You are on page 1of 7

TUGAS MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA ODHA

PERAN BIDAN DALAM MEMBERIKAN ASUHAN PADA PASIEN HIV/AIDS


SECARA KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNGAN

Oleh:
Kelompok 5

Dewa Ayu Agung Dyah Asmaryati (P07124011026)


Komang Hendry Antari (P07124011027)
Ni Nyoman Trioka Rtamagustini (P07124011028)
Ni Made Leni Trisnawan (P07124011029)
Putu Yuni Wulandari (P07124011030)
Putu Hardianti Chandra Dewi (P07124011031)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2013
PERAN BIDAN DALAM MEMBERIKAN ASUHAN PADA PASIEN HIV/AIDS

SECARA KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNGAN

Sesuai dengan Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan

praktik bidan, bahwa bidan berperan dalam kesehatan reproduksi dan penanggulangan IMS

termasuk HIV/AIDS, yaitu:

1. Pemberi pelayanan

a. Antenatal, persalinan, dan masa nifas.

b. Keluarga berencana.

c. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja.

2. Deteksi dini, yaitu merujuk.

3. Konselor HIV/AIDS.

A. Pemberi pelayanan

1. Masa Antenatal

Penularan HIV dari ibu ke bayi selama masa kehamilan dapat terjadi melalui

hubungan transplasenta dengan risiko 5 sampai 10%. Plasenta merupakan sumber bagi bayi

untuk mendapatkan nutrisi selama berada di dalam kandungan. Jika plasenta telah terinfeksi

virus HIV, darah ibu yang sudah terinfeksi tersebut akan bercampur dengan darah bayi

sehingga resiko tertular HIV pada bayi sangat besar.

Oleh karena itu, asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil trimester I, II dan III

dengan status HIV + sangat diperlukan diantaranya:

a. Kepatuhan terhadap obat ARV.

b. Pendidikan kesehatan mengenai nutrisi.


c. Pendidikan kesehatan mengenai tanda dan gejala penyakit oportunistik HIV/AIDS

dan IMS.

d. Persiapan persalinan dan laktasi.

e. Dukungan psikologis ibu.

f. Perujukan apabila ada tindakan diluar kewenangan bidan.

g. Informasi kelompok. (Ratimah dan Sinar 2011)

2. Persalinan

Risiko penularan HIV AIDS dari ibu ke bayi pada masa persalinan terjadi sekitar 10

sampai 20%. Hal ini terjadi akibat:

a. His sehingga tekanan pada plasenta meningkat maka terjadi sedikit pencampuran

antara darah ibu dengan darah bayi, lebih sering terjadi jika plasenta meradang atau

terinfeksi.

b. Bayi terpapar darah dan lendir serviks pada saat melewati jalan lahir.

c. Bayi kemungkinan terinfeksi karena menelan darah dan lendir serviks pada saat

resusitasi. (Trisiani, 2011)

Peran bidan dalam memberikan asuhan persalinan komprehensif untuk mewujudkan

persalinan yang aman, yaitu:

a. Ibu, pasangan dan keluarga perlu dikonseling sehubungan cara persalinan.

1) Seksio sesarea

Keuntungan : risiko penularan rendah dan terencana.

Kerugian : perawatan ibu lama, memerlukan fasilitas pendukung, sarana

pendukung, dan biaya yang mahal.

2) Pervaginam

Keuntungan : mudah dilakukan di sarana kesehatan terbatas dan biaya yang

diperlukan murah.
Kerugian : risiko penularan tinggi (kecuali bila ibu minum ARV teratur lebih

dari 4 minggu dan Viral Load tidak terdeteksi).

b. Bidan harus memperhatikan kondisi fisik ibu dalam persalinan,

c. Pertolongan persalinan harus memperhatikan kewaspadaan universal standar.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh bidan dalam asuhan persalinan pada wanita

dengan HIV +:

a. Menganggap semua ibu bersalin yang datang dengan HIV +.

b. Meminimalkan pemeriksaan dalam atau vaginal toucher.

c. Hindari partus lama.

d. Memberikan oksitosin untuk mempersingkat persalinan pada saat yang tepat.

