You are on page 1of 125

GAMBARAN PERKEMBANGAN KEHAMILAN IBU IK

PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III HINGGA MASA NIFAS


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN
TAHUN 2013

Oleh :
KADEK AYU PUSPITA DEWI
NIM. P07124010028

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2013
GAMBARAN PERKEMBANGAN KEHAMILAN IBU IK
PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III HINGGA MASA NIFAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN
TAHUN 2013

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Poltekkes Denpasar
Jurusan Kebidanan
Program Reguler

oleh :
Kadek Ayu Puspita Dewi
NIM. PO7124010028

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2013
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PERKEMBANGAN KEHAMILAN IBU IK


PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III HINGGA MASA NIFAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN
TAHUN 2013

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

N.G.K Sriasih, S.ST., M.Kes Ni Nyoman Suindri, S.Si.T., M.Keb


NIP. 197001161989032001 NIP. 197202021992032004

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

Ni Nyoman Sumiasih, SKM., M.Pd.


NIP. 1954071319781122001
ii
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL:
GAMBARAN PERKEMBANGAN KEHAMILAN IBU IK
PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III HINGGA MASA NIFAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN
TAHUN 2013

TELAH DIUJIKAN DIHADAPAN TIM PENGUJI

PADA HARI : SENIN


TANGGAL : 08 JULI 2013

TIM PENGUJI:

Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb (Ketua)

N.G.K Sriasih, S.ST., M.Kes (Anggota)

Made Widhi Gunapria D., S.ST., M.Keb (Anggota)

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

Ni Nyoman Sumiasih, SKM., M.Pd.


NIP. 1954071319781122001

iii
PREGNANCY DEVELOPMENT OF MRS. IK
FROM THIRD SEMESTER PRIMIGRAVIDA TO POSTPARTUM PERIOD

ABSTRACT

The number of mother mortality rate (MMR) and infant mortality rate
(IMR) in a country can be shown by the quality of obstetric service. Midwives was
expected to have an important role in decreasing the number of MMR and IMR by
giving comprehensive care for pregnant women. This research was conducted to
study the pregnancy development of Mrs. IK from third semester primigravida to
the postpartum period, which is given comprehensive treatment and follow the
standard of midwifery care. The data was collected by interview, observation,
clinical check, laboratory test, and record study. Result showed that Mrs. IK
doesnt get any obstacle during pregnancy, childbirth, postpartum period and her
new born baby. The conclusion of this research that Mrs. IKs pregnancy until
postpartum period is going physiologically. Following the standard of midwifery
treatment which is managed to meet the need of clients would help pregnant
women to be not in inconvenient condition of pregnancy, childbirth, postpartum
period, and bearing a healthy baby. The research proposed to develop preventive
action and decrease the number of MMR and IMR by getting early detection of
complication.

Keywords: pregnancy, childbirth, postpartum, midwifery care, newborn baby.

iv
PERKEMBANGAN KEHAMILAN IBU IK
PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III HINGGA MASA NIFAS

ABSTRAK
Tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) disuatu negara dapat dilihat dari kemampuan untuk memberikan pelayanan
obstetrik yang bermutu dan menyeluruh. Bidan diharapkan berperan penting
dalam upaya menurunkan AKI dan AKB dengan memberikan asuhan
komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
kehamilan ibu IK primigravida Trimester III hingga masa nifas yang diberikan
asuhan kebidanan komprehensif sesuai standar asuhan kebidanan dengan
menggunakan desain penelitian studi kasus. Metode pengambilan data dalam
penelitian ini yaitu wawancara, observasi, pemeriksaan klinik, uji laboratorium
dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu IK tidak
mengalami penyulit selama melewati masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
dalam keadaan sehat. Dapat disimpulkan perkembangan ibu IK dari kehamilan
trimester III hingga masa nifas berjalan fisiologis dan sesuai harapan peneliti.
Keadaan ini tidak terlepas dari upaya yang telah diberikan berupa asuhan
kebidanan yang komprehensif dengan manajemen kebidanan mengacu pada
kebutuhan klien sesuai dengan standar asuhan kebidanan. Penelitian ini
diharapkan dapat dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
dengan melakukan deteksi dini terhadap komplikasi.

Kata Kunci: Kehamilan, persalinan, nifas, asuhan kebidanan, bayi baru lahir.

v
RINGKASAN PENELITIAN

Gambaran Perkembangan Kehamilan Ibu IK Primigravida Trimester III hingga


Masa Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2013

Oleh : KADEK AYU PUSPITA DEWI (NIM.P07124010028)

Tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) disuatu negara dapat dilihat dari kemampuan untuk memberikan pelayanan
obstetrik yang bermutu dan menyeluruh. Pada Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini 228 per
100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Denpasar tahun 2011 sebesar 59,12
per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 1,78 per
1.000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Bali,2012). Kematian maternal adalah
kematian seorang perempuan waktu hamil, atau dalam 42 hari sesudah
berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.
Pada tahun 2011 telah dicanangkan Strategi Making Pragnancy Safer
(MPS) sebagai strategi upaya percepatan penurunan angka kematian ibu di
Indonesia. Strategi pertama MPS terfokus pada penyediaan akses dan peningkatan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir untuk menjawab Tiga Pesan Kunci
MPS, yaitu: setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap
komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, setiap
wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Bidan sebagai ujung tombak
dalam pelayanan dasar diharapkan memiliki kemampuan dasar yang berperan
penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan harus berpedoman dengan standar
kompetensi bidan dan standar pelayanan kebidanan serta Permenkes 1464 tahun
2010 yang menerangkan batas-batas kewenangan dan kompetensi yang harus
dimiliki seorang bidan sebagai tenaga kesehatan. Kewenangan seorang bidan
vi
dalam memberikan pelayanan harus kompeten dalam memberikan asuhan pada
wanita selama daur siklus hidupnya, yang dalam hal ini terkait dalam masa
kehamilan hingga masa nifas.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti bertemu dengan ibu IK yang
merupakan ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Selatan. Pada saat ditemui kehamilan ibu IK dalam keadaan fisiologis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan Ibu IK dan janinnya
dari kehamilan trimester III, persalinan, bayi baru lahir ibu hingga masa nifas
yang diberikan asuhan sesuai standar asuhan kebidanan. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan desain penelitian studi kasus.
Pendekatan subjek yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu prospektif, analisis
data yang digunakan yaitu analisis data kulitatif dan dalam penyajian data
menggunakan teknik naratif dan tabel.
Subjek penelitian ini adalah ibu hamil IK primigravida umur 22 tahun.
Ibu IK telah menyetujui dan menandatangani informed consent bahwa ibu dan
keluarga bersedia diberikan asuhan kebidanan komprehensif oleh peneliti. Ibu
IK terpilih sebagai subjek dalam penelitian ini karena ibu IK telah memenuhi
kriteria untuk menjadi subjek penelitian yaitu, kehamilan ibu dalam keadaan
fisiologis, tapsiran persalinan dari minggu ke-2 bulan Maret sampai dengan
minggu ke-4 bulan April, berdomisili di Denpasar dan bersedia bersalin di
Denpasar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama mengikuti
perkembangan kehamilan ibu IK umur 22 tahun primigravida dari trimester III
sampai dengan masa nifas, diperoleh hasil bahwa perkembangan kondisi ibu IK
dan janin selama masa kehamilan berjalan dengan baik. Penambahan berat badan
ibu selama kehamilan, penambahan tinggi fundus uteri, tekanan darah, denyut
jantung janin dan gerakan janin yang dirasakan ibu dalam batas normal dan proses
perkembangan yang dialami ibu sudah sesuai dengan teori yang ada. Proses
persalinan pada ibu IK dan janin berjalan secara fisiologis. Ibu memasuki
proses persalinan saat umur kehamilan 40 minggu 6 hari. Perkembangan kala I
selama 12 jam, kala II selama 25 menit, kala III selama 5 menit dan sampai kala

vii
IV prosesnya berlangsung dengan normal. Ibu tidak mengalami penyulit,
komplikasi maupun perdarahan selama proses persalinan hingga pascapersalinan.
Bayi lahir spontan belakang kepala, segera menangis, gerak aktif, dengan
berat badan lahir 3000 gram. Kondisi fisik neonatus normal. Penambahan berat
badan optimal mencapai 4500 gram pada akhir masa neonatus. Perkembangan
kondisi ibu pada masa nifas, diantaranya saat 2 jam postpartum TFU 1 jari bawah
pusat, lochea rubra, dan laktasi tidak ada masalah. Postpartum hari ketiga TFU
pertengahan pusat dan simfisis, lochea sanguinolenta, dan laktasi lancar.
Postpartum minggu kedua TFU tidak teraba, tidak ada pengeluaran lochea, dan
laktasi lancar. Postpartum minggu keenam TFU tidak teraba, tidak ada
pengeluaran lochea, dan laktasi lancar.
Simpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah bahwa masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas ibu IK berlangsung secara fisiologis dan
tidak ada penyulit atau komplikasi serta ibu IK melahirkan bayi yang sehat.
Keadaan ini tidak terlepas dari upaya yang telah diberikan berupa asuhan
kebidanan yang komprehensif dengan manajemen kebidanan mengacu pada
kebutuhan klien sesuai dengan standar asuhan kebidanan.
Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang ingin disampaikan bagi ibu
IK diharapkan ibu dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan yang telah
diberikan oleh peneliti dan keluarga dapat membantu dan memberikan dukungan
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang masa
kehamilan, persalinan, nifas serta merawat bayinya dengan baik, dengan demikian
ibu dan keluarga dapat memantau dan mendeteksi secara dini adanya kelainan
yang mungkin terjadi untuk selanjutnya. Bagi petugas kesehatan, diharapkan
petugas kesehatan dapat memberikan komunikasi yang edukatif antara tenaga
kesehatan dan pasien agar dapat menciptakan suasana yang harmonis dan dapat
meningkatkan pelayanan kebidanan terutama dalam pelayanan kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang

Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan

usulan penelitian ini tepat pada waktunya. Penelitian studi kasus ini disusun untuk

memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III

Kebidanan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

Peneliti banyak mendapat dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak dalam penyusunan usulan penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. I Gede Sudarmanto, B.Sc selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Denpasar

2. Ni Nyoman Sumiasih, SKM., M.Pd selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

3. G.A Marhaeni, SKM., M.Biomed, selaku Ketua Program Studi DIII Jurusan

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

4. Ni Wayan Ariyani, M.Keb, selaku koordinator mata kuliah KTI

5. N.G.K Sriasih, S.ST, M.Kes, selaku pembimbing utama

6. Ni Nyoman Suindri, S.ST, M. Keb, selaku pembimbing pendamping

7. Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb, selaku penguji utama

8. Made Widhi Gunapria D., S.ST., M.Keb, selaku anggota penguji

9. dr. A.A.A.A Candrawati, selaku Kepala Puskesmas II Denpasar Selatan

beserta staf

10. Ibu IK selaku subjek penelitian

ix
11. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat

12. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah

membantu peneliti dalam menyusun usulan penelitian ini

Mengingat pengetahuan dan pengalaman peneliti yang terbatas, tentu

banyak kekurangan dalam penyusunan usulan penelitian ini. Peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

usulan penelitian ini. Akhir kata peneliti berharap semoga usulan penelitian ini

dapat menjadi dasar acuan dalam melakukan penelitian.

Denpasar, Juni 2013

Peneliti

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

ABSTRACT ......................................................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

RINGKASAN PENELITIAN ............................................................................. vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah Penelitian ...................................................................... 4

C. Rumusan Masalah Penelitian .......................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ................................................................................................... 6

1. Kehamilan ...................................................................................................... 6

2. Persalinan ....................................................................................................... 15

3. Bayi Baru Lahir .............................................................................................. 27

4. Nifas .............................................................................................................. 34

B. Kerangka Pikir ............................................................................................... 41


xi
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 42

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 43

B. Desain Penelitian ............................................................................................ 43

C. Pendekatan Subjek ......................................................................................... 43

D. Subjek Penelitian ............................................................................................ 44

E. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 44

F. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 45

G. Instrument Pengumpulan Data ........................................................................ 46

H. Analisis Data .................................................................................................. 46

I. Teknik Penyajian Data ................................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 48

1. Karakteristik Responden ................................................................................. 48

2. Perkembangan Kondisi Ibu dan Janin Pada Masa Kehamilan .......................... 49

3. Perkembangan Kondisi Ibu dan Janin Saat Proses Persalinan .......................... 53

4. Perkembangan Kondisi Bayi Baru Lahir ......................................................... 57

5. Perkembangan Kondisi Ibu pada Masa Nifas .................................................. 61

B. Pembahasan .................................................................................................... 67

1. Perkembangan Kondisi Ibu dan Janin Pada Masa Kehamilan .......................... 67

2. Perkembangan Kondisi Ibu dan Janin Saat Proses Persalinan .......................... 71

3. Perkembangan Kondisi Bayi Baru Lahir ......................................................... 74

4. Perkembangan Kondisi Ibu pada Masa Nifas .................................................. 77

xii
BAB V PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................................ 82

B. Saran .............................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Skor APGAR

Tabel 2 : Proses Involusi Uterus

Tabel 3 : Perubahan Tinggi Fundus Uteri, Kontraksi Uterus, dan


Pengeluaran Lokea

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Permohonan Menjadi Subjek Penelitian

Lampiran 2: Surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian

Lampiran 3: Surat Ijin Pengambilan Data Kasus

Lampiran 4: Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian

Lampiran 5: Pedoman Wawancara pada Asuhan Kehamilan

Lampiran 6: Pedoman Observasi pada Asuhan Kehamilan

Lampiran 7: Pedoman Wawancara pada Asuhan Persalinan

Lampiran 8: Pedoman Observasi pada Asuhan Persalinan

Lampiran 9: Pedoman Wawancara pada Asuhan Nifas

Lampiran 10: Pedoman Observasi pada Asuhan Nifas

xv
xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebuah komitmen bersama

masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan

pengentasan kemiskinan. Dalam rangka mencapai target keempat dan kelima

MDGs 2015 di Indonesia, dimana diharapkan Angka Kematian Ibu (AKI) turun

menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)

menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup (JNPK-KR, 2008a).

Tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) disuatu negara dapat dilihat dari kemampuan untuk memberikan pelayanan

obstetrik yang bermutu dan menyeluruh. Pada Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini 228 per

100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahiran

hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Denpasar tahun 2011 sebesar 59,12

per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 1,78 per

1.000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Bali,2012).

Kematian maternal adalah kematian seorang perempuan waktu hamil, atau

dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari

tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.

Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung

disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan

1
sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung, kanker, dan sebagainya

(Saifuddin,2009).

Pada tahun 2011 telah dicanangkan Strategi Making Pragnancy Safer

(MPS) sebagai strategi upaya percepatan penurunan angka kematian ibu di

Indonesia. Strategi pertama MPS terfokus pada penyediaan akses dan peningkatan

pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir untuk menjawab Tiga Pesan Kunci

MPS, yaitu: setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap

komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, setiap

wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak

diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Dalam upaya penyediaan

akses dan peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, perlu

didukung dengan kemitraan lintas program dan lintas sector agar terjamin Asuhan

Berkelanjutan (Continuum of Care) dan Keterpaduan Pelayanan (Integrated

Services) (JNPK-KR, 2008a).

Salah satu upaya puskesmas saat ini yang dilaksanakan oleh bidan adalah

Kesehatan Ibu dan Anak yang mencakup pelayanan antenatal (K1 untuk akses dan

K4 untuk kelengkapan layanan antenatal), cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan dan cakupan kunjungan neonates ataupun nifas. Berdasarkan laporan

tahun 2012 Puskesmas II Denpasar Selatan, data target K1 dan K4 sebesar 100%

dan 98%. Pencapaian K1 sebesar 107,24% dan pencapaian K4 sebesar 102,06%.

Data target pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 100% dan

pecapaian yang diraih sebesar 104,97%. Target kunjungan nifas (KF3) dan

kunjungan neonatus lengkap (KN) sebesar 98% dan 100%. Pencapaian yang

diraih yaitu masing-masing sebesar 104,60% dan 110,24%. Berdasarkan data

2
tersebut, capaian K1, K4, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, KN dan

KF3 di Puskesmas telah melebihi target yang sudah ditentukan Puskesmas. Hal ini

disebabkan karena banyaknya penduduk pendatang dan mobilisasi penduduk yang

sangat cepat. Terdapat 1 kasus kematian Ibu oleh karena non obstetrik yaitu gagal

ginjal dan tidak terdapat kasus kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan (PWS-KIA Puskesmas, 2012).

Bidan sebagai ujung tombak dalam pelayanan dasar diharapkan memiliki

kemampuan dasar yang berperan penting dalam upaya menurunkan angka

kematian ibu dan angka kematian bayi. Bidan dalam memberikan asuhan

kebidanan harus berpedoman dengan standar kompetensi bidan dan standar

pelayanan kebidanan serta Permenkes 1464 tahun 2010 yang menerangkan batas-

batas kewenangan dan kompetensi yang harus dimiliki seorang bidan sebagai

tenaga kesehatan. Kewenangan seorang bidan dalam memberikan pelayanan harus

kompeten dalam memberikan asuhan pada wanita selama daur siklus hidupnya,

yang dalam hal ini terkait dalam masa kehamilan hingga masa nifas.

Ibu IK adalah ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan. Kehamilan ibu IK sudah memasuki trimester III dan

memerlukan asuhan kebidanan sesuai standar asuhan. Berdasarkan hal diatas,

maka dilakukan penelitian studi kasus dengan judul Gambaran Perkembangan

Kehamilan Ibu IK Primigravida Trimester III hingga Masa Nifas di Wilayah

Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2013.

