernikahan.

Penulis mengambil tempat penelitian di SMK Lab Bussines School

Tangerang karena dampak perilaku seksual diantaranya juga terjadi di sini,

dari studi pendahuluan yang dilakukan di dapatkan data dari tahun 2009-2015

ada 8 siswa yang hamil di luar nikah dan semuanya berhenti sekolah. Sebelum

di keluarkan oleh pihak sekolah, dan mereka rata-rata tidak memahami akibat

atau dampak dar perilaku seksua tersebut.


Berdasarkan latar belakang serta beberapa hasil penelitian di atas maka

penulis tertarik untuk meneliti Faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku seks remaja di SMK Lab Bussines School Kota Tangerang Provinsi

Banten periode tahun 2015-2016.

B. Rumusan Masalah

Terkait hal tersebut diatas banyak sekali remaja yang mengalami hamil

di luar nikah akibat perilaku seks bebas,maka di tulis rumusan masalah

Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku seks remaja di

SMK Lab Bussines School Kota Tangerang Provinsi Banten periode tahun

2015-2016 ?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

seks bebas pada remaja di SMK Lab Bussines School Tangerang periode

tahun 2015-2016.

2. Tujuan Khusus

Pada penelitian ini penulis mempunyai tujuan khusus yaitu :

1) Untuk mengetahui gambaran usia perilaku seks bebas pada remaja

di SMK Lab Bussines School Tangerang Tahun 2016.

2) Untuk mengetahui distribusi frekuensi perilaku seks bebas pada

remaja di SMK Lab Bussines School Tangerang berdasarkan

pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pemberian pendidikan


seks, umur remaja, jenis kelamin, pengetahuan remaja, lingkungan

pertemanan, dan informasi media di SMK Lab Bussines School

Tangerang Tahun 2016.

3) Mengetahui hubungan pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,

pemberian pendidikan seks, umur remaja, jenis kelamin,

pengetahuan remaja, lingkungan pertemanan, dan informasi media

dengan perilaku seks bebas pada remaja di SMK Lab Bussines

School Tangerang Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi SMK Lab Bussines School Tangerang

Diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru serta orang tua

untuk tidak ragu memberikan pendidikan seksual sejak dini, serta

mengetahui perilaku seksual pada remaja saat ini.

2. Bagi Instansi pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk dapat memberikan

beberapa pemahaman mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku seksual pada remaja. Dan dapat dijadikan referensi bacaan di

perpustakaan serta bermanfaat untuk melaksanakan penelitian yang lebih

lanjut di masa yang akan dating.

3. Bagi Masyarakat dan Remaja

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan masukan bagi orang

tua agar dapat meningkatkan pengawasan kepada anak dalam


pergaulannya juga dapat memberikan pendidikan pada anak tentang seks

bebas dan bahaya yang ditimbulkannya di masa yang akan datang.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini merupakan penerapan ilmu pengetahuan mengenai

mata kuliah Metodologi penelitian dan Biostatistik. Dan mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pada remaja di

SMK Lab Bussines School Tangerang.

5. Bagi Profesi Bidan

Di harapkan untuk profesi bidan dapat menerepkan atau memberikan

informasi tentang pendidikan seksual kepada remaja sekitar dengan

memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Remaja

Masa remaja atau Adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang

dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode

transisi dari masa anak ke masa dewasa yang di tandai dengan percepatan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan social, berlangsung pada decade

kedua masa kehidupan. Dimana pada masa itu mereka menjadi tanggung

jawab orang tua dan orang dewasa lainnya dalam masyarakatnya samapi dia

dewasa dan dapat mandiri (Narendra,2002).

B. Tahun-tahun Masa Remaja

Masa remaja berlangsung melalui tiga tahap yang masing-masing

ditandaidengan isu-isu biologi, psikologi dan social, yaitu :

1. Masa remaja awal (10-14 tahun)

2. Menengah (15-16 tahun)

3. Akhir (17-20 tahun)

(Narendra,2002)

C. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan

periode sebelum dan sesudah. Ciri-ciri remaja tersebut antara lain :


1. Masa remaja sebagai periode penting, karena terjadi perkembangan fisik

dan mental yang cepat.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-

kanak ke masa dewasa.

3. Masa remaja seabagai periode perubahan, terjadi perubahan emosi tubuh,

minat dan peran, perubahan nilai-nila dan tanggung jawab.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena kebanyakn remaja tidak

berpengalaman dalam mengatasi masalah dank arena remaja merasa

sudah mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri. Idemtitas diri yang di

cari remaja berupa usaha untuk mencari siapa dirinya sendiri, apa

perannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau dewasa.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, anggapan

sterotipe budaya yang bersifat negative terhadap remaja, mengakibatkan

orang dewasa tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic, remaja melihat dirinya

dan orang lain sebagaimana yang mereka inginkan.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, remaja berperilaku yang di

hubungkan dengan status dewasa seperti merokok, minum-minuman

keras, obat-obatan dan terlibat seks, agar mereka memperoleh citra yang

mereka inginkan,(Hurlock, 2000).


D. Tahap-tahap Perkembangan Remaja

1. Masa remaja awal di tandai dengan peningkatan yan cepat dari

pertumbuhan dan pematangan fisik.

2. Masa remaja menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan

pubertas, timbulnya keterampilan-keterampilan berfikir yang baru,

peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan

untuk memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orang tua.

3. Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai orang

dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu

system nilai pribadi, (Narendra,2002).

E. Pengertian Perilaku Seksual

Perilaki seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik

anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahp

hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri.

Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang di lakukan

tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hokum maupun

menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Perilaku seksual

pada remaja dapat di wujudkan dalam tingkah laku berkencan, bercumbu dan

bersenggama.

Permasalahan seksualitas yang umum di hadapi oleh remaja adalah

dorongan seksual yang sudah meningkat sementara secara normative mereka

yang belum menikah belum di izinkan untuk melakukan hubungan seksual.


Sementara itu usia kematangan seksual mereka sudah semakin cepat (akibat

perkembangan gizi) dalam pihak usia pernikahan malah makin mundur

(karena perubahan tuntutan dan kesadaran orang akan pendidikan dan karir

pekerjaan makin tinggi). (Prawirohardjo, 2010).

F. Pola-pola Perilaku Seksual

1. Masturbasi

Adalah perbedaan persentase antara laki-laki dan perempuan dalam

melakukan tindakan masturbasi hampir 82% dari laki-laki usia 15 tahun

melakukan masturbasi, sedangkan hanya 20% dari perempuan usia 15

tahun yang melakukan masturbasi. Perilaku masturbasi ini sendiri secara

psikologis menimbulkan kontroversi perasaan, antara perasaan bersalah

dan perasaan puas. Masturbasi itu sendiri bila di lakukan secara

proporsional sebenarnya memiliki beberapa nilai positif, yaitu:

melepaskan tekanan seksual yang menghimpit, merupakan eksperimen

seksual yang sifatnya aman untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam

membuktikan kemampuan seksualnya, mengendalikan dorongan seksual

yang tidak terkontrol, mengatasi rasa kesepian dan memulihkan stress dan

tekanan hidup.

2. Petting

Definisi petting adalah upaya membangkitkan dorongan seksual antar

jenis kelamin dengan tanpa melakukan tindakan intercourse. Usia 15


tahun di temukan bahwa 39 remaja perempuan melakukan petting,

sedangkan 57% remaja laki-laki melakukan petting.

3. Oral genitas seks

Tipe ini saat sekarang banyak dilakukan oleh remaja untuk

menghindari terjadinya kehamilan. Tipe hubungan seksual model oral

genital ini merupakan alternative aktivitas seksual yang di anggap aman

oleh remaja masa kini.

4. Sexual intercourse

Ada dua perasaan yang saling bertentangan saat remaja pertama kali

melakukan seksual intercourse. Pertama muncul perasaan nikmat,

menyenangkan, indah, intim dan puas. Pada sisi lain muncul perasaan

cemas, tidak nyaman, khawatir, kecewa dan perasaan bersalah. Dari hasil

penelitian tampak bahwa remaja laki-laki yang paling terbuka untuk

menceritakan pengalaman intercoursenya di bandingkan dengan remaja

perempuan. Sehingga dari data tampaknya frekuensi untuk melakukan

hubungan seksual intercoursenya lebih banyak terjadi pada laki-laki di

bandingkan dengan remaja perempuan.

5. Pengalaman homo seksual

Adanya perilaku homoseksual bukan terjadi pada remaja yang

orientasi seksualnya memang homo, namun beberapa kasus menunjukan

bahwa homoseksual di jadikan sebagai sarana latihan remaja untuk

menyalurkan dorongan seksual yang sebenarnya di masa yang akan


datang. Pada remaja yang memiliki orientasi seksual homo, biasanya sejak

dini melakukan proses pencarian informasi mengenai kondisi yang

menimpa dirinya. Informasi bisa di peroleh dari bacaan, sesame teman

homo, atau justru sangat ketakutan dengan kondisi dirinya sehingga

mencoba-coba melakukan hubungan seksual secara hetero. Tidak mudah

bagi remaja jika ia mengetahui bahwa orientasi seksualnya bersifat hetero,

sebab pada dirinya kemudian akan timbul konflik yang menyangkut nilai-

nilai kltural mengenai hubungan antar jenis.

6. Efek aktivitas seksual

Ada bahaya personal dan social yang mengancam remaja bila

melakukan aktivitas seksual secara salah. Bahaya tersebut adalah :

terjangkit penyakit HIV/AIDS, kehamilan tidak di kehendaki, menjadi

ayah atau ibu di usia dini, (Eliyawati, 2004).

G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seksual

a) Faktor orang tua

Pendidikan orang tua, pengetahuan orang tua, pekerjaan orang tua,

agama, suku, dan pemberian pendidikan seks, (Sari,2008).

1. Pendidikan orang tua

Rata-rata bagi orang tua Indonesia, membicarakan seks daan

seksualitas adalah hal yang baru. Karena sebelumnya orang tua tidak

pernah mendapat pendidikan seks. Di dalam sekolah juga belum

tercantum secara jelas pendidikan seksualitas, padahal orang tua juga


bertanggung jawab dalam pemberian pendidikan seksual,

(Djiwandono, 2008).

2. Pengetahuan orang tua

Orang tua merupakan pendidik seksual bagi anak-anaknya dan

sikap yang baik untuk menjadi pendidik adalah rajin membaca buku-

buku bacaan yang berhubungan dengan seksualitas, karena

pendidikan seksualitas sebaiknya memahami ilmu-ilmu biologi,

psikologi, sosiologi, antropologi dan filsafat moral, berani berubah

bila menemui kesalahan. Namun tidak berarti harus menjadi ahli

seksualitas yang bergelar professor doctor, ( Djiwandono, 2008).

3. Pekerjaan orang tua

Pada kebanyakan remaja tidak memperoleh pendidikan seksual

salah satunya adalah karena kesibukkan orang tua mereka dalam

bekerja sehingga mereka tidak mengerti mengenai seksual secara

utuh, (Sari, 2008)

4. Agama

Pendidikan seks adalah perlakuan sadar dan sistematis di

sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses

perkelaminan menurut agama dan yang sudah di terapkan oleh

masyarakat. Intinya pendidikan seks tidak boleh bertentangan dengan

ajaran agama, (DR. Hakim, 2007).


5. Suku

Banyak remaja mengetahui tentang seks akan tetapi faktor

budaya yang melarang membicarakan mengenai seksualitas didepan

umum dan juga karena adanya pemahaman yang salah mengenai

pendidikan seks, sehingga melarang membicarakan mengenai

seksualitas di depan umum karena di anggap sesuatu yang fulgar.

Pada gilirannya akan menyebabkan pengetahuan remaja tentang seks

tidak lengkap, dimana para remaja hanya mengetahui cara dalam

melakukan hubungan seks tetapi tidak mengetahui dampak yang akan

muncul akibat perilaku seks tersebut. Hal ini justru menyesatkan atau

mungkin pengetahuan yang setengah-setengah, justru mendorong

gairah seks tidak dapat di kendalikan, yang pada gilirannya akan

memperbesar kemungkinan dibuatnya tingkah laku seksual yang

dapat menjurus pada senggama. Untuk itu perlu adanya pendidikan

seks bagi remaja, baik di sekolah, lingkungan maupun keluarga.

