Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak dituntut pengertian bahwa ia harus memahami apa yang dikehendaki oleh pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang diajarkan adalah perlu baginya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa cirri utama dari yang sesungguhnya ialah adanya kesiapan intraksi edukatif dari pendidik dan terdidik. Sebelum mengemukakan batas pendidikan Islam, untuk perbandingan akan diutarakan terlebih dahulu beberapa pendapat ahli tentang batas pendidikan. Pendapat-pendapat tersebut dikemukakan oleh M.J. Langeveld, Ki Hajar Dewantara. J.J.Rousseau. 1. M. J. Langeveld Ia berpendapat bahwa pendidikan bagi seorang anak dapat dimulai pada saat ia mengenal kewibawaan dan berakhir bila anak telah dapat bertanggung jawab (mencapai kedewasaan).Dengan demikian, sebelum anak mengenal kewibawaan pendidikannya, ia belum bisa atau belum siap menerima pendidikan. Bila anak sudah menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, Ia tidak membutuhkan pendidikan lagi. 2. Ki Hajar Dewantara Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dimuali sejak anak lahir dan berakhir setelah tercapainya kedewasaan (berumur 24 tahun). Begitu anak lahir ia sudah dapat menerima pengaruh edukatif dari pendidikannya, sekalipun ia belum menyadari pengaruh tersebut. Pendidikan sudah dapat memulai pembentukan dan pembinaan kepribadian anaknya sejak hari kelahirannya. Setelah anak itu menajdi orang dewasa, berakhirlah proses pendidikan. Ia sudah memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kekuatannya sendiri. 3. J. J. Rousseau memandang bahwa pendidikan itu mempunyai pengaruh positif dan pengaruh negatif terhadap perkembangan kepribadian anak. Pendidikan dalam arti negatif dimuali sejak anak lahir hingga umur 12 tahun. Sedangkan pendidikan dalam arti positif dimulai sejak anak berumur 12 tahun sampai terwujudnya kedewasaan yang umur 20 tahun. Rousseau berpendapat, bahwa sejak lahir menjelang umur 12 tahun. Anak mempunyai motivasi sendiri (intrinsic motivation) untuk berkembang. Bahkan campur tangan orang dewasa dalam mempengaruhi anak akan merusak kesucian anak. Berbeda halnya bila anak telah mencapai umur 12 tahun. Pendidikan perlu mendidiknya, mempengaruhinya dalam memberikan motivasi (ekstrinsic motivation) untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berguna sampai ia dewasa (berumur 20 tahun). Batas ialah suatu yang menjadi hijab atau ruang lingkup; awal dan akhir berarti memiliki permulaan dan akhir. Sedangkan pendidikan adalah pengaktualisasian fitrah insaniyah yang manusiawi dan potensial agar manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (individual, sosial, religius).
B. Batas (awal) pendidikan Islam
Yang dimaksud dengan batas awal pendidikan Islam ialah saat kapan pendidikan Islam itu dimulai. Syahminan Zaini mengemukakan bahwa pendidikan Islam harus dimulai semenjak seorang laki-laki dan seorang perempuan mengikat tali perkawinan. Sebab sah atau tidaknya perkawinan akan mempengaruhi kehidupan suatu keluarga dan keturunan mereka. Suatu keluarga yang hidup tanpa perkawinan yang sah selalu berada dalam keadaan berdosa. Dosa menurut Islam mengotori hati manusia. Pembentukan keluarga sangat perlu diperhatikan untuk mewujudkan keturunan yang Islami. Pemuda muslim perlu memperhatikan wanita calon isterinya. Proses pendidikan Islam akan berjalan lebih baik, bila sang isteri adalah wanita saleh (taat melaksanakan ajaran Islam).Sebaliknya, betapapun suami berkeinginan mendidik anak- anaknya dengan tatanan Islam, namun akan terkendala bila isterinya acuh tak acuh terhadap agamanya. Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah SAW memesankan: Wanita dinikahi karena empat faktor, yaitu karena hartanya, kebangsaannya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah wanita yang kuat agamanya, niscaya hidupmu bahagia. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah). Dalam hadits lain Rasulullahh SAW: Pilihlah isteri yang baik untuk tempat anakmu, sebab sesungguhnya turunan darah itu mempunyai pengaruh besar. Wanita yang taat menjalankan ajaran agamanya, biasanya berkeinginan dan berusaha mengasuh, membimbing dan mendidik anak-anaknya sesuai dengan ajaran agamatersebut. Pendidikan sang ibu akan lebih berkesan dan lebih berpengaruh dari pada pendidikan yang dilakukan oleh bapak. Sebab, pada fase awal kehidupan anak, ia lebih banyak bergaul dengan ibunya dibangdingkan dengan bapaknya. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan Islam dalam pengertian yang luas dimuali sejak seorang muslim/muslimah memilih pasangan hidupnya atau pada awal pembentukan keluarga. Dengan demikian, pendidikan Islam bagi seorang anak sudah dimuali jauh sebelum ia dilahirkan. Para ahli paedagogik muslim dan non muslim mempunyai pendapat yang beragam akan hal ini. Mereka hanya sepakat bahwa pendidikan itu adalah suatu usaha dan proses mempunyai batas-batas tertentu. Langevel, memberikan batas awal (bawah) pendidikan pada saat anak sudah berusia kurang lebih 4 tahun, yakni pada usia ini telah terjadi mekanisme untuk mempertahankan dirinya (eksistensi) perubahan besar dalam jiwa seseorang anak di mana sang anak telah mengenal aku-Nya. Sehingga si anak sudah mulai sadar/mengenal kewibawaan (gezag), seperti yang telah dikemukakan diatas. Kewibawaan dalam pendidikan adalah kesediaan untuk mengalami adanya pengaruh dan menerima pengaruh (anjuran) orang lain atas dasar sukarela. Bukan karena takut atau terpaksa.[5] Sejarah Islam telah membenarkan bahwa pendidikan Islam itu telah mulai berkembang pesat di dunia Islam semenjak Islam itu lahir di permukaan bumi. Firman Allah Swt. dalam surah al-Alaq ayat 1-5 sebagai ayat yang pertama kali diturunkan yang berkaitan dengan pendidikan sebagai berikut: Artinya : Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah; yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya. Q. S. al-Alaq ( 96 ) : 1-5 Imam al-Gazali berpendapat bahwa anak itu seperti kertas putih yang siap untuk ditulisi melalui orang tuanya sebagai pendidik sehingga batas awal pendidikan pada saat anak dalam kandungan ibunya, lebih jauh dari itu yakin pada saat memilih calon pasangan hidup (suami isteri). Di mana anak akan lahir, tidaklah terlepas dari pengaruh perilaku orang tuanya yang mendidik dan membesarkannya. Anak dalam kaitannya dalam pendidikan menurut ajaran Islam adalah fitrah atau ajaran bagi orang tuanya. Sebagaimana Hadis Rasulullah saw. yang artinya: Setiap anak itu dilahirkan atas fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikan Nasrani atau Majusi.
C. Batas akhir pendidikan Islam
Sebelum anak mengenal kewibawaan (gezag) dari pendidik maka peristiwa pendidikan belum ada, dan yang ada hanya latihan dan pembiasaan saja. Kewibawaan yang dimaksud adalah kekuatan batin yang dimiliki oleh pendidik yang ditaati oleh anak didik. Langevel memandang pendidikan itu sebagai suatu pergaulan antara anak didik dengan pendidik. Tugas pendidik ialah mendewasakan anak didik (manusia muda) dengan membimbing sampai pada tingkat kedewasaan (jasmani dan rohani). Sehingga dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab secara etis. Adapun tujuan akhir pendidikan Islam menurut Imam al-Gazali adalah untuk mencapai keutamaan dan taqarrub (pendekatan diri kepada Allah). Sejalan dengan hal di atas jelaslah bahwa batas pendidikan versi Langevel agak realistik pragmatik, maka batas pendidikan Islam lebih idealistik dan pragmatik menurut Islam, pendidikan itu berlangsung dari buaian sampai ke liang lahat. Sebagaimana Hadis Nabi saw.:
Artinya: Tuntutlah ilmu pengetahuan semenjak dari buaian hingga ke liang lahat (al- Hadis). Muhammad Munir Mursa mengatakan bahwa pendidikan islam tidak terbatas pada suatu priode atau jenjang tertentu, tetapi berlangsung sepanjang hayat. Ia merupakan pendidikan dari buaian hingga liang lahat selalu memperbarui diri, serta terus menerus mengembangkan kepribadian dan memperkaya kemanusiaan. Dengan perkataan lain, ia senantiasa membimbing manusia untuk maju. Prinsip pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini yang dikenal dengan konsep pendidikan seumur hidup (Long Life of Education). Hal ini menunjukkan bahwa tidak dikenal adanya batas-batas pendidikan. Bukankah pendidikan adalah pertolongan orang dewasa (pendidik) kepada (pemuda) anak didik. Bukankah manusia semenjak dia lahir dan sepanjang hidupnya dia membutuhkan pertolongan orang lain?, maka semakin banyak kebutuhan hidup yang dibutuhkannya semakin pula ia membutuhkan pendidikan. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia muttaqin yang secara sadar dan bertanggung jawab selalu mencari keridaan Allah Swt. melalui jalur muamalah yang ubudiyah sehingga sistem pendidikan Islam adalah suatu pola yang menyeluruh dari suatu masyarakat, unsur-unsur lembaga formal atau non formal dengan pemindahan pengetahuan dan pewarisan kebudayaan yang mempengaruhi pertumbuhan sosial spiritual dan intelektual. Dengan munculnya sistem pendidikan Islam sebagai suatu sistem yang berdiri sendiri adalah suatu fenomena baru dalam syariat Islam.