3
B. Pembatasan Masalah Penelitian

Pembatasan masalah dalam penelitian studi kasus ini adalah dari usia

kehamilan trimester III dengan umur kehamilan 31 minggu hingga masa nifas.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut Bagaimana perkembangan kehamilan Ibu IK

primigravida trimester III hingga masa nifas di Wilayah Kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan

kehamilan Ibu IK primigravida dari trimester III hingga masa nifas yang

diberikan asuhan sesuai standar asuhan kebidanan.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi perkembangan kondisi Ibu IK primigravida dan janin

pada masa kehamilan.

b. Mengidentifikasi perkembangan kondisi Ibu IK primigravida dan janin saat

proses persalinan.

c. Mengidentifikasi perkembangan kondisi Ibu IK primipara pada masa nifas.

d. Mengidentifikasi perkembangan kondisi bayi baru lahir Ibu IK.

4
E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

a. Ibu

Ibu dapat meningkatkan pengetahuannya dalam menjalani masa kehamilan hingga

nifas.

b. Keluarga

Keluarga dapat mengetahui peran pendamping dan mampu memberikan dukungan

kepada ibu selama proses kehamilan, persalinan, dan nifas.

c. Petugas Kesehatan

Sebagai sumber data untuk meningkatkan kualitas pelayanan petugas kesehatan dalam

upaya deteksi dini terhadap masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah literatur di perpustakaan

Poltekkes Kemenkes Jurusan Kebidanan dan sebagai bahan pertimbangan untuk

penelitian selanjutnya yang bekaitan dengan Ibu hamil trimester III hingga masa

nifas.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari

(40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu

disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu

disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut

kehamilan prematur. (Saifuddin, 2009). Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,

dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua

berlangsung 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13

minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Saifuddin,2010).

b. Perubahan Fisiologis selama Kehamilan

1) Perubahan Anatomik dan Fisiologis pada Wanita Hamil

Menurut Saifuddin (2009) terdapat beberapa perubahan anatomik dan

fisiologis pada organ reproduksi wanita, antara lain:

a) Uterus

Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar

dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam

beberapa minggu setelah persalinan. Uterus akan mengalami kontrkasi yang tidak

teratur yang disebut dengan Braxton Hicks. Sampai bulan terakhir kehamilan

biasanya kontraksi ini sangat jarang dan akan meningkat pada satu atau dua
6
minggu sebelum persalinan. Hal ini erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah

reseptor oksitosin dan gap junction di antara sel-sel miometrium. Pada saat ini

kontraksi akan terjadi pada setiap 10 sampai 20 menit, dan pada akhir kehamilan

ini akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan dianggap sebagai persalinan palsu.

Hubungan besarnya uterus dan tuanya kehamilan penting untuk diketahui

karena kemungkinan penyimpangan kehamilan seperti hamil ganda, hamil mola

hidatidosa, hamil dengan hidramnion yang akan teraba lebih besar. Sebagai

gambaran dapat dikemukakan sebagai berikut pada kehamilan 16 minggu,

tingginya rahim setengah dari jarak simfisis dan pusat. Pada kehamilan 20 minggu

fundus uteri sepertiga jarak antara pusat dan prosesus xifoideus. Kehamilan 32

minggu tinggi fundus uteri sekitar empat jari di bawah prosesus xifoideus.

Kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari di bawah prosesus

xifoideus karena bagian terbawah janin belum masuk panggul. Pada kehamilan 40

minggu fundus uteri setinggi tiga jari dibawah prosesus xifoideus karena saat ini

bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul (Manuaba, 2009).

b) Serviks

Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang

mengalami perubahan luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti

katup yang bertanggung jawab menjaga janin di dalam uterus hingga akhir

kehamilan dan selama persalinan.

c) Payudara

Payudara akan bertambah ukurannya setelah bulan kedua dan vena-vena di

bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan

7
tegak. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan

banyaknya air susu yang akan dihasilkan.

d) Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari

uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraseluler.

Diperkirakan peningkatan berat badan selama kehamilan dengan IMT

normal (18,5-22,9) sebesar 11,3-15,9 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada

perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan perminggu

sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih

dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan

0,3 kg (Proverawati, 2009).

e) Sistem Kardiovaskuler

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena kava

inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi telentang. Penekanan vena

kava inferior ini akan mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya,

terjadinya penurunan preload dan cardiac output sehingga akan menyebakan

terjadinya sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup berat akan

mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan aorta ini juga akan

mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi

terlentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan posisi miring.

f) Traktus Urinarius

Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas

panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

8
g) Traktus Digestivus

Perubahan yang nyata akan terjadi penurunan motilitas otot polos pada

traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung

sehingga menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh

refluks asam lambung ke esophagus bawah sebagai akibat perubahan posisi

lambung dan menurunnya otot sfingter esophagus bagian bawah.

h) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,

kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.

Perubahan ini dikenal dengan nama strie gravidarum. Perubahan ini dihasilkan

dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal yang diketahui

esterogen dan progesterone mempunyai peran dalam melanogenesis dan diduga

bisa menjadi faktor pendorongnya.

c. Perubahan Psikologis selama Masa Kehamilan Trimester III

Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu/penantian dan waspada

sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester

III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang

tua seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi. Gerakan bayi dan

membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatakan ibu akan bayinya.

Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu.

Ibu merasa khawatir dan gelisah tentang proses persalinan yang akan dihadapi.

Trimester ketiga merupakan soal persiapan aktif untuk kelahiran bayi yang akan

dilahirkan dan bagaimana rupanya serta prsiapan untuk menjadi orang tua.

9
Keluarga mulai menduga-duga tentang jenis kelanin bayinya, (apakah laki-laki

atau perempuan) dan akan mirip siapa (Varney, 2007).

Pada trimester III inilah ibu memerlukan dukungan dari suami, memberi

sugesti pada ibu bahwa persalinan itu hal yang biasa dan normal pada setiap

wanita, memperhatikan perkiraan waktu melahirkan dan tanda-tanda persalinan

akan tiba, membantu istri mempersiapkan perlengkapan persalinannya dan suami

siaga di rumah. Suport tenaga kesehatan antara lain memberi dukungan moral,

meyakinkan ibu dapat menghadapi kehamilan dengan perubahan yang

dirasakannya, bekerjasama dan membangun hubungan baik dengan ibu, berfungsi

sebagai fasilitator bagi ibu, memberikan informasi dan edukasi pada ibu mengenai

kehamilan dan membantu menjelaskan tentang mitos-mitos yang berlaku di

masyarakat baik yang bermanfaat ataupun yang merugikan kesehatan ibu dan

janin (Varney, 2007).

d. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III

Menurut Sulistyawati (2009), terdapat beberapa kebutuhan ibu pada

kehamilan trimester III, yaitu:

1) Nutrisi

Makanan yang dimakan ibu sebaiknya mengandung zat gizi yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Adapun zat-zat yang diperlukan karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, mineral, kalsium, zat besi. Semua itu dapat diperoleh

melalui berbagai sumber makanan ataupun dalam bentuk suplemen. Minum air

putih yang cukup juga sangat penting. Hendaknya makan secara teratur minimal

3x sehari disertai makan selingan 2 kali.

10
2) Istirahat yang cukup

Istirahat disini bukan berarti megurangi aktivitas secara total, melainkan

membatasi pekerjaan berat dan memilih untuk istirahat yang cukup. Ibu hamil

tidak harus meninggalkan pekerjaannya, tetapi mengurangi pekerjaan berat. Tidur

malam dan siang yang cukup mampu memberikan energi pada ibu dalam

menjalani kehamilannya.

3) Dukungan moral

Dukungan secara psikologis sangat diperlukan ibu hamil. Orang-orang

terdekat ibu senantiasa member dukungan disaat ibu merasa takut dan tegang

dalam mempersiapkan diri menjelang hari persalinannya. Adanya dukungan dapat

membuat ibu merasa tidak sendiri dan akan mampu menghadapi persalinannya.

4) Kebersihan diri

Kebersihan diri ibu hamil perlu diperhatikan karena dapat mengurangi

terjadinya infeksi. Perawatan diri seperti mandi, sikat gigi, dan mengganti pakaian

merupakan hal yang mempengaruhi kebersihan diri. Pada masa kehamilan, tubuh

akan memproduksi keringat lebih banyak sehingga membuat ibu merasa

kepanasan. Pakaian ibu diusahakan yang longgar dan terbuat dari bahan yang

menyerap keringat.

5) Perawatan payudara

Perawatan payudara bisa dilakukan sendiri oleh ibu hamil dirumah. Ini

merupakan persiapan menyusui saat melahirkan. Perawatan ini dilakukan dengan

hati-hati yaitu hindarkan memilin piting susu terutama pada umur kehamilan yang

belum aterm karena sangat merangsang terjadinya kontraksi. Pemilihan bra yang

benar juga sangat diperlukan. Adanya pengaruh hormone menyebabkan payudara

11
bertambah besar saat kehamilan, sehingga ibu harus memilih bra yyang berukuran

lebih besar dari pada sebelumnya dan tidak ketat.

6) Konsumsi suplemen

Pada kehamilan trimester III ibu masih melanjutkan meminum tablet

penambah darah sebagai tindakan antisipasi dalam masa persalinan

7) Persiapan persalinan

Ibu hamil sudah mulai mempersiapkan perlengkapan persalinan seperti tempat

bersalin, jarak menuju tempat bersalin, menyiapkan trasportasi yang akan

digunakan, pakaian ibu dan bayi, pendamping saat persalinan, biaya dan calon

donor.

e. Standar Asuhan Antenatal

Menurut Saifuddin (2009), asuhan antenatal adalah upaya preventif program

pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi maternal dan neonatal melalui

serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

Terdapat enam standar dalam pelayanan antenatal, yaitu sebagai berikut ini :

1) Standar 3 : identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat

secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, serta

anggota keluarga lainnya agar mendorong dan membantu ibu untuk

memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

2) Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Bidan memberikan sedikitnya empat kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan

meliputi anamnesis serta pemantauan ibu dan janin dengan saksama untuk menilai

apakah perkembangan janin berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal

12
adanya kelainan pada kehamilan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,

penyakit menular seksual (PMS)/infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi,

nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh

puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila

ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan

dan merujuk untuk tindakan selanjutnya.

3) Standar 5 : palpasi abdomen

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara saksama dan melakukan

palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan

bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin, dan masuknya kepala janin

ke dalam rongga panggul untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat

waktu.

4) Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, identifikasi, penanganan dan/ atau

rujukan untuk semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

5) Standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan

dan mengenali tanda serta gejala preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan

yangtepat dan merujuknya.

6) Standar 8 : persiapan persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, serta

keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan persalinan

yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan

13
dengan baik. Di samping itu, persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk juga

harus direncanakan bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya

melakukan kunjungan rumah (IBI, 2006).

Berdasarkan Buku Pedoman PWS-KIA (Depkes, 2010) pelayanan antenatal

sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan),

pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus

(sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri

atas:

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

b) Ukur tekanan darah.

c) Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).

d) Ukur tinggi fundus uteri.

e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

f) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan.

g) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

h) Test laboratorium (rutin dan khusus).

i) Tatalaksana kasus

j) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,

hemoglobin, PMTCT, protein urin dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus

dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berisiko, pemeriksaan

14
yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan

dan thalasemia.

Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut

lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut.

Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal empat kali

selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan

sebagai berikut : minimal satu kali pada trimester pertama, minimal satu kali pada

trimester kedua, minimal dua kali pada trimester ketiga. Standar waktu pelayanan

antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil,

berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi

(Depkes, 2010).

2. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari

uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan

cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan

dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada

serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara

lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan

serviks (JNPK-KR, 2008).

15
b. Perubahan Fisiologis selama Persalinan

1) Perubahan Fisiologis Pada Ibu Bersalin Kala I, yaitu:

Menurut Asrinah,dkk (2010), perubahan fisiologis pada ibu bersalin kala I

yaitu sebagai berikut :

a) Perubahan pada serviks

(1) Pendataran pada serviks

Pendataran pada serviks adalah pemendekan dari kanalis servikalis yang

semula berupa sebuah saluran sepanjang 1-2 cm, menjadi sebuah lubang saja

dengan pinggir yang tipis.

(2) Pembukaan serviks

Pembukaan serviks disebabkan karena pembesaran ostium uteri eksternum

(OUE) karena otot yang melingkar di sekitar ostium meregang untuk dilewati

kepala.

Kecepatan pembukaan serviks pada nullipara atau primigravida rata-rata 1 cm

per jam atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada multipara (JNPK-KR, 2008)

b) Perubahan sistem kardiovaskuler

(1) Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik

rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Di antara

kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk

persalinan dan akan naik lagi jika terjadi kontraksi.

16
(2) Denyut jantung

Kontraksi dapat menyebabkan metabolisme meningkat, mengakibatkan kerja

jantung akan meningkat pula sehingga denyut jantung akan meningkat selama

kontraksi.

c) Perubahan metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaeorobik

akan naik secara perlahan. Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dari

kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernapasan, cardiac output, dan kehilangan

cairan.

d) Perubahan sistem respirasi

Pada respirasi atau pernapasan terjadi kenaikan sedikit dibandingkan dengan

sebelum persalinan, hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran

serta penggunaan teknik pernapasan yang tidak benar.

e) Kontraksi uterus

Kontraksi uterus terjadi karena keluarnya hormon oksitosin dimana kontraksi

dimulai dari fundus uteri dan terus menyebar kedepan dan ke bawah abdomen,

gerak his dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus adalah

sumber dari timbulnya kontraksi pada face maker.

f) Pembukaan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

Segmen atas rahim (SAR) dibentuk oleh korpus uteri yang sifatnya aktif yaitu

berkontraksi, dan dinding bertambah tebal dengan majunya persalinan serta

mendorong anak keluar. Segmen bawah rahim terbentang di uterus bagian bawah

antar ismus, dengan serviks serta sifat otot yang tipis dan elastis.

17
g) Perubahan hematologis

Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100ml selama persalinan dan kembali ke

tingkat sebelum persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama

persalinan. Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara progresif selama kala satu

persalinan, sebesar 5000 s/d 10000 L sampai dengan akhir pembukaan lengkap.

Gula darah akan menurun selama perslinan dan akan turun secara menyolok pada

persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama.

h) Perubahan renal

Oliguri sering terjadi selama persalinan, yang dikarenakan oleh cardiac output

yang meningkat serta disebabkan oleh filtrasi glomerolus serta aliran plasma ke

renal. Kandung kencing harus sering dikontrol setiap 2 jam yang bertujuan agar

tidak menghambat penurunan bagian terendah janin dan trauma pada kandung

kemih serta menghindari retensi urin setelah melahirkan.

i) Perubahan gastrointestinal

Lambung yang penuh bisa menimbulkan ketidaknyamanan. Pada saat ini ibu

dianjurkan tidak makan terlalu banyak atau minum berlebihan. Ibu sebaiknya

makan dan minum secukupnya untuk mempertahankan energi dan hidrasi.

j) Perubahan suhu badan

Suhu badan akan sedikat meningkat selama persalinan. Kenaikan ini dianggap

normal asal tidak melebihi 0,51o C. Namun bila keadaan ini berlangsung lama,

kenaikan suhu mengindikasi adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus dilakukan

antara lain selaput ketuban sudah pecah atau belum, karena ini bisa merupakan

tanda infeksi.

18
k) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Pada kala I ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang sejak kehamilan

mengalami perubahan sedemikian rupa akan bisa dilalui bayi. Setelah ketuban

pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian

depan janin. Majunya bagian depan tersebut, dasar panggul diregang menjadi

saluran dengan dinding yang tipis. Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena

bertambahnya pembuluh darah pada bagian vagina dan dasar panggul, tetapi saat

jaringan tersebut robek, akan menimbulkan perdarahan yang banyak.

2) Perubahan fisiologis pada ibu bersalin kala II, yaitu:

Menurut Rukiyah,dkk (2009), perubahan fisilogis pada ibu bersalin kala II

yaitu sebagai berikut :

a) Kontraksi uterus

Kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxsia dari sel-sel otot

tekanan pada ganglia serviks dan segmen bawah rahim (SBR), regangan dari

serviks serta regangan dan tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi pada saat

kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang paling harus

diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90 detik, interval antara

kedua kontraksi, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

b) Perubahan-perubahan uterus

Perbedaan segmen atas rahim (SAR) dan segmen bawah rahim (SBR) dalam

persalinan akan terlihat lebih jelas, dimana SAR mengadakan suatu kontraksi

menjadi tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR yang sifatnya

19
memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan yang dengan

kata lain SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi.

c) Perubahan pada serviks

Perubahan pada servik pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap, pada

pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir porsio, segmen bawah rahim (SBR), dan

serviks.

d) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan,

terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga

menjadi saluran yang dinding-dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala

sampai di vulva menghahadap kedepan dan anus, menjadi terbuka, perineum

menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva.

e) Perubahan fisik lain yang mengalami perubahan:

(1) Perubahan Sistem Reproduksi

Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar progesteron dan

esterogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar estrogen dan

progesteron menurun kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai sehingga

menimbulkan kontraksi uterus.

(2) Perubahan Tekanan Darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik

rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Dengan mengubah

posisi tubuh dari terlentang menjadi miring, perubahan tekanan darah selama

kontraksi dapat dihindari.

20
(3) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat meningkat dengan kecepatan

tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktivitas otot. Peningkatan

aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan,

denyut jantung dan cairan yang hilang.