(Pratiwi, 2004).

6. Pemberian pendidikan seks

Pada saat seorang anak memasuki masa remaja, minatnya

dalam materi seks lebih daripada sebelumnya dan berbicara tentang

itu dengan temannya, yang sama-sama tidak pernah mendapatkan

informasi sepertinya. Karena fisik remajanya sudah mampu dan

tekanan seksualnya besar, maka orang tua sebenarnya harus berbicara


tentang seks pada umur ini, terutama jika mereka tidak

mendiskusikan seks bersama anak-anak yang lebih muda umurnya,

(Djiwandono, 2008).

Masa remaja adalah masa yang penting dalam hidup remaja,

masa yang indah, masa dimana manusia mampu mencatat dan

mengumpulkan kebenaran-kebenaran fundamental tertentu untuk

belajar mengenal dan memiliki nilai-nilai fundamental tertentu dan

lain-lain. Dalam masa remaja ini tidak cukup hanya di berikan

pengetahuan tentang fakta-fakta biologis, tetapi pembentukan watak

dan pengetahuan seksual juga harus diberikan secara bersama-sama,

sehingga mereka akan memperoleh kehidupan seksual yang baik dan

sehat, (Djiwandono, 2008).

b) Faktor remaja

Umur remaja, jenis kelamin, pengetahuan remaja tentang seksual,

lingkungan, dan informasi yang di dapat, (Damarini, 2011).

1. Umur remaja

Umur remaja lanjut wanita adalah 13-18 tahun, sedangkan

pada remaja lanjut laki-laki adalah 15-20 tahun, baik umur remaja

lanjut wanita dan laki-laki adalah sangat mempengaruhi perilaku

seksual mereka karena pada saat ini keinginan mereka untuk

mengetahui seks lebih besar dari sebelumnya, (Damarini,2011).


2. Jenis kelamin

Bagi sebagian remaja putra, kenaikan pesat dalam dorongan

seksual yang menyertai pubertas sukar untuk di hindari dan

cenderung berorientasi genital. Sedangkan pada kalangan remaja

putrid perasaan seksualnya lebih membaur dan lebih dekat

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan lainnya seperti harga

diri, penentraman, kasih sayang dan cinta (Djiwandono,2008).

3. Pengetahuan remaja tentang seksual

Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya

ketimbang tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya

juga berlaku bagi para remaja tentang pengetahuan seks, kendati

dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya.

Dalam kaitann= dengan hubungan seksual, bisa di ambil contih ada

remaja yang berpendapat, kalau hanya sekali bersetubuh, tidak akan

terjadi kehamilan. Meloncat-loncat atau mandi sampai bersih segera

setelah melakukan hubungan seksual bisa mencegah kehamilan.

Pengetahuan seks yang hanya setengah-setengah tidak hanya

mendorong remaja untuk mnecoba-coba, tapi juga bisa menimbulkan

salah persepsi,(Syafrudin,2008).

Beyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) seorang

ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia ke dalam 3

(tiga) domain, ranah atau kawasan yakni: kognitif (cognitive), afektif


(affective), psikomotor (psychomotor). Pengetahuan (kognitif)

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior).

Dalam pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus.

b. Interest

Dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation

Dimana orang menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Dalam hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adaption

Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo,2003).


Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang

lingkup yang sangat luas. Menurut Benyamin Bloom (1908) yang

di kutip oleh Notoatmodjo(2003) Pengetahuan adalah pemberian

bukti oleh seseorang melalui proses penglihatan atau pengenalan

informasi, ide yang sudah diperoleh sebelumnya.

Pengetahuan yang di cakup didalam domain kognitif mempunyai

6 (enam) tingkatan, yaitu sebagai berikut:

1) Tahu (know)

Tahu di artikan sebagai dapat mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam tingkat

kemampuan mengingat kembali (recall) terhadap proses

asuhan yang telah dipelajari.

2) Memahami (Comprehend)

Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara besar tentang objek yang di ketahui

dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari situasi dan

kondisi sebenarnya. Tahap ini diharapkan dapat


menginterprestasikan, menerapkan dan melaksanakan

proses asuhan.

4) Analisis (Analisys)

Analisis suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

suatu objek kedalam komponen-komponennya, atau

kemampuan dalam memisahkan suatu materi menjadi

bagian-bagian yang membentuknya.

5) Sintesis (Syntensis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan dalam

melaksanakan penilaian terhadap suatu materi objek. Bila

seseorang sudah bisa mengambil keputusan atau

menyatakan tentang pelaksanaan.

4. Lingkungan pertemanan

Teman, sahabat, dan kawan adalah orang yang bersama-sama

bekerja, berbuat, berjalan, lawan bercakap-cakap, sesuatu yang jadi

pelengkap atau perihal bergaul, bermasyarakat yang dapat

mempengaruhi perilaku seksual pada remaja, (Damarini,2011).

5. Informasi media
Media adalah suatu jenis komunikasi yang di tujukan kepada

sejumlah khayalan yang tersebar, heterogen dan anonim melewati

media cetak atau elektronik, kebiasaan dalam menggunakan suatu

jenis komunikasi yang tersebar melewati media cetak atau elektronik

dapat mengubah perilaku, (Jaka Widada, 2002).

H. Kerangka Teori

1. Faktor orang tua :


a. Pendidikan orang tua
b. Pengetahuan orang tua
c. Pekerjaan orang tua
d. Agama
e. Suku
f. Pemberian pendidikan seks Perilaku seksual
2. Faktor remaja : pada remaja
a. Umur remaja
b. Jenis kelamin
c. Pengetahuan remaja tentang
seksual
d. Lingkungan
e. Sumber informasi

Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Sari, 2008, Damarini, 2011.
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dengan

desain cross sectional. Yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku seks remaja di SMK Lab Bussines School Kota

Tangerang Provinsi Banten Tahun 2016. Untuk lebih jelasnya peneliti

membuat bagan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Pendidikan seks
Perilaku seksual pada
4. Umur remaja
remaja
5. Jenis kelamin
6. Pengetahuan
7. Lingkungan
8. Sumber informasi

Bagan 3.1
Kerangka konsep
B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur
Dependen
1. Perilaku Di wujudkan dalam Kuesioner Kuesioner 0 = Tidak baik Ordinal
seksual remaja tingkah laku yang 1 = Baik
bermacam-macam, mulai
dari perasaan tertarik
sampai tingkah laku
berkencan, bercumbu dan
bersenggama.
0= bila remaja menjawab
ya >50%
1= bila remaja menjawab
ya < 50%
Independen
2. Pendidikan Pendidikan formal terakhir Kuesioner Kuesioner 0 = Pendidikan rendah Ordinal
orang tua yang telah di selesaikan 1 = Pendidikan tinggi
dan mendapatkan ijazah.
0= pendidikan rendah bila
tidak sekolah-SMP
1= pendidikan tinggi bila
SMA-Perguruan Tinggi
3. Pekerjaan Usaha yang di lakukan di Kuesioner Kuesioner 0 = tidak bekerja Ordinal
orang tua luar atau di dalam rumah 1 = bekerja
untuk menghasilkan uang
guna membiayai keluarga.
0= bila tidak mempunyai
usaha di luar atau pun di
dalam rumah yang
menghasilkan uang
1= bila mempunyai usaha
di luar atau pun di dalam
rumah yang menghasilkan
uang.
4. Pemberian Pengajaran atau pendidikan Kuesioner Kuesioner 0 = tidak di berikan Ordinal
pendidikan yang di berikan secara 1 = di berikan
seks lengkap dan terbuka
tentang norma-norma yang
berlaku di masyarakat, apa
yang di larang, apa yang di
lazimkan, dan bagaimana
melakukannya tanpa
melanggar aturan-aturan
yang berlaku di
masyarakat.
0= bila tidak di berikan
tentang pendidikan seks
1= bila di berikan
pendidikan seks
5. Umur remaja Lamanya remaja hidup Kuesioner Kuesioner 0 = remaja awal Interval
sampai di lakukan 1 = remaja akhir
penelitian dengan
menggunakan satuan
waktu tahun.
0= bila remaja berusia 10-
14 tahun
1= bila remaja berusia 15-
20 tahun.
6. Jenis kelamin Sifat dan perilaku yang di Kuesioner Kuesioner 0 = laki-laki Nominal
lekatkan pada laki-laki dan 1 = perempuan
perempuan yang di bentuk
secara sosia maupun
budaya.
7. Pengetahuan Mengetahui sesuatu, segala Kuesioner Kuesioner 0 = kurang baik Ordinal
apa yang di ketahui, 1 = baik
kepandaian.
0= bila remaja menjawab
<5 pertanyaan
1= bila remaja menjawab
>5 pertanyaan

8. Lingkungan Perihal bergaul, kehidupan Kuesioner Kuesioner 0 = bergaul dengan orang Ordinal
dan bermasyarakat. dewasa
0= bila bergaul dengan 1 = bergaul dengan teman
teman >20 tahun sebaya
1= bila bergaul dengan
teman <20 tahun
9. Sumber Perolehan informasi dari Kuesioner Kuesioner 0 = terpapar Nominal
informasi suatu jenis komunikasi 1 = tidak terpapar
yang tersebar melewati
media cetak atau
elektronik.
0= bila tidak menggunakan
media cetak atau media
elektronik seperti membaca
majalah, Koran, televise,
radio dan internet
1= bila mendapat informasi
mengenai seksual dari
media cetak atau elektronik
seperti membaca majalah,
Koran, televise, radio, dan
internet.
C. Hipotesis

1. Adanya hubungan pendidikan orang tua dengan perilaku seks remaja di

SMK Lab Bussines School Kota Tangerang Provinsi Banten tahun 2016.

2. Adanya hubungan pekerjaan orang tua dengan perilaku seks remaja di

SMK Lab Bussines School Kota Tangerang Provinsi Banten tahun 2016.

3. Adanya hubungan pemberian pendidikan seks dengan perilaku seks

remaja di SMK Lab Bussines School Kota Tangerang Provinsi Banten

tahun 2016.

4. Adanya hubungan umur remaja dengan perilaku seks remaja di SMK Lab

Bussines School Kota Tangerang Provinsi Banten tahun 2016.

5. Adanya hubungan jenis kelamin dengan perilaku seks remaja di SMK Lab

Bussines School Kota Tangerang Provinsi Banten tahun 2016.

6. Adanya hubungan pengetahuan remaja dengan perilaku seks remaja di

SMK Lab Bussines School Kota Tangerang Provinsi Banten tahun 2016.

7. Adanya hubungan lingkungan dengan perilaku seks remaja di SMK Lab

Bussines School Kota Tangerang Provinsi Banten tahun 2016.

8. Adanya hubungan sumber informasi dengan perilaku seks remaja di SMK

Lab Bussines School Kota Tangerang Provinsi Banten tahun 2016.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif

dengan rancangan Cross Sectional yaitu penulis ingin mengetahui

hubungan variable bebas dengan variable terikat yang diobservasi

sekaligus pada saat yang sama dengan objek yang berbeda. Dimana

variable bebasnya adalah pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,

pemberian pendidikan seks, umur remaja, jenis kelamin, pengetahuan

remaja tentang seksual, lingkungan pertemanan, dan informasi yang di

dapat. Sedangkan variabel terikatnya adalah perilaku seksual pada

remaja.Sumber data yang diambil adalah data primer.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMK Lab

Bussines School Tangerang periode 2015-2016.

2. Sampel

a. Kriteria sampel

Diambil dari data primer siswa-siswi SMK Lab Bussines

School Tangerang periode tahun 2015-2016.


b. Besar sampel

Dalam pengambilan sampel penelitian ini menggunakan cara

untuk teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat

mungkin mewakili populasinya, tekhnik ini biasanya di sebut

tekhnik sampling, (Notoatmodjo, 2005).

Teknik pengambilan salam sampel ini menggunakan

Stratifikasi random dampling adalah sampel yang di ambil

secara bertingkat.

