You are on page 1of 5

SELENIUM

Definisi

Selenium adalah mineral yang penting untuk sintesis protein dan aktivitas enzim glutation
peroksidase. Defisiensi Se pada manusia bisa menyebabkan nekrosis hati dan penyakit
degeneratif. Manusia yang kekurangan selenium akan lebih berisiko menderita kanker
dibandingkan mereka yang berkecukupan selenium (Winarsi, 2007). Selenium masih termasuk di
dalam golongan atau jenis mineral yang ada di dalam tanah dan selenium ini juga ditemukan
pada sejumlah makanan maupun air. Tubuh manusia pun membutuhkan selenium dengan jumlah
yang tak begitu besar supaya fungsi pada proses metabolisme dapat dilakukan secara lancar,
khususnya pada fungsi hormon tiroid, testosterone, sebagai antioksidan Se mereduksi senyawa
peroksida, sehingga menurunkan radikal bebas dalam tubuh dan menghambat timbul dan
berkembangnya kanker. Selenium (Se) merupakan mineral penting yang diperlukan dalam tubuh
karena unsur ini mempunyai fungsi yang penting dalam berbagai reaksi biokimia. Diantaranya
sebagai kofaktor enzim glutation peroksidase yang mengkatalisis pengambilan hidrogen
perioksida atau sebagai antioksidan bersama dengan vitamin E dalam sistem biologi

Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak


mempengaruhi kualitas hidup serta produktifitas seseorang. Penyakit- penyakit degeneratif
tersebut antara lain penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) termasuk hipertensi,
diabetes mellitus dan kanker. Salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan yang
mempunyai tingkat mortilitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan
produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi. Yang dimaksud Hipertensi
adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau lebih
untuk usia 13 50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia di atas 50
tahun. Dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih
memastikan keadaan tersebut. (WHO, 2001).
Sumber Selenium Dan Kebutuhan Selenium
Food Micrograms (g) Percent DV*
Brazil nuts, dried, unblanched, 1 ounce 544 780
Tuna, light, canned in oil, drained, 3
63 95
ounces
Beef, cooked, 3 ounces 35 50
Spaghetti w/ meat sauce, frozen entre, 1
34 50
serving
Cod, cooked, 3 ounces 32 45
Turkey, light meat, roasted, 3 ounces 32 45
Beef chuck roast, lean only, roasted, 3
23 35
ounces
Chicken Breast, meat only, roasted, 3
20 30
ounces
Noodles, enriched, boiled, 1/2 cup 17 25
Macaroni, elbow, enriched, boiled, 1/2 cup 15 20
Egg, whole, 1 medium 14 20
Cottage cheese, low fat 2%, 1/2 cup 12 15
Oatmeal, instant, fortified, cooked, 1 cup 12 15
Rice, white, enriched, long grain, cooked,
12 15
1/2 cup
Rice, brown, long-grained, cooked, 1/2 cup 10 15
Bread, enriched, whole wheat,
10 15
commercially prepared, 1 slice
Walnuts, black, dried, 1 ounce 5 8
Bread, enriched, white, commercially
4 6
prepared, 1 slice
Cheddar cheese, 1 ounce 4 6

Tabel Kecukupan Harian Mineral Selenium Pada Berbagai Kelompok Usia (microgram/hari)

Kebutuhan Rata-Rata Harian


Kecukupan Yang
Asomsi (Microgram)
Kelompok Usia Dianjurkan
Bobot Tubuh Per Kg Bobot
Total (Microgram/Hari)
Tubuh
0-6 bulan 6 0,85 5,1 6
7-12 bulan 9 0,91 8,2 10
1-3 tahun 12 1,13 13,6 17
4-6 tahun 19 0,92 17,5 22
7-9 tahun 25 0,68 17,0 21
Wanita 10-18 tahun 49 0,42 20,6 26
Pria 10-18 tahun 51 0,50 22,5 32
Wanita 19-65 tahun 55 0,376 20,4 26
Pria 19-65 tahun 65 0,42 27,3 34
Wanita 65 tahun 54 0,37 20,2 25
Pria 65 tahun 54 0,41 26,2 33
Kehamilan 0-3 bulan 28
Kehamilan 4-6 bulan 30
Masa menyusui 0-6 bulan 35
Masa menyusui 7-12 bulan 42