(4) Perubahan Suhu

Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan

segera setelah melahirkan. Perubahan suhu dianggap normal bila peningkatan

suhu yang tidak lebih dari 0,5- 10C yang mencerminkan peningkatan metabolisme

selama persalinan.

(5) Perubahan Denyut Nadi

Penurunan yang signifikan selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika

wanita berada pada posisi miring bukan terlentang. Perubahan ini mencerminkan

peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.

(6) Perubahan Pernafasan

Peningkataan frekuensi pernafasan normal selama persalinan dan

mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventilasi yang

memanjang adalah abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis yaitu rasa

kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing.

(7) Perubahan Pada Ginjal

Poliuria sering terjadi selama persalinan. kondisi ini dapat di akibatkan

peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan

peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.

21
(8) Perubahan Pada Saluran Cerna

Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang. Lambung

yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan selama masa transisi. Hal

tersebut menyebabkan wanita harus dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi

besar atau minum berlebihan. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi

yang menandai akhir fase pertama persalinan.

(9) Perubahan Hematologi

Haemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan

kembali ke kadar sebelum persalinan jika tidak ada kehilangan darah yang

abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen

plasma lebih lanjut selama persalinan.

3) Perubahan Fisiologis Pada Ibu Bersalin Kala III, yaitu:

Menurut Rukiyah,dkk (2009), perubahan fisiologis pada ibu bersalin kala

III yaitu dimulai segera setelah 30 menit bayi lahir. Setelah bayi lahir, uterus

teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian

uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya

plasenta lepas, disertai dengan pengeluaran darah. Tempat implantasi plasenta

mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan

sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada

ruang utero-plasenter akan mendorong plasenta keluar. Otot uterus (miometrium)

berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.

Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan

plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran

plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas

22
dari dinding rahim setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau

ke dalam vagina.

4) Perubahan Fisiologis Pada Ibu Bersalin Kala IV, yaitu:

Menurut Asrinah,dkk (2010), perubahan fisiologis pada ibu bersalin kala

IV yaitu sebagai kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi lahir dan plasenta

lahir untuk memantau kondisi ibu. Kala IV terjadi sejak plasenta lahir 1-2 jam

sesudahnya, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus

kembali ke bentuk normal. Itu dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan

taktil (masase) untuk merangsangan uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga

diperhatikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa

sedikitpun dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut,

perkiraan pengeluaran darah, laserasi atau luka episiotomi serta pemantauan dan

evaluasi lanjut juga perlu diperhatikan.

c. Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan

Menurut JNPK-KR (2008), peran dan tanggung jawab dalam masa

persalinan yaitu asuhan sayang ibu, antara lain :

1) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai

martabatnya.

2) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum

memulai asuhan tersebut.

3) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.

4) Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.

5) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

23
6) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan

ibu beserta anggota keluarga yang lain.

7) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang

lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.

8) Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan

mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.

9) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.

10) Menghargai privasi ibu.

11) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan

kelahiran bayi.

12) Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia

menginginkannya.

13) Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak

memberi pengaruh yang merugikan.

14) Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti:

episiotomi, pencukuran, dan klisma.

15) Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir untuk

melakukan kontak kulit ibu-bayi, Inisiasi Menyusu Dini dan membangun

hubungan psikologis.

16) Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran

bayi.

17) Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).

24
18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,

perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi

baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

d. Peran Pendamping selama Proses Persalinan

1) Definisi Pendamping Persalinan

Pendamping persalinan adalah seorang yang dapat berbuat banyak untuk

dapat membantu ibu saat persalinan. Kehadiran seorang pendamping persalinan

mempunyai arti yang besar karena dapat berbuat banyak untuk membantu ibu saat

persalinan. (Danuatmaja, 2004).

2) Tindakan Pendamping Menjelang Persalinan

Tindakan seorang yang menjadi pendamping menjelang persalinan adalah

sebagai berikut :

a) Memberi ketenangan dan rasa santai pada ibu dan ketenangan diri sendiri.

b) Memijat punggung ibu dengan lembut dan tidak tergesa-gesa.

c) Ingatkan ibu untuk mencoba buang air kecil sedikitnya satu jam sekali.

d) Memberikan kata-kata yang meyakinkan ibu dan pujian.

e) Ikut bernafas bersamaan, jika ibu melalui kontraksi sulit. Namun jangan

memaksakan melakukan latihan pernafasan jika ibu merasa terganggu atau

tegang.

f) Ingatkan ibu untuk rileks diantara kontraksi.

g) Gunakan lap basah untuk menyegarkan tubuh dan wajahnya

h) Memberikan minum dan makanan kepada ibu.

i) Jika mungkin berjalan-jalan bersama ibu di sekitar ruangan rumah sakit /

rumah bersalin (Danuatmaja, 2004)

25
e. Inisiasi Menyusu Dini

Menurut JNPK-KR (2008) langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) meliputi:

1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir

selama paling sedikit satu jam. Dianjurkan agar tetap melakukan kontak kulit ibu-

bayi selama 1 jam pertama kelahirannya walaupun bayi telah berhasil menghisap

putting susu ibu dalam waktu kurang dari 1 jam.

2) Bayi harus menggunakan naluri ilmiahnya untuk melakukan inisiasi menyusu

dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan

jika diperlukan.

3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir

hingga insiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: menimbang,

pemberian antibiotika salep mata, vitamin K1 dan lain-lain.

f. Standar Asuhan Kebidanan pada Persalinan

Berdasarkan IBI (2006), terdapat 4 standar dalam standar pertolongan

persalinan, yaitu sebagai berikut:

1) Standar 9: asuhan persalinan kala I

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan

kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.

2) Standar 10: persalinan kala II yang aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan

penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.

3) Standar 11: penatalaksanaan aktif persalinan kala III

26
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu

pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

4) Standar 12: penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama,

dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan,

diikuti dengan penjahitan perineum.

3. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu 42

minggu dan berat badan lahir 2500 gram 4000 gram. Asuhan bayi baru lahir

adalah asuhan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran.

(Saifuddin, 2010).

b. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

1) Perubahan metabolisme karbohidrat

Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah,

untuk menambah energi pada jam 3 pertama setelah lahir diambil dari hasil

metabolisme asam lemak, bila karena sesuatu hal misalnya bayi mengalami,

metabolisme asam lemak tidak memenuhi kebutuhan pada neonatus maka

kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia.

2) Perubahan suhu tubuh

Ketika bayi baru lahir, bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah

dibanding suhu dalam rahim Ibu, apalagi bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25 o C

maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi

27
sebanyak 200kal/ kg, BB/ menit. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan

tubuh bayi hanya 1/10 nya.

3) Perubahan pernafasan

Selama dalam uterus, janin mendapatkan O2 dari pertukaran gas melalui paru-

paru bayi. Bayi normal melalui pernafasan 30 detik sesudah lahir, untuk menilai

status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernafasan dan peredaran darah

dapat digunakan Apgar Skor, dapat juga dilihat dari frekuensi denyut jantung,

pernafasan, wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh. Pernafasan bayi normal

berkisar antar 30-60 x/menit.

4) Perubahan sirkulasi

Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2 meningkat dan

tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah

paru sehingga aliran darah tersebut meningkat. Hal ini mengakibatkan darah dari

arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus tali pusat dipotong

aliran darah dari plasenta melalui vena cava. Sirkulasi janin berubah menjadi

sirkulasi bayi yang hidup di luar kandungan (Saifuddin, 2009).

c. Perawatan Bayi Baru Lahir

Menurut Saifuddin (2010), perawatan bayi baru lahir meliputi:

1) Pencegahan kehilangan panas

Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir belum

berfungsi sempurna. Oleh karena itu jika tidak segera dilakukan upaya

pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL akan mengalami hipotermia (suhu

tubuh di bawah normal) yang beresiko tinggi mengalami sakit berat atau bahkan

kematian. Misalnya dilakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu

28
jam. Tidak lupa untuk mengenakan selimut kering di tubuh bayi dan topi di kepala

bayi. Lakukan penimbangan setelah 1 jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi

selesai menyusu. Selain itu, bayi sebaiknya ditempatkan di lingkungan yang

hangat atau tempatkan bayi di tempat tidur yang sama dengan ibunya.

2) Perawatan tali pusat: menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci

tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat. Bersihkan dengan

lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian bungkus dengan

longgar atau tidak terlalu rapat dengan kasa steril. Popok atau celana bayi diikat di

bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari kontak dengan

feses dan urin. Hindari penggunaan kancing, koin atau uang logam untuk

membalut tekan tali pusat.

3) Pemberian salep mata: salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan

setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi

tersebut mengandung antibiotika tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus tepat

diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata

tidak efektif bila diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.

4) Pemberian vitamin K: semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K injeksi

1 mg intramuskular setelah 1 jam kelahiran untuk mencegah perdarahan bayi baru

lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

5) Pemeriksaan fisik bayi: pemeriksaan fisik bayi secara lengkap dilakukan 6 jam

setelah kelahiran bayi yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan fisik

atau tidak.

29
d. Pelayanan kesehatan neonatus

Depkes R.I. (2010) menguraikan, pelayanan kesehatan neonatus adalah

pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28

hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus : kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1)

dilakukan pada kurun waktu 6 48 Jam setelah lahir, kunjungan Neonatal ke-2

(KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah

lahir, kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8

sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap

pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat

kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus

terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama

kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan

untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif

dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan

menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk

memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :

1) Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir

a) Perawatan Tali pusat

b) Melaksanakan ASI Eksklusif

c) Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1

30
d) Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik

e) Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0

2) Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM

a) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare,

berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.

b) Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan

bayi baru lahir

c) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,

pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah

dengan menggunakan Buku KIA.

d) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

e. Standar Asuhan Bayi Baru Lahir

Berdasarkan IBI (2006) adapun standar pelayanan yang dilakukan bidan

dalam memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, yaitu: menilai kondisi bayi

baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi,

hipoglikemia dan infeksi. Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk

memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menentukan kelainan, dan

melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus

mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi.

Langkah-langkah yang dikerjakan oleh bidan antara lain:

a) Selalu mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan bersih/DTT sebelum

menangani bayi baru lahir.

b) Memastikan bahwa suhu ruangan hangat (ruangan harus hangat untuk

mencegah hipotermi pada bayi baru lahir)

31
c) Segera menilai bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas atau menangis

sebelum menit pertama dalm nilai APGAR, jika bayi tidak menangis atau tidak

bernafas spontan.

d) Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernafasan walaupun sudah

dilakukan pengeringan, stimulasi atau penghisapan lendir dengan hati-hati, mulai

lakukan resusitasi bayi baru lahir untuk menangani asfiksia.

e) Jika bayi menangis atau bernafas, lakukan pemeriksaan nilai APGAR pada

menit pertama setelah lahir.

f) Sesudah lima menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum

dengan menggunakan skor APGAR.

Tabel 1 Skor APGAR


Skor APGAR 0 1 2
Tubuh merah jambu, Seluruh tubuh merah
Warna Biru/pucat
ekstremitas kebiruan jambu
Denyut
Tidak ada <100x/menit >100x/menit
jantung
Bersin, batuk/menarik
Reflek Tidak ada Menyeriangai
kaki
Tidak Ekstremitas sedikit
Aktivitas Gerak aktif
ada/lemas fleksi
Pernafasan lemah dan Menangis kuat,
Pernafasan Tidak ada tidak teratur/menangis pernafasan kuat dan
lemah teratur
Sumber IBI, Standar Pelayanan Kebidanan, 2006

32
Menurut Deslidel, dkk (2011) APGAR dapat digunakan untuk mengingat kelima

variabel:

(1) Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi berada dalam

kondisi baik

(2) Nilai 4-6 menunjukkan adanya depresi sedang, membutuhkan beberapa jenis

tindakan resusitasi

(3) Nilai 0-3 menunjukkan depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera,

memerlukan ventilasi

g) Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan menggunakan termometer

yang diletakkan di ketiak. Bila suhu bayi < 360 atau jika tubuh atau kaki bayi

teraba dingin, maka segera lakukan penghangatan tubuh bayi. Amati suhu tubuh

bayi setiap jam sampai suhu normal dan stabil.

h) Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari kemungkinan

adanya kelainan. Periksa anus dan daerah kemaluan. Lakukan pemeriksaan

dengan cepat agar bayi tidak kedinginan. Ibu hendaknya menyaksikan

pemeriksaan tersebut.

i) Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan dengan cepat agar bayi tidak

mengalami hipotermi.

j) Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang, meletakkan bayi pada timbangan

yang dingin akan menyebabkan kehilangan panas. Berat yang tercatat kemudian

dapat disesauikan dengan mengurangi jumlah berat handuk/kain tersebut.

k) Cuci tangan lagi dengan sabun, air dan handuk yang bersih. Dalam satu jam

setelah kelahiran, berikan salep/obat tetes mata pada bayi baru lahir untuk

33
mencegah oftalmia neonatorum: salep mata tetrasiklin 1%. Biarkan obatnya tetap

di mata jangan bersihkan salep mata yang berada di sekitar mata.

l) Jika bayi belum diberi ASI, bantu ibu untuk mulai menyusui.

m) Tunggu 6 jam atau lebih, setelah kelahiran bayi sebelum memandikannya,

tunggu lebih lama jika bayi mengalami kesulitan mempertahankan suhu tubuhnya

atau mengalami asfiksia pada saat lahir.

n) Kenakan baju yang bersih dan selimuti bayi dengan handuk/kain hangat yang

bersih.

o) Rujuk segera ke puskesmas atau rumah sakit yang tepat jika ditemukan

kelainan dari normal (IBI, 2006).

4. Nifas

a. Pengertian Nifas

Menurut Saifuddin (2009), masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam

setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Masa nifas

dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil (Anggraini, 2010). Pelayanan pasca persalinan

harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang

meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan komplikasi dan penyakit

yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara

menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Saifuddin, 2009).

34
b. Perubahan Fisiologis selama masa Nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

a) Involusi uterus

Involusi adalah kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik

dalam bentuk maupun posisi. Selain uterus, vagina, ligamen uterus, dan otot dasar

panggul juga kembali ke keadaan sebelum hamil.

Tabel 2 Proses Involusi Uterus


Diameter
Waktu TFU Bobot uterus Palpasi servik
uterus
Pada akhir persalinan Setinggi pusat 900 gram 12,5 cm Lembut/lunak
Akhir minggu ke-1 pusat sympisis 450 gram 7,5 cm 2 cm
Akhir minggu ke-2 Tidak teraba 200 gram 5 cm 1 cm
Akhir minggu k-6 Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
Sumber: Anggraini, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, 2010

b) Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

(1) Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.

(2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke-

3-7 pasca persalinan

(3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

pasca persalinan

(4) Lochea alba: cairan putih, terjadi setelah 2 minggu

35
2) Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan

karena pada saat persalinan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan

kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan

(dehidrasi), kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir. Agar buang air besar

kembali teratur dapat diberikan makanan yang mengandung serat dan pemberian

cairan yang cukup.

3) Perubahan sistem perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk

buang air kecil dalam 24 jam pertama. Keadaan ini disebabkan oleh adanya

spasme sfinkter dan edema pada kandung kemih yang bagian ini mendapat

tekanan antara kepala janin dan tulang pubis selam persalinan berlangsung. Kadar

hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan. Keadaan

ini disebut diuresis.

4) Perubahan sistem endokrin

Selama periode postpartum terjadi perubahan hormon yang besar.

Pengeluaran plasenta menyebabkaan penurunan hormon Human Placental

Lactogen (HPL), estrogen dan progesterone serta plasental enzim insulinase

membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun

secara bermakna pada nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun

dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum.

Hormon oksitosin bertindak atas otot yang menahan kontraksi,

mengurangi tempat implantasi plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita

36
yang menyusui bayinya, isapan bayi merangsang keluarnya oksitosin dan

membantu uterus kembali ke bentuk normal.

5) Perubahan sistem kardiovaskuler

Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala

tiga. Penurunan terjadi beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali

normal pada akhir minggu ke-3 postpartum.

6) Perubahan sistem hematologi

Pada 2-3 hari postpartum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau

lebih. Total kehilangan darah pada masa nifas kira-kira 700-1500 ml (500 ml-800

ml hilang pada minggu pertama postpartum dan 500 ml hilang pada saat nifas).

7) Perubahan tanda vital

a) Suhu badan

Suhu badan akan naik sedikit (37,50C-380C) sebagai akibat kerja keras waktu

melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Pada hari ketiga suhu badan akan

naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna

merah karena banyaknya ASI.

b) Nadi

Pasca persalinan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Jika denyut nadi

melebihi 100, hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan

postpartum.

c) Tekanan darah

Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, kemungkinan tekanan darah

akan rendah setelah ibu melahirkan karena perdarahan.

37
8) Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi

sampai proses bayi menghisap dan menelan. Pada hari kedua atau ketiga pasca

persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun drastis sehingga kadar

prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan

menyusu lebih dini terjadi perangsangan puting susu kemudian terbentuk

prolaktin oleh hipofisis sehingga sekresi ASI lebih lancar. Dua refleks pada ibu

yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran

timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

c. Perubahan Psikologis selama Masa Nifas

Menurut Anggraini (2010), terdapat beberapa perubahan psikologis yang

dialami ibu nifas, antara lain:

1) Penyesuaian psikologi pada masa nifas

a) Taking in ( 1-2 hari postpartum )

Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada dirinya dan

tubuhnya sendiri.

b) Taking hold ( 2-4 hari postpartum )

Ibu merasa khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan

khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya.

c) Letting go

Pada masa ini umumnya ibu sudah mengambil tanggung jawab untuk merawat

bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi.

