Professional Documents
Culture Documents
1
2
Fisiologi Natrium
ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium keluar
sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+ K+).2
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara
natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang
berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan
pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat di kulit.
Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq. Tabel 1
menunjukkan kadar elektrolit dalam cairan intrasel dan ekstrasel.1
Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang
dari 10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran cerna
bagian atas hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium direabsorpsi
sebagai cairan pada saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi
natrium pada feses hanya mencapai 40 mEq/L. Keringat adalah cairan hipotonik
yang berisi natrium dan klorida. Kandungan natrium pada cairan keringat orang
normal rerata 50 mEq/L.
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini
dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan
4
Hiponatremia
a. Definisi
Hiponatremia didefinisikan sebagai serum Na 135 mmol/L.
Hiponatremia dilaporkan memiliki insiden dalam praktek klinis antara 15% dan
30%.2
c. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala dan tanda-tanda hiponatremia dapat sangat halus dan non
spesifik (lihat Tabel 3). Hal ini penting untuk menentukan apakah hiponatremia
ini akut (memburuk dalam 48 jam) atau kronis (memburuk dalam 48 jam).
Tingkat toleransi natrium jauh lebih rendah jika hiponatremia berkembang
menjadi kronis. Etiologi hiponatremia harus dipertimbangkan ketika melakukan
anamnesa dan melakukan pemeriksaan pasien, misalnya cedera kepala, bedah
saraf, abdominal symptoms and signs, pigmentasi kulit (terkait dengan penyakit
Addison), riwayat obat, dll. Status cairan pasien sangat penting untuk diagnosis
dan pengelolaan selanjutnya.2
Tabel 3. Gambaran Klinis dari Hiponatremia
Severity Expected plasma Clinical features
sodium
Mild 130 135 mmol/ l Often no features, or,
anorexia, headache,
nausea, vomiting, lethargy
Moderate 120 129 mmol/ l Muscle cramps, muscle
weakness, confusion,
ataxia, personality change
Severe 120 mmol /l Drowsiness, reduced
reflexes, convulsions,
coma, death
d. Tatalaksana
Tatalaksana hiponatremia harus dipertimbangkan dari kronisitasnya,
keseimbangan cairan pasien, dan potensi etiologinya. Dalam hiponatremia akut
(durasi 48 jam), pengobatan yang cepat dan koreksi natrium disarankan untuk
mencegah edema serebral. Hal ini berbeda dengan hiponatremia kronis, di mana
koreksi harus lambat untuk mencegah central pontine myelinolysis yang dapat
menyebabkan kerusakan saraf permanen. Target yang harus dicapai untuk
meningkatkan natrium ke tingkat yang aman ( 120 mmol/L). Natrium tidak
harus mencapai level normal dalam 48 jam pertama.
Pada pasien dengan hiponatremia akut dan gejala sisa neurologis (kejang
atau koma) pengobatan dapat dimulai dengan NaCl 3%. Tidak ada konsensus
7
universal untuk penggunaan atau dengan rezim yang harus diberikan: bisa dimulai
pada 1-2 mL/kg/jam dengan pengukuran rutin natrium serum, urin dan status
kardiovaskular. Disarankan agar natrium dikoreksi tidak lebih dari 8 mmol dalam
24 jam. Furosemide juga dapat digunakan untuk mengeluarkan air yang
berlebihan.
