Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti infeksi saluran kemih (ISK)
berhubungan dengan kondisi-kondisi yang menyebabkan obstruksi dan stasis
saluran kemih, kecuali urolitiasis dan disfungsi buli-buli neuropatik.
Metode
Sebuah pencarian literatur elektronik dilakukan dengan menggunakan kata kunci
urinary tract infection (UTI), benign prostatic hyperplasia (BPH),
hydronephrosis, obstruction, reflux, diverticulum, urethra, dan stricture. Sejumlah
520 abstrak ditinjau, 210 artikel dipelajari secara detil, dan 36 artikel dijadikan
sebagai referensi.
Hasil
Terdapat salah satu aksioma dalam praktik urologi bahwa obstruksi dan stasis
saluran kemih berisiko terjadi ISK. Penelitian eksperimental menunjukkan bahwa
oleh karena inokulasi bakteri transuretra dieliminasi dengan cepat dari buli-buli
normal, obstruksi menyebabkan sistitis, pielonefritis, dan bakteremia. BPH, di
samping urolitiasis, merupakan penyebab paling umum dari obstruksi saluran
kemih yang berisiko terjadi ISK. Striktur uretra tetap menjadi penyebab umum
dari ISK di banyak belahan dunia. Stasis urin pada divertikula uretra atau buli-buli
berisiko terjadi ISK. Penelitian eksperimental telah menunjukkan bahwa ginjal
normal relatif resisten terhadap infeksi organisme yang diinjeksikan secara
intravena, obstruksi ureter berisiko terjadi pielonefritis. Hal tersebut juga
menyebabkan disfungsi ginjal yang mengganggu ekskresi antibiotik dalam urin,
sehingga eradikasi bakteri menjadi sulit.
Kesimpulan
Pada pasien dengan ISK dan obstruksi saluran kemih, terapi antibiotik yang
ditargetkan berdasarkan kultur urin harus dilengkapi dengan drainase darurat
(kateterisasi buli-buli, nefrostomi perkutaneus, atau stenting ureter) diikuti dengan
pembedahan definitif untuk menghilangkan penyebab obstruksi atau stasis setelah
infeksi terkontrol.
Pendahuluan
Tujuan penelitian ini adalah memusatkan pada infeksi
saluran kemih (ISK) yang berhubungan dengan kondisi-kondisi
yang menyebabkan obstruksi dan stasis saluran kemih, selain
urolithiasis dan disfungsi buli-buli neuropatik. Prevalensi dan
penyebab obstruksi saluran kemih pada pasien ISK banyak
variasi dalam laporan berbeda pada literatur. Penyebab paling
umum adalah hiperplasia prostat jinak (BPH) mencapai 45%
kasus, kanker prostat 2-8%, striktur uretra 3-8%, dan obstruksi
pelviureteric junction (PUJO) 2% (Gambar. 1)1.
Metode
Sebuah pencarian literatur elektronik dilakukan pada
PubMed menggunakan kata kunci urinary tract infection (UTI ) secara
tersendiri dan dalam kombinasi dengan istilah-istilah berikut:
benign prostatic hyperplasia, BPH, hydronephrosis, obstruction, reflux,
diverticulum, urethra, dan stricture. Abstrak ditinjau, artikel yang relevan
dipelajari dalam full-length version, dan referensi lebih lanjut
diperoleh dari artikel-artikel tersebut. Sejumlah 520 abstrak
ditinjau, 210 artikel dipelajari secara detil, dan 36 dijadikan
sebagai referensi pada penelitian ini.
Sebuah versi pencarian yang lebih luas dari penelitian ini
dipublikasikan sebagai bab yang berjudul Infeksi Saluran Kemih
pada Pasien dengan Kelainan Urologi yang Mendasari dalam
[37].
Obstruksi Buli-Buli
Sebuah model binatang percobaan pada tikus
menunjukkan bahwa setelah inokulasi transuretra dengan E. coli,
bakteri akan dieliminasi dengan cepat melalui urinasi pada tikus
normal, tetapi akan menyebabkan bakteremia dan pielonefritis pada tikus dengan
3
Striktur Uretra
5
Divertikula
Divertikula buli-buli paling sering didapat (sekunder dari obstruksi buli-
buli atau disfungsi buli-buli neuropatik), tetapi juga bisa kongenital. Divertikula
buli-buli lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dan paling sering
berhubungan dengan BPH, kanker prostat atau striktur uretra, meskipun obstruksi
tidak terdapat pada semua kasus [13].
Divertikula buli-buli kongenital paling sering disertai dengan ISK [14].
Stasis urin pada divertikulum buli-buli dapat berisiko terjadi infeksi dan dapat
menghambat eradikasi infeksi yang terjadi. ISK kambuh-kambuhan atau persisten
yang tidak responsif terhadap terapi antibiotik dapat menjadi indikasi untuk
divertikulektomi buli-buli.