38
2) Postpartum Blues

Fase ini disebabkan oleh perubahan dalam tubuh seorang wanita selama

kehamilan serta perubahan-perubahan irama atau cara hidupnya sesudah bayinya

lahir. Postpartum blues adalah bentuk depresi ringan yang biasanya timbul antara

hari ke 2 sampai 2 minggu. Postpartum blues dialami hingga 50-80% ibu yang

baru melahirkan karena perubahan hormonal pada pertengahan masa postpartum.

3) Depresi Postpartum

Depresi postpartum adalah bentuk depresi yang lebih serius. Bedanya dengan

postpartum blues adalah pada frekuensi, intensitas, dan lamanya gejala.

4) Postpartum Psikosis

Postpartum Psikosis memiliki beberapa ciri khas, seperti: sangat bingung,

emosi naik turun, gelisah, halusinasi bail visual maupun audio sehingga

mendengar bisikan atau melihat seseorang yang menyuruh melakukan sesuatu

yang sangat diyakininya dan mungkin dapat membahayakan kesehatannya,

bayinya atau orang lain.

5) Greafing ( Kesedihan dan Dukacita )

Greafting adalah pengalaman seseorang yang mengalami kehilangan suatu

benda, orang yang dekat, bagian atau fungsi tubuhnya atau emosinya yang

sebelumnya ada kemudian hilang. Kemurungan masa nifas merupakan hal yang

umum dan bahwa perasaan demikian biasanya hilang sendiri dalam dua minggu

sesudah melahirkan (Anggraini, 2010).

d. Pelayanan kesehatan ibu nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada

ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk

39
deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan

terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali

dengan ketentuan waktu : kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai

dengan 3 hari setelah persalinan, kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu

setelah persalinan (8 14 hari), kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu

setelah persalinan (36 42 hari). Adapun pelayanan yang diberikan adalah :

1) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.

2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

3) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.

4) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

5) Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera

setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin

A pertama.

6) Pelayanan KB pasca salin (Depkes, 2010).

e. Standar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

Terdapat tiga standar dalam pelayanan nifas seperti berikut ini :

1) Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan

spontan mencegah hipoksia sekunder menemukan kelainan, dan melakukan

tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau

menangani hipotermia.

2) Standar 14: Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi

dalam 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.

40
Disamping itu bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat

pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

3) Standar 15: Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah

pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk

membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang

benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi

pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,

keberhasilan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian

ASI, imunisasi dan KB

B. Kerangka Pikir

Kehamilan

Asuhan Sesuai
Standar Fisiologis
Persalinan

Faktor yang
mempengaruhi:
-Faktor Sosial
-Ekonomi Nifas Patologis
-Budaya
-

Bayi

41
C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah perkembangan kondisi Ibu IK primigravida dan janin

selama masa kehamilan ?

2. Bagaimanakah perkembangan kondisi Ibu IK primigravida dan janin

selama masa persalinan ?

3. Bagaimanakah perkembangan kondisi Ibu IK primipara selama masa nifas?

4. Bagaimanakah perkembangan kondisi bayi baru lahir Ibu IK ?

42
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah deskriptif

yang bertujuan untuk memaparkan proses atau menjelaskan sebab akibat terhadap

rangkaian suatu peristiwa. Studi kasus ini memaparkan perkembangan kehamilan

Ibu IK dari trimester III sampai masa nifas.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dengan tujuan utama

untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif

(Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini mengambarkan mengenai perkembangan Ibu

IK selama masa kehamilan trimester III hingga masa nifas.

C. Pendekatan Subjek

Pada penyusunan proposal studi kasus ini menggunakan pendekatan

prospektif dimana penulis mengetahui langsung proses perjalanan atau

pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan sesuai dengan standar asuhan

kebidanan dari kehamilan trimester III sampai dengan masa nifas.

43
D. Subjek Penelitian

Adapun kriteria yang dipenuhi untuk menjadi subjek penelitian antara lain:

kehamilan ibu dalam keadaan fisiologis, tapsiran persalinan dari minggu ke-2

bulan Maret sampai dengan minggu ke-4 bulan April, ibu berdomisili di Denpasar

dan bersedia bersalin di Denpasar. Ibu IK telah memenuhi kriteria dan bersedia

menjadi subjek penelitian dengan menandatangani inform consent. Peneliti telah

mendapat ijin dari Puskesmas II Denpasar Selatan untuk menjadikan ibu IK

menjadi subjek penelitian karena ibu IK bertempat tinggal di wilayah kerja

Puskesmas II Denpasar Selatan. Dalam penulisan studi kasus ini, peneliti

mengamati keadaan ibu hamil IK dari kehamilan trimester III hingga masa

nifas, sehingga penulis mengunakan subjek tunggal dengan multi kasus dan

keluarga.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian studi kasus ini dilakukan di Puskesmas II Denpasar Selatan, di

rumah Ibu IK yang bertempat di jalan Danau Kerinci Gang VI No. 5 Denpasar

Selatan wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan, dan di Puskesmas

Pembantu Dauh Puri.

44
F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan proposal studi kasus ini, penulis menggunakan metode

yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu:

1. Wawancara

Dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung pada pasien dan

keluarga. Bertujuan untuk memperoleh data identitas pasien, keluhan pasien,

riwayat penyakit dan data pemenuhan biopsikososial spiritual.

2. Observasi

Dengan melakukan pengamatan pada keadaan Ibu saat kehamilan, adaptasi

ibu terhadap kehamilannya, saat persalinan, adaptasi ibu terhadap bayi, keluarga

serta lingkungannya, keadaan lochea, kondisi jahitan perineum (jika ada), keadaan

umum bayi.

3. Pemeriksaan klinik

Dengan melakukan pemeriksaan keadaan umum Ibu, tanda vital dan

pemeriksaan fisik lengkap.

4. Uji laboratorium

Dilakukan untuk pemeriksaan penunjang guna deteksi dini komplikasi

yang mungkin dialami Ibu.

5. Studi dokumentasi

Dilakukan melalui pencatatan yang bersumber dari catatan medis berupa

buku KIA dan data penunjang hasil pemeriksaan ibu pada catatan hasil USG.

45
G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman wawancara

terstruktur dan mendalam, pedoman observasi, pedoman pencatatan dokumen dan

alat alat medis seperti:

1. Alat-alat medis untuk pemeriksaan kehamilan: spigmomanometer, stetoskop,

termometer, pita ukur, hammer reflex, dopler, senter.

2. Alat-alat medis untuk pertolongan persalinan: spigmomanometer, stetoskop,

termometer, partus set, hecting set.

3. Alat-alat medis untuk pemeriksaan nifas: spigmomanometer, stetoskop,

termometer.

4. Alat-alat ukur untuk pemeriksaan bayi baru lahir: stetoskop, termometer, pita

ukur.

Pedoman wawancara berupa daftar wawancara yang digunakan dalam

mengumpulkan data secara lisan terhadap subjek penelitian. Pedoman observasi

berupa pengamatan langsung yang dilakukan peneliti. Pedoman pencatatan berupa

dokumentasi hasil pemeriksaan subjek.

H. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yaitu

memaparkan secara deskriptif perkembangan selama masa kehamilan trimester III

hingga masa nifas.

46
I. Teknik Penyajian Data

Teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah naratif

dan tabel yaitu pemaparan hasil penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat dan tabel

dalam menjelaskan perkembangan yang terjadi pada subjek penelitian.

47
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Karakteristik Responden

Ibu IK sebagai subjek penelitian saat ini berusia 22 tahun, beragama

Hindu, suku Bali, pendidikan terakhir SMP dan saat ini hanya sebagai ibu rumah

tangga. Suami ibu IK bernama bapak YS berusia 23 tahun, beragama Hindu,

suku Bali, pendidikan terakhir SMA, dan saat ini bekerja sebagai pegawai laundry

di sebuah hotel di Denpasar dengan penghasilan Rp.1.350.000,- per bulan.

Pernikahan ibu dan suami sudah berjalan secara sah selama 6 bulan dan

hubungan keduanya harmonis.

Ibu IK dan suaminya tinggal di Jalan Danau Kerinci Gang VI No. 5

Denpasar bersama kedua mertuanya yang merupakan wilayah kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan. Keadaan rumah ibu bersih, namun keadaan kamar tidur ibu

yang kurang mendapat cahaya dan ventilasi udara. Keadaan seperti itu, membuat

ibu dan suami menggunakan sebuah kipas angin di kamarnya jika cuaca terasa

panas.

Ibu IK saat pertama kali ditemui dalam tahap kehamilan Trimester III

yaitu dengan umur kehamilan 31 minggu 5 hari melakukan pemeriksaan rutin di

Puskesmas II Denpasar Selatan. Selama kehamilan Trimester III ini ibu

memeriksakan kehamilannya dari umur kehamilan 36 minggu setiap satu minggu

sekali.

48
2. Perkembangan Kondisi Ibu IK dan Janin Pada Masa Kehamilan

Sebelumnya, ibu sudah pernah melakukan ANC sebanyak tujuh kali di

puskesmas dan dua kali di dokter Sp. OG. Gerakan janin sudah dirasakan aktif.

Ibu juga sudah pernah mengonsumsi suplemen SF, vitamin C, vitamin B6 dan

Kalk. Perkembangan kehamilan Trimester I dialami ibu dengan keluhan mual dan

muntah, namun hal tersebut menghilang seiring memasuki kehamilan Trimester II

dan selama menjalani kehamilannya ibu tidak pernah mengalami perdarahan.

Pada kehamilan Trimester II nafsu makan ibu sudah meningkat seiring dengan

berkurangnya rasa mual dan muntah. Hasil pemeriksaan saat umur kehamilan 31

minggu 5 hari yaitu, berat badan ibu yaitu 57,5 kg dari berat badan sebelum hamil

yaitu 51 kg. Tinggi fundus uteri ibu menggunakan palpasi didapatkan 4 jari di

bawah procecus xifoideus, djj 136 x/ menit.

Saat umur kehamilan 34 minggu 2 hari berat badan ibu 58,5 kg, tekanan

darah 110/70 mmHg, palpasi tinggi fundus uteri ibu empat jari di bawah procecus

xifoideus, djj 140 x/ menit. Memasuki kehamilan 36 minggu 4 hari berat badan

ibu kini menjadi 60,5 kg, tekanan darah 110/70 mmHg dan hasil palpasi tinggi

fundus uteri ibu tiga jari di bawah procecus xifoideus, djj 140 x/ menit.

Pemeriksaan saat umur kehamilan ibu 38 minggu 2 hari didapatkan hasil berat

badan ibu 61,5 kg, tekanan darah 110/80 mmHg, palpasi tinggi fundus uteri ibu

tiga jari di bawah procecus xifoideus, djj 140 x/menit.

Tanggal 14 Maret 2013 umur kehamilan ibu menginjak 39 minggu 5 hari,

dilakukan pengkajian data terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data

subjektif berasal dari anamnesa dan data objektif berdasarkan hasil pemeriksaan.

Ibu haid pertama kali saat berusia 13 tahun dengan siklus 28 hari

49
teratur, banyaknya darah 3-4 kali ganti pembalut dalam sehari dengan isi penuh,

lama haid 3-5 hari, Ibu tidak pernah mengalami keluhan saat menstruasi. Ibu

mengatakan HPHT 9 Juni 2012 (Tafsiran persalinan yaitu 16 Maret 2013) Ibu

mengatakan ini kehamilan yang pertama dan ibu tidak pernah mengalami

keguguran.

Hasil pemeriksaan USG terakhir ibu pada tanggal 19 Februari 2013

dengan hasil jumlah ketuban cukup, letak plasenta di fundus, janin tunggal dan

hidup, letak kepala, jenis kelamin perempuan, tafsiran berat badan janin 2767

gram, tafsiran persalinan berdasarkan USG yaitu tanggal 18 Maret 2013. Ibu

sudah pernah mendapatkan pemeriksaan PMTCT dengan hasil HIV negatif (-).

Ibu sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak dua kali. Gerakan janin sudah

dirasakan aktif sejak umur kehamilan empat bulan dan gerakan yang dirasakan

20 kali/ 24 jam. Ibu mengonsumsi obat dan suplemen yaitu Vit B6, SF, Vit C,

dan Kalk. Tidak ada perilaku yang membahayakan kehamilan ibu dan ibu belum

pernah menggunakan kontrasepsi apapun termasuk kontrasepsi hormonal dan

kontrasepsi non hormonal.

Ibu tidak memiliki riwayat penyakit ataupun riwayat operasi. Ibu juga

tidak memiliki riwayat penyakit keluarga yang pernah menderita penyakit

keturunan ataupun menular. Ibu belum pernah memeriksakan diri berkaitan

dengan ginekologi.

Ibu makan 3-4 kali sehari dengan menu bervariasi terdiri dari 1 piring nasi

dengan porsi sedang, 1 potong daging/ikan, 1 potong tempe/tahu, dan 1 mangkok

sayur. Ibu suka makan buah dan tidak ada pantangan makanan. Pola minum ibu

dalam 1 hari 8-9 gelas air mineral dan ibu minum 1 gelas susu untuk ibu hamil

50
setiap harinya. Ibu buang air kecil 6 kali sehari dengan warna kuning jernih, dan

buang air besar 1 kali sehari dengan konsistensi lembek. Pola istirahat ibu tidur 8

jam sehari untuk tidur malam dan 1 jam saat tidur siang. Kehamilan ini

direncanakan dan dapat diterima oleh ibu dan suami serta ibu siap untuk merawat

kehamilannya, Kehamilan ini juga mendapat dukungan penuh dari suami, orang

tua, dan keluarga lain Saat ini ibu tidak memiliki keluhan. Ibu merasa sangat

gembira menanti kelahiran bayinya.

Ibu sudah menyiapkan P4K meliputi rencana tempat persalinan ibu di

Puskesmas Pembantu Dauh Puri, penolong persalinan ibu yaitu bidan, biaya

persalinan ibu menggunakan Jampersal, kendaraan yang akan digunakan yaitu

mobil milik paman, dan calon donor jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan

yaitu suami ibu sendiri dan adik kandung dari ibu dan rencana kontrasepsi

digunakan ibu nanti yaitu kontasepsi IUD. Selain itu ibu juga sudah menyiapkan

perlengkapan ibu dan bayinya. Ibu juga sudah mengetahui tentang perubahan

fisiologis kehamilan trimester III, tanda bahaya kehamilan trimester III, tanda-

tanda persalinan, proses persalinan, Asi Eksklusif, Inisiasi Menyusu Dini dan

pengetahuan Keluarga Berencana (KB).

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan, diperoleh hasil yaitu pemeriksaan

umum terdiri dari keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, berat badan

62,8 kg (BB sebelum hamil yaitu 51 kg) dan BB pemeriksaan sebelumnya 61,5 kg

(tanggal 04/03/2013), tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 78x/menit, respirasi

20x/menit, suhu 36,7oC, Lila 25 cm, Tinggi badan 155 cm, dan postur normal.

Pemeriksaan fisik dilakukan dari head to toe. Pada pemeriksaan kepala yaitu

kepala bersih, simetris, dan tidak ada benjolan. Pemeriksaan muka simetris, tidak

51
ada oedema, tidak pucat, dan tidak ada kloasma gravidarum. Mata simetris,

konjungtiva merah muda, dan sklera putih. Hidung bersih dan tidak pengeluaran.

Telinga bersih dan tidak pengeluaran. Mulut dan gigi, mukosa bibir lembab dan

tidak ada karies gigi. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

pembengkakan kelenjar limfe, dan tidak ada bendungan vena jugularis. Dada dan

axyla, mamae simetris, putting susu bersih dan menonjol, areola tidak

hiperpigmentasi, tidak ada massa dan sudah ada pengeluaran kolostrum.

Dilanjutkan dengan pemeriksaan pada abdomen, inspeksi membesar

dengan arah memanjang dan tidak ada bekas operasi, Mcd 30 cm (hasil

pengukuran sebelumnya MCd 29 cm tanggal 04/03/2013), auskultasi DJJ

140x/menit teratur. Pemeriksaan Leopold, Leopold I TFU tiga jari di bawah

Procecus Xypoideus dan pada bagian fundus ibu teraba satu bagian besar dan

lunak, Leopold II pada bagian kanan ibu teraba satu bagian datar, memanjang, dan

ada tahanan serta pada bagian kiri uterus ibu teraba bagian kecil janin. Leopold III

pada bagian bawah uterus ibu teraba satu bagian bulat, keras, dan tidak dapat

digoyangkan serta Leopold IV posisi tangan divergen. Ekstremitas, tungkai

simetris, tidak ada oedema, dan refleks patella positif pada kedua kaki.

Pemeriksaan penunjang yang pernah dilakukan yaitu pemeriksaan lab pada

tanggal 4 Maret 2013 dengan hasil hemoglobin 12,0 gr%, protein urine (negatif),

glukosa urine (negatif) dan Golongan darah O. Setelah pengkajian data subjektif

dan data objektif, maka dapat dirumuskan analisa yaitu G1P0000 UK 39 minggu

5 hari preskep U Puka T/H intrauterine.