Hiponatremia hipovolemik terkait penyakit Addison harus ditangani
dengan saline isotonik dan menggunakan hormon pengganti dengan
hidrokortison. Pasien-pasien ini dapat memerlukan sejumlah besar penggantian
cairan ketika mereka berada dalam keadaan krisis. Hiponatremia kronis dapat
diobati dengan menghilangkan penyebab (misalnya diuretik) dan pembatasan
cairan menjadi sekitar 500-800 ml/hari. Vasopresin antagonis reseptor adalah
kelompok baru obat untuk pengobatan hiponatremia. Mereka bekerja dengan
menghalangi pengikatan ADH (AVP arginin vasopressin) di nefron distal,
sehingga mempromosikan ekskresi air bebas. Tolvaptan adalah salah satu obat
tersebut dan telah terbukti efektif meningkatkan natrium serum pada euvolemik
atau hipervolemik hiponatremia kronis.2
Dapat diberikan NaCl 3%:
Na+ > 125 mg/L restriksi cairan
Na+ < 120 mg/L NaCl 3%: (140-X) x BB x 0,6 =.mg
Pediatrik: 1,5-2,5 mg/kgBB
Hipernatremia
a. Definisi
Hipernatremia didefinisikan sebagai serum Na > 145 mmol/L dan selalu
dikaitkan dengan keadaan hiperosmolar. Ada morbiditas dan mortalitas yang
signifikan terkait dengan hipernatremia yang sulit untuk dihitung karena
hubungannya dengan komorbiditas serius lainnya. Beberapa studi telah mengutip
angka kematian setinggi 75% akibat hipernatremia.2
Hipernatremia menyebabkan dehidrasi sel yang menyebabkan sel-sel
menyusut. Sel-sel merespon dengan mengangkut elektrolit melintasi membran sel
dan mengubah potensial membran menjadi istirahat. Sekitar satu jam kemudian
8
Natrium serum > 160 mg/dL menunjukkan gejala perubahan mental, letargis,
kejang, bahkan koma. Bayi cenderung menunjukkan takipnea, kelemahan otot,
gelisah, tangisan bernada tinggi, dan koma. Diagnosis diferensial utama untuk
gejala-gejala tersebut pada populasi ini adalah sepsis yang bisa diperparah oleh
hipernatremia.1
d. Tatalaksana
Manajemen terdiri dari mengobati penyebab yang mendasari dan
memperbaiki hipertonisitas tersebut. Jika hipernatremia dikoreksi terlalu cepat
ada risiko mengakibatkan edema serebral. Saran yang baik adalah bertujuan untuk
0,5 mmol/L/jam dan maksimal 10 mmol/L/ hari dalam semua kasus kecuali
onsets sangat akut. Dalam hipernatremia akut ( 48 jam) natrium dapat diperbaiki
dengan cepat tanpa menimbulkan masalah. Namun, jika ada keraguan untuk
tingkat onset, natrium harus diperbaiki perlahan selama setidaknya 48 jam.2
Dapat diberikan:
Kelebihan cairan: (X-140) x BB x 0,6=mg
Defisit cairan: {(X-140) x BB x 0,6} : 140=L
Fisiologi Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel
4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar
50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi
oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil
dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20%
dibandingkan pada anak-anak.
Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial
dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium
cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif
(transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium). Jumlah kalium
dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk dan keluar.
10
Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis
makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq
kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di
glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di
tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida di
lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal
kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%.1
Hipokalemia
a. Definisi
Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) adalah suatu
keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3,5 mEq/L darah.2
b. Etiologi
Ginjal yang normal dapat menahan kalium dengan baik. Jika konsentrasi
kalium darah terlalu rendah, biasanya disebabkan oleh ginjal yang tidak berfungsi
secara normal atau terlalu banyak kalium yang hilang melalui saluran pencernaan
(karena diare, muntah, penggunaan obat pencahar dalam waktu yang lama atau
polip usus besar). Hipokalemia jarang disebabkan oleh asupan yang kurang
karena kalium banyak ditemukan dalam makanan sehari-hari, kecuali pada
penderita dengan malnutrisi, alkoholisme, atau anorexia nervousa. Kalium bisa
hilang lewat air kemih karena beberapa alasan. Yang paling sering adalah akibat
penggunaan obat diuretik tertentu yang menyebabkan ginjal membuang natrium,
air dan kalium dalam jumlah yang berlebihan. Selain itu, kehilangan melalui
11
c. Manifestasi Klinis
Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama sekali.
Hipokalemia yang lebih berat (< 3 mEq/L) menimbulkan aritmia (ventricular
tachycardia, supraventricular tachycardia, bradycardia, conduction delay), ECG
abnormal (U wave, GT interval prolongation, flat/inverted T), otot lemah atau
paralise, parestesia, ileus, kram perut, dan mual-muntah. Kadar kalium serum < 2
mEq/L berakibat fatal.2
d. Tatalaksana
Penanganan hipokalemia tergantung dari adanya dan beratnya disfungsi
organ yang terlibat.4 Hipokalemia sekunder akibat redistribusi akut tidak selalu
membutuhkan terapi. Pada hipokalemia ringan dan sedang (3-3,5 mEq/L), terapi
pengganti kalium tidak perlu dilakukan segera, khususnya apabila hipokalemia
tersebut asimptomatik dan terjadi secara kronis.5 Pada pasien dengan perubahan
gambaran EKG yang signifikan seperti perubahan segmen ST atau aritmia,
diperlukan pemantauan EKG, khususnya selama terapi kalium intravena.