Dimana untuk mendapatkan (n) dalam populasi maka rumus

yang digunakan adalah rumus Sloavin maka sampel di

tentukan sebagai berikut :

N
n=
1 + N (d)

Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat kepercayaan (Notoatmodjo,2005)
Besar sampel yang di gunakan adalah :

205
n=
1 +205 (0,05)

205

1 + 205 (0,0025)
n=
205
n=
1,5

n = 135,66 = 136 siswa/i

Dengan demikian besarnya sampel yang diambil minimal sebesar 136

pelajar di SMK Lab Bussines School Tangerang periode tahun 2015-

2016.

C. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di SMK Lab Bussines School Tangerang.

D. Waktu Penelitian

Penelitian akan di laksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan

bulan Agustus 2016

E. Etika Penelitian

Peneliti meminta surat izin kepada ketua jurusan DIV kebidanan

Universitas Nasional, kemudian peneliti menyerahkan surat izin

kepada kepala sekolah SMK Lab Bussines School Tangerang periode

tahun 2015-2016. Dan meminta izin untuk melakukan penelitian di

SMK tersebut.

F. Alat/ instrumen penelitian

Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan tekhnik

membagi-bagikan atau menyebarkan kuesioner kepada siswa-siswi

SMK Lab Bussines School Tangerang periode tahun 2015-2016.


G. Pengolahan Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan secara manual yaitu dengan langkah

sebagai berikut:

a. Editing

Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa dan memastikan

bahwa semua pertanyaan sudah terjawab, sehingga dapat

menghasilkan data yang lebih akurat untuk pengolahan data.

Editing ini di lakukan dengan cara pengecekan kuesioner

apakah jawaban yang ada di kuesioner lengkap (bila semua

pertanyaan sudah terisi jawabannya), dan bila jawaban jelas

(jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca),

dan bila jawabannya relevan (jawaban yang tertulis apakah

relevan dengan pertanyaannya), dan bila jawaban konsisten

(apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi

jawabannya konsisten).

b. Pengelompokan data

Proses pengelompokan data dilakukan dengan pengelompokan

tingkat pengetahuan, pendidikan, usia dan pekerjaan ibu.

Proses ini dilakukan untuk memudahkan dalam menafsirkan

serta menarik kesimpulan dari data yang telah ada.


Data yang sudah terkumpul melalui kuesioner di kelompokan

dengan data yang sesuai dan di butuhkan atau di teliti.

c. Tabulasi Data

Data yang sudah dikelompokan ditampilkan dengan tabel

distribusi frekuensi sehingga frekuensi dari setiap data

berdasarkan variabel dan kategori dapat diketahui.

Proses tabulasi yaitu dengan cara menempatkan data dalam

bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang berisikan data

sesuai dengan kebutuhan analis. Dan penyajian data dalam

bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan pengamatan dan

evaluasi.

d. Scoring

Yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan

yang berkaitan dengan pengetahuan responden.

e. Coding

Yaitu menyederhanakan jawaban atau data yang di lakukan

dengan memberikan suatu symbol tertentu (biasanya dalam

bentuk angka) untuk setiap jawaban.

f. Processing

Jawaban dari responden yang telah di terjemahkan menjadi

bentuk angka, maka langkah selanjutnya adalah memproses

data agar dapat di analisis.


g. Cleaning

Pembersihan data merupakan kegiatan pemeriksaan kembali

data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

H. Analisa Data

Analisa data akan di lakukan dengan menggunakan perangkat lunak

SPSS versi 16.0. langkah-langkah analisis data sebagai berikut :

a. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

dari masing-masing variabel yang diteliti dan dihitung

presentasinya, dihitung sebagai berikut:

f = X x 100%

Keterangan:

f = Rataan hitung dalam %

X= Jumlah yang didapat

N= Jumlah sample

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah tabel silang-silang variabel (variabel

dependent dengan variabel independent). Analisa ini dilakukan

untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel independent

dengan variabel dependent. Uji yang dilakukan adalah kai


kuadrat dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan

derajat kesalahan =0,05

Analisa bivariat ini menggunakan SPSS, SPSS yaitu sebuah

program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistic

cukup tinggi serta system manajemen data pada lingkungan grafis

dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak

dialog yang sederhana sehingga mudah untuk di pahami cara

pengoperasiannya.

Jika hasil P value < alpha (0,05) maka Ho di tolak dan jika

hasil P value > alpha (0,05) maka Ho di terima dan jika P value =

alpha (0,05) maka Ho di tolak .

Ho di tolak berarti hasil ujinya ada hubungan sedangkan P

value > alpha tidak ada hubungan dan P value < alpha ada

hubungan.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat

Dari hasil pemelitian yang telah di lakukan, maka hasil penelitian

dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

a. Perilaku Seksual Remaja

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi perilaku seks remaja di SMK Labusta
Kota Tangerang Provinsi Banten tahun 2016
Perilaku Seksual Pada Frekuensi Persentase
Remaja
Baik 82 60,3
Tidak baik 54 39,7
Jumlah 136 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 136

responden, di ketahui bahwa responden yang perilaku

seksualnya baik ada 82 responden (60,3%) dan responden yang

perilaku seksualnya tidak baik ada 54 responden (39,7%).


b. Pendidikan Orang Tua

Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
orang tua di SMK Labusta Tangerang tahun 2016
Pendidikan Orang Tua Frekuensi Persentase
Tinggi 81 59,6
Rendah 55 40,4
Jumlah 136 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang

pendidikan orang tuanya tinggi ada 81 responden (59,6%) dan

responden yang pendidikan orang tuanya rendah ada 55

responden (40,4%).

c. Pekerjaan Orang Tua

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
orang tua di SMK Labusta Tangerang tahun 2016
Pekerjaan Orang Tua Frekuensi Persentase
Bekerja 79 58,1
Tidak bekerja 57 41,9
Jumlah 136 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pekerjaan orang

tua pada remaja di SMK Labusta Tangerang, yang di jadikan

sampel di ketahui bahwa kelompok orang tua yang bekerja ada

79 responden (58,1%) dan kelompok orang tua yang tidak

bekerja ada 57 responden (41,9%).


d. Pemberian Pendidikan Seks

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemberian
pendidikan seks di SMK Labusta Tangerang tahun 2016
Pemberian pendidikan Frekuensi Persentase
seks
Diberikan 96 70,6
Tidak diberikan 40 29,4
Jumlah 136 100

Dari tabel diatas menunjukan bahwa responden yang di

berikan pendidikan seks ada 96 responden (70,6%) dan

responden yang tidak di berikan pendidikan seks ada 40

responden (29,4%).

e. Umur Remaja

Tabel 5.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur remaja
di SMK Labusta Tangerang tahun 2016
Umur Remaja Frekuensi Persentase
Remaja Awal 59 43,4
Remaja Akhir 77 56,6
Jumlah 136 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden remaja

awal ada 59 responden (43,4%), dan responden remaja akhir

ada 77 responden (56,6%).


f. Jenis Kelamin

Tabel 5.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
di SMK Labusta Tangerang tahun 2016
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 47 34,6
Perempuan 89 65,4
Jumlah 136 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang

berjenis kelamin laki-laki ada 47 responden (34,6%) dan

responden yang berjenis kelamin perempuan ada 89 responden

(65,4%).

g. Pengetahuan

Tabel 5.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan
di SMK Labusta Tangerang tahun 2016
Pengetahuan Remaja Frekuensi Persentase
Baik 82 60,3
Kurang baik 54 39,7
Jumlah 136 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang

pengetahuannya baik ada 82 responden (60,3%) dan responden

yang pengetahuannya kurang baik ada 54 responden (39,7%).


h. Lingkungan

Tabel 5.8
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lingkungan
di SMK Labusta Tangerang tahun 2016
Lingkungan Frekuensi Persentase
Bergaul dengan teman 87 64
sebaya
Bergaul dengan orang 49 36
dewasa
Jumlah 136 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden remaja

yang bergaul dengan teman sebaya ada 87 responden (64%)

dan responden remaja yang bergaul dengan orang dewasa ada

49 responden (36%).

i. Sumber Informasi

Tabel 5.9
Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber
informasi di SMK Labusta Tangerang tahun 2016
Sumber Informasi Frekuensi Persentase
Terpapar 76 55,9
Tidak terpapar 60 44,1
Jumlah 136 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden remaja

yang mengetahui dari media ada 76 responden (55,9%) dan

responden remaja yang tidak mengetahui dari media ada 60

responden (44,1%).
B. Analisa Bivariat

1. Hubungan pendidikan orang tua dengan perilaku seks remaja


Tabel 5.10
Hubungan pendidikan orang tua dengan perilaku seks remaja
di SMK Labusta Kota Tangerang Provinsi Banten tahun 2016
Perilaku Seks Remaja Jumlah p.value OR
Baik Tidak baik
Pendidikan N % N % N %
orang tua
Rendah 30 54,4 25 45,5 55 100 0,342 1,494
Tinggi 52 64,2 29 35,8 81 100
Jumlah 82 60,3 54 39,7 136 100

Berdasarkan tabel analisa di atas bahwa responden yang

pendidikan orang tuanya rendah dengan perilaku seks remaja baik

sebanyak 30 responden (54,4%), dan responden yang pendidikan

orang tuanya rendah dengan perilaku seks remaja tidak baik

sebanyak 25 responden (45,5%). Sedangkan responden yang

pendidikan orang tuanya tinggi dengan perilku seks remaja baik

sebanyak 52 responden (64,2%), dan responden yang pendidikan

orang tuanya tinggi dengan perilaku seks remaja tidak baik

sebanyak 29 responden (35,8%).

Hasil uji statistic di dapatkan nilai p-value=0,342 maka dapat

di simpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan orang tua dengan perilaku seks remaja di SMK Labusta

Kota Tangerang.
Hasil analisis di peroleh pula nilai OR = 1,494 artinya

responden yang pendidikan orang tuanya tinggi beresiko 1,494 kali

dalam memperoleh perilaku seks remaja yang baik di bandingkan

dengan pendidikan orang tuanya rendah.

2. Hubungan pekerjaan orang tua dengan perilaku seks remaja


Tabel 5.11
Hubungan pekerjaan orang tua dengan perilaku seks remaja
di SMK Labusta Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2016
Perilaku Seks Remaja Jumlah p.value OR
Baik Tidak baik
Pekerjaan N % N % N %
orang tua
Tidak bekerja 26 45,6 31 54,4 57 100 0,005 2,903
Bekerja 56 70,9 23 29,1 79 100
Jumlah 82 60,3 54 39,7 136 100

Berdasarkan tabel analisa di atas bahwa responden yang orang

tuanya tidak bekerja dengan perilaku seks remaja baik sebanyak 26

responden (45,6%), dan responden yang orang tuanya tidak

bekerja dengan perilaku seks remaja tidak baik sebanyak 31

responden (54,4%). Sedangkan responden yang orang tuanya

bekerja dengan perilaku seks remaja baik sebanyak 56 responden

(70,9%), dan responden yang orang tuanya bekerja dengan

perilaku seks remaja tidak baik sebanyak 23 rsponden (29,1%).

Hasil uji statistic di dapatkan nilai p-value=0,005 maka dapat

di simpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pekerjaan orang tua dengan perilaku seks remaja di SMK Labusta

Kota Tangerang.
Hasil analisis di peroleh pula nilai OR = 2,903 artinya

responden yang orang tuanya bekerja beresiko 2,903 kali dalam

memperoleh perilaku seks remaja yang baik di bandingkan dengan

orang tua yang tidak bekerja.

3. Hubungan pemberian pendidikan seksual dengan perilaku


seks remaja
Tabel 5.12
Hubungan pemberian pendidikan seksual dengan perilaku seks
remaja di SMK Labusta Kota Tangerang Provinsi Banten
Tahun 2016
Perilaku Seks Remaja Jumlah p.value OR
Pemberian Baik Tidak baik
pendidikan N % N % N %
seksual
Tidak diberikan 21 52,5 19 47,5 40 100 0,314 1,577
Diberikan 61 63,5 35 36,5 96 100
Jumlah 82 60,3 54 39,7 136 100

Berdasarkan tabel analisa di atas bahwa responden yang tidak

di berikan pendidikan seksual dengan perilaku seks remaja baik

sebanyak 21 responden (52,5%), dan responden yang tidak

diberikan pendidikan seksual dengan perilaku seks remaja tidak

baik sebanyak 19 responden (47,5%). Sedangkan responden yang

di berikan pendidikan seksual dengan perilaku seks remaja baik

sebanyak 61 responden (63,5%), dan responden yang di berikan

pendidikan seksual dengan perilaku seks remaja tidak baik

sebanyak 35 responden (36,5%).