Adapun penatalaksanaan yang dilakukan yaitu menginformasikan hasil

pemeriksaan, mengingatkan kembali ibu mengenai tanda bahaya kehamilan

52
Trimester III, senam hamil, tanda-tanda persalinan, proses persalinan, proses

IMD, pemberian ASI Eksklusif dan pengetahuan mengenai KB, mengingatkan ibu

untuk memantau gerakan janinnya, memberikan ibu supelemen SF dan

menyepakati kunjungan ulang satu minggu lagi tanggal 21 Maret 2013 jika ibu

belum merasakan tanda-tanda persalinan. Ibu memahami dan mengangguk

mengerti mengenai penjelasan tanda bahaya kehamilan Trimester III, tanda-tanda

persalinan, proses persalinan, proses IMD, pemberian ASI Eksklusif dan

pengetahuan mengenai KB serta ibu sepakat untuk melakukan kunjungan ulang

satu minggu lagi tanggal 21 Maret 2013 jika ibu belum merasakan tanda-tanda

persalinan.

3. Perkembangan Kondisi Ibu IK dan Janin Saat Proses Persalinan

a. Kala I

Selama proses persalinan berlangsung, peneliti tidak dapat mengikuti

perkembangan persalinan ibu dikarenakan setelah ibu bersalin, peneliti baru

dihubungi oleh suami pasien. Berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh di

Puskesmas Pembantu Dauh Puri dituliskan bahwa ibu datang tanggal 22 Maret

2013 pukul 06.30 Wita, ibu mengeluh sakit perut hilang timbul yang dirasakan ibu

semakin lama semakin keras. Berdasarkan pengkajian data subjektif, ibu

mengeluh sakit perut hilang timbul sejak pukul 22.00 Wita (21/03/2013) tidak ada

pengeluaran air dan gerakan janin dirasakan aktif.

Data objektif dituliskan, keadaan umum ibu baik, kesadaran compos

mentis. Berat badan ibu 62,8 kg, berat badan badan ibu tetap seperti pemeriksaan

sebelumnya yaitu 62,8 kg (tanggal 14/03/2013). Tanda-tanda vital masih dalam

53
batas normal yaitu suhu 36,50C, nadi 81 kali/menit, respirasi 20 kali/menit,

tekanan darah 110/70 mmHg, tekanan darah sebelumnya 110/80 mmHg

(14/03/2013). Dituliskan juga pada pemeriksaan abdomen, Mcd 29 cm, auskultasi

DJJ 138 kali/menit teratur. Pemeriksaan Leopold, Leopold I TFU tiga jari jari di

bawah procecus xifoideus dan pada bagian fundus ibu teraba satu bagian besar

dan lunak, l Leopold II pada bagian kanan ibu teraba satu bagian datar,

memanjang, dan ada tahanan serta pada bagian kiri uterus ibu teraba bagian kecil

janin. Leopold III pada bagian bawah uterus ibu teraba satu bagian bulat, keras,

dan tidak dapat digoyangkan serta Leopold IV divergen. perlimaan 3/5 yang

menunjukkan bahwa 2/5 bagian janin sudah memasuki PAP. His 3 kali dalam 10

menit dengan durasi 30-35, DJJ 138 kali/menit.

Pukul 06.40 Wita dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil tertulis

vulva dan vagina normal, porsio lunak, pembukaan 6 cm, penipisan 75 %, selaput

ketuban utuh, teraba kepala, denominator UUK posisi kanan depan, moulage 0,

penurunan HII, tidak teraba bagian kecil/ tali pusat. Pemeriksaan anus tidak ada

haemorhoid.

Berdasarkan data yang telah dituliskan, maka dapat dibuat analisa yang

ditegakkan yaitu G1P0000 UK 40 minggu 6 hari preskep U puka T/H intrauterin +

PK I fase aktif.

Adapun penatalaksanaan yang dituliskan dalam dokumentasi adalah

menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, melakukan informed consent

atas tindakan yang akan dilakukan selama memberikan asuhan, mempersiapkan

peralatan persalinan, alat kegawatdaruratan, dan obat-obatan serta mengingatkan

kembali ibu mengenai teknik mengurangi rasa nyeri, mobilisasi dan posisi selama

54
persalinan, dan teknik IMD. Selain itu pemenuhan kebutuhan fisik ibu juga harus

diperhatikan dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan eliminasi.

b. Kala II

Sesuai data yang diperoleh, setelah dilakukan pemantauan kala I, ibu

memasuki kala II pada pukul 10.30 wita dimana diperoleh data objektif yang

tertulis, ibu mengatakan bahwa nyeri perut semakin kuat seperti ingin BAB dan

ingin mengedan. Dilakukan pengkajian data objektif, diperoleh hasil keadaan

umum ibu baik, kesadaran compos mentis (CM), Nadi 80 kali/menit, DJJ 150

kali/menit, kontraksi 4 kali dalam 10 menit dengan durasi 45 detik, dan pada

pemeriksaan inspeksi tampak tekanan pada anus, perinium menonjol, dan vulva

membuka. Dituliskan hasil pemeriksaan dalam didapatkan bahwa vulva dan

vagina normal, porsio tidak teraba, selaput ketuban tidak utuh, teraba kepala,

denominator UUK posisi di depan, moulage 0, penurunan kepala Hodge III+,

ttbk/tp.

Diagnosa yang ditegakkan yaitu G1P0000 UK 40 minggu 6 hari preskep

U puka T/H intrauterin + PK II. Penatalaksanaan yang tertulis yaitu

diinformasikan kepada ibu tentang kondisi ibu bahwa ibu sudah memasuki

persalinan kala II dan membantu ibu memilih posisi persalinan, setelah itu

dilakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar asuhan persalinan normal

(APN).

Selama proses persalinan dituliskan bahwa ibu dapat mengedan dengan

efektif dan bayi lahir pukul 10.55 Wita. Bayi lahir spontan belakang kepala

(Spt.B), tangis kuat, gerak aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki,

55
dengan skor APGAR 8-9. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilakukan setelah bayi

lahir.

c. Kala III

Berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh, setelah dilakukan MAK III

pukul 11.00 Wita plasenta lahir lengkap, tidak ada kalsifikasi, tidak ada plasenta

suksenturiata (anak plasenta), insersi tali pusat sentralis, setelah dilakukan

massase uterus berkontraksi dengan baik, TFU dua jari bawah pusat, kandung

kemih tidak penuh, terjadi laserasi di sekitar daerah mukosa vagina dan otot

perineum (laserasi grade II). Dituliskan bahwa penatalaksanaan yang dilakukan

yaitu dilakukan heacting pada luka robekan jalan lahir dan robekan perineum

untuk mencegah perdarahan pada ibu. Pada laserasi dilakukan heacting dalam dan

luar dengan teknik jelujur dan pada kulit dengan jahitan subkutis.

d. Kala IV

Dituliskan pada data dokumentasi, pascapersalinan ibu dipantau lebih

ketat selama kala IV yaitu satu jam pertama dan dua jam pascapersalinan. Dalam

hasil pemantauan tersebut, diperoleh hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

80x/menit, suhu 36,4OC, kontraksi uterus baik, tinggi fundus uteri setinggi pusat.

Pukul 13.00 wita ibu dipindahkan ke ruang nifas dan diberikan terapi berupa

suplemen penambah darah (SF) 1 x 200 mg (X), Amoxcillin 1 x 500 mg (X),

Asam mefenamat 1 x 500 mg (X) dan Vitamin A 1 x 200.000 IU (II) serta HE

cara meminumnya. Terapi tersebut diberikan untuk membantu penyembuhan dan

pemulihan keadaan ibu pascapersalinan.

56
4. Perkembangan Kondisi Bayi Baru Lahir

a. Satu Jam Pertama

Berdasarkan data dokumentasi, bayi lahir pukul 10.55 Wita segera

menangis, gerak aktif, kulit kemerahan dan segera dilakukan inisiasi menyusu dini

(IMD) selama kurang lebih satu jam, kemudian bayi mendapatkan perawatan

setelah satu jam dan enam jam pertama. Pada data dokumentasi dituliskan hasil

pemeriksaan bayi pada satu jam pertama yaitu suhu 36,80C, HR: 126x/mnt, RR:

32x/mnt dan berat badan 3000 gram. Dituliskan juga bayi mendapatkan perawatan

tali pusat, vitamin K 1 mg, dan salep mata.

b. KN I (Umur Enam Jam)

Pukul 16.55 Wita dilakukan pemeriksaan enam jam yaitu pemeriksaan

fisik dengan hasil bayi tidak memiliki kelainan fisik dan kongenital, pada

pemeriksaan refleks-refleks pada bayi didapatkan hasil positif, dan hasil

pengukuran pada bayi dituliskan hasil lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm,

dan panjang badan 49 cm. Pemeriksaan tanda-tanda vital bayi di dapatkan suhu

36,80C, HR: 126x/mnt, RR: 32x/mnt.

Dari data dokumentasi yang diperoleh, dituliskan bahwa tanggal 23 Maret

2013 pukul 17.00 Wita bayi mendapatkan imunisasi Hb 0 sebelum ibu dan bayi

diperbolehkan untuk pulang. Saat akan pulang, ibu diberikan komunikasi,

informasi dan edukasi (KIE) mengenai pemberian ASI secara on demand dan

eksklusif selama dirumah, mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahya bayi

baru lahir dan perawatan tali pusat yang sudah diajarkan.

57
c. KN II (Umur Tiga Hari)

Kunjungan Neonatal kedua (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke

tiga sampai dengan hari ke tujuh setelah lahir. Tanggal 25 Maret 2013, bayi ibu

IK yang berumur 3 hari. Saat ini bayi masih diberikan ASI secara on demand

dan eksklusif, dimana tidak ada makanan tambahan lain yang diberikan bagi

bayinya. Saat menyusui, ibu tampak menatap bayi sambil sesekali mengajaknya

berbicara dan tersenyum serta mengelus bayi dengan kasih sayang.

Pola eliminasi bayi terdiri dari BAB 2-3 kali dalam sehari dengan

konsistensi lembek berwarna kuning pucat dan BAK 7-8 kali dalam sehari warna

kuning jernih. Bayi tidur 15 jam dalam sehari serta tidak ada masalah pada pola

tidurnya. Kelahiran bayi, diterima oleh kedua orang tuanya dengan pengasuhan

dominan dilakukan oleh ibu IK dengan pola asuh otoriter. Hubungan di dalam

keluarga ibu IK harmonis dan pengambilan keputusan dalam keluarga

dilakukan oleh ibu dan suami.

Keluarga ibu IK tidak memiliki kebiasaan yang dapat mempengaruhi

tumbuh kembang anak, seperti merokok, konsumsi NAPZA, dan minum-

minuman keras. Pengetahuan yang belum dimiliki oleh orang tua yaitu belum

mengetahui stimulasi perkembangan bayi. Pengetahuan yang sudah dimiliki,

antara lain mengenai: tanda anak sakit, perawatan dasar dan sehari-hari bagi bayi,

serta imunisasi.

Pemeriksaan umum maupun fisik yang dilakukan pada bayi, diperoleh

hasil bahwa bayi dalam keadaan baik dengan warna kulit kemerahan, suhu 37 0C,

pernapasan 40 x/menit, dan heart rate 130 x/menit. Pengukuran antropometri

diperoleh hasil BB: 3300 gram, LK: 33 cm, LD: 34 cm, PB: 49 cm. Pemeriksaan

58
fisik dimulai dari pemeriksaan kepala dan leher yaitu kepala simetris, ubun-ubun

datar, sutura normal. Pemeriksaan mata simetris, konjungtiva merah muda, dan

sklera putih. Hidung tidak ada nafas cuping hidung dan tidak ada pengeluaran.

Telinga simetris, bersih dan tidak pengeluaran. Leher tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, dan tidak ada bendungan

vena jugularis. Pemeriksaan reflex didapatkan refleks glabella, reflex rooting,

reflex sucking, reflex swallowing, dan reflex tonick neck didapatkan hasil positif.

Pada pemeriksaan dada dan axyla tidak ada tarikan intercosta, payudara

simetris, dan tidak ada pembengkakan kelenjar limfe pada axyla. Pada abdomen

terdapat peristaltic usus, tidak ada distensi, dan tali pusat belum pupus, kering dan

bersih. Ekstremitas, tungkai simetris, tidak ada oedema, dan warna kuku jari

merah muda.

Berdasarkan data yang telah diperoleh di atas dapat ditegakkan analisa

mengenai kasus yaitu bayi ibu IK umur 3 hari lahir spt. B + neonatus sehat.

Masalah yang diperoleh dari kasus yakni, ibu belum mengetahui tentang stimulasi

perkembangan bayi. Berdasarkan data di atas, penatalaksanaan yang diberikan

untuk bayi ibu IK, antara lain menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan

kepada orang tua bayi, mengingatkan kembali mengenai jadwal imunisasi

selanjutnya serta tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan bayinya. Ibu

diberikan KIE mengenai stimulasi perkembangan bayinya dan mengajarkan ibu

cara memijat bayinya.

d. KN III (Umur 28 Hari)

Kunjungan neonatus ketiga (KN III) dilakukan pada tanggal 19 April

2013. Pada saat kunjungan, dilakukan pengkajian data subjektif yang meliputi

59
pengkajian keluhan yang dirasakan ibu dan riwayat imunisasi yang sudah didapat

oleh bayi. Data objektif meliputi hasil pemeriksaan yang dilakukan.

Ibu IK saat ini mengeluh bayinya sesekali gumoh dan perutnya sedikit

kembung namun ibu tidak memiliki kesulitan yang dihadapi selama mengasuh

bayinya. Saat menyusui, ibu tampak menatap bayi sambil sesekali mengajaknya

berbicara dan tersenyum serta mengelus bayi dengan kasih sayang. Bayi ibu IK

sudah mendapatkan imunisasi BCG dan Polio I di Puskesmas II Denpasar Selatan

pada tanggal 3 April 2013 pukul 09.00 Wita. Saat ini bayi ibu IK masih

menyusu ASI secara on demand setiap dua jam sekali atau sewaktu-waktu bila

bayi haus dan ibu saat ini masih memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Bayi

ibu IK BAB sebanyak dua kali sehari warna kekuningan dan BAK 8-10 kali

sehari warna jernih. Bayi tidur sebanyak 15 jam sehari dan terbangun sewaktu-

waktu jika merasa haus dan BAB serta BAK. Saat ini ibu belum mengetahui

tentang jadwal imunisasi dan tumbuh kembang pada bayinya.

Setelah dilakukan pemeriksaan, diperoleh data objektif yang menunjang

analisa. Data objektif yang diperoleh yaitu pemeriksaan umum terdiri dari

keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, warna kulit kemerahan, BB 4500

gram, PB: 49 cm, LK: 33 cm, LD: 34 cm. Hasil pengukuran tanda vital

didapatkan respirasi 42 kali/menit, heart rate 130 kali/menit, suhu 36,8OC.

Pemeriksaan fisik dimulai dari pemeriksaan kepala dan leher yaitu kepala

simetris, ubun-ubun datar, sutura normal. Pemeriksaan mata simetris, konjungtiva

merah muda, dan sklera putih. Hidung tidak ada nafas cuping hidung dan tidak

ada pengeluaran. Telinga simetris, bersih dan tidak pengeluaran. Leher tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, dan tidak ada

60
bendungan vena jugularis. Pemeriksaan reflex didapatkan refleks glabella, reflex

rooting, reflex sucking, reflex swallowing, reflex tonick neck didapatkan hasil

positif.

Pada pemeriksaan dada dan axyla tidak ada tarikan intercosta, payudara

simetris, dan tidak ada pembengkakan kelenjar limfe pada axyla. Pada abdomen

terdapat peristaltic usus, distensi positif, dan tali pusat bersih. Ekstremitas, tungkai

simetris, tidak ada oedema, dan warna kuku jari merah muda.

Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat analisa yang terdiri atas

diagnosa dana masalah. Diagnosa yang ditegakkan yaitu Bayi IK umur 28 hari

lahir Spt. B neonatus lanjut. Hal yang dijadikan masalah adalah perut bayi sedikit

kembung dan orang tua belum mengetahui mengenai jadwal imunisasi dan

tumbuh kembang anak.

Adapun penatalaksanaan yang dikerjakan adalah menginformasikan hasil

pemeriksaan kepada ibu, membimbing ibu kembali untuk menyendawakan bayi

dengan benar, dan dilanjutkan dengan memberikan komunikasi, informasi dan

edukasi (KIE). KIE yang diberikan meliputi cara mengatasi kembung pada perut

bayi, cara menyendawakan bayi, jadwal imunisasi dan tumbuh kembang pada

bayi. Mengingatkan kembali mengenai tanda anak sakit.

5. Perkembangan Kondisi Ibu IK pada Masa Nifas

a. Dua Jam Postpartum

Berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh, tanggal 22 Maret 2013

pukul 12.55 WITA ibu memasuki masa nifas dan telah dilakukan pemantauan dua

jam post partum. Keadaan umum ibu baik, kesadarannya compos mentis. Tanda

61
vital ibu masih dalam batas normal yaitu TD: 110/80 mmHg, N: 78 x/menit, R: 24

x/menit, kontraksi uterus ibu baik, luka jahitan perinium terawat dan tidak

terdapat perdarahan maupun tanda infeksi, TFU 1 jari dibawah pusat, perdarahan

pervaginam tidak aktif, terdapat pengeluaran lochea rubra, dan ibu sudah bisa

duduk dan berjalan. Ibu sudah menyusui bayinya. Keesokan harinya tanggal 23

Maret 2013, ibu dan bayi sudah diperbolehkan pulang dan dalam kondisi stabil

didampingi oleh suami dan keluarga pada pukul 17.00 WITA dimana sebelumnya

telah diberikan berbagai macam KIE untuk mempermudah ibu dalam memberikan

perawatan terhadap diri sendiri dan bayinya dirumah.

b. KF I (Tiga Hari Postpartum)

Kunjungan nifas selanjutnya dilakukan pada tanggal 25 Maret 2013 di

Jalan Danau Kerinci Gang VI No. 5, Denpasar Selatan. Pada saat kunjungan ibu

tidak memiliki keluhan ataupun mengalami kesulitan dalam mengasuh bayinya..