Kekuatan otot juga sebaiknya diperiksa pada pasien dengan kelemahan otot.4
12
Hiperkalemia
13
a. Definisi
Secara teknis, hiperkalemia berarti tingkat potasium dalam darah yang
naiknya secara abnormal. Kadar potassium dalam darah yang normal adalah 3,5-
5,5 mEq/L. Kadar potasium antara 5,5-6,0 mEq/L mencerminkan hiperkalemia
yang ringan. Kadar potasium dari 6,1-7,0 mEq/L adalah hiperkalemia yang
sedang, dan tingkat potasium diatas 7 mEq/L adalah hiperkalemia yang berat.1
b. Manifestasi Klinis
Hiperkalemia dapat menjadi asimptomatik. Adakalanya, pasien-pasien
dengan hiperkalemia melaporkan gejala-gejala yang samar-samar termasuk:
Mual
Hipoaktif
Kelemahan otot sampai paralisis
Kesemutan atau parestesia
Gejala-gejala hiperkalemia yang lebih serius menimbulkan gejala berupa
aritmia, heart block, bradikardia, konduksi dan kontraksi terbatas, ECG abnormal
(diffuse peaked T wave, PR prolongation, QRS widening, diminished P wave,
sine waves). Umumnya, tingkat potasium yang naiknya secara perlahan (seperti
dengan gagal ginjal kronis) ditolerir lebih baik daripada potasium yang naiknya
tiba-tiba. Kecuali naiknya potasium adalah sangat cepat, gejala-gejala dari
hiperkalemia adalah biasanya tidak jelas hingga kadar potasium yang sangat
tinggi (secara khas 7,0 mEq/L atau lebih tinggi).2
c. Etiologi
Penyebab utama dari hiperkalemia adalah disfungsi ginjal, penyakit
kelenjar adrenal, hiperaldosteronemia, obat-obatan tertentu, kematian sel
(rhabdomyolysis, tumorlysis, hemolisis, luka bakar), dan asupan berlebihan.
Disfungsi ginjal
Potasium normalnya disekresikan (dikeluarkan) oleh ginjal, jadi penyakit-
penyakit yang mengurangi fungsi ginjal dapat berakibat pada hiperkalemia. Ini
termasuk:
Gagal ginjal akut dan kronis,
Glomerulonephritis,
Lupus nephritis,
14
Penolakan transplantasi,
Penyakit-penyakit yang menghalangi saluran urin (kencing), seperti
urolitiasis (batu-batu dalam saluran kencing).
Lebih jauh, pasien-pasien dengan disfungsi ginjal sensitif terhadap obat-
obatan yang dapat meningkatkan kadar potasium darah. Contohnya, pasien-pasien
dengan disfungsi ginjal dapat mengalami perburukan hiperkalemia jika diberikan
pengganti garam yang mengandung potasium, suplemen potasium (secara oral
atau intravena), atau obat-obat yang dapat meningkatkan kadar potasium darah.
Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperkalemia antara lain:
ACE inhibitors,
Non steroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs),
Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs)
Potassium sparing diuretics, seperti: spironolactone (aldactone),
triamterene (dyrenium), dan trimethoprim-sulfamethoxazole (bactrim).2
d. Tatalaksana
Pada individu yang normal, ginjal yang sehat dapat beradaptasi pada
pemasukan potasium oral yang berlebihan dengan meningkatkan ekskresi
potasium urin, jadi mencegah perkembangan dari hiperkalemia. Bagaimanapun,
memasukan terlalu banyak potasium (melalui makanan, suplemen, atau pengganti
garam yang mengandung potasium) dapat menyebabkan hiperkalemia jika ada
disfungsi ginjal atau jika pasien meminum obat-obat yang mengurangi ekskresi
potasium urin seperti ACE inhibitors dan diuretics hemat potasium. Meskipun
hiperkalemia yang ringan adalah umum dengan obat-obat ini, hiperkalemia yang
parah biasanya tidak terjadi kecuali obat-obat ini diberikan pada pasien dengan
disfungsi ginjal.2
Dapat diberikan:
ECG abnormal: CaCl2 10% 10 mL atau Ca gluconas 10% 30 mL perlahan
Redistribusi kalium: Insulin 10 unit dari 50% dextrose 50 mL i.v
Eksresi kalium: Loop diuretik (Furosemide), fludcocortisone, dialisa
Ekskresi melalui GI tract: Sodium polystyrene sulfonate (Kayexalate) dan
sorbitol per oral atau rektal
15
Fisiologi Magnesium
Hipomagnesemia
a. Etiologi
Hipomagnesemia sering terjadi, khususnya pada pasien kritis. Defisiensi
magnesium umumnya merupakan akibat dari asupan yang kurang, penurunan
absorpsi gastrointestinal, atau peningkatan ekskresi ginjal. Agonis reseptor B
dapat menyebabkan hipomagnesemia transien karena ion yang ditangkap oleh
jaringan adiposa. Obat-obatan yang dapat menyebabkan pembuangan magnesium
dari ginjal diantaranya etanol, teofilin, diuretik, cysplatin, aminogkikosida,
siklosforin, amphotericin B, pentanidin, dan granulocyte stimulating factor.4
b. Manifestasi Klinis
Sebagaian besar pasien dengan hipomagnesemia tidak menimbulkan
gejala, tetapi anoreksia, fasikulasi, parestesi, kebingungan, ataksia, dan kejang
dapat terjadi. Hipomagnesemia sering kali dihubungksn dengan hipokalsemia
(gangguan sekresi hormon parstiroid) dan hipokalemia (akibat pembuangan
kalium dari ginjal). Manifestasi pada jantung yaitu iritabilitas elektrik, dan
potensiasi dari toksisitas digoxin; yang keduanya diperparah oleh hipokalemia.
16
c. Tatalaksana
Pemberian magnesium oral dapat diberikan ketika gejala yang timbul
minimal. Pada pasien yang menunjukan gejala, airway, breathing, dan circulation
harus dipastikan. Pasien disritmia, kejang, atau memiliki potensi asma harus
diberikan magnesium intravena; pada kasus pasien dengan fungsi renal normal
dapat diberikan 25-50 mg/kgBB dapat diberikan 30-60 menit. Pemberian secara
bolus dapat menyebabkan bradikardi, hipotensi, dan heart block sehingga harus
diberikan secara hati-hati pada pasien dengan gangguan tersebut. Dikarenakan
magnesium pada umumnya dieksresikan melalui urin, pengembalian kadar
magnesium total menjadi normal dapat memakan waktu beberapa hari.3
Dapat diberikan:
Gejala minimal: preparat oral (magnesium oxide, magnesium citrate)
Emergensi (disritmia, kejang, potensi asma): MgSO4 10% 0,2
mL/kg/dosis i.v pelan-pelan
Hipermagnesemia
a. Etiologi
Peningkatan kadar megnesium plasma hampir selalu disebabkan oleh
asupan berlebih (antasida dan laxative yang mengandung magnesium), gangguan
ginjal (GFR < 30 ml/menit), atau keduanya. Hipermagnesemia iatrogenik juga
dapat terjadi selama terapi hipertensi gestasional denganmagnesium sulfat baik
pada ibu dan janin. Penyebab lain yang lebih jarang ditenukan yaitu insufisiensi
adrenal, hipotiroidisme, rhabdomyolisis, dan penggunaan lithium.4
b. Manifestasi Klinis
17
c. Tatalaksana
Tatalaksana meliputi pengurangan kandungan magnesium dan forced
diuresis. Pada kasus-kasus berat, pemberian kalsium (ca glukonas) secara
intravena adalah lini pertama agar tercapainya stabilitas membran. Dialisa
merupakan tatalaksana definitif pada pasien gangguan ginjal, disritma, dan
instabilitas hemodinamik persisten.3
Fisiologi Kalsium
Kadar normal kalsium dalam darah yaitu 8,5-10,5 mg/dL. Kadar kalsium
sebaiknya dinilai dari ionized calcium. Absorbsi kalsium terjadi di usus halus.