e. Hindari pecah ketuban lebih dari 4 jam sebelum kala II dimulai.

f. Hindari tindakan episiotomi.

g. Hindari trauma pada bayi yaitu dengan persalinan buatan dengan vacuum atau forcep.

h. Gunakan praktik transfusi aman dan minimalkan penggunaan transfusi darah

3. Masa Nifas

a. Asuhan yang berkelanjutan

1) Pemeriksaan rutin ginekologi yaitu pap smear sangat penting dilakukan karena

perempuan HIV + dengan kadar CD4 <200cells/mikroliter memiliki resiko yang lebih

tinggi untuk mengalami cervical dysplasia dan maligna, sehingga disarankan

melakukan pap smear setiap 6 bulan. Apabila fasilitas tidak ada maka lakukan

perujukan. Bidan hanya berwenang untuk mengambil apus vagina/serviks saja.

2) Melakukan kajian ulang dan dukungan pemilihan makanan untuk bayi

a) Ibu tidak menyusui: Berikan saran untuk menggunakan obat yang dapat

mengurangi produksi ASI.


b) Ibu yang menyusui: Pastikan ibu mengetahui teknik menyusui yang benar, ibu

membersihkan payudaranya 1 hari 1 x untuk mencegah masalah-masalah saat

menyusui yang dapat meningkatkan transmisi HIV melalui air susu.

3) Mendiskusikan rencana untuk VCT ibu dan pasangannya.

4) Mendiskusikan mengenai aktivitas seksual pada masa postpartum dan perlindungan

melawan infeksi HIV.

5) Mendiskusikan alat KB dan menyarankan penggunaan kondom bila diperlukan.

6) Memberikan rujukan untuk pemberian ARV untuk bayi.

7) Memberikan pendidikan dan dorongan untuk pengasuhan bayinya.

8) Melakukan kajian ulang tentang pencegahan infeksi dan berikan perhatian terhadap

kondisi kesehatan yang memerlukan penanganan segera.

9) Melakukan pemeriksaan lengkap.

10) Menjadwalkan kunjungan ulang. (Pertiwi, 2011)

4. Keluarga Berencana

Perencanaan penggunaan KB yang tepat harus didiskusikan sejak masa antenatal care

dan sebelum ibu pulang. Di area dimana praktik menyusui dilakukan dalam jangka waktu

yang lama, beberapa perempuan mengandalkan KB MAL (Metode Amenorea Laktasi) dan

ini dapat hilang dengan perubahan pola makan bayi. Pemilihan alat kontrasepsi pada pasien

HIV/AIDS disesuaikan dengan kondisi pasien. Pemilihan KB hormonal tidak memberikan

perlindungan terhadap penyakit HIV yang diderita. Alat kontrasepsi yang dapat dipilih untuk

menghindari transmisi HIV/ AIDS yakni kondom.


5. Kesehatan Reproduksi Remaja

Pada remaja yang telah terinfeksi virus HIV, asuhan komprehensif yang dapat

dilakukan:

a. Konseling setelah testing HIV

Konseling ini berisikan upaya meningkatkan kualitas hidup remaja tersebut,

kepatuhan terhadap ARV untuk menghambat replikasi virus HIV, serta upaya

mencegah penularan virus HIV ke orang lain.

b. Memberikan dukungan moral, tidak melakukan diskriminasi, dan stigma.

c. Menjaga kerahasiaan penderita HIV bersama pasangannya.

d. Perujukan untuk pemberian ARV.


DAFTAR PUSTAKA

Pertiwi, S, 2011, Asuhan Postpartum pada Perempuan dengan HIV/AIDS, Bandung: Compac
Female.

Ratminah, M, Sinar P., 2011, Asuhan Antenatal Pada Perempuan dengan HIV/AIDS,
Bandung: Compac Female.

Siahaan, Dermon, 2013, Upaya Pencegahan Penularan dari Ibu ke Bayinya.(online)


available: http://metode1.blogspot.com/2013/06/upaya-pencegahan-penularan-dari-ibu-
ke_25.html (25 Juni 2013).

Trisiani, D., 2011, Asuhan Persalinan pada Wanita dengan HIV, Bandung: Compac Female

You might also like