Tidak ada perubahan pada nafsu makan ibu dimana ibu makan 3-4 kali/hari jenis

bervariasi meliputi sepiring nasi dengan porsi sedang, sepotong tahu/ tempe,

sayuran yang berkuah seperti sup, sayur bening, sepotong daging ayam atau ikan.

Ibu mengonsumsi buah-buahan seperti papaya dan pisang. Ibu minum 3-4 liter air

mineral per hari. Saat ini ibu masih mengkonsumsi suplemen penambah darah

(SF) 1 x 200 mg, Amoxcillin 1 x 500 mg, Asam mefenamat 1 x 500 mg yang

didapatkan ibu setelah melahirkan dan Vitamin A 1 x 200.000 IU sudah habis

dikonsumsi ibu.

Kebutuhan istirahat ibu kurang terpenuhi yaitu satu jam pada siang hari

dan lima jam pada malam hari karena terbangun untuk menyusui. Ibu juga sudah

terbiasa melakukan aktivitas rumah tangga. Ibu sudah melakukan senam nifas

62
berupa gerakan melatih pernapasan, otot pergelangan kaki, punggung, dada,

pinggang, dan otot dasar panggul namun ibu belum melakukannya secara teratur.

Ibu tidak ada keluhan pada eliminasi dan tidak ada tanda bahaya masa nifas yang

mungkin dialami ibu seperti kelelahan, sulit tidur, kesedihan, demam, sembelit,

nyeri, terasa panas saat BAK, haemoroid, sakit kepala terus menerus, nyeri

abdomen, dan cairan vagina berbau busuk. Pada aspek pengetahuan ada beberapa

hal yang ibu belum ketahui yaitu tanda bahaya nifas 2-6 hari dan manfaat

melakukan senam nifas secara teratur.

Hasil pemeriksaan menunjukkan keadaan umum ibu baik, kesadaran

compos mentis, tanda vital ibu dalam batas normal yaitu TD: 110/70 mmHg, N:

78 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,50C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil

normal yaitu muka tidak mengantuk, tidak pucat, konjungtiva merah muda,

mukosa bibir lembab, payudara ibu bersih tidak terdapat warna kemerahan,

konsistensi tidak keras, ASI keluar lancar, tidak ada kelainan pada payudara,

abdomen tidak distensi, TFU pertengahan pusat simfisis, tidak ada nyeri tekan ,

inspeksi vulva bersih terdapat pengeluaran berwarna kuning kecoklatan (lochea

sanguinolenta), tidak ada oedema, jahitan utuh, tidak ada tanda infeksi,

ekstremitas bawah tidak ada oedema dan tanda homan.

Dari keseluruhan hasil pemeriksaan maka ditegakkan analisa yaitu P1001

3 hari post partum dengan masalah ibu belum melakukan senam nifas secara

teratur. Pada kunjungan ini ibu diberikan KIE berupa pentingnya melakukan

senam nifas secara teratur, istirahat yang baik, tanda bahaya nifas 2-6 hari, dan

mengingatkan kembali pengetahuan KB.

63
c. KF II (Dua Minggu Postpartum)

Kunjungan nifas selanjutnya dilakukan pada tanggal 6 April 2013 di

rumah ibu di Jalan Danau Kerinci Gang VI No. 5, Denpasar Selatan. Pada

kunjungan saat ini ibu tidak memiliki keluhan ataupun mengalami kesulitan dalam

mengasuh bayinya.. Tidak ada perubahan pada nafsu makan ibu. Kebutuhan

istirahat ibu sudah terpenuhi yaitu 1 jam pada siang hari dan 7 jam pada malam

hari. Ibu mengkuti pola tidur bayi, jika bayi tidur ibu juga tidur. Ibu sudah

melakukan senam nifas berupa gerakan melatih pernapasan, otot pergelangan

kaki, punggung, dada, pinggang, dan otot dasar panggul namun ibu masih belum

melakukannya secara teratur. Ibu tidak ada keluhan pada eliminasi dan tidak ada

tanda bahaya masa nifas yang mungkin dialami ibu. Saat ini ibu masih belum siap

untuk melakukan hubungan seksual. Pada aspek pengetahuan ada beberapa hal

yang ibu belum ketahui yaitu tanda bahaya nifas 2-6 minggu, manfaat melakukan

senam nifas secara teratur, dan pengetahuan tentang keluarga berencana.

Hasil pemeriksaan menunjukkan keadaan umum ibu baik, kesadaran

compos mentis, tanda vital ibu dalam batas normal yaitu TD: 110/70 mmHg, N:

82 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,50C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil

normal yaitu muka tidak mengantuk, tidak pucat, konjungtiva merah muda,

mukosa bibir lembab, payudara ibu bersih tidak terdapat warna kemerahan,

konsistensi tidak keras, ASI keluar lancar, tidak ada kelainan pada payudara,

abdomen tidak distensi, TFU sudah tidak teraba, tidak ada nyeri tekan , inspeksi

vulva bersih terdapat pengeluaran berwarna putih kekuningan (lochea alba), tidak

ada oedema, jahitan sudah kering, tidak ada tanda infeksi, ekstremitas bawah tidak

ada oedema dan tanda homan.

64
Dari keseluruhan hasil pemeriksaan maka ditegakkan analisa yaitu P1001

2 minggu post partum. Pada kunjungan ini ibu diberikan KIE mengenai tanda

bahaya nifas 2-6 minggu, jadwal imunisasi, stimulasi dan tumbuh kembang bayi,

dan menyusui secara On Demand dan Eksklusif.

d. KF III (Enam Minggu Postpartum)

Kunjungan nifas terakhir dilakukan langsung di rumah ibu pada tanggal 03

Mei 2013. Pada saat kunjungan rumah ibu mengatakan tidak ada keluhan. Tidak

ada perubahan pada pola nutrisi ibu. Kebutuhan istirahat ibu juga sudah tercukupi

meliputi 1 jam pada siang hari dan 8 jam pada malam hari. Ibu juga sudah terbiasa

melakukan aktivitas rumah tangga. Ibu sudah melakukan senam nifas setiap hari

secara teratur. Ibu tidak ada keluhan pada eliminasi dan tidak ada tanda bahaya

masa nifas yang mungkin dialami ibu seperti kelelahan, sulit tidur, kesedihan,

demam, sembelit, nyeri, terasa panas saat BAK, haemoroid, sakit kepala terus

menerus, nyeri abdomen, dan cairan vagina berbau busuk. Ibu sudah melakukan

hubungan seksual yaitu dua kali seminggu. Sampai saat ini ibu belum mendapat

haid dan ibu menggunakan metode amenore laktasi. Ibu sudah mengetahui

mengenai tanda bahaya nifas 2-6 minggu, keuntungan, kerugian, dan lama

penggunaan dari metode MAL.

Hasil pemeriksaan menunjukkan keadaan umum ibu baik , kesadaran

compos mentis, tanda vital ibu dalam batas normal yaitu TD: 120/70 mmHg, N:

80 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,6 0C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil

normal yaitu muka tidak mengantuk, tidak pucat, konjungtiva merah muda,

mukosa bibir lembab, payudara ibu bersih tidak terdapat warna kemerahan,

konsistensi tidak keras, ASI keluar lancar, tidak ada kelainan pada payudara,

65
abdomen tidak distensi, TFU tidak teraba, inspeksi vulva bersih dan tidak terdapat

pengeluaran, tidak ada oedema, tidak ada tanda infeksi, ekstremitas bawah tidak

ada oedema dan tanda homan. Kondisi lingkungan di dalam dan sekitar rumah ibu

bersih, terdapat ventilasi dan penerangan yang cukup.

Ibu rajin mengkonsumsi buah, sayur, dan vitamin. Bahan makanan dicuci

bersih terlebih dahulu sebelum dimasak, sampah juga selalu dibuang pada

tempatnya, saat bayi tidur kelambu menutupi tubuh bayi untuk menghindari

gigitan nyamuk. Dari keseluruhan hasil pemeriksaan maka ditegakkan analisa

yaitu P1001 42 hari post partum. Pada kunjungan terakhir ini ibu diingatkan

kembali mengenai keuntungan, kerugian, lama penggunaan, dan keharusan

mengganti metode kontrasepsi MAL dengan kontrasepsi lain jika ibu sudah

mendapat haid dan umur bayi lebih dari 6 bulan.

Untuk memudahkan mengidentifikasi perubahan tinggi fundus uteri dan

pengeluaran lokea ibu dari setelah melahirkan hingga 42 hari post partum, maka

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1
Perubahan Tinggi Fundus Uteri, Kontraksi Uterus, dan Pengeluaran Lokea
Waktu Tinggi fundus uteri Kontraksi rahim Pengeluaran Lokea
2 Jam Post
1 jari di bawah pusat Baik Rubra
Partum
3 hari Post Pertengahan pusat dan
Baik Sanguinolenta
Partum simfisis
2 Minggu
Tidak teraba Tidak teraba Alba
Post Partum
42 Hari
Tidak teraba Tidak teraba Tidak ada
Post Partum

66
B. PEMBAHASAN

1. Perkembangan Kondisi Ibu dan Janin Pada Masa Kehamilan

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

obstetrik untuk optimalisasi maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan

pemantauan rutin selama kehamilan (Saifuddin, 2009). Ibu IK diberikan asuhan

antenatal sejak trimester III umur kehamilan 31 minggu 5 hari. Kehamilan terbagi

dalam tiga trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua berlangsung 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan

trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). Selama melakukan

pemeriksaan, ibu rutin untuk memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas II

Denpasar Selatan. Selama kehamilan ibu sudah memeriksakan diri sebanyak tujuh

kali di Puskesmas II Denpasar Selatan dan empat kali di dokter Sp.OG. Saat

trimester I ibu memeriksakan diri sebanyak dua kali di dokter Sp.OG. Pada

trimester II ibu memeriksakan diri sebanyak dua kali di Puskesmas II Denpasar

Selatan. Saat trimester III ini ibu memeriksakan kehamilannya dari umur

kehamilan 28 minggu sebanyak dua kali. Memasuki umur kehamilan 36 minggu

sebanyak tiga kali. Menurut Saifuddin (2009), selama kehamilan dilakukan

pemeriksaan minimal empat kali, satu kali selama trimester I, satu kali selama

trimester II dan dua kali selama trimester III. Berdasarkan hal tersebut,

pemeriksaan antenatal yang dilakukan oleh ibu sudah sesuai dengan teori.

Bila dilihat dari pertambahan berat badan dari awal kehamilan hingga

umur kehamilan 39 minggu 5 hari, kenaikan berat badan yang dialami Ibu IK

adalah 11,8 kg yaitu dari 51 kg menjadi 62,8 kg. Diperkirakan peningkatan berat

badan selama kehamilan dengan Indeks Massa Tubuh normal (18,5-22,9) sebesar

67
11,3-15,9 kg (Proverawati, 2009). Jika dihitung, Indeks Massa Tubuh dari ibu

IK didapatkan hasil 21,2, itu berarti Indeks Massa Tubuh ibu IK tergolong

normal dan penambahan berat badan yang dialami ibu IK selama kehamilannya

sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu 11,8 kg. Tinggi badan ibu setelah

dilakukan pengukuran didapatkan 155 cm. Menurut Manuaba (2009), ibu dengan

berat badan rendah kurang dari 40 kg atau tinggi badan kurang dari 145 cm

dengan keadaan tersebut dapat membahayakan saat kehamilan dan meningkatkan

bahaya terhadap bayinya. Dengan demikian ibu tidak memiliki masalah dengan

berat badan dan tinggi badannya.

Tekanan darah normal apabila perubahan tekanan darah sebelum hamil

dan saat hamil berkisar 10 mmHg (Mandriwati, 2008). Hasil pemeriksaan tekanan

darah ibu sejak pertama kali ditemui yaitu 110/80 mmHg. Pada akhir trimester III

tekanan darah ibu masih tetap yaitu 110/80 mmHg. Berdasarkan hasil

pemeriksaan tersebut, tidak ditemui masalah dalam tekanan darah ibu.

Status gizi diukur dengan lingkar lengan atas (LILA). LILA yang normal

adalah 23,5 cm jika LILA kurang dari 23,5 cm menunjukkan nilai status gizi

buruk (Kekurangan Energi Kronis) (Hermawan, dkk, 2010). Jadi ibu memiliki

status gizi yang baik karena LILA ibu lebih dari 23,5 yaitu 25 cm.

Pengukuran tinggi fundus uteri ibu selama kehamilan ini mengalami

perubahan setiap melakukan pemeriksaan. Sejak umur kehamilan 31 minggu 5

hari tinggi fundus uteri ibu yang diukur menggunakan palpasi didapatkan 4 jari di

bawah prosesus xifoideus. Pada akhir trimester III umur kehamilan 39 minggu 5

hari tinggi fundus uteri ibu 3 jari dibawah prosesus xifoideus. Kehamilan 32

minggu tinggi fundus uteri sekitar empat jari di bawah prosesus xifoideus.

68
Kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari di bawah prosesus

xifoideus karena bagian terbawah janin belum masuk panggul. Pada kehamilan 40

minggu fundus uteri setinggi tiga jari dibawah prosesus xifoideus karena saat ini

bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul (Manuaba, 2009).

Perkembangan janin ibu normal jika dilihat dari bertambahnya tinggi fundus uteri

ibu yang sudah sesuai dengan teori.

Gerakan janin bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi

baru dapat dirasakan pada usia kehamilan 16-20 minggu karena di usia kehamilan

tersebut, dinding uterus mulai menipis dan gerakan janin menjadi lebih kuat. Pada

kondisi tertentu, ibu hamil dapat merasakan gerakan halus hingga tendangan kaki

bayi di usia kehamilan 16-18 minggu (dihitung dari hari pertama haid terakhir).

Gerakan menendang atau tendangan janin miniman 10 gerakan/ 12 jam

(Saifuddin,2009). Gerakan janin sudah dirasakan aktif aktif oleh ibu sejak umur

kehamilan 4 bulan (16 minggu) dan gerakan yang dirasakan 20 kali/ 24 jam.

Jantung janin mulai berdenyut sejak awal minggu keempat setelah

fertilisasi, tetapi baru pada usia kehamilan 20 minggu bunyi jantung janin dapat

dideteksi dengan fetoskop. Dengan menggunakan teknik ultrasound atau system

Doppler, bunyi jantung janin dapat dikenali lebih awal (12-20 minggu usia

kehamilan) (Saifuddin, 2009). Jumlah denyut jantung janin normal antara 120-160

denyut per menit (Manuaba, 2009). Saat dilakukan pemeriksaan auskultasi DJJ

didapatkan hasil 140x/menit teratur.

Jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi tetanus, ia harus

mendapat paling sedikitnya dua kali injeksi selama kehamilannya (pertama pada

saat kunjungan antenatal pertama dan untuk kedua kali pada empat minggu

69
kemudian). Untuk mencegah tetanus neonaturum, dosis terakhir harus diberikan

sedikitnya dua minggu sebelum kelahiran (Anonim, 2003). Ibu sudah

mendapatkan imunisasi TT sebanyak dua kali selama kehamilannya. Imunisasi

pertama didapatkan ibu saat antenatal pertama. Imunisasi TT untuk kedua kali di

dapatkan ibu empat minggu setelah imunisasi TT pertama.

Ibu mengikuti senam hamil agar panggul ibu lebih rileks dan siap untuk

persalinan nanti. Menurut Sumiasih (2008) dalam penelitiannya disebutkan bahwa

manfaat senam hamil adalah mengurangi kejadian perdarahan sampai 65%,

karena pembuluh darah sangat elastis dan sistem pompa jantung lebih efisien,

mengurangi rasa sakit sampai sampai 50% karena kekuatan otot rahim, dasar

panggul dan punggung akan membantu mendorong janin keluar dengan cepat.

Luka pada jalan lahir cepat pulih karena sistem kekebalan tubuh meningkat dan

cepat pulih dari kelelahan seusai melahirkan.

Pemeriksaan penunjang yang pernah dilakukan adalah pemeriksaan

PMTCT, hemoglobin, golongan darah, urin reduksi dan glukosa urin. PMTCT

yang ibu lakukan di Puskesmas II Denpasar Selatan saat trimester III dengan hasil

HIV negatif (-). Pemeriksaan Hb dilakukan dua kali selama kehamilan.

Pemeriksaan hemoglobin dilakukan pada saat ibu melakukan antenatal pertama di

Puskesmas II Denpasar Selatan dengan hasil 12 gram%. Hasil pemeriksaan Hb

yang kedua pada trimester III dengan hasil 12 gram%. Pada awal kehamilan dan

menjelang aterm, kadar hemoglobin kebanyakan wanita sehat dengan simpanan

zat besi adalah 11 g/dL atau lebih (Kenneth, L., 2009).

70
2. Perkembangan Kondisi Ibu dan Janin Saat Proses Persalinan

Ibu IK memasuki proses persalinan pada usia kehamilan 40 minggu 6

hari. Persalinan berlangsung dengan normal tanpa ada komplikasi. Menurut

Saifuddin (2009) persalinan normal berlangsung diusia kehamilan 37-42 minggu

atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih. Dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dengan keadaan yang dialami ibu IK.