Terdapat dua jalur dalam uptake kalsium dalam tubuh. Jalur transeluler terjadi
pada proksimal intestinal terutama pada duodenum. Jalur paraseluler terjadi di
sepanjang usus kecil terutama pada ileum dan jejunum. Suatu senyawa organik
dapat menurunkan absorpsi kalsium, karena menurunkan waktu transit makanan
dalam saluran cerna, sehingga menurunkan kesempatan untuk absorpsi.
Contohnya adalah serat, asam oksalat dan asam fitat. Kalsium dan asam okasalat
akan membentuk garam kalsium oksalat yang tidak larut. Asam oksalat banyak
ditemukan dalam bit yang masih hijau, bayam rhubarb dan coklat. Asam fitat
banyak terkandung dalam bekatul gandum merah. Penyerapan kalsium
dipengaruhi umur dan kondisi tubuh. Pada usia anak-anak atau masa
pertumbuhan, sekitar 50-70% kalsium yang dicerna dan diserap. Tetapi pada usia
dewasa, hanya sekitar 10-40% yang mampu diserap tubuh.3
18
Hipokalsemia
a. Etiologi
Hipokalsemia mengacu pada konsentrasi serum kalsium yang lebih rendah
dari normal, yang terjadi dalam beragam situasi klinis. Bila kadar kalsium < 8,5
mg/dL dikatakan hipokalsemia. Hipoparatiroidisme primer terjadi dalam
gangguan ini, seperti pada hipoparatiroidisme bedah. Hipoparatiroidisme akibat
bedah sangat sering terjadi. Tidak hanya berkaitan dengan bedah tiroid dan
paratiroid, tetapi hal ini juga dapat terjadi setelah diseksi leher radikal dan paling
sering terjadi dalam 24 jam sampai 48 jam setelah pembedahan. Hipokalsemia
transien dapat terjadi dengan pemberian darah bersitrat (seperti pada transfusi
tukar pada bayi baru lahir), karena sitrat dapat bergabung dengan kalsium
berionisasi dan secara sementara membuangnya dari sirkulasi.
Inflamasi pankreas menyebabkan pecahnya protein dan lemak. Ada
dugaan bahwa ion kalsium bergabung dengan asam lemak yang dilepaskan oleh
lipolisis, membentuk sabun. Sebagai hasil dari proses ini, hipokalsemia terjadi
dan umum dalam pankreatitis. Juga menjadi dugaan dalam bahwa hipokalsemia
kemungkinan berkaitan dengan sekresi glukagon yang berlebihan dari pankreas
yang mengalami inflamasi, sehingga mengakibatkn peningkatan sekresi kalsitosin
(suatu hormon yang menurunkan ion kalsium).
Hipokalsemia umumnya terjadi pada pasien dengan gagal ginjal karena
pasien ini sering mengalami kenaikan kadar serum fosfat. Hiperfosfatemia
biasanya menyebabkan penurunan resiprokal dalam kadar serum kalsium.
Penyebab lain hipokalsemia dapat mencakup konsumsi vitamin D yang tidak
adekuat, defisiensi magnesium, karsinoma medula tiroid, kadar albumin serum
yang rendah, dan alkalosis. Medikasi yang dapat memprediposisi kepada
hipokalsemia termasuk antasid yang mengandung aluminium, aminoglikosida,
kafein, sisplatin, kortikosteroid, mitramisin, fosfat, isoniasid, dan diuretik loop.
Osteoporosis berkaitan dengan masukan kalsium rendah dalam waktu
yang lama dan menunjukan kekurangan kalsium tubuh total, meskipun kadar
kalsium serum biasanya normal. Gangguan ion banyak menyerang orang Amerika
terutama wanita pascamenopause. Gangguan ini ditandai dengan kehilangan
19
massa tulang, yang menyebabkan tulang menjadi berongga dan rapuh, dan
karenaya rentan terhadap fraktur.2
b. Manifestasi Klinis
Tetani merupakan manisfestasi yang paling khas dari hipokalsemia. Tetani
mengacu pada kompleks gejala keseluruhan yang diinduksi oleh eksatibilitas
neural yang meningkat. Gejalagejala ini adalah akibat lepasan secara spontan
baik serabut motorik dan sensorik pada saraf perifer. Sensasi kesemutan dapat
terjadi pada ujung jarijari, sekitar mulut, dan yang jarang terjadi adalah pada
kaki. Dapat terjadi spasme otot ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat terjadi sebagai
akibat dari spasme ini.