Sebuah penelitian yang membandingkan pasien dengan BPH disertai
divertikulum dan pasien hanya dengan BPH ditemukan bahwa kelompok BPH
disertai divertikulum mempunyai tingkat yang lebih tinggi terjadinya retensi urin
akut dan ISK (22% vs 3%), rata-rata PVR lebih besar dan resistensi uretra lebih
besar [15]. Pada pasien yang menjalani TURP dengan atau tanpa divertikulektomi,
parameter resistensi uretra dan PVR menurun pada kedua kelompok.
Divertikulektomi menunjukkan peningkatan kontraktilitas buli-buli dengan durasi
kontraksi detrusor yang lebih lama, mendukung fungsinya dalam kasus BPH
terkait divertikula [15].
Divertikula uretra pada perempuan paling mungkin disebabkan oleh
infeksi kelenjar periuretral, kemungkinan oleh Neisseria gonorrhoeae, meskipun
infeksi awal dan terutama infeksi ulang selanjutnya dapat disebabkan oleh E. coli
dan bakteri coliform lainnya atau flora vagina. Infeksi berulang pada kelenjar
periuretral menyebabkan obstruksi, pembentukan abses suburetral dan selanjutnya
ruptur kelenjar yang terinfeksi ke dalam lumen uretra [16].
6
Bakteriologi
Kelainan saluran kemih dapat berisiko terjadi infeksi
dengan organisme selain E.coli, dan terapi antibiotik jangka
panjang sering menyebabkan resistensi bakteri atau superinfeksi
jamur dengan Candida albicans [29]. Obstruksi saluran kemih
dapat menyebabkan infeksi ke atas (ascending infection) dari
strain E.coli dengan kemampuan penempelan yang lebih rendah.
P-fimbriae merupakan adhesin resisten-manosa dari
uropathogenic E.coli yang menyebabkan pielonefritis akut (PNA).
Kluster gen pap (PapGI, PapGII, dan PapGIII) mengkode protein
dibutuhkan untuk biogenesis P-fimbriae [30]. Insidensi alel PapG
kelas II pada E.coli yang menginfeksi pasien dewasa dengan
hidronefrosis lebih rendah daripada E.coli yang menginfeksi
pasien tanpa kelainan saluran kemih (69% vs 93%). Hal ini
menunjukkan bahwa kelainan struktur dan fungsi dari saluran
kemih dapat menyebabkan infeksi strain E.coli yang tidak akan
menjadi patogen dalam saluran kemih normal [31].
Penelitian Khusus
Tujuan dilakukan imaging pada ISK adalah untuk mendeteksi kondisi yang
perlu diatasi untuk mencegah perburukan fungsi ginjal yang cepat atau sepsis
sistemik dan untuk mencegah infeksi berulang serta kerusakan ginjal jangka
panjang. Indikasi dilakukan imaging pada pasien ISK ditunjukkan dalam Tabel 1.
pasien (sekitar 1%) yang ditemukan perbedaan jenis patogen antara darah dan
urin. Beberapa peneliti menyatakan bahwa kultur darah sebaiknya dilakukan pada
pasien dengan diagnosis yang belum pasti, pasien immunocompromised dan
pasien yang tidak berespon terhadap antibiotik yang sesuai. Namun, peneliti lain
menyebutkan bahwa kultur darah sebaiknya dilakukan pada semua pasien dengan
komplikasi APN karena bakteremia mengarah pada penyakit berat yang dapat
berulang dalam waktu 6 bulan pada pasien dengan bbakteremia non-E coli dan
pada pasien urolithiasis atau hydronephrosis terutama laki-laki.
Terapai Antibiotik
Pengobatan ISK dengan obstruksi saluran kencing memerlukan terapi
antibiotik yang sama efektifnya dengan intervensi urologis yang sesuai untuk
menghilangkan faktor predisposisi dan mengembalikan anatomi serta fungsi
normal saluran kencing dengan maksud mencegah septikemia dan rekurensi.
Pasien dengan penyakit parah disertai kemungkinan urosepsis sebaiknya
dirawat di rumah sakit dan diberikan terapi empiris ampicillin serta gentamicin
intravena atau alternatifnya seperti ciprofloxacin, levofloxacin, ceftriaxone,
aztreonam, ticarcillin-clavulanate atau imipenem-cilastin. Pemilihan terapi
antibiotik empiris sebaiknya didasarkan pada panduan atau kebijakan lokal.
Penggunaan quinolone dan cephalosporin secara luas sangat mengkhawatirkan
karena dapat meningkatkan resistensi bakteri. Diperlukan upaya untuk mengatasi
abnormalitas saluran kencing yang mendasari dimana hal tersebut dapat
menurunkan efikasi pengobatan. Terapi biasanya sesegera mungkin diganti dari
parenteral ke oral.
Terapi empiris ISK berat sebaiknya disertai agen antipseudomonal
intravena. Target terapi sebainya ditentukan segera setelah data suspektibilitas
diketahui. Agen yang sering digunakan adalah aminoglikosida, kombinasi
inhibitor beta laktamase, imipenem, cephalosporin generasi lanjut dan
fluoroquinolone. Banyak penelitian klinis yang mendukung penggunaan
fluoroquinolone untuk ISK berat di samping ciprofloxacin, obat yang sering
dilakukan penelitian.
12
Kesimpulan