Proses persalinan kala I pada ibu IK berlangsung selama 12 jam, saat ibu

datang ke Puskesmas Pembantu Dauh Puri pukul 06.30 Wita disertai mules-mules

dan hasil pemeriksaan sudah ada pembukaan 6 cm. Selama menunggu fase aktif

dilakukan pemantauan terhadap kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan

persalinan, dan hasilnya dicantumkan dalam partograf. Pemantauan kesejahteraan

ibu meliputi pemantauan tekanan darah setiap 4 jam, nadi setiap 30 menit, suhu

setiap 2 jam, eliminasi, dan hidrasi. Pemantauan kesejahteraan janin meliputi

pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit, pemeriksaan penyusupan

kepala janin dan pemeriksaan selaput ketuban dilakukan setiap 4 jam atau saat

melakukan pemeriksaan dalam. Pemantauan kemajuan persalinan yang dilakukan

adalah pembukaan dan penurunan yang dilakukan setian 4 jam atau pada saat

melakukan pemeriksaan dalam, dan kontraksi setiap 30 menit (JNPK-KR, 2008).

His yang adekuat yaitu datang setiap 3-4 kali dalam 10 menit dengan

durasi 40-45 detik, pukul 10.30 Wita pembukaan menjadi lengkap, secara teori

bahwa diperhitungkan kecepatan pembukaan serviks pada nullipara atau

primigravida rata-rata 1 cm per jam atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada

multipara (JNPK-KR, 2008). Evaluasi yang dilakukan 4 jam lagi pembukaan

serviks menjadi lengkap. Pemenuhan kebutuhan fisik ibu juga harus diperhatikan

71
dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan eliminasi. Berdasarkan

IBI (2006), asuhan persalinan kala I yang tertuang dalam standar 9 disebutkan

bahwa, bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan

kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.

Selama proses persalinan kala I, asuhan yang diberikan yaitu teknik

mengurangi rasa nyeri dengan pijat punggung. Menurut Nastiti, Sri Rejeki, dan

Nurullita (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa setelah dilakukan

tindakan masase/ pijat ibu bersalin mengalami penurunan nyeri sebanyak 3,27.

Teknik Counter-Pressure merupakan teknik masase yang lebih efektif

mengurangi nyeri pinggang kala I fase aktif persalinan dibuktikan dengan mean

delta nyeri 3,63 > nilai mean teknik Back-Effleurage 2,92.

Proses persalinan memasuki kala II yang berlangsung selama satu

setengah jam pada primigravida dan setengah jam pada multigravida

(Sulistyawati, 2010). Dengan dorongan meneran yang efektif dilakukan ibu,

proses kala II berlangsung selama 25 menit. Bayi lahir segera menangis, gerak

aktif dan kulit kemerahan pukul 10.55 Wita. Setelah bayi lahir dilakukan IMD

(Inisiasi Menyusu Dini) dengan meletakkan bayi diatas dada ibu dengan posisi

tengkurap sehingga terjadi kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi yang

berlangsung selama 1 jam Menurut IBI (2006) dalam standar 10 yaitu persalinan

kala II yang aman, disebutkan bidan melakukan pertolongan persalinan yang

aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan

tradisi setempat. Asuhan yang diberikan selama kala II yaitu membantu ibu

72
memilih posisi persalinan, membimbing ibu meneran efektif dan setelah itu

dilakukan pertolongan persalinan sesuai dengan asuhan persalinan normal (APN).

Menurut Rukiyah,dkk (2009), perubahan fisiologis pada ibu bersalin kala

III yaitu dimulai segera setelah 30 menit bayi lahir. Berdasarkan IBI (2006), yang

tertuang dalam standar 11 yaitu penatalaksanaan aktif persalinan kala III

disebutkan bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu

pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap. Dengan menerapkan

manajemen aktif kala III yaitu pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit

pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT),

masase fundus uteri setelah plasenta lahir (JNPK-KR, 2008). Asuhan selama kala

III dilakukan manajemen aktif kala III yang penyuntikan oksitosin 10 IU,

penegangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri. Persalinan kala III

berlangsung selama 5 menit.

Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh

perdarahan pascapersalinan terjadi selama empat jam pertama setelah kelahiran

bayi. Karena alasan ini sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat segera

setelah persalinan. Jika tanda-tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas

normal selama dua jam pertama pascapersalinan, mungkin ibu tidak akan

mengalami perdarahan pascapersalinan. Pada kala IV dilakukan pengawasan dan

observasi tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan jumlah

perdarahan selama 2 jam yaitu satu jam pertama dilakukan observasi tiap 15

menit, dan satu jam kedua dilakukan observasi tiap 30 menit (JNPK-KR, 2008).

Selama dua jam pascapersalinan, tanda-tanda vital dan kontraksi uterus ibu

73
dipantau, didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu

36,4OC, kontraksi uterus baik, tinggi fundus uteri setinggi pusat.

3. Perkembangan Kondisi Bayi Baru Lahir Ibu IK

Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan diatas dada ibu untuk dilakukan

proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Hal ini dilakukan agar merangsang uterus

berkontraksi dan mencegah perdarahan. Selanjutkan dilakukan perawatan bayi

satu jam yang meliputi meliputi memantau keadaan vital bayi, perawatan tali

pusat, menyuntikan vitamin K 1mg intarmuskuler, pemberian salep mata

oxytetrasiklin 1%, menimbang berat badan dan menjaga kehangatan bayi. Semua

bayi baru lahir harus diberikan vitamin K injeksi 1mg intramuskuler setelah satu

jam kontak kulit ke kulit dan bayi selsai menyusu untuk mencegah perdarahan

pada bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami sebagian bayi

baru lahir. Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah satu jam

kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegah infeksi tersebut

mengandung antibiotika Tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus tepat diberikan

pada waktu satu jam kelahiran, pencegahan infeksi mata tidak efektif jika

diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran. Penimbangan bayi dilakukan

setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu (JNPK-

KR, 2008).

Dilanjutkan dengan pemeriksaan 6 jam pada bayi yang meliputi

pemeriksaan fisik lengkap hingga pengukuran panjang bayi. Bayi menangis kuat,

refleks hisap jari baik, tali pusat masih basah dan terbungkus kasa steril, bayi

sudah BAK dan BAB. Tali pusat terbungkus kassa steril tidak sesuai dengan teori

74
bahwa tali pusat harus di biarkan kering tanpa di bungkus apapun. (Saifuddin,

2010). Adapun KIE yang diberikan kepada orang tua yaitu tentang perawatan tali

pusat dan tanda bahaya pada bayi baru lahir. Tanggal 23 Maret 2013 pukul 17.00

Wita bayi mendapatkan imunisasi Hepatitis B0 dan Polio 1 sebelum ibu dan bayi

diperbolehkan untuk pulang. Menurut JNPK-KR (2008) imunisasi Hepatitis B0

diberikan 1 jam setelah pemberian Vitamin K atau usia bayi 2 jam.

Berdasarkan data yang diperoleh hasil pengukuran berat badan, panjang

badan, lingkar kepala dan lingkar dada bayi adalah sebagai berikut, berat badan

lahir 3000 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm dan lingkar dada 34

cm. Menurut Rochmah, dkk (2011) bayi baru lahir normal memiliki ciri-ciri

sebagai berikut, berat badan 2500-4000 gram, panjang badan lahir 48-52 cm,

lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm.

Bayi tidur 15 jam dalam sehari serta tidak ada masalah pada pola

tidurnya. Menurut Rochmah, dkk (2011) bayi yang mendapat cukup makanan

akan berkemih paling sedikit 6 kali sehari selama 2-7 hari sehari setelah lahir.

Bayi defekasi 4-6 kali sehari, pada hari ke 3-5 kotoran berubah warna menjadi

kuning kecoklatan. Bayi baru lahir biasanya akan lebih banyak tidur di antara

waktu makannya, namun cenderung waspada dan bereaksi ketika terjaga. Hal ini

normal dalam dua minggu pertama.

Pada hasil pemeriksaan fisik ditemukan kulit bayi masih tampak

kemerahan, sklera dan membran mukosa tidak tampak kekuningan, tidak ada

tanda-tanda ikterus. Ikterus fisiologis tampak pada usia 2-3 hari dan hilang

mendekati akhir minggu pertama. Pada ikterus fisiologis, sebagian besar bilirubin

merupakan bilirubin tak terkonyugasi dan bayi dalam keadaan umum yang baik.

75
Hal tersebut menyebabkan perubahan warna kulit, membran mukosa dan sklera

akibat peningkatan bilirubin (Hull, 2008).

Asuhan yang diberikan yaitu memberikan ibu KIE tentang pijat bayi agar

bayi lebih sehat. Menurut Lee (2006) dalam penelitiannya disebutkan bahwa

terdapat pengaruh yang erat antara pengaruh pijat bayi dengan berat dan tinggi

bayi serta mempererat interaksi antara ibu dan bayi.

Pada kunjungan ke III tanggal 19 April 2013 (umur 28 hari) bayi masih

ASI yang diberikan secara on demand dan eksklusif, dimana tidak ada makanan

tambahan lain yang diberikan. Saat ini berat badan bayi sudah menjadi 4500 gram

dimana berat badan lahir bayi 3000 gram (22 Maret 2013). Perubahan berat badan

bayi dalam minggu pertama kehidupannya dapat terjadi penurunan sampai 10%

atau tidak mengalami penurunan berat badan. Pada umur 2-4 minggu berat badan

bayi naik setidak-tidaknya 160 gram per minggu (setidak-tidaknya 15 gram/hari).

Saat bulan pertama terjadi peningkatan setidaknya 300 gram (JNPK-KR, 2008).

Saat ini kondisi perut bayi sedikit kembung dan sesekali bayi gumoh. Hal

ini kemungkinan dikarenakan bayi kurang disendawakan dan kondisi kamar ibu

dan suami yang kurang ventilasi udara sehingga menggunakan kipas angin dalam

ruangan. Menurut Rochmah (2011) saat gumoh, bayi memuntahkan kembali ASI

yang diminumnya dalam jumlah sedikit sampai banyak. Penyebabnya adalah

perut kembung akibat banyak udara yang ikut terhisap saat bayi menyusu atau

menangis, dan udara tersebut mendorong cairan untuk keluar. Jadi asuhan yang

diberikan kepada ibu yaitu teknik cara menyendawakan bayi sampai bayi

bersendawa dan cara mengurangi kembung pada perut bayi.

76
Kebutuhan dasar bayi ibuIK sudah terpenuhi sesuai dengan teori.

Menurut Direktorat Bina Kesehatan Anak (2010), kebutuhan dasar bayi baru lahir

meliputi: asah, asih, dan asuh. Asuh yang meliputi: kebutuhan gizi (inisiasi

menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemantauan panjang badan dan berat badan

secara teratur), perawatan kesehatan dasar (imunisasi sesuai jadwal, pemberian

vitamin K), higiene dan sanitasi, sandang dan papan. Asih adalah ikatan yang erat,

serasi dan selaras antara ibu dan anaknya, seperti: kontak kulit antara ibu dan bayi

serta menimang dan membelai bayi. Asah merupakan proses pembelajaran pada

anak agar anak tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cerdas ceria dan

berakhlak mulia.

4. Perkembangan Kondisi Ibu IK Primipara pada Masa Nifas

Menurut Saifuddin (2009), masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1

jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Masa

nifas dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil (Anggraini, 2010). Pada masa nifas

peneliti melakukan pemeriksaan sebanyak tiga kali kunjungan untuk mengetahui

kondisi dan perkembangan ibu IK pascapersalinan, yaitu pada tiga hari post

partum (KF1), dua minggu post partum (KF 2) dan enam minggu post partum (KF

3).

Berdasarkan tabel 3, proses involusi berjalan dengan normal dan

penurunan fundus uteri pada dua jam postpartum yaitu satu jari di bawah pusat,

tiga hari postpartum tinggi fundus uteri setinggi pertengahan pusat dan simfisis,

dua minggu postpartum fundus uteri sudah tidak teraba di atas symphisis dan

77
enam minggu postpartum tinggi fundus uteri sudah tidak teraba lagi. Menurut

Anggraini (2010), pada akhir persalinan tinggi fundus uteri setinggi pusat, akhir

minggu ke-1, pertengahan pusat sympisis, akhir minggu ke-2 fundus uteri sudah

tidak teraba, dan akhir minggu k-6 sudah kembali normal.

Pengeluaran lochea normal yaitu lochea rubra berwarna merah selama 2-3

hari postpartum, lochea sanguinolenta berwarna merah kuning pada hari ke 3-7

postpartum, lokhea serosa pada hari ke 7-14 dan lokhea alba pada 2 minggu

postpartum (Anggraini, 2010). Ibu IK pada dua jam postpartum masih

mengeluarkan lochea rubra, pada hari ke-3 sudah mengeluarkan lochea

sanguinolenta, saat dua minggu postpartum ibu mengeluarkan lochea alba dan

saat enam minggu postpartum ibu sudah tidak ada pengeluaran lochea lagi.

Setelah 2 jam post partum ibu IK sudah dapat miring kanan atau kiri,

duduk, dan berdiri. Mobilisasi dini sangat dianjurkan untuk ibu karena dapat

melatih otot-otot ibu dan mencegah resiko tromboflebitis meningkatkan fungi

kerja peristaltik dan kandung kemih sehingga mencegah distensi abdominal dan

konstipasi (Bahiyatun, 2009). Asuhan yang diberikan yaitu melatih ibu melakukan

senam kegel dan memberikan KIE mengenai mobilisasi dini. Pola makan dan

minum ibu sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan masa nifas ditambah sekitar

500 gram kalori karena ibu menyusui. Pada 2 jam postpartum merupakan masa

kritis terjadi perdarahan, hal penting yang diberikan pada ibu yaitu memberikan

KIE mengenai cara memeriksa kontraksi uterus dan memasase fundus. Saat ini

ibu sudah dapat menyusui bayinya dengan baik. Berdasarkan IBI (2006) yang

tertuang dalam standar 14 yaitu penanganan pada 2 jam pertama setelah

persalinan, bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya

78
komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang

diperlukan. Disamping itu bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai

pemberian ASI.

Pada tiga hari post partum (KF 1) tanggal 25 Maret 2013, ibu tidak

mengalami kesulitan dalam mengasuh bayinya. Walaupun ibu merasa khawatir

akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan khawatir kurang mampu

merawat bayinya, ibu selalu mendapat dukungan dari suami dan mertuanya

shingga ibu percaya dapat merawat bayinya dengan baik. Menurut Anggraini

(2010) ibu IK memasuki fase taking in dimana ibu merasa khawatir akan

kemampuannya untuk merawat bayinya dan khawatir tidak mampu bertanggung

jawab untuk merawat bayinya. Dengan dukungan emosional dari keluarga dapat

memotivasi ibu untuk dapat merawat bayinya dengan baik.

Sebelumnya ibu mengonsumsi vitamin A 1 x 200.000 IU (II)

pascapersalinan. Berdasarkan JNPK-KR (2008) disebutkan bahwa

WHO/UNICEF/IVACG Task Force, 2006 merekomendasikan pemberian 2 dosis

vitamin A 200.000 IU dalam selang waktu 24 jam pada ibu pascabersalin untuk

memperbaiki kadar vitamin A pada ASI dan mencegah terjadinya lecet putting

susu. Selain itu suplementasi vitamin A akan meningkatkan daya tahan ibu

terhadap infeksi perlukaan atau laserasi akibat proses persalinan. Saat ini ibu

masih mengkonsumsi suplemen Sulfat Ferosus 1x200 mg. Selama masa nifas

suplemen SF dapat menambah zat gizi pada ibu. Menurut Saifuddin (2009), pil zat

besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca

persalinan.

79
Ibu belum melakukan senam nifas dengan rutin, sebaiknya senam nifas

dilakukan secara rutin untuk dapat melatih otot-otot panggul yang kendor saat

kehamilan. Menurut Rahajeng (2010), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

program latihan otot dasar panggul postpartum dapat mengurangi secara

signifikan prevalensi inkontinensia urin setelah persalinan. Latihan otot dasar

panggul merupakan bentuk penguatan kelompok otot dasar panggul, sehingga

berhubungan dengan berbagai perubahan yang terjadi pada kekuatan otot dasar

panggul seperti sphincter uretra dan sphincter ani. Saat ini ibu sudah dapat

berkemih secara lancar, tidak merasa nyeri pada bekas jahitannya.

Pada minggu ke 2 (KF 2) keadaan ibu baik, hubungan ibu dan bayi pun

baik. ASI keluar lancar dan tidak ditemukan adanya peradangan maupun putting

susu lecet. Ini dikarenakan posisi menyusui ibu yang sudah benar dan ibu

menyusui bayinya secara on demand. Dalam proses eleminasi (BAK dan BAB)

ibu juga tidak mengalami kesulitan. Ibu sudah dapat melakukan senam nifas

secara rutin untuk melatih otot-otot panggul dan panggul kembali normal

(Saifuddin, 2009). Ibu merasa otot perut lebih kuat sehingga mengurangi rasa

sakit pada punggung. Memberikan konseling kontrasepsi kepada ibu, dimana

sebelumnya ibu sudah memustuskan untuk menggunakan kontrasepsi IUD.

Namun setelah persalinan, ibu memustuskan untuk menunda penggunaan

kontrasepsi IUD. Ibu mengatakan takut untuk dilakukan pemasangan IUD.

Kunjungan terakhir dilakukan saat minggu ke 6. Saat ini keadaan keadaan

ibu baik, ASI keluar dengan lancar dan tidak ada masalah selama proses

menyusui. Ibu sudah melakukan aktivitas dan pekerjaan rumah tangga yang

ringan seperti biasa. Sampai saat ini ibu belum mendapat haid dan ibu belum

80
menggunakan metode kontrasepsi, setelah berunding dengan suami, ibu dan

suami sepakat untuk memakai metode amenore laktasi (MAL) untuk sementara.