Hasil uji statistic di dapatkan nilai p-value=0,341 maka dapat

di simpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

pemberian pendidikan seksual dengan perilaku seks remaja di

SMK Labusta Kota Tangerang.

Hasil analisis di peroleh pula nilai OR = 1,577 artinya

responden yang di berikan pendidikan seksual beresiko 2,903 kali

dalam memperoleh perilaku seks remaja yang baik di bandingkan

dengan responden yang tidak di berikan pendidikan seksual.

4. Hubungan umur remaja dengan seks bebas pada remaja


Tabel 5.13
Hubungan umur remaja dengan perilaku seks remaja di SMK
Labusta Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2016
Perilaku Seks Remaja Jumlah p.value OR
Umur remaja Baik Tidak baik
N % N % N %
Awal 36 61 23 39 59 100 1,000 0,040

Akhir 46 59,7 31 40,3 77 100


Jumlah 82 60,3 54 39,7 136 100

Berdasarkan tabel analisa di atas bahwa responden yang

berumur remaja awal dengan perilaku seks remaja baik sebanyak

36 responden (61%), dan responden yang berumur remaja awal

dengan perilaku seks remaja tidak baik sebanyak 23 responden

(59%). Sedangkan responden yang berumur remaja akhir dengan

perilaku seks remaja baik sebanyak 46 responden (59,7%), dan

responden yang berumur remaja akhir dengan perilaku seks remaja

tidak baik sebanyak 31 responden (40,3%).


Hasil uji statistic di dapatkan nilai p-value=1,000 maka dapat

di simpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

umur remaja dengan perilaku seks remaja di SMK Labusta Kota

Tangerang.

Hasil analisis di peroleh pula nilai OR = 0,040 artinya

responden yang umur remaja awal beresiko 0,040 kali dalam

memperoleh perilaku seks remaja yang baik di bandingkan dengan

responden umur remaja akhir.

5. Hubungan jenis kelamin dengan perilaku seks remaja

Tabel 5.14
Hubungan jenis kelamin dengan perilaku seks remaja di SMK
Labusta Kota Tangerang Provinsi Bantentahun 2016
Perilaku Seks Remaja Jumlah p.value OR
Jenis kelamin Baik Tidak baik
N % N % N %
Laki-laki 20 42,6 27 57,4 47 100 0,004 3,100
Perempuan 62 69,7 27 30,3 89 100
Jumlah 82 60,3 54 39,7 136 100

Berdasarkan tabel analisa di atas bahwa responden yang

berjenis kelamin laki-laki dengan perilaku seks remaja baik

sebanyak 20 responden (42,6%), dan responden yang berjenis

kelamin laki-laki dengan perilaku seks remaja tidak baik sebanyak

27 responden (57,4%). Sedangkan responden yang berjenis

kelamin perempuan dengan perilaku seks remaja baik sebanyak 62

responden (69,7%), dan responden yang berjenis kelamin


perempuan dengan perilaku seks remaja tidak baik sebanyak 27

responden (30,3%).

Hasil uji statistic di dapatkan nilai p-value=0,004 maka dapat

di simpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis

kelamin dengan perilaku seks remaja di SMK Labusta Kota

Tangerang.

Hasil analisis di peroleh pula nilai OR = 3,100 artinya jenis

kelamin perempuan mempunyai peluang 3,100 kali dalam

memperoleh perilaku seks remaja yang baik di banding jenis

kelamin laki-laki.

6. Hubungan pengetahuan dengan perilaku seks remaja

Tabel 5.15
Hubungan pengetahuan dengan perilaku seks remaja di SMK
Labusta Kota Tangerang Provinsi BantenTahun 2016
Perilaku Seks Remaja Jumlah p.value OR
Baik Tidak baik
Pengetahuan N % N % N %
remaja
Kurang baik 22 40,7 32 59,3 54 100 0,000 3,967
Baik 60 73,2 22 26,8 82 100
Jumlah 82 60,3 54 39,7 136 100

Berdasarkan tabel analisa di atas bahwa responden yang

pengetahuan kurang baik dengan perilaku seks remaja baik

sebanyak 22 responden (40,7%), dan responden yang pengetahuan

kurang baik dengan perilaku seks remaja tidak baik tersebanyak 32


responden (59,3%). Sedangkan responden yang pengetahuan baik

dengan perilaku seks remaja baik sebanyak 60 responden (73,2%),

dan responden yang pengetahuan baik dengan perilaku seks remaja

tidak baik sebanyak 22 responden (26,8%).

Hasil uji statistic di dapatkan nilai p-value=0,000 maka dapat

di simpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan remaja dengan perilaku seks remaja di SMK Labusta

Kota Tangerang.

Hasil analisis di peroleh pula nilai OR = 3,967 artinya

pengetahuan remaja yang baik mempunyai peluang 3,967 kali

dalam memperoleh perilaku seks remaja yang baik di banding

pengetahuan remaja yang kurang baik.

7. Hubungan lingkungan dengan perilaku seks remaja


Tabel 5.16
Hubungan lingkungan dengan perilaku seks remaja di SMK
Labusta Kota Tangerang Provinsi BantenTahun 2016
Perilaku Seks Remaja Jumlah p.value OR
Lingkungan Baik Tidak baik
N % N % N %
Bergaul dengan 34 69,4 15 30,6 49 100 0,149 0,543
orang dewasa
Bergaul dengan 48 55,2 39 44,8 87 100
teman sebaya
Jumlah 82 60,3 54 39,7 136 100

Berdasarkan tabel analisa di atas bahwa responden yang

bergaul dengan orang dewasa dengan perilaku seks remaja baik


sebanyak 34 responden (69,4%), dan responden yang bergaul

dengan orang dewasa dengan perilaku seks remaja tidak baik

sebanyak 15 responden (30,6%). Sedangkan responden yang

bergaul dengan teman sebaya dengan perilaku seks remaja baik

sebanyak 48 responden (55,2%), dan responden yang bergaul

dengan teman sebaya dengan perilaku seks remaja tidak baik

sebanyak 39 responden (44,8%)

Hasil uji statistic di dapatkan nilai p-value=0,149 maka dapat

di simpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

lingkungan dengan perilaku seks remaja di SMK Labusta Kota

Tangerang.

Hasil analisis di peroleh pula nilai OR = 0,543 artinya

responden yang bergaul dengan teman sebaya beresiko 0,543 kali

dalam memperoleh perilaku seks remaja yang baik di bandingkan

dengan bergaul dengan orang dewasa.

8. Hubungan informasi media dengan perilaku seks remaja


Tabel 5.17
Hubungan sumber informasi dengan perilaku seks remaja di
SMK Labusta Kota Tangerang Provinsi BantenTahun 2016
Perilaku Seks Remaja Jumlah p.value OR
Baik Tidak baik
Sumber N % N % N %
informasi
Tidak 46 76,7 14 23,3 60 100 0,001 0,274
mengetahui
Mengetahui 36 47,4 40 52,6 76 100
Jumlah 82 60,3 54 39,7 136 100
Berdasarkan tabel analisa di atas bahwa responden tidak

mengetahui melalui sumber informasi dengan perilaku seks remaja

baik sebanyak 46 responden (76,7%) dan responden tidak

mengetahui melalui sumber informasi dengan perilaku seks remaja

tidak baik sebanyak 14 responden (23,3%). Sedangkan responden

mengetahui melalui sumber informasi dengan perilaku seks remaja

baik sebanyak 36 responden (47,4%), dan responden mengetahui

melalui sumber informasi dengan perilaku seks remaja tidak baik

sebanyak 40 responden (52,6%).

Hasil uji statistic di dapatkan nilai p-value=0,001 maka dapat

di simpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sumber

informasi dengan perilaku seks remaja di SMK Labusta Kota

Tangerang.

Hasil analisis di peroleh pula nilai OR = 0,274 artinya yang

mengetahui melalui sumber informasi mempunyai peluang 0,274

kali dalam memperoleh perilaku seks remaja yang baik di banding

dengan yang tidak mengetahui dari sumber informasi.


BAB VI

PEMBAHASAN

Setelah peneliti mendapatkan hasil penelitian dan memulai analisis univariat

dan analisis bivariat maka peneliti akan menjabarkan pembahasan yang mengacu

pada tujuan khusus pada penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks remaja di SMK Lab

Bussines School Kota Tangerang Provinsi Banten tahun 2016, maka pembahasannya

diuraikan sebagai berikut :

A. Analisa Univariat

1. Perilaku Seksual

Dari hasil penelitian dengan analisis univariat menjelaskan bahwa

terdapat 60,3% yang berperilaku seksual baik

Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik

anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap

hubungan intim, yang biasanya di lakukan oleh pasangan suami istri.

Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang di

lakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hokum

maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.

Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang
bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku

berkencan, bercumbu dan bersenggama.

2. Pendidikan orang tua

Dari hasil penelitian dengan analisa univariat menjelaskan bahwa

terdapat 59,6% yang orang tua berpendidikan tinggi.

Menurut sari (2008) orang tua yang berpendidikan dapat membekali

diri dengan ilmu pengetahuan tak terkecuali pengetahuan tentang seksual

yang menjadi mutlak sebagai orang tua. Karena orang tua tak mampu

menjawab pertanyaan remaja seputar seksual kiranya remaja akan mencari

jawaban atas apa yang ingin ia ketahui.

3. Pekerjaan orang tua

Dari hasil penelitian dengan analisa univariat menjelaskan bahwa

terdapat 58,1% yang orang tuanya bekerja.

Pada kebanyakan remaja tidak memperoleh pendidikan seksual salah

satunya adalah karena kesibukkan orang tua mereka dalam bekerja

sehingga mereka tidak mengerti mengenai seksual secara utuh, (Sari,

2008)
4. Pemberian pendidikan seks

Dari hasil penelitian dengan hasil analisa univariat menjelaskan bahwa

terdapat 70,6% yang di berikan pendidikan seks.

Menurut Djiwandono (2008) fisik remajanya sudah mampu dan

tekanan seksualnya besar, maka orang tua sebenarnya harus berbicara

tentang seks pada umur ini, terutama jika mereka tidak mendiskusikan

seks bersama anak-anak yang lebih muda umurnya.

5. Umur remaja

Dari hasil penelitian dengan hasil analisa univariat menjelaskan bahwa

terdapat 56,6% yang berumur remaja awal.

Umur remaja lanjut wanita adalah 13-18 tahun, sedangkan pada

remaja lanjut laki-laki adalah 15-20 tahun, baik umur remaja lanjut wanita

dan laki-laki adalah sangat mempengaruhi perilaku seksual mereka karena

pada saat ini keinginan mereka untuk mengetahui seks lebih besar dari

sebelumnya, (Damarini,2011).

6. Jenis kelamin

Dari hasil penelitian dengan hasil analisa univariat menjelaskan bahwa

terdapat 34,6% yang berjenis kelamin laki-laki.

Bagi sebagian remaja putra, kenaikan pesat dalam dorongan seksual

yang menyertai pubertas sukar untuk di hindari dan cenderung berorientasi


genital. Sedangkan pada kalangan remaja putrid perasaan seksualnya lebih

membaur dan lebih dekat berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

lainnya seperti harga diri, penentraman, kasih sayang dan cinta

(Djiwandono,2008).

7. Pengetahuan remaja

Dari hasil penelitian dengan hasil analisa univariat menjelaskan bahwa

terdapat 60,3% yang berpengetahuan baik.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (2002) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni : Awareness (kesadaran), Interest,

Evaluation, Trial dan Adaption. (Notoatmodjo,2003)

8. Lingkungan

Dari hasil penelitian dengan hasil analisa univariat menjelaskan bahwa

terdapat 64% yang bergaul dengan teman sebaya.

Teman, sahabat, dan kawan adalah orang yang bersama-sama bekerja,

berbuat, berjalan, lawan bercakap-cakap, sesuatu yang jadi pelengkap atau

perihal bergaul, bermasyarakat yang dapat mempengaruhi perilaku seksual

pada remaja, (Damarini,2011).


