Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Selenium adalah mineral yang penting untuk sintesis protein dan aktivitas enzim glutation
peroksidase. Defisiensi Se pada manusia bisa menyebabkan nekrosis hati dan penyakit
degeneratif. Manusia yang kekurangan selenium akan lebih berisiko menderita kanker
dibandingkan mereka yang berkecukupan selenium (Winarsi, 2007). Selenium masih termasuk di
dalam golongan atau jenis mineral yang ada di dalam tanah dan selenium ini juga ditemukan
pada sejumlah makanan maupun air. Tubuh manusia pun membutuhkan selenium dengan jumlah
yang tak begitu besar supaya fungsi pada proses metabolisme dapat dilakukan secara lancar,
khususnya pada fungsi hormon tiroid, testosterone, sebagai antioksidan Se mereduksi senyawa
peroksida, sehingga menurunkan radikal bebas dalam tubuh dan menghambat timbul dan
berkembangnya kanker. Selenium (Se) merupakan mineral penting yang diperlukan dalam tubuh
karena unsur ini mempunyai fungsi yang penting dalam berbagai reaksi biokimia. Diantaranya
sebagai kofaktor enzim glutation peroksidase yang mengkatalisis pengambilan hidrogen
perioksida atau sebagai antioksidan bersama dengan vitamin E dalam sistem biologi
Tabel Kecukupan Harian Mineral Selenium Pada Berbagai Kelompok Usia (microgram/hari)
Fungsi selenium
Fungsi selenium merupakan kofaktor regulatori dan katalitik untuk protein (enzim) yang
mengandung selenoistein.
A. Beberapa protein yang mengandung selenoistein: Beberapa protein yang mengandung
selenoistein:
GSH-peroksidase (GSH-Px): detoksifikasi hidrogen peroksida dan lipid
hidroperoksida;
Tioredoksin reduktase (TrxR): reduksi disulfida menjadi gugus SH (misalnya
GSSG menjadi GSH), regulasi faktor transkripsi yang sensitif terhadap redoks (contohnya
NF-KB), pelipatan protein, biosintesis DNA, regenerasi beberapa antioksidan, termasuk
vitamin C dan ubikuinol.
Iodotironin deiodinase (tiroid): Konversi tiroksin (T4) menjadi triiodotironin (T3)
yang aktif secara biologis.
Selenoprotein P: Penimpanan/tarnspor selenium, perlindungan endotelium
(pemecahan spesi nitrogen reaktif , seperti peroksinitrit)
B. Fungsi protektif antioksidan (GSH-Px, selenoprotein P, TrxR): Proteksi Eritrosit,
membran fosfolipid, PUFA, dan organel sel.
C. Imunokompetensi (seluler, humoral): proliferasilimfosit, produksi sitokin, sintesis
gammainterferon, aktivitas sel T dan sel NK yang sitotoksik, produksi antibodi.
D. Aktivitas antikarsinogenik: Kerja antiproliferatik dan proapoptotik pada sel tumor,
inaktivasi segmen genonkogenik, aktivitas antivirus, antioksidatif, antimutagenik, potensiasi
imunokompetensi humoral dan seluler.
E. Metabolisme hormon tiroid: aktivasi tirosin (T4) menjadi triiodium (T3) (deiodinase)-
defisiensi selenium dapat memperburuk efek defidiensi iodin.
F. Metabolisme inflamasi: penghambatan faktor transkripsi yang sensitif terhadap redoks
(misalnya NF-KB) dan prostaglandin/leukotrien proinflamatori, sitokin regulasi.
G. Proliferasi dan diferensiasi sel (TrxR: interaksi dengan faktor transkripsi sensitif-redoks)
H. Sinergi dengan vitamin E, detoksifikasi (misalnya kadmium, merkuri)