You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG

CA SINUS NASAL

Disusun Oleh:

NAMA : M.AZHARI NAZARUDDIN

NPM : 08042 D3 Kep. KI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN KELAS INTERNASIONAL

TAHUN 2010
LAPORAN PENDAHULUAN CA SINUS NASAL

Jenis tersering ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa, kemudian karsinoma anaplastik dan
tumor yang berasal dari kelenjer. Lokasi tersering adalah sinus etmoid, dan hidung. Tumor ganas
didaerah ini relative jarang bermetastasis kekelenjer leher atau melalui darah.

Definisi

Tumor cavum nasi adalah tumor jinak maupun ganas yang terdapat pada rongga hidung.
Klasifikasix yaitu:
1. Tumor jinak
Dari jaringan lunak : Fribroma, meurofibroma, memigloma.
Dari jaringan tulang : Osteina, giant cell tumor, dysplasia fibroma.
Odentogenik : Kista-kista gigi, ameloblastoma.

Etiologi

penyebabnya sampai saat ini belum diketahui. Rokok diduga berhubungan dengan timbulnya penyakit
ini. Faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab:

Infeksi kronik hidung dan sinus paranasal.


Kontak dengan debu kayu pada pekerja mebel.
Kontak dengan bahan industri, seperti nikel, krom, gas mustard, dan isopropanolol.
Thorium dioksida yang dipakai sebagai cairan kontras pada pemeriksaan rontgen sinus maksila.

Manifestasi Klinis

Gejala tergantung asal tumor primer serta arah dan luas penyebaran tumor. Tumor jinak dan gejala dini
tumor ganas dapat menyerupai rhinitis dan sinusitis kronik.

Gejala dini menyerupai rinosinusitis kronik. Didalam rongga hidung tumor menyebabkan gejala
hidung tersumbat dan epistaksis. Terdapat rinorea unilateral yang menetap. Bila sanagat besar, tulang
hidung akan terdesak sehingga bentuk hidung berubah. Bila meluas kesinus etmoid atau lamina
kribrosa, menimbulkan nyeri daerah frontal. Bila meluas keorbita, menyababkan proptosis, nyeri orbita,
dan diplopia, mungkin teraba massa diorbita. Tumor yang meluas kenasofaring dapat menyebabkan tuli
konduktif akibat gangguan tuba eusthacheus.

Tumor ganas sinus maksila umumnya membuat deformitas dan asimetri pipi kanan dan kiri serta
nyeri.Gejala pada hidung berupa sumbatan epitaksis ringan dan secret hidung kental pada tumor jinak,
sedangkan pada tumor ganas diikuti ingus berbau dan rasa nyeri.
Pada tumor di sinus etmoid, gejala pada mata adalah muncul setelah gejala hidung. Hanya
sedikit terjadi deformitas muka. Tumor sinus frontal cenderung hanya memberikan gejala pada mata
saja, sedangkan pada sinus sphenoid, umumnya memberikan gejala neorologik.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan foto sinus para nasal dan paru untuk melihat adanya metastasis. Dilakukan foto polos
dengan posisi Caldwell, waters, lateral, dan submentoventrikel. Dicari gambaran perselubungan sinus,
massa jaringan lunak, skelerosis dinding sinus, dan destruksi tulang. Dengan tum gram dapat terlihat
jelas perluasan tumor dan distruksi tulang. Tumograpi computer dapat menunjukkan peluasan
kejaringan lunak dan intracranial biopsi untuk diagnosis pasti, dapat dilakukan melalui sinoskopi.

Penatalaksanaan

Pada tumor jinak dilakukan eksterpasing sebersih mungkin. Pada tumor ganas, terapi merupakan
kombinasi operasi, radioterapi (sesudah atau sebelim operasi), dan kemoterapi. Kadang-kadang setelah
operasi diperlukan rekontruksi dengan protese (bedah plastik) dan rehabilitasi.

Prognosis

Prognosis meningkat pada pasien penyajian dengan primary ethmoid, awal lesi diobati dengan baik
radiasi dan pembedahan, dan dengan sejarah terbalik papilloma.20 SCCA lain seperti kepala dan leher,
getah bening keterlibatan node adalah langka dan selektif getah bening node diseksi tidak
menganjurkan . Tingkat ketahanan hidup 5 tahun adalah 60-64%, dan tingkat kekambuhan diperkirakan
31%.