Kejang dapat terjadi karena hipokalsemia meningkatkan iritabilitas sistem
saraf pusat juga saraf ferifer. Perubahan lain yang termasuk dengan hipokalsemia
termasuk perubahanperubahan mental seperti depresi emosional, kerusakan
memori, kelam pikir, delirium, dan bahkan halusinasi. Interval QT yang
memanjang tampak pada gambar EKG karena elongasi segmen ST; bentuk
takikardia ventrikular yang disebut Torsades de Pointes dapat terjadi.
Gejala lain yang dapat timbul antara lain karies dentis, pertumbuhan
tulang yang tidak sempurna, gangguan penggumpalan darah.1,2
c. Tatalaksana
Hipokalsemia simtomatik adalah kedaruratan, membutuhkan pemberian
segera kalsium intravena. Garam kalsium parenteral termasuk kalsium glukonat,
kalsium klorida dan kalsium gluseptat. Meskipun kalsium klorida menghasilkan
kalsium berionisasi yang secara signifikan lebih tinggi dibanding jumlah
akuimolar kalsium glukonat, cairan ini tidak sering digunakan karena cairan
tersebut lebih mengiritasi dan dapat menyebabkan peluruhan jaringan jika
dibiarkan menginfiltrasi. Pemberian infus intravena kalsium yang terlalu cepat
dapat menginduksi henti jantung, yang didahului oleh brakikardia. Pemberian
kalsium intavena terutama bahaya pada pasien yang mendapat digitalis karena ion
kalsium mengeluarkan suatu efek yang serupa dengan efek yang dimiliki digitalis
dan dapat menyebabkan toksisitas digitalis dengan efek jantung yang merugikan.
20
Hiperkalsemia
a. Etiologi
Hiperkalsemia (kadar kalsium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan
dimana konsentrasi kalsium dalam darah lebih dari 10,5 mg/dL darah.
Hiperkalsemia didefinisikan sebagai kadar kalsium serum > 10,6 mg/dL atau
ketika kalsium ion > 1,38 mmol/L. Penyebab umum hiperkalsemia adalah:
Hiperparatiroid
Penyakit neuroplastik malignan
Imobilisasi lama
Penggunaan berlebih suplemen kalsium
Kelebihan vitamin D
b. Manifestasi Klinis
Konsumsi kalsium yang berlebihan dapat menyebabkan sulit buang air
besar (konstipasi) dan menggnggu penyerapan mineral seperti zat besi, seng, dan
tembaga. Kelebihan kalsium jangka panjang akan menyebabkan resiko
hiperkalsemia, batu ginjal dan gangguan fungsi ginjal. Oleh karena itu konsumsi
kalsium dianjurkan tidak lebih dari 2500 mg/hari. Gejala lain yang dapat terjadi
yaitu:
Nyeri epigastrik
Kelemahan otot
21
Anoreksia
Mual atau muntah
Gangguan mental
Penurunan berat badan
c. Tatalaksana
Terapi pada kasus hipokalsemia dapat dilihat pada Tabel 5. Pasien dengan
hiperkalsemia berat atau dengan dehidrasi harus segera ditangani. Pada
insufisiensi adrenal dapat juga diberikan glukokortikoid.3
Dapat diberikan:
NaCl 0,9% + loop diuretik (furosemid)
NaCl: perbaiki volume intravaskuler perfusi jaringan dan aliran darah
ke ginjal adekuat
Diuretika: meningkatkan eksresi kalsium
Fisiologi Klorida
Hipokloremia
a. Etiologi
Hipokloremia (serum [Cl-] < 95 mmol/L) terjadi jika pengeluaran klorida
melebihi pemasukan.1 Hipokloremia dapat disebabkan oleh dilusi dan menyertai
penyakit tertentu. Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang
berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik
dengan kompensasi ginjal.1 Hipokloremia dapat disebabkan oleh:5
Alkalosis metabolik
Asidosis respiratorik (kronis)
23
Hiperkloremia
a. Etiologi
Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada
gangguan mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab
hiperklorinemia sama dengan hipernatremia. Hiperklorinemia dapat dijumpai
pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik
yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan natrium bikarbonat,
diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal, alkalosis respiratorik,
intoksikasi bromida dan penggunaan larutan salin hipertonis atau larutan normal
salin yang berlebihan.1,5 Asidosis hiperklorinemia dapat menjadi petanda pada
gangguan tubulus ginjal yang luas.1 Gangguan klorida seringkali merupakan
pertanda abnormalitas lain pada penyakit serius dan biasanya ada indikasi
penanganan khusus. Akan tetapi, penting untuk menentukan penyebab gangguan
klorida dan menangani penyebabnya.5
Fisiologi Fosfat
Reabsorpsi fosfat di ginjal utamanya diatur oleh PTH, asupan diet, dan
insulin-like growth factor. Fosfat secara bebas difiltrasi di glomerulus dan
konsentrasinyadi glomerular ultrafiltrate mirip dengan plasma. Fosfat yang sudah
difiltrasi kemudian direabsorpsi di tubulus proksimal dan kemudian di
kotransportasikan bersama dengan natrium. Reabsorpsi fosfat di tubulus
proksimal terjadi dengan cara kotransport pasif dengan natrium. Kontransport
diatur oleh masukan fosfor dan PTH. Ekskresi fosfat meningkat pada ekspansi
volum dan menurun pada alkalosis respiratorik.6
Fosfat menyediakan ikatan energi pada ATP dan fosfat kreatinin. Oleh
karena itu, kurangnya fosfat yang berlebihan berakibat pada penurunan energi
seluler. Fosfor merupakan elemen penting dalam system second messenger,
termasuk cAMP dan fosfoionositid, dan merupakan komponen mayor dari asam
nukleat, fosfolipid, dan membran sel. Sebagai bagian dari 2,3-
diphosphoglycerate, fosfat membantu pelepasan oksigen dari molekul
hemoglobin. Fosfor juga berfungsi pada fosforilasi protein dan berperan sebagai
buffer urin.6
Hipofosfatemia
a. Etiologi
Penyebab hipofosfatemia:7
- Pergeseran transeluler: alkalosis akut, obat (insulin, epinephrine),
pemberian KH
- Kehilangan lewat ginjal: hiperparatiroidea, diuretika, hipokalemia, steroid,
hipomagnesemia
- Kehilangan lewat gastrointestinal: diare, malabsorpsi, antasida
- Asupan kurang: malnutrisi, nutrisi parenteral, alcohol withdrawal
b. Manifestasi Klinis
Manifestasi neurologis dari hipofosfatemia adalah parestesi, miopati,
ensefalopati, delirium, kejang, dan koma. Kelainan hematologi yang dapat terjadi
adalah disfungsi eritrosit, trombosit, dan leukosit. Karena hipofosfatemia
membatasi kemampuan aktivitas kemotaksis, fagositik, dan bakterisidal dari
25
c. Tatalaksana
Sebelum memulai terapi, penyebab hipofosfatemia harus diidentifikasi
melalui pemeriksaan analisa gas darah dan konsentrasi ion kalsium, magnesium,
kalium, serta fosfor serum dan urin. Garam fosfat seperti fosfat natrium dan
kalium tersedia untuk pemberian oral dan intravena. Volume distribusi (400
mL/kg) dikalikan dengan kadar fosfat anorganik yang diinginkan untuk
menentukan jumlah total fosfat yang akan diberikan. Hiperfosfatemia harus
dihindari karena dapat menyebabkan hipokalsemia dan deposit kristal pada mata,
jantung, paru-paru, pembuluh darah, dan ginjal. Setelah kadar fosfat serum
normal tercapai, konsentrasi serum fosfat anorganik, ion kalsium dan sampel urin
24 jam harus dimonitor untuk memastikan keseimbangan sudah tercapai.7
Dapat diberikan:
> 1 mg/dL oral atau enteral
< 1 mg/dL potassium phosphate: 0,6-0,9 mg/kg/jam i.v, kemudian 1000
mg/hari + kehilangan (excess loss)
Hiperfosfatemia
a. Etiologi
b. Manifestasi Klinis
Meskipun hiperfosfatemia sendiri tidak bertanggung jawab secara
langsung terhadap gangguan fungsional apapun, efek sekundernya terhadap
kalsium plasma sangat penting. Hiperfosfatemia yang bermakna menurunkan
kadar kalsium plasma dengan presipitasi dan deposisi kalsium fosfat di tulang dan
jaringan lunak.
c. Tatalaksana
27
Kesimpulan
Daftar Pustaka