9. Informasi media

Dari hasil penelitian dengan analisa univariat menjelaskan bahwa

terdapat 55,9% yang terpapar sumber informasi.

Media adalah suatu jenis komunikasi yang di tujukan kepada sejumlah

khayalan yang tersebar, heterogen dan anonim melewati media cetak atau

elektronik, kebiasaan dalam menggunakan suatu jenis komunikasi yang

tersebar melewati media cetak atau elektronik dapat mengubah perilaku,

(Jaka Widada, 2002).

B. Analisa Bivariat

Untuk menyatakan ada tidaknya hubungan antara variable di tentukan

dengan hasil perhitungan dari nilai p dimana bila p < 0,05 berarti dapat di

bilang itu ada hubungan dan bila p > 0,05 berarti dapat di bilang itu tidak ada

hubungan

1. Hubungan pendidikan orang tua dengan perilaku seks remaja

Hasil analisis hubungan antara pendidikan orang tua dengan perilaku

seks remaja di peroleh bahwa dari 55 responden yang mempunyai

pendidikan rendah sebanyak 30 responden (54,4%) perilaku seksualnya

baik dan 25 responden (45,5%) perilaku seksualnya tidak baik, sedangkan

dari 81 responden yang pendidikannya tinggi sebanyak 52 responden

(64,2%) perilaku seksualnya baik dan 29 responden (35,8%) perilaku

seksualnya tidak baik. Terdapat perbedaan di antara dua kelompok, akan

tetapi dari hasil uji statistic di peroleh p.value = 0,342 artinya secara
statistic tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan

perilaku seks remaja.

Menurut sari (2008) orang tua yang berpendidikan dapat membekali

diri dengan ilmu pengetahuan tak terkecuali pengetahuan tentang seksual

yang menjadi mutlak sebagai orang tua. Karena orang tua tak mampu

menjawab pertanyaan remaja seputar seksual kiranya remaja akan mencari

jawaban atas apa yang ingin ia ketahui.

Sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan

antara pendidikan orang tua dengan perilaku seks bebas pada remaja,

dalam hal ini penelitian yang di lakukan tidak sesuai dengan teori Sari

(2008).

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan

oleh Fadilla Oktavia di stikes Jakarta Timur tahun 2012, dengan nilai

p.value = 0,04 yang berarti bahwa p.value < , adanya hubungan antara

pendidikan orang tua dengan perilaku seks bebas pada remaja. Dan

penelitian yang sejalan dengan penelitian ini di lakukan oleh Alfrido

Mallo pada mahasiswa Tk. III jurusan keperawatan Palembang tahun

2004, dengan nilai p.value = 0,431 yang berarti bahwa p.value > , tidak

adanya hubungan antara pendidikan orang tua dengan seks bebas pada

remaja.

Dari hasil yang penulis dapatkan bahwa, tidak ada hubungan antara

pendidikan orang tua dengan perilaku seks remaja karena belum tentu
orang tua yang mempunyai pendidikan rendah tidak dapat memberikan

pengetahuan tentang seksual, kebanyakan remaja di SMK Labusta orang

tua nya berpendidikan tinggi dimana peran orang tua dalam mendidik

anaknya sangat lah penting, maka dari itu penting juga sebagai orang tua

harus mempunyai pendidikan yang tinggi walaupun tidak menentukan jika

remaja mempunyai orang tua berpendidikan tinggi akan mengetahui

tentang perilaku seksual yang baik.

2. Hubungan pekerjaan orang tua dengan perilaku seks remaja

Hasil analisis hubungan antara pekerjaan orang tua dengan perilaku

seks remaja di peroleh bahwa dari 57 responden yang orang tuanya tidak

bekerja sebanyak 26 responden (45,6%) yang perilaku seksualnya baik

dan 31 responden (54,4%) yang perilaku seksualnya tidak baik, sedangkan

79 responden yang orang tuanya bekerja sebanyak 56 responden (70,9%)

yang perilaku seksualnya baik dan 23 responden (29,2%) yang perilaku

seksualnya tidak baik. Terdapat perbedaan di antara dua kelompok, akan

tetapi dari hasil uji statistic di peroleh p.value = 0,005 artinya secara

statistic ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan orang tua dengan

perilaku seks remaja.

Pada kebanyakan remaja tidak memperoleh pendidikan seksual salah

satunya adalah karena kesibukkan orang tua mereka dalam bekerja


sehingga mereka tidak mengerti mengenai seksual secara utuh, (Sari,

2008)

Sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara

pekerjaan orang tua dengan perilaku seks bebas pada rehmaja, dalam hal

ini penelitian yang di lakukan sesuai dengan teori Sari (2008).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Yuli

Trisnawati di Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto tahun 2013, dengan

nilai p.value = 0,002 yang berarti bahwa p.value < , adanya hubungan

antara pekerjaan orang tua dengan perilaku seks bebas pada remaja. Dan

penelitian yang tidak sejalan dengan penelitian ini di lakukan oleh Zahroh

Shaluhiyah pada mahasiswa akademi kesehatan Bengkulu tahun 2001,

dengan nilai p.value = 0,24 yang berarti bahwa p.value > , tidak adanya

hubungan antara pekerjaan orang tua dengan seks bebas pada remaja.

Dari hasil yang penulis dapatkan bahwa, ada hubungan antara

pekerjaan orang tua dengan perilaku seks remaja karena rata-rata orang

tua yang bekerja tidak dapat memantau pergaulan anak, dan sulit

mengawasi anaknya dalam pergaulannya karena kesibukan bekerjanya.

3. Hubungan pemberian pendidikan seksual dengan perilaku seks

remaja

Hasil analisis hubungan antara pemberian pendidikan seksual dengan

perilaku seks remaja di peroleh bahwa dari 40 responden yang tidak di


berikan pendidikan seksual sebanyak 21 responden (52,5%) yang perilaku

seksual baik dan 19 responden (47,5%) yang perilaku seksual tidak baik,

sedangkan dari 96 responden yang di berikan pendidikan seksual

sebanyak 61 responden (63,5%) yang perilaku seksual baik dan 35

responden (36,5%) yang perilaku seksual tidak baik. Terdapat perbedaan

di antara dua kelompok, akan tetapi dari hasil uji statistic di peroleh

p.value = 0,314 artinya secara statistic tidak ada hubungan yang signifikan

antara pemberian pendidikan seksual dengan perilaku seks remaja.

Menurut Djiwandono (2008) fisik remajanya sudah mampu dan

tekanan seksualnya besar, maka orang tua sebenarnya harus berbicara

tentang seks pada umur ini, terutama jika mereka tidak mendiskusikan

seks bersama anak-anak yang lebih muda umurnya.

Sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara

pemberian pendidikan seksual dengan perilaku seks remaja, dalam hal ini

penelitian yang di lakukan tidak sesuai dengan teori Djiwandono (2008)

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan

oleh Suara M di Stikes Jakarta Timur tahun 2011, dengan nilai p.value =

0,005 yang berarti bahwa p.value < , adanya hubungan antara pemberian

pendidikan seksual dengan perilaku seks bebas pada remaja. Dan

penelitian yang sejalan dengan penelitian ini di lakukan oleh Sekarrini di

SMK kesehatan Bogor tahun 2011, dengan nilai p.value = 0,29,5 yang
berarti bahwa p.value > , tidak adanya hubungan antara pemberian

pendidikan seks dengan seks bebas pada remaja.

Dari hasil yang penulis dapatkan bahwa, tidak ada hubungan antara

pemberian pendidikan seksual dengan perilaku seks remaja karena bias

saja seorang remaja tidak mengetahui dari orang sekitar mereka dapat

mengetahui melalui buku-buku yang mereka baca atau mereka pelajari,

masih ada remaja yang tidak di berikan pendidikan seksual yang dimana

ini sangat penting mengenalkan tentang organ reproduksi sejak dini.

4. Hubungan umur remaja dengan perilaku seks remaja

Hasil analisis hubungan antara umur remaja dengan perilaku seks

remaja di peroleh bahwa 59 responden yang berumur remaja awal

sebanyak 36 responden (61%) yang perilaku seksualnya baik dan 23

responden (39%) yang perilaku seksual tidak baik, sedangkan 77

responden yang berumur remaja akhir sebanyak 46 responden (59,7%)

yang perilaku seksual baik dan 31 responden (40,3%) yang perilaku

seksual tidak baik. Terdapat perbedaan di antara du kelompok, akan tetapi

dari hasil uji statistic di peroleh p.value= 1,000 artinya secara statistic

tidak ada hubungan yang signifikan antara umur remaja dengan perilaku

seks remaja.

Umur remaja lanjut wanita adalah 13-18 tahun, sedangkan pada

remaja lanjut laki-laki adalah 15-20 tahun, baik umur remaja lanjut wanita
dan laki-laki adalah sangat mempengaruhi perilaku seksual mereka karena

pada saat ini keinginan mereka untuk mengetahui seks lebih besar dari

sebelumnya, (Damarini,2011).

Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan

antara umur remaja dengan perilaku seks remaja , dalam hal ini penelitian

yang di lakukan tidak sesuai dengan teori Damarini (2001).

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan

oleh Nicholas J. Ford di SMA Negeri Jawa Timur tahun 2011, dengan

nilai p.value = 0,009 yang berarti bahwa p.value < , adanya hubungan

antara umur remaja dengan perilaku seks bebas pada remaja. Dan

penelitian yang sejalan dengan penelitian ini di lakukan oleh Alfrido

Mallo pada mahasiswa Tk. III jurusan kesehatan Palembang tahun 2004,

dengan nilai p.value = 0,79 yang berarti bahwa p.value > , tidak adanya

hubungan antara umur remaja dengan seks bebas pada remaja.

Dari hasil yang penulis dapatkan bahwa, tidak ada hubungan antra

umur remaja dengan perilaku seks remaja karena umur remaja tidak hanya

pada umur remaja awal saja bahkan remaja akhir pun dapat mendapatkan

perilaku seks yang tidak baik, remaja di SMK Labusta berumur remaja

awal yang di mana masa ini adalah masa pencarian jati diri.
5. Hubungan jenis kelamin dengan perilaku seks remaja

Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku seks

remaja di peroleh bahwa dari 47 responden yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 20 responden (42,6%) yang perilaku seksual baik dan 27

responden (57,4%) yang perilaku seksual tidak baik, sedangkan dari 89

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 62 responden

(69,7%) yang perilaku seksual baik dan 27 responden (30,3%) yang

perilaku seksual tidak baik. Terdapat perbedaan di antara dua kelompok,

akan tetapi dari hasil uji statistic di peroleh p.value = 0,004 artinya secara

statistic ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan

perilaku seks remaja.

Bagi sebagian remaja putra, kenaikan pesat dalam dorongan seksual

yang menyertai pubertas sukar untuk di hindari dan cenderung berorientasi

genital. Sedangkan pada kalangan remaja putrid perasaan seksualnya lebih

membaur dan lebih dekat berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

lainnya seperti harga diri, penentraman, kasih sayang dan cinta

(Djiwandono,2008).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara

jenis kelamin dengan perilaku seks remaja. Dalam hal ini penelitian yang

di lakukan sesuai dengan teori Djiwandono (2008).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

Lisnawati di SMA Negeri Cirebon tahun 2013, dengan nilai p.value =


0,000 yang berarti bahwa p.value < , adanya hubungan antara jenis

kelamin dengan perilaku seks bebas pada remaja. Dan penelitian yang

tidak sejalan dengan penelitian ini di lakukan oleh Loverria Sekarini di

SMK kesehatan Bogor tahun 2011, dengan nilai p.value = 0,92 yang

berarti bahwa p.value > , tidak adanya hubungan antara jenis kelamin

dengan seks bebas pada remaja.

Dari hasil yang penulis dapatkan bahwa, ada hubungan antara jenis

kelamin dengan perilaku seks remaja karena kebanyakan perempuan dapat

sekali tergoda dengan laki-laki sehingga rata-rata kebanyak perempuan

yang terkena perilaku seks bebas.

