You are on page 1of 5

RESUME JURNAL

Nama Jurnal : Open Mesh versus Laparoscopic Mesh Repair of Inguinal Hernia

Pengarang : Leigh Neumayer, M.D., Anita Giobbie-Hurder, M.S., Olga Jonasson, M.D.,
Robert Fitzgibbons, Jr., M.D., Dorothy Dunlop, Ph.D., James Gibbs, Ph.D.,
Domenic Reda, Ph.D., and William Henderson, Ph.D.

Metode : RCT

Terdapat dua metode hernia repair yaitu secara operasi terbuka dan secara laparoskopi.
Untuk meneliti metode mana yang lebih efektif maka dilakukan penelitian terhadap pasien laki-
laki penderita hernia inguinal dengan indikasi operasi di USA. Didapatkan 2164 sampel yang
terdiri dari laki-laki usia minimal 18 tahun dengan hernia inguinalis dengan indikasi hernia
repair surgery. Dilakukan salah satu dari metode operasi terbuka dan laparoskopi pada masing-
masing pasien secara acak. Pada pasien dengan hernia bilateral, dilakukan hernia repair secara
serentak, dimana salah satu sisinya dimasukkan ke dalam penelitian. Pada operasi terbuka
dilakukan dengan metode Lichtenstein, sedangkan untuk laparoskopi dilakukan secara
transabdominal preperitoneal atau dengan extraperitoneal total. Setelah dilakukan operasi pasien
dievaluasi selama minimal 2 tahun secara berkala pada minggu kedua, bulan ketiga, bulan ke 6,
dan pertahunnya. Outcome pertama yang dinilai adalah tingkat rekurensi atau kekambuhan
dalam masa evaluasi minimal 2 tahun. Outcome kedua yang dinilai komplikasi pasca operasi,
kematian, dan gejala klinis yang dirasakan pasien. Skrining pasien dilakukan pada Januari 1999
sampai November 2001 dan dilakukan evaluasi pasca operasi sampai November 2003.
Berdasarkan kejadian rekurensi pasca operasi diketahui tingkat rekurensi pada pasien
pasca laparoskopi lebih tinggi daripada pasien pasca operasi terbuka. Terdapat total 87 pasien
(10.1%) pasca laparoskopi dan 41 pasien (4.9%) pasca operasi terbuka yang mengalami
kekambuhan dalam dua tahun pertama pasca operasi. Namun angka kejadian rekurensi pada
hernia rekuren seimbang pada kelompok operasi terbuka maupun laparoskopi. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena skar yang terbentuk menjadi semakin dalam setelah pasca
operasi terbuka sehingga menjadi penyulit.

Secara keseluruhan, 718 pasien (36.2%) terdapat setidaknya satu komplikasi, baik itu
komplikasi intraoperative dan atau immidiate postoperative hernia repair. Terdapat 386 pasien
(39%) pada kelompok laparoskopi yang mengalami komplikasi, dan 332 pasien (33.4%) pada
kelompok operasi terbuka dengan komplikasi. Namun untuk komplikasi jangka panjang
(komplikasi yang lama kejadiannya 3 bulan) dan angka mortalitas kurang lebih sama pada
kedua kelompok.

Pasien kelompok operasi terbuka mengalami tingkat nyeri pasca operasi (saat istirahat
dan aktivitas) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok laparoskopi dalam 2 minggu
pertama pasca operasi. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali beraktivitas biasa lebih singkat
pada kelompok laparoskopi (rata-rata 4 hari) daripada kelompok operasi terbuka (rata-rata 5
hari). Lebih banyak pasien dari kelompok laparoskopi yang sudah dapat beraktivitas berat dalam
waktu 2 minggu pasca operasi. Dalam waktu sekitar 14 hari pasien dari kedua kelompok sudah
bisa melakukan hubungan seksual. Setelah 3 bulan pasca operasi, tingkat nyeri maupun beban
aktivitas pada kedua kelompok kurang lebih sama.

Kesimpulan :

Hernia repair dengan metode operasi terbuka lebih unggul dari laparoskopi untuk hernia
primer berdasarkan tingkat rekurensi dan keamanannya.

You might also like