Sumber: Astaan dan kasih, 2008

Fungsi selenium
Fungsi selenium merupakan kofaktor regulatori dan katalitik untuk protein (enzim) yang
mengandung selenoistein.
A. Beberapa protein yang mengandung selenoistein: Beberapa protein yang mengandung
selenoistein:
GSH-peroksidase (GSH-Px): detoksifikasi hidrogen peroksida dan lipid
hidroperoksida;
Tioredoksin reduktase (TrxR): reduksi disulfida menjadi gugus SH (misalnya
GSSG menjadi GSH), regulasi faktor transkripsi yang sensitif terhadap redoks (contohnya
NF-KB), pelipatan protein, biosintesis DNA, regenerasi beberapa antioksidan, termasuk
vitamin C dan ubikuinol.
Iodotironin deiodinase (tiroid): Konversi tiroksin (T4) menjadi triiodotironin (T3)
yang aktif secara biologis.
Selenoprotein P: Penimpanan/tarnspor selenium, perlindungan endotelium
(pemecahan spesi nitrogen reaktif , seperti peroksinitrit)
B. Fungsi protektif antioksidan (GSH-Px, selenoprotein P, TrxR): Proteksi Eritrosit,
membran fosfolipid, PUFA, dan organel sel.
C. Imunokompetensi (seluler, humoral): proliferasilimfosit, produksi sitokin, sintesis
gammainterferon, aktivitas sel T dan sel NK yang sitotoksik, produksi antibodi.
D. Aktivitas antikarsinogenik: Kerja antiproliferatik dan proapoptotik pada sel tumor,
inaktivasi segmen genonkogenik, aktivitas antivirus, antioksidatif, antimutagenik, potensiasi
imunokompetensi humoral dan seluler.
E. Metabolisme hormon tiroid: aktivasi tirosin (T4) menjadi triiodium (T3) (deiodinase)-
defisiensi selenium dapat memperburuk efek defidiensi iodin.
F. Metabolisme inflamasi: penghambatan faktor transkripsi yang sensitif terhadap redoks
(misalnya NF-KB) dan prostaglandin/leukotrien proinflamatori, sitokin regulasi.
G. Proliferasi dan diferensiasi sel (TrxR: interaksi dengan faktor transkripsi sensitif-redoks)
H. Sinergi dengan vitamin E, detoksifikasi (misalnya kadmium, merkuri)

Mekaisme Kerja Selenium Dalam Tubuh


Selenium dalam tubuh antara lain terdapat dalam glutathione peroxidase. Dalam hal
ini protein (enzim) dan selenium membentuk selenoprotein. Selenoprotein tersebut akan
mencegah kerusakan sel dari radikal bebas yang dapat dihasilkan dalam metabolisme
oksigen. Dan apabila radikal bebas tersebut dibiarkan dapat mengakibatkan kangker dan
penyakit pada hati. Selain itu selenoprotein yang terbentuk juga bermanfaat dalam regulasi
fungsi tiroid (bersama dengan deiodinase enzymes), sebagai kontrol reaksi redoks dalam sel (
thioredoxin reductase) dan juga sistem kekebalan tubuh.
Bentuk lain selenium dalam tubuh (metabolisme) adalah dalam senyawa organiknya
ataupun senyawa anorganiknya. Contoh senyawa organiknya adalah CySeSeCy (seleno
cistein), SeMet (selenometionin), DMSe (dimetilselenium), TMSe (trimetil selenium).
Contoh bentuk anorganiknya adalah selenat, dan selenit.
Telah dikenal empat jenis selenoprotein yaitu selenium-spesifik protein, protein
bergabung dengan selenocistein pada kodon cistein, selenium dengan selenoprotein dalam
metionin, protein berikatan dengan selenide yang tidak spesifik. Jenis pertama selenium-spesifik
protein terdiri atas glutathione peroxidase, thyroxine reductase, and iodothyronine 5'-deiodinase.
Jenis kedua dan ketiga terdapat dalam proses sintesa protein yaitu ikatan cistein dan
methionin pada tRNA untuk kodon cistein dan metionin. Dan jenis keempat adalah selenium
berikatan dengan protein, dalam jalur metabolisme selenium, spesi ini merupakan spesi yang
mengawali pembentukan dan degradasi selenium-protein. Contohnya pada pembentukan
selenide dari selenite melalui reduksi glutation dalam sel darah merah. Kemudian selenide
ditransportasikan ke cairan sel, dan berikatan dengan albumin dan dikirim ke hati. Dalam hati di
metilasi untuk ekskresi urin.

You might also like