6. Hubungan pengetahuan dengan perilaku seks remaja

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seks

remaja di peroleh bahwa dari 54 responden yang mempunyai pengetahuan

kurang baik sebanyak 22 responden (40,7%) yang perilaku seksual baik

dan 32 responden (59,3%) yang perilaku seksual tidak baik, sedangkan

dari 82 responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 60

responden (73,2%) yang perilaku seksual baik dan 22 responden (26,8%)

yang perilaku seksual tidak baik. Terdapat perbedaan di antara dua

kelompok, akan tetapi dari hasil uji statistic di peroleh p.value = 0,000
artinya secara statistic ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin

dengan perilaku seks bebas.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (2002) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni : Awareness (kesadaran),Interest,

Evaluation, Trial dan Adaption. (Notoatmodjo,2003)

Pada penelitian ini remaja masuk kedalam kategori Trial yaitudimana

orang telah mulai mencoba perilaku baru. Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan remaja denga

perilaku seks bebas pada remaja. Dalam hal ini penelitian yang di lakukan

sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003).

Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh

EmIi Rasmiani di SMA Negeri 8 Mandai Maros kota Makassar tahun

2013, dengan nilai p.value = 0,035 yang berarti bahwa p.value < yang

berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan remaja dengan perilaku

seks bebas pada remaja. Dan penelitian yang tidak sejalan dengan hasil

penelitian ini di lakukan oleh Minah di SMA Susukan Kecamatan Subang

tahun 2012 dengan nilai p.value = 0,328 yang berarti bahwa p.value >

yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja dengan

perilaku seks bebas pada remaja.


Dari hasil yang penulis dapatkan bahwa, ada hubungan antara

pengetahuan remaja dengan perilaku seks bebas karena remaja yang tidak

mengetahui tentang seks akan sangat mudah terjerat seks remaja karena

kurangnya pengetahuan yang mereka dapatkan seperti tidak tahunya

penyakit apa yang akan terjadi jika mereka melakukan seks bebas atau

akibat-akibat yang lain, remaja di SMK Labusta masih ada yang

berpengetahuan kurang karna sesungguhnya pengetahuan seksual itu

sangatlah penting agar anak remaja dapat mengaatasi pergaulannya.

7. Hubungan lingkungan dengan perilaku seks remaja

Hasil analisis hubungan antara lingkungan dengan perilaku seks

remaja di peroleh bahwa dari 49 responden yang bergaul dengan orang

dewasa sebanyak 34 responden (69,4%) yang perilaku seksual baik dan 15

responden (30,6%) yang perilaku seksual tidak baik, sedangkan dari 87

responden yang bergaul dengan teman sebaya sebanyak 48 responden

(55,2%) yang perilaku seksual baik dan 39 responden (44,8%) yang

perilaku seksual tidak baik. Terdapat perbedaan di antara dua kelompok,

akan tetapi dari hasil uji statistic di peroleh p.value = 0,149 artinya secara

statistic tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan

perilaku seks remaja.

Teman, sahabat, dan kawan adalah orang yang bersama-sama bekerja,

berbuat, berjalan, lawan bercakap-cakap, sesuatu yang jadi pelengkap atau


perihal bergaul, bermasyarakat yang dapat mempengaruhi perilaku seksual

pada remaja, (Darmarini,2001).

Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan

antara lingkungan dengan perilaku seks bebas pada remaja. Dalam hal ini

penelitian yang di lakukan tidak sesuai dengan teori Damarini (2001).

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan

oleh Mohammad di SMA Negeri Padang tahun 2011, dengan nilai p.value

= 0,006 yang berarti bahwa p.value < , adanya hubungan antara

lingkungan dengan perilaku seks bebas pada remaja. Dan penelitian yang

sejalan dengan penelitian ini di lakukan oleh Ariyanto di SMA Negeri

Bogor tahun 2008, dengan nilai p.value = 0,431 yang berarti bahwa

p.value > , tidak adanya hubungan antara lingkungan dengan seks bebas

pada remaja.

Dari hasil yang saya dapatkan bahwa, tidak ada hubungan antara

lingkungan dengan perilaku seks bebas pada remaja karena pergaulan

dengan teman sebaya atau teman dewasa tidak lah mempengaruhi perilaku

seksualnya jika para remaja mengetahui yang baik atau yang buruk untuk

di lakukan.
8. Hubungan sumber informasi dengan perilaku seks remaja

Hasil analisis hubungan antara sumber informasi dengan perilaku seks

remaja di peroleh bahwa dari 60 responden yang tidak terpapar sumber

informasi sebanyak 46 responden (76,7%) yang perilaku seksual baik dan

14 responden (23,3%) yang perilaku seksual tidak baik, sedangkan dari 76

responden yang terpapar sumber informasi sebanyak 36 responden

(47,4%) yang perilaku seksual baik dan 40 responden (52,6%) yang

perilaku seksual tidak baik. Terdapat perbedaan di antara dua kelompok,

akan tetapi dari hasil uji statistic di peroleh p.value = 0,001 artinya secara

statistic ada hubungan yang signifikan antara sumber informasi dengan

perilaku seks remaja.

Media adalah suatu jenis komunikasi yang di tujukan kepada sejumlah

khayalan yang tersebar, heterogen dan anonim melewati media cetak atau

elektronik, kebiasaan dalam menggunakan suatu jenis komunikasi yang

tersebar melewati media cetak atau elektronik dapat mengubah perilaku,

(Jaka Widada, 2002).

Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara

sumber informasi dengan perilaku seks bebas pada remaja. Dalam hal ini

penelitian yang di lakukan sesuai dengan teori Jaka Widada (2002).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Emi

Rasmiani di SMA Negeri 8 Mandai tahun 2013, dengan nilai p.value =

0,011 yang berarti bahwa p.value < , adanya hubungan antara sumber
informasi dengan perilaku seks bebas pada remaja. Dan penelitian yang

tidak sejalan dengan penelitian ini di lakukan oleh Irmayani di SMA

Negeri Surabaya tahun 2010, dengan nilai p.value = 0,57 yang berarti

bahwa p.value > , tidak adanya hubungan antara sumber informasi

dengan seks bebas pada remaja.

Dari hasil yang penulis dapatkan bahwa, ada hubungan antara sumber

informasi dengan perilaku seks remaja karena telah kita ketahui bahwa

elektronik sangatlah mempengruhi pola pikir remaja, apalagi dengan

elektronik para remaja dengan sangat mudah mengakses situs-situs yang

berbau pornografi.
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Dari responden yang berjumlah 136 terdapat 60,3% berperilaku seksual baik.

2. Di SMK Labusta yang pendidikan orang tuanya tinggi sebanyak 59,6%,

pekerjaan orang yang bekerja sebanyak 58,1%, pemberian pendidikan

seksual yang di berikan pendidikan seksual sebanyak 70,6%, umur remaja

yang umur remaja akhir sebanyak 56,6%, jenis kelamin yang perempuan

sebanyak 65,4%, pengetahuan remaja yang pengetahuan yang baik sebanyak

60,3%, lingkungan remaja yang bergaul dengan teman sebaya sebanyak

64%, dan sumber informasi yang terpapar sebanyak 55,9%.

3. Berdasarkan hasil uji statistic di dapat ada hubungan yang bermakna antara

pekerjaan orang tua (p.value = 0,005), jenis kelamin (p.value = 0,004),

pengetahuan (p.value = 0,000), dan sumber informasi (p.value = 0,001)

dengan perilaku seks remaja.

4. Faktor pendidikan orang tua (p.value = 0,342), pemberian pendidikan seks

(p.value = 0,314), umur remaja (p.value = 1,000), dan lingkungan (p.value =

0,149) tidak ada hubungan yang bermakna.


B. Saran

1. Bagi remaja

Di harapkan kepada remaja dapat memperbaiki perilaku seksualnya dengan

baik dan menambah pengetahuan mengenai seksual dengan benar dan terarah

di sertai norma-norma agama.

2. Bagi orang tua

Di harapkan kepada orang tua dapat meningkatkan perhatian serta kepedulian

terhadap anak remaja khususnya mengenai perilaku seksual dan memberikan

pengetahuan tentang seksual agar remaja tidak salah dalam memahami arti

seksual yang sesungguhnya.

3. Bagi sekolah

Adanya control tentang penyebaran media pornografi khususnya penggunaan

internet sekolah terkait dengan akses media pornografi.

4. Peneliti selanjutnya

Dapat lebih memperdalam lagi penelitian ini terutama dapat mencari factor-

faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seks bebas pada remaja, baik

dari internal atau eksternal.


DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada


Remaja di SMA Negeri Bogor tahun 2008. Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Skripsi. Surakarta.
Biro Pusat Statistik. Jumlah Remaja di Indonesia. di akses pada tanggal 12 April
2016.
Damarini. 2011. Perilaku Seksual Pada Remaja, UMS. Surakarta

Depkes. 2014. Badan Litbang Kesehatan Pusat Ekologi. di akses pada tanggal 12
April 2016.
Depkes. 2015. Jumlah PMS Pada Remaja. di akses pada tanggal 13 April 2016.
Djiwandono.Wuryani S. 2008. Pendidikan Seks Keluarga, PT. Indeks, Jakarta

Eliyawati, 2004. Faktor-faktor Perilaku Seksual Remaja, Bina Putra Aksara, Jakarta.

Ford N. 2011. Gambaran Perilaku Seksual Remaja dan Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Pada Siswa di SMA Negeri Jawa Timur Tahun 2011. Skripsi
FKM UI.
Hakim. 2007. Pendidikan Seksual Keluarga, PKBI, IPPF, Jakarta.

Hidayat. Alimul. 2007. Metodelogi Penelitian Kebidnan dan Tekhnik Analisis data,
Salemba Medika, Jakarta.
Hurlock. Elizabeth. 2000. Psikologi Perkembangan, IKAPI, Erlangga, Jakarta.

Irmayani. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Siswa SMA


Terhadap Hubungan Seksual Praniah di Kota Surabaya Tahun 2010. Fakultas
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro.
Lisnawati. 2013. Gambaran Perilaku Seks pada Remaja di SMA Negeri Cirebon
Tahun 2013. Poltekes Lampung.
Mallo A. 2004. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Renaja
Mahasiswa Tk. III Jurusan Keperawatan Polteknik Kesehatan Palembang
Tahun 2004. Tesis FKM UI.
Minah. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada
remaja di desa Susukan Kecamatan Sumbang. Akademi Prada Sumbang.
Mohammad. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pergaulan Bebas pada
Remaja di SMA Negeri Padang Tahun 2011. Poltekes Padang.
Narendra . 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, CV, Sagung Seto, Jakarta.

Notoatmodjo S. 2003. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Semarang: Rineka Cipta.


Oktavia F. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah
pada mahasiswa semester V Stikes X Jakarta Timur 2012. Program studi
kesehatan masyarakat Stikes MH. Thamrin.
Pratiwi, 2004. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Tugu. Yogyakarta. Muhammadiyah
University Press. Surakarta.
Prihantino. Widada jaka. 2002, Psikologi Remaja, Rajawali Pers. Jakarta

Rasmiani E. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja


kelas II di SMA negeri 8 Mandai-Maros. Stikes Nani Hasanuddin Makassar.
Ronosulistyo. Hanny. 2008. Ketika Anak Bertanya Seks, PT. Gramedia Widia Sarana
Indonesia, Jakarta.
Sari. Syafrudin. 2008. Faktor-faktor Perilaku Seksual Remaja, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta
Sarwono P, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : JNPKKR.
Sekarrini L. 2011. Factor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja
di SMK kesehatan di kabupaten Bogor tahun 2011. FKM-Universita
Indonesia.
Shaluhiyah Z. 2001. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan
Reproduksi Remaja di Antara Mahasiswa Akademi Kesehatan di Kota
Bengkulu. Tesis FKM UI.
Suara M. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan Remaja Dengan perilaku Seksual di
Stikes Jakarta Timur tahun 2011. Stikes MH.Thamrin.
Suryoputro A. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di
jawa tengah: implikasinya terhadap kebijakan dan layanan kesehatan seksual
dan reproduksi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Trisnawati Y. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Pada Remaja Di Akademi Kebidanan YLPP. Fakultas Kesehatan Purwokerto.
WHO. 2009. Jumlah Penduduk dunia. di akses pada tanggal 12 April 2016.
SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONCENT)

Kepada Yth : Siswa/I SMK Labusta Tangerang


Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya Mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan Universitas Nasional
Pasar Minggu.
Nama : Ifah Latifah
NPM : 153112450120341
Saya bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul Faktor-faktor
yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Remaja di SMK Lab Bussines
School Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2016
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku seks remaja di SMK Labusta Kota
Tangerang tahun 2016.
Sehubungan dengan hal tersebut, apabila anda setuju untuk ikut serta
dalam penelitian ini di mohon menandatangani kolom yang sudah di sediakam
Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih semoga
Allah SWT membalas kebaikan dan memberikan kesehatan bagi kita semua.