Dengan demikian, asuhan yang diberikan kepada ibu yaitu mengingatkan kembali

mengenai keuntungan, kerugian, lama penggunaan, dan keharusan mengganti

metode kontrasepsi MAL dengan kontrasepsi lain jika ibu sudah mendapat haid

dan umur bayi lebih dari 6 bulan.

Menurut IBI (2006) dalam standar 15 yaitu pelayanan bagi ibu dan bayi pada

masa nifas, disebutkan bahwa bidan memberikan pelayanan selama masa nifas

melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam

setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui

penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan

komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan

tentang kesehatan secara umum, keberhasilan perorangan, makanan bergizi,

perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB

Berdasarkan hal tersebut diatas, kondisi dan perkembangan masa nifas ibu

dari 2 jam post partum hingga 6 minggu post partum berjalan dengan normal dan

ibu sudah mendapatkan asuhan sesuai dengan standar.

81
BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada masa kehamilan ibu IK berjalan dengan baik dan proses

perkembangan berjalan fisiologis.

2. Proses persalinan pada ibu IK berjalan secara fisiologis. Bayi lahir spontan

belakang kepala, segera menangis, gerak aktif, dengan berat badan lahir 3000

gram.

3. Perkembangan masa nifas ibu dari 2 jam postpartum hingga 42 hari

postpartum berlangsung normal. Pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan

KF1, KF2 dan KF3.

4. Selama proses perkembangan bayi baru lahir dari 0 hari hingga 28 hari

berjalan dengan normal. Perawatan yang didapat sesuai dengan standar asuhan

pada bayi 1 jam pertama, 6 jam pertama, dan sesuai dengan KN1 , KN2, serta

KN3.

B. SARAN

1. Bagi ibu

Diharapkan ibu dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan yang telah

diberikan oleh peneliti sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan

pengalaman tentang masa kehamilan, persalinan, nifas serta merawat bayinya

dengan baik, dengan demikian ibu dapat memantau dan mendeteksi secara dini

adanya kelainan yang mungkin terjadi untuk selanjutnya.

82
2. Bagi keluarga

Diharapkan keluarga dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu,

memberikan dukungan psikologis dengan melibatkan peran pendamping, serta

mengenali sedini mungkin pencegahan komplikasi dan penyulit yang mungkin

dirasakan ibu ataupun bayinya

3. Bagi petugas kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan komunikasi yang

edukatif antara tenaga kesehatan dan pasien agar dapat menciptakan suasana yang

harmonis dan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan terutama dalam

pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

83
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka


Rihama.

Anonim. 2003. Buku 2 Asuhan Antenatal. Jakarta: Pusdinakes

Asrinah, Putri, S.S., dkk, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Danuatmadja, B., 2004. Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: Penerbit
Puspa Sehat.

Depkes R.I. 2010. Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Deslidel, Hj., dkk,2011, Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita, Jakarta: EGC

Dinkes Provinsi Bali. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2011.
Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2010, Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru
Lahir Berbasis Perlindungan Anak, Jakarta: Depkes RI.

Erawati, A. D., 2010, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal, Jakarta:
EGC.

Hull, David. 2008. Dasar-dasar Pediatri. Jakarta: EGC

84
Hermawan, dkk. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak (PWS KIA), Jakarta: Depkes RI

IBI. 2006. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Indonesia (JNPK-KR). 2008.


Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.

______. 2008a. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial,


Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta: JNPK-KR.

Kenneth, L. 2009. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Lee, H.K., 2006, The Effects of infant massage on Weight, Height, and Mother-
Infant Interaction. 36 (8): 1331-1339

Mandriwati, G. A., 2008, Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil,


Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Nastiti, Retno Krestanti Raras, Sri Rejeki, Ulfa Nurullita. 2012. Perbedaan
Efektifitas Teknik Back-Effluerage dan TeknikCounter-Pressure Terhadap
Tingkat Nyeri Pinggang Kala I Fase Aktif Persalinan. 1(2): 2252-6854

Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Proverawati, Atikah. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika

Rahajeng. 2010. Efek Latihan Kegel pada Kekuatan otot Dasar Panggul Ibu
Pascapersalinan, 26 (2): 144-163

Rochmah, dkk. 2011. Panduan Belajar Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta:
EGC
85
Rukiyah, A.Y,dkk, 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta: Trans Info
Media.

______. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info
Media.

Saifuddin, A. B, dkk, 2009.Ilmu Kebidanan,Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

______, 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, A., 2009, Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan, Jakarta:


Salemba Medika.

Sumiasih,N.Y., 2008, Kombinasi senam hamil dengan yoga memperlancar


persalinan jurnal Skala Husada volume 5 edisi khusus kebidanan , t.p.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

86
87
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Denpasar, Maret 2013

Kepada:

Yth. Ibu Eka Sari Agustini

di

Tempat

Dengan Hormat,

Saya, kadek Ayu Puspita Dewi, selaku mahasiswa program DIII

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Kebidanan akan mengadakan

penelitian studi kasus dengan judul Gambaran Perkembangan Kehamilan Ibu

IK Primigravida Trimester III hingga Masa Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas

II Denpasar Selatan Tahun 2013. Berdasarkan tujuan tersebut, saya memohon

kesediaan ibu untuk menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini. Saya

menjamin kerahasian dari identitas dan hasil pemeriksaan yang akan dilakukan.

Kesediaan ibu sangat saya harapkan untuk kelancaran proses penelitian

ini. Atas kerja dan bantuannya, saya mengucapkan terima kasih.

Hormat Peneliti,

Kadek Ayu Puspita Dewi


NIM. P07124010028
Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eka Sari Agustini

Umur : 22 tahun

Alamat : Jalan Danau Kerinci Gang VI No. 5, Denpasar Selatan

Setelah mendapatkan penjelasan dan saya telah memahami sepenuhnya

tentang penelitian:

Judul : Gambaran Perkembangan Kehamilan Ibu IK

Primigravida Trimester III hingga Masa Nifas di Wilayah

Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2013

Nama peneliti : Kadek Ayu Puspita Dewi

Lokasi : Puskesmas II Denpasar Selatan dan Jalan Danau Kerinci

Gang VI No. 5, Denpasar Selatan

Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi subjek penelitian tersebut

secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun. Demikian pernyataan

ini saya tanda tangani, agar digunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, Maret 2013

Pembuat Pernyatan,

(Eka Sari Agustini)


Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA PADA ASUHAN ANTENATAL

1. Identitas ibu dan suami

a. Nama f. Pekerjaan

b. Umur g. Penghasilan/bulan

c. Suku bangsa h. Alamat rumah/telepon

d. Agama i. Alamat tempat kerja/telepon

e. Pendidikan

2. Alasan memeriksakan diri

3. Riwayat menstruasi

a. Umur menarche

b. Jumlah darah

c. HPHT

d. TP

e. Siklus haid

f. Lama haid

g. Keluhan saat haid: : Dismenorhea Metroragia

Spoting Premenstrual syndrom

Menoragia
4. Riwayat perkawinan: kawin/tidak

sah/tidak

...kali, lama kawin

5. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu:

No Tgl/bln/thn Tmpt/ UK saat


Jenis Kondisi Keadaan Anak Laktasi
partus penolong bersalin persalinan saat nifas kel/BB/ke
partus bersalin adaan
sekarang

6. Riwayat hamil ini

Keluhan/tanda bahaya

TW I Mual Perdarahan

Perdarahan Lain-lain

TW II Pusing Sakit kepala

Perdarahan Lain-lain

Ictisar pemeriksaan sebelumnya:

Gerakan janin : sudah dirasakan/belum dirasakan

Sejak.bulan/minggu yang lalu.kali/24jam

Obat dan suplemen yang perbah diminum

7. Perilaku yang membahayakan kehamilan:

Merokok pasif/aktif Minum jamu

Minum minuman keras Kontak dengan binatang

Narkoba Diurut dukun


8. Riwayat penyakit yang pernah diderita ibu/riwayat operasi:

Kardiovaskuler Hipertensi

sthma Epilepsi

TORCH DM

TBC Hepatitis

PMS Operasi

9. Riwayat penyakit keluarga:

Kanker Asma

Hipertensi DM

Penyakit jiwa Kelainan bawaan

Hamil kembar Epilepsi

Alergi Penyakit hati

10. TBC PMS/HIV/AIDS

10. Riwayat ginekologi

1. Infertilitas Polip serviks

Kanker kandungan Cervicitis kronis

Operasi kandungan Endometriosis

Myoma Perkosaan

11. Riwayat keluarga berencana

Metode KB yang pernah dipakai/lama pemakaian

Komplikasi/efek samping dari KB

12. Data bio, psikososial, dan spiritual


Bernafas : tidak ada keluhan ada keluhan

Pola makan (jenis,, komposisi, porsi, frekuensi, dan pantangan)

Pola minum : gelas/hari. Jenis:.

Pola eleminasi : BAK.kali/hari, warna.

BAB..kali/hari, konsistensi..

Pola istirahat : Tidur..jam/hari

Psikososial : Penerimaan terhadap kehamilan ini:

Direncanakan dan diterima Tidak direncanakan tapi diterima

Direncanakan dan tidak diterima Tidak direncanakan dan tidak

diterima

Sosial support:

Suami Orang tua

Mertua Keluarga lain

Pengetahuan ibu:.
Lampiran 6

PEDOMAN PEMERIKSAAN KLINIK PADA ASUHAN ANTENATAL

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum :

Kesadaran :

Berat Badan : kg

BB sebelum hamil : kg

BB pemeriksaan sebelumnya: kg (tanggal.)

Tinggi Badan : cm

Tekanan Darah : mmHg

Nadi : x/menit

Pernafasan : x/menit
o
Suhu : C

LILA : cm

Postur Tubuh :

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala :

Muka :

Mata :

Telinga :

Hidung :

Mulut dan Gigi :


Leher :

Dada dan Aksila :

Mamae simetris/asimetris

Putting susu menonjol/datar/masuk

Putting susu kotor/bersih

Areola hiperpigmentasi/tidak

Ada masa/tidak

Ada kolostrum/tidak
Dyspneu Sputum

Orthopneu Batuk darah

Thacypneu Nyeri dada

Wheezing

Ekstermitas : Tungkai simetris/asimetris Edema: / Reflek:

3. Pemeriksaan Khusus Obstetri

Abdomen

Inspeksi :

Membesar dengan arah memanjang Striae livide

Melebar Striae albican

Pelebaran vena Luka bekas operasi

Linea alba Linea nigra

Tinggi Fundus Uteri:

Palpasi Leopold

Leopold I :

Leopold II :

Leopold III :

Leopold IV :

Nyeri tekan

Pemeriksaan berat janin.gram

Auskultasi : DJJ x/menit, teratur Tidak teratur

Ano genital:

Inspeksi: Pengeluaran vulva:


Darah Lendir Air ketuban

4. Pemeriksaan penunjang:

Darah Hb: gram%

Urin protein

Urin reduksi

USG
Lampiran 7

PEDOMAN WAWANCARA PADA ASUHAN PERSALINAN

1. Riwayat persalinan ini, keluhan ibu;

Sakit perut, sejak

Keluar air, sejak.., bau, warna.., jumlah..

Lendir bercampur darah, sejak.

Gerakan janin:

Aktif, sejak

Menurun, sejak

Tidak ada, sejak...

2. Data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual

a. Keluhan bernafas: tidak ada, Ada

b. Nutrisi:

1) Makan terakhir pkl., porsi., jenis

2) Minum terakhir pkl, jumlah, jenis..

3) Nafsu makan: baik, menurun

c. Istirahat:

1) Tidur malam:jam, keluhan

2) Istirahat siang:...jam, keluhan.

3) Kondisi saat ini: bisa istirahat diluar kontraksi: ya, tidak,

alasan.. Kondisi fisik: kuat, lemah, terasa mau

pingsan
d. Eliminasi: BAB terakhir, pkl.., konsistensi.. BAK terakhir,

pkl., jumlah. Keluhan saat BAB/BAK..

e. Psikologi:

Siap melahirkan: ya, tidak, alasan..

Perasaan ibu saat ini: bahagia dan kooperatif, kecewa, malu,

takut, sedih, cemas, menolak, putus asa

f. Persiapan persalinan yang sudah siap: perlengkapan ibu,

perlengkapan bayi, biaya, calon donor, pendamping,

transportasi.

g. Spiritual dan ritual yang perlu dibantu:..

3. Pengetahuan ibu dan pendamping yang dibutuhkan

tanda dan gejala persalinan, teknik mengatasi rasa nyeri,

mobilisasi dan posisi persalinan, teknik meneran,

teknik Inisiasi Menyusui Dini (IMD), peran pendamping,

proses persalinan
Lampiran 8

PEDOMAN PEMERIKSAAN KLINIK PADA ASUHAN PERSALINAN

1. Keadaan umum:

a. GCS: E..M.V..

b. Kesadaran: kompos mentis, somnolen, sopor, soporo

somatis, koma.

c. Keadaan emosi: stabil, tidak stabil

d. Keadaan psikologi: takut, murung, bingung

e. Antopometri: BB. Kg, BB sebelumnya (tgl.)..kg, TB..cm

f. Tanda vital: suhuC, nadi.x/mnt, respirasi.x/mnt, TDmmHg,

TD sebelumnya (tgl)..mmHg.

2. Pemeriksaan fisik:

a. Wajah: tidak ada kelainan, oedema, pucat

b. Mata: Konjungtiva: merah muda, pucat, merah

Sklera: putih, kuning, merah

c. Mulut: Mukosa: lembab, kering

Bibir: segar, pucat, biru

d. Leher: tidak ada kelainan, pembengkakan kelenjar limfe,

bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid

e. Dada dan aksila:

Kelainan: ` tidak ada, ada


Payudara:

1) Bentuk: simetris, tidak simetris

2) Putting: menonjol, datar, masuk, dimpling, retraksi

3) Pengeluaran kolostrum: ada, tidak ada

4) Kebersihan: bersih, kotor

5) Kelainan: tidak ada, ada

f. Abdomen:

1) Pembesaran perut: sesuai umur kehamilan, tidak sesuai umur

kehamilan

2) Arah: melebar, memanjang

3) Palpasi Leopold:

a) Leopold I:

b) Leopold II:

c) Leopold III:

d) Leopold IV:

4) Perlimaan:

5) TFU (Mc Donald):.. cm

6) (TBBJ:..gram)

7) His: tidak ada, ada, frekuensi..x/10mnt, durasidetik

8) Auskultasi: DJJ..x/mnt, teratur, tidak teratur

g. Genetalia dan anus

VT: tgl.. jam. oleh.

1) Vulva:

2) Vagina:
3) Portio:

4) Selaput ketuban:

5) Presentasi: ., denominator., posisi

6) Moulage:

7) Penurunan:. (Hogde..)

8) Bagian kecil:

9) Tali pusat:

10) Anus:

h. Tangan: oedema, kuku jari: pucat, biru, merah muda

i. Kaki : simetris, asimetris, varises, kuku jari: pucat,

biru, merah muda, reflek patella kanan/kiri:./.

3. Pemeriksaan penunjang:

a. HB..gr%, preoteinuria, reduksi urin..

b. Tes nitrasin/lakmus:

c. USG/NST:
Lampiran 9

PEDOMAN WAWANCARA PADA ASUHAN IBU NIFAS

1. Keluhan Utama :

2. Kecukupan Nutrisi :

a. Makan terakhir Pkl..

Jenis dan porsi makanan :

b. Minum terakhir Pkl.

Jenis dan jumlah minuman :

3. Eliminasi terakhir Pkl :......., Keluhan :

4. Istirahat dan tidur :

5. Mobilisasi :

6. Rencana menyusui: Pengalaman: Lama akan menyusui :

7. Rencana pengasuhan :

8. Pengetahuan :
Lampiran 10

PEDOMAN PEMERIKSAAN KLINIK PADA ASUHAN IBU NIFAS

1. Keadaan Umum :

2. Kesadaran :

3. Vital Sign

a. Tekanan Darah : mm Hg

b. Nadi : x/Menit,
o
c. Suhu : C

d. Respirasi : x/menit.

4. Inspeksi

a. Muka :

b. Konjungtiva :

c. Sklera mata :

d. Bibir :

5. Payudara

a. Kebersihan payudara :

b. Bentuk :

c. Putting susu :

d. Air susu :

e. Kelainan payudara :

6. Abdomen

7. Ekstremitas bawah

8. Genetalia Eksterna

9. Bonding Score
a. Melihat :

b. Meraba :

c. Menyapa atau suara :

DATA BAYI

1. Keadaan Umum

a. Tangis bayi :

b. Warna kulit :

c. Tonus otot tungkai :

d. Eliminasi :

2. Tanda Vital

a. Pernapasan : kali/menit

b. Nadi : kali /menit


o
c. Suhu : C

3. Antropometri

a. BB : gram

b. PB : cm

c. LK / LD : CM

4. Kepala

5. Muka

6. Mata

7. Telinga

a. Kebersihan :

b. Pengeluaran :

c. Hubungan telinga dengan garis mata :


8. Hidung

a. Kebersihan :

b. Nafas cuping hidung :

c. Kelainan :

9. Mulut

10. Leher

a. Pembengkakan :

b. Benjolan :

11. Dada

a. Bentuk :

b. Putting susu :

12. Perut

13. Kelamin

14. Punggung

a. Pembengkakan :

b. Cekungan :

15. Kulit

a. Verniks :

b. Tanda lahir :

c. Kelainan :

16. Sistem saraf

a. Reflek moro :

b. Tonock neck refleks :


c. Rooting refleks :

d. Grasp refleks :

e. Glabella refleks :

17. Menyusui

a. Frekuensi :

b. Kesulitan :

You might also like