Terapi
Tumor jinak:
Terapi pilihan adalah pembedahan dengan pendekatan antara lain:

1) Rinotomi lateral
2) Caldwell-Luc
3) Pendekatan trans-palatal
Tumor ganas:
1) Pembedahan:
o Reseksi:
Rinotomi lateral
Maksilektomi partial/total (kombinasi eksenterasi orbita atau dengan kombinasi
deseksi leher radikal)
o Paliatif: mengurangi besar tumor (debulking) sebelum radiasi.
2) Radiasi:
o Dilakukan bila operasi kurang radikal atau residif
o Pra bedah pada tumor yang radio sensitif (mis. Karsinoma Anaplastik,
undifferentiated)

3) Kemoterapi:
o Dilakukan atas indikasi tertentu (mis. Tumor sangat besar/inoperable, metastasis jauh,
kombinasi dengan radiasi)

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b/d kompresi/destruksi jaringan saraf dan proses inflamasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Lakukan tindakan kenyamanan dasar


(reposisi, masase punggung) dan Meningkatkan relaksasi dan mengalihkan
pertahankan aktivitas hiburan (koran, fokus perhatian klien dari nyeri.
radio)

2. Ajarkan kepada klien manajemen


penatalaksanaan nyeri (teknik
relaksasi, napas dalam, visualisasi,
bimbingan imajinasi)
Meningkatkan partisipasi klien secara aktif
3. Berikan analgetik sesuai program dalam pemecahan masalah dan meningkatkan
terapi.
rasa kontrol diri/keman-dirian.
4. Evaluasi keluhan nyeri (skala, lokasi,
frekuensi, durasi)
Analgetik mengurangi respon nyeri.

Menilai perkembangan masalah klien.


2) Kecemasan b/d krisis situasi (keganasan), ancaman perubahan status kesehatan-sosial-
ekonomik, perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi sosial, ancaman kematian, perpisahan dari
keluarga.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Orientasikan klien dan orang terdekat


terhadap prosedur rutin dan aktivitas Informasi yang tepat tentang situasi yang
yang diharapkan. dihadapi klien dapat menurunkan
kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan
sekitar dan membantu klien mengantisipasi
dan menerima situasi yang terjadi.
2. Eksplorasi kecemasan klien dan
berikan umpan balik.

Mengidentifikasi faktor pencetus/pemberat


3. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah kecemasan dan menawarkan solusi
masalah yang lazim dialami oleh yang dapat dilakukan klien.
banyak orang dalam situasi klien saat
ini.

4. Ijinkan klien ditemani keluarga Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar


(significant others) selama fase dan tidak hanya dialami oleh klien satu-
kecemasan dan pertahankan satunya dengan harapan klien dapat
ketenangan lingkungan. memahami dan menerima keadaanya.

5. Kolaborasi pemberian obat sedatif.

Memobilisasi sistem pendukung, mencegah


6. Pantau dan catat respon verbal dan non perasaan terisolasi dan menurunkan
verbal klien yang menunjukan kecemsan.
kecemasan.

Menurunkan kecemasan, memudahkan


istirahat.

Menilai perkembangan masalah klien.

3) Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder dan efek imunosupresi


radioterapi/kemoterapi

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Tekankan penting oral hygiene.


Infeksi pada cavum nasi dapat bersumber dari
ketidakadekuatan oral hygiene.
2. Ajarkan teknik mencuci tangan
kepada klien dan keluarga, tekankan
untuk menghindari mengorek/me-
nyentuh area luka pada rongga hidung Mengajarkan upaya preventif untuk
(area operasi). menghindari infeksi sekunder.

3. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium


yang menunjukkan penurunana fungsi
pertahanan tubuh (lekosit, eritrosit,
trombosit, Hb, albumin plasma)

4. Berikan antibiotik sesuai dengan


program terapi.
Menilai perkembagan imunitas seluler/
humoral.
5. Tekankan pentingnya asupan nutrisi
kaya protein sehubungan dengan
penurunan daya tahan tubuh.

6. Kaji tanda-tanda vital dan gejala/tanda


infeksi pada seluruh sistem tubuh.
Antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi
atau diberikan secara profilaksis pada pasien
dengan risiko infeksi.

Protein diperlukan sebagai prekusor


pembentukan asam amino penyusun antibodi.

Efek imunosupresif terapi radiasi dan


kemoterapi dapat mempermudah timbulnya
infeksi lokal dan sistemik.
DAFTAR PUSTAKA

Adams at al (1997), Buku Ajar Penyakit THT, Ed. 6, EGC, Jakarta

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Tim RSUD Dr. Soetomo (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit THT, RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya.

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

You might also like