Responden Tangerang, Mei 2016


Peneliti

( ) Ifah Latifah
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMK LABUSTA

TANGERANG TAHUN 2016

Nama Responden :

Hari/ Tanggal :

Jenis Kelamin : P/L

Petunjuk pengisian, jawablah pertanyaan no 1-4 dengan tanda ( ) pada

salah satu pilihan anda.

Perilaku seks remaja YA TIDAK

1. Berpelukan

2. Melakukan petting

3. Cium bibir

4. Melakukan hubungan intim

Berilah tanda (X) pada salah satu pilihan anda

Pendidikan orang tua

1. Apakah pendidikan terakhir orang tuamu (ibu) ?

a. Tidak sekolah

b. SD
c. SMP

d. SMA

e. Perguruan tinggi

Pekerjaan orang tua

1. Apakah orang tuamu bekerja (ibu) ?

a. Ya

b. Tidak

2. Apa pekerjaan orang tuamu (ibu) ?

a. Wiraswasta

b. Pegawai negeri

Pemberian pendidikan seks

1. Apakah orang tuamu pernah memberikan atau membicarakan sekitar

seksual kepadamu ?

a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Seperti apa pendidikan seksual yang orang tua berikan kepadamu ?

a. Bercerita

b. Memberi contoh

3. Berapa kali di berikan pendidikan seks oleh orang tua ?

a. < 5 kali
b. > 5 kali

c. 1 kali

4. Di saat apa di berikannya pendidikan seks ?

a. Pagi

b. Siang

c. Sore

d. Malam

5. Siapa yang memberikan pendidikan seks kepada anda ?

a. Ibu

b. Ayah

Pengetahuan remaja tentang seks

1. Apakah anda mengetahui tentang seksualitas ?

a. Ya

b. Tidak

apa yang anda ketahui tentang seksualitas ?

2. Apakah anda mengetahui tentang petting ?


a. Ya

b. Tidak

3. Apa yang di maksud dengan petting ?

a. Berpelukan

b. Berpegangan tangan

c. Mencium daerah sensitif

4. Apa kah anda mengetahui tentang dampak yang berbahaya dari seks

bebas ?

a. Ya

b. Tidak

jelaskan dampak apa saja yang akan terjadi bila melakukan seks

bebas?

..

5. Berbahayakah bagi kamu seorang remaja hamil ?

a. Berbahaya

b. Tidak berbahaya

6. Tahukah kamu tentang mimpi basah pada laki-laki atau menstruasi

pada perempuan ?
a. Tahu

b. Tidak tahu

Apa yang kamu ketahui tentang mimpi basah ?

7. Apakah anda pernah mendengar tentang penyakit kelamin ?

a. Pernah

b. Tidak pernah

Penyakit kelamin apa yang pernah anda dengar?

..

8. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang organ reproduksi

dan fungsinya misalnya vagina berfungsi sebagai saluran keluarnya

menstruasi dan penis selain sebagai saluran buang air kecil juga

berfungsi sebagai saluran keluarnya sperma ?

a. Pernah
b. Tidak pernah

9. Siapa yang memberikan informasi tersebut ?

a. Orang tua

b. Guru

c. Teman

10. Apakah anda tahu tentang masa pubertas ?

a. Tahu

b. Tidak tahu

Jelaskan apa itu masa pubertas ?

..

Lingkungan

1. Berapakah rata-rata umur teman bermain mu ?

a. Kurang dari 20 tahun

b. Lebih dari 20 tahun

2. Apakah kamu pernah bermain dengan teman yang berusia di atas usia

mu ?
a. Pernah

b. Tidak pernah

Apa alasanmu bermain dengan teman di atas usia mu ?

Apa yang kamu lakukan jika bermain dengan teman di atas usia mu ?

Informasi yang di dapat

1. Dari mana sajakah kamu mendapatkan informasi tentang seksual ?

a. Media massa

b. Non media massa

2. Jelaskan infomasi apa yang pernah di dapat baik dari media massa

atau non media massa ?


no Perilaku remaja Pendidikan ortu Pekerjaan ortu Pemberian pendidikan
1 1 1 0 1
2 1 1 0 1
3 1 1 0 1
4 0 0 0 1
5 1 0 1 1
6 0 1 0 1
7 1 0 0 1
8 1 1 1 1
9 0 1 1 1
10 1 0 0 1
11 1 1 0 1
12 0 0 1 1
13 0 0 1 1
14 1 1 1 0
15 1 1 1 1
16 1 0 1 1
17 1 1 0 1
18 1 1 1 0
19 1 1 1 1
20 1 1 1 1
21 1 0 0 1
22 1 1 1 1
23 0 1 0 1
24 1 0 1 1
25 1 1 0 1
26 0 0 0 1
27 0 0 1 1
28 1 1 1 0
29 1 1 1 1
30 1 0 1 1
31 1 1 0 1
32 1 1 1 0
33 1 1 1 1
34 1 1 1 1
35 1 0 0 1
36 1 1 1 1
37 0 1 0 1
38 1 0 1 1
39 1 1 0 1
40 0 0 0 1
41 0 0 1 1
42 1 1 1 0
43 1 1 1 1
44 1 0 1 1
45 1 1 0 1
46 1 1 1 0
47 1 1 1 1
48 1 1 1 1
49 1 0 0 1

50 1 1 0 1
51 0 1 1 1
52 1 0 0 1
53 1 1 0 1
54 0 0 1 1
55 0 0 1 1
56 1 1 1 0
57 1 1 1 1
58 1 0 1 1
59 1 1 0 1
60 1 1 1 0
61 1 1 1 1
62 1 1 1 1
63 0 1 1 0
64 1 0 1 0
65 0 0 0 0
66 0 0 0 1
67 0 0 0 0
68 0 1 1 0
69 1 1 1 1
70 0 1 1 1
71 1 1 1 0
72 0 1 1 1
73 1 1 1 0
74 1 1 1 1
75 0 1 1 0
76 0 0 0 1
77 1 0 1 1
78 0 1 0 1
79 1 0 0 1
80 1 1 1 1
81 1 0 1 1
82 1 0 1 1
83 1 1 0 1
84 0 1 0 1
85 0 1 0 0
86 0 1 1 0
87 0 0 1 1
88 0 0 1 1
89 0 0 0 0
90 0 0 0 0
91 0 1 1 0
92 0 1 0 1
93 0 1 0 1
94 1 0 0 1
95 1 0 1 0
96 1 1 1 0
97 1 1 1 1
98 0 1 0 1
99 0 0 0 0
100 1 0 0 0
101 1 1 1 1
102 0 1 1 1
103 0 1 1 0
104 0 0 1 1
105 0 0 1 1
106 0 0 0 0
107 0 0 0 0
108 0 1 1 0
109 0 1 0 1
110 0 1 0 1
111 1 0 0 1
112 1 0 1 0
113 1 1 1 0
114 1 1 1 1
115 0 1 0 1
116 0 0 0 0
117 1 0 0 0
118 1 1 1 1
119 0 1 1 1
120 0 0 0 0
121 1 0 0 0
122 1 1 1 1
123 0 1 1 1
124 0 0 0 0
125 1 0 0 0
126 1 1 1 1
127 0 1 1 1
128 1 0 0 0
129 1 1 1 1
130 0 1 1 1
131 1 0 0 0
132 1 1 1 1
133 0 1 1 1
134 1 0 0 1
135 1 1 1 1
136 1 0 1 0
Umur remaja JK Pengetahuan Lingkungan Media massa
0 0 1 1 0
1 1 1 0 1
0 1 0 0 1
1 1 0 1 1
0 1 0 0 0
0 1 0 0 1
1 0 0 0 1
1 1 1 1 1
0 1 1 1 1
0 0 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 0 1
0 1 0 1 1
1 1 1 1 0
0 1 1 0 0
0 1 1 1 0
1 1 1 1 0
1 1 1 1 1
1 1 0 1 0
1 1 1 1 1
0 0 0 0 1
0 1 1 1 1
1 1 1 1 1
0 0 1 1 1
0 1 1 1 1
0 1 1 1 1
1 1 0 1 1
0 1 1 0 0
0 1 1 1 0
1 1 1 1 0
1 1 1 1 0
1 1 1 1 1
0 1 0 1 0
1 1 1 1 1
0 0 0 0 1
0 1 1 1 1
0 1 1 1 1
0 0 1 1 1
1 1 1 1 1
0 1 1 1 1
0 1 0 1 1
1 1 1 1 0
0 1 1 1 0
0 1 1 1 0
1 1 1 1 0
1 1 1 1 1
0 1 0 1 0
1 1 1 1 1
0 0 0 0 1
0 1 1 1 1
0 1 1 1 1
1 0 1 1 1
0 1 1 1 1
0 1 1 1 1
0 1 0 1 1
0 1 1 1 0
1 1 1 1 0
0 0 1 1 0
1 1 1 1 0
1 1 1 1 1
0 0 0 1 0
1 1 1 1 1
1 0 0 0 1
1 0 0 0 0
1 0 1 1 0
1 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 0 1 1 1
1 0 1 0 1
1 0 1 0 1
1 0 1 1 0
1 0 1 1 0
1 0 1 1 0
1 1 1 0 1
1 1 1 1 1
0 1 0 1 1
0 1 0 0 0
0 1 0 0 1
0 0 0 0 1
0 1 1 1 1
1 1 1 0 0
1 1 1 0 0
0 0 1 0 0
1 0 1 1 1
1 0 0 1 1
0 1 0 1 0
1 1 0 1 0
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 1 0 0 1
1 1 0 1 1
0 1 0 1 1
1 1 0 1 1
1 1 1 0 0
1 1 1 0 0
1 0 1 1 1
0 0 1 1 1
1 0 0 1 1
1 1 0 0 0
0 1 1 0 0
1 0 1 1 1
0 1 0 1 0
1 1 0 1 0
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 1 0 0 1
1 1 0 1 1
0 1 0 1 1
1 1 0 1 1
1 1 1 0 0
1 1 1 0 0
1 0 1 1 1
0 0 1 1 1
1 0 0 1 1
1 1 0 0 0
0 1 1 0 0
1 0 1 1 1
1 0 0 1 1
1 1 0 0 0
0 1 1 0 0
1 0 1 1 1
1 0 0 1 1
1 1 0 0 0
0 1 1 0 0
1 0 1 1 1
1 1 0 0 0
0 1 1 0 0
1 0 1 1 1
1 1 0 0 0
0 1 1 0 0
1 0 1 1 1
0 1 1 1 0
1 0 1 1 1
1 1 0 0 1
Your trial period for SPSS for Windows will expire in 14 days.

FREQUENCIES VARIABLES=perseks pendor pekor pempenseks umre JK pengre ling sumin

/ORDER=ANALYSIS.

CROSSTABS
/TABLES=pendor pekor pempenseks umre JK pengre ling sumin BY perseks
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW COLUMN

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 12-Jun-2016 19:12:14

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 136

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all


the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS
/TABLES=pendor pekor pempenseks
umre JK pengre ling sumin BY perseks
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW COLUMN
/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.047


Elapsed Time 00:00:00.047

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan orang tua * perilaku


136 100.0% 0 .0% 136 100.0%
seksual remaja

pekerjaan orang tua * perilaku


136 100.0% 0 .0% 136 100.0%
seksual remaja

pemberian pendidikan seks *


136 100.0% 0 .0% 136 100.0%
perilaku seksual remaja

umur remaja * perilaku seksual


136 100.0% 0 .0% 136 100.0%
remaja

jenis kelamin * perilaku seksual


136 100.0% 0 .0% 136 100.0%
remaja

pengetahuan remaja * perilaku


136 100.0% 0 .0% 136 100.0%
seksual remaja

lingkungan * perilaku seksual


136 100.0% 0 .0% 136 100.0%
remaja

sumber informasi * perilaku


136 100.0% 0 .0% 136 100.0%
seksual remaja

sumber informasi * perilaku seksual remaja


Crosstab

perilaku seksual remaja

tidak baik Baik Total

sumber informasi terpapar Count 14 46 60

% within sumber informasi 23.3% 76.7% 100.0%

% within perilaku seksual


25.9% 56.1% 44.1%
remaja

tidak terpapar Count 40 36 76

% within sumber informasi 52.6% 47.4% 100.0%

% within perilaku seksual


74.1% 43.9% 55.9%
remaja

Total Count 54 82 136

% within sumber informasi 39.7% 60.3% 100.0%

% within perilaku seksual


100.0% 100.0% 100.0%
remaja

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 12.022 1 .001
b
Continuity Correction 10.829 1 .001

Likelihood Ratio 12.389 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 11.934 1 .001


b
N of Valid Cases 136

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.82.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for sumber


informasi (terpapar / tidak .274 .130 .579
terpapar)

For cohort perilaku seksual


.443 .267 .735
remaja = tidak baik

For cohort perilaku seksual


1.619 1.229 2.131
remaja = baik

N of Valid Cases 136

lingkungan * perilaku seksual remaja

Crosstab

perilaku seksual remaja

tidak baik baik Total

lingkungan bergaul dengan orang dewasa Count 15 34 49

% within lingkungan 30.6% 69.4% 100.0%

% within perilaku seksual


27.8% 41.5% 36.0%
remaja

bergaul dengan teman sebaya Count 39 48 87

% within lingkungan 44.8% 55.2% 100.0%

% within perilaku seksual


72.2% 58.5% 64.0%
remaja

Total Count 54 82 136

% within lingkungan 39.7% 60.3% 100.0%


Crosstab

perilaku seksual remaja

tidak baik baik Total

lingkungan bergaul dengan orang dewasa Count 15 34 49

% within lingkungan 30.6% 69.4% 100.0%

% within perilaku seksual


27.8% 41.5% 36.0%
remaja

bergaul dengan teman sebaya Count 39 48 87

% within lingkungan 44.8% 55.2% 100.0%

% within perilaku seksual


72.2% 58.5% 64.0%
remaja

Total Count 54 82 136

% within lingkungan 39.7% 60.3% 100.0%

% within perilaku seksual


100.0% 100.0% 100.0%
remaja

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.646 1 .104
b
Continuity Correction 2.085 1 .149

Likelihood Ratio 2.691 1 .101

Fisher's Exact Test .144 .074

Linear-by-Linear Association 2.626 1 .105


b
N of Valid Cases 136

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.46.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for lingkungan


(bergaul dengan orang dewasa
.543 .259 1.138
/ bergaul dengan teman
sebaya)

For cohort perilaku seksual


.683 .422 1.105
remaja = tidak baik

For cohort perilaku seksual


1.258 .964 1.640
remaja = baik

N of Valid Cases 136

pengetahuan remaja * perilaku seksual remaja

Crosstab

perilaku seksual remaja

tidak baik Baik Total

pengetahuan remaja kurang baik Count 32 22 54

% within pengetahuan remaja 59.3% 40.7% 100.0%

% within perilaku seksual


59.3% 26.8% 39.7%
remaja
baik Count 22 60 82

% within pengetahuan remaja 26.8% 73.2% 100.0%

% within perilaku seksual


40.7% 73.2% 60.3%
remaja

Total Count 54 82 136

% within pengetahuan remaja 39.7% 60.3% 100.0%

% within perilaku seksual


100.0% 100.0% 100.0%
remaja

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 14.303 1 .000
b
Continuity Correction 12.981 1 .000

Likelihood Ratio 14.358 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 14.198 1 .000


b
N of Valid Cases 136

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.44.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for pengetahuan


3.967 1.911 8.234
remaja (kurang baik / baik)

For cohort perilaku seksual


2.209 1.451 3.363
remaja = tidak baik

For cohort perilaku seksual


.557 .393 .788
remaja = baik

N of Valid Cases 136

jenis kelamin * perilaku seksual remaja

Crosstab

perilaku seksual remaja Total


tidak baik baik

jenis kelamin laki-laki Count 27 20 47

% within jenis kelamin 57.4% 42.6% 100.0%

% within perilaku seksual


50.0% 24.4% 34.6%
remaja

perempuan Count 27 62 89

% within jenis kelamin 30.3% 69.7% 100.0%

% within perilaku seksual


50.0% 75.6% 65.4%
remaja

Total Count 54 82 136

% within jenis kelamin 39.7% 60.3% 100.0%

% within perilaku seksual


100.0% 100.0% 100.0%
remaja

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 9.442 1 .002
b
Continuity Correction 8.344 1 .004

Likelihood Ratio 9.383 1 .002

Fisher's Exact Test .003 .002

Linear-by-Linear Association 9.373 1 .002


b
N of Valid Cases 136

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.66.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for jenis kelamin


3.100 1.488 6.458
(laki-laki / perempuan)

For cohort perilaku seksual


1.894 1.270 2.824
remaja = tidak baik

For cohort perilaku seksual


.611 .426 .875
remaja = baik

N of Valid Cases 136

umur remaja * perilaku seksual remaja

Crosstab

perilaku seksual remaja

tidak baik baik Total

umur remaja remaja awal Count 23 36 59

% within umur remaja 39.0% 61.0% 100.0%

% within perilaku seksual


42.6% 43.9% 43.4%
remaja

remaja akhir Count 31 46 77

% within umur remaja 40.3% 59.7% 100.0%

% within perilaku seksual


57.4% 56.1% 56.6%
remaja
Total Count 54 82 136

% within umur remaja 39.7% 60.3% 100.0%

% within perilaku seksual


100.0% 100.0% 100.0%
remaja

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .023 1 .880
b
Continuity Correction .000 1 1.000

Likelihood Ratio .023 1 .880

Fisher's Exact Test 1.000 .511

Linear-by-Linear Association .023 1 .881


b
N of Valid Cases 136

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.43.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for umur remaja
.948 .474 1.897
(remaja awal / remaja akhir)

For cohort perilaku seksual


.968 .637 1.473
remaja = tidak baik

For cohort perilaku seksual


1.021 .776 1.344
remaja = baik

N of Valid Cases 136

pemberian pendidikan seks * perilaku seksual remaja

Crosstab

perilaku seksual remaja

tidak baik baik Tot

pemberian pendidikan seks tidak di berikan Count 19 21


% within pemberian pendidikan
47.5% 52.5% 10
seks

% within perilaku seksual


35.2% 25.6% 2
remaja

di berikan Count 35 61

% within pemberian pendidikan


36.5% 63.5% 10
seks

% within perilaku seksual


64.8% 74.4% 7
remaja

Total Count 54 82

% within pemberian pendidikan


39.7% 60.3% 10
seks

% within perilaku seksual


100.0% 100.0% 10
remaja

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.438 1 .230
b
Continuity Correction 1.014 1 .314

Likelihood Ratio 1.424 1 .233

Fisher's Exact Test .253 .157

Linear-by-Linear Association 1.427 1 .232


b
N of Valid Cases 136

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.88.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for pemberian


pendidikan seks (tidak di 1.577 .747 3.328
berikan / di berikan)

For cohort perilaku seksual


1.303 .857 1.982
remaja = tidak baik

For cohort perilaku seksual


.826 .593 1.151
remaja = baik

N of Valid Cases 136

pekerjaan orang tua * perilaku seksual remaja

Crosstab

perilaku seksual remaja

tidak baik Baik Total

pekerjaan orang tua tidak bekerja Count 31 26 57

% within pekerjaan orang tua 54.4% 45.6% 100.0%

% within perilaku seksual


57.4% 31.7% 41.9%
remaja

bekerja Count 23 56 79

% within pekerjaan orang tua 29.1% 70.9% 100.0%

% within perilaku seksual


42.6% 68.3% 58.1%
remaja

Total Count 54 82 136

% within pekerjaan orang tua 39.7% 60.3% 100.0%


Crosstab

perilaku seksual remaja

tidak baik Baik Total

pekerjaan orang tua tidak bekerja Count 31 26 57

% within pekerjaan orang tua 54.4% 45.6% 100.0%

% within perilaku seksual


57.4% 31.7% 41.9%
remaja

bekerja Count 23 56 79

% within pekerjaan orang tua 29.1% 70.9% 100.0%

% within perilaku seksual


42.6% 68.3% 58.1%
remaja

Total Count 54 82 136

% within pekerjaan orang tua 39.7% 60.3% 100.0%

% within perilaku seksual


100.0% 100.0% 100.0%
remaja

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.833 1 .003
b
Continuity Correction 7.809 1 .005

Likelihood Ratio 8.850 1 .003


Fisher's Exact Test .004 .003

Linear-by-Linear Association 8.768 1 .003


b
N of Valid Cases 136

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.63.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for pekerjaan orang


2.903 1.424 5.918
tua (tidak bekerja / bekerja)

For cohort perilaku seksual


1.868 1.230 2.838
remaja = tidak baik

For cohort perilaku seksual


.643 .469 .883
remaja = baik

N of Valid Cases 136


pendidikan orang tua * perilaku seksual remaja

Crosstab

perilaku seksual remaja

tidak baik baik Tota

pendidikan orang tua pendidikan rendah Count 25 30

% within pendidikan orang tua 45.5% 54.5% 100

% within perilaku seksual


46.3% 36.6% 40
remaja

pendidikan tinggi Count 29 52

% within pendidikan orang tua 35.8% 64.2% 100

% within perilaku seksual


53.7% 63.4% 59
remaja

Total Count 54 82

% within pendidikan orang tua 39.7% 60.3% 100

% within perilaku seksual


100.0% 100.0% 100
remaja

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.275 1 .259
b
Continuity Correction .903 1 .342

Likelihood Ratio 1.271 1 .260

Fisher's Exact Test .287 .171

Linear-by-Linear Association 1.265 1 .261


b
N of Valid Cases 136

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.84.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for pendidikan


orang tua (pendidikan rendah / 1.494 .743 3.005
pendidikan tinggi)

For cohort perilaku seksual


1.270 .842 1.915
remaja = tidak baik

For cohort perilaku seksual


.850 .635 1.137
remaja = baik

N of Valid Cases 136


Frequencies

Notes

Output Created 12-Jun-2016 19:11:03

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 136

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid


data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=perseks


pendor pekor pempenseks umre JK pengre
ling sumin
/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.000

[DataSet0]

Statistics

perilaku pendidikan pekerjaan pemberian umur jenis pengetahuan


seksual remaja orang tua orang tua pendidikan seks remaja kelamin remaja lingkungan i

N Valid 136 136 136 136 136 136 136 136

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table

perilaku seksual remaja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak baik 54 39.7 39.7 39.7

Baik 82 60.3 60.3 100.0

Total 136 100.0 100.0

pendidikan orang tua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pendidikan rendah 55 40.4 40.4 40.4

pendidikan tinggi 81 59.6 59.6 100.0

Total 136 100.0 100.0

pekerjaan orang tua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak bekerja 57 41.9 41.9 41.9

bekerja 79 58.1 58.1 100.0

Total 136 100.0 100.0

pemberian pendidikan seks

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak di berikan 40 29.4 29.4 29.4


di berikan 96 70.6 70.6 100.0

Total 136 100.0 100.0

umur remaja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid remaja awal 59 43.4 43.4 43.4

remaja akhir 77 56.6 56.6 100.0

Total 136 100.0 100.0

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 47 34.6 34.6 34.6

perempuan 89 65.4 65.4 100.0

Total 136 100.0 100.0

pengetahuan remaja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang baik 54 39.7 39.7 39.7

baik 82 60.3 60.3 100.0

Total 136 100.0 100.0


Lingkungan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid bergaul dengan orang dewasa 49 36.0 36.0 36.0

bergaul dengan teman sebaya 87 64.0 64.0 100.0

Total 136 100.0 100.0

sumber informasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid terpapar 60 44.1 44.4 44.4

tidak terpapar 76 55.9 55.6 100.0

Total 136 100.0 100.0

Total 136 100.0

You might also like