You are on page 1of 5

TUGAS MATA KULIAH AGROFORESTRI

Pengaturan Jarak Tanam Dan Naungan Sebagai Upaya Peningkatan Produksi Hasil
Agrosilvopastura Di Desa Waturejo, Kecamatan Ngantang

Disusun oleh:
Nama : Miftahul Jannah
NIM : 145040200111151
Kelas :A

PROGRAM STRUDI AGROEKOTEKNOLOGI


MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Agroforestri merupakan sebuah sistem penggunaan lahan yang unik dimana terjadi
perpaduan antara tanaman semusim dengan popohonan bahkan dengan ternak dalam satu
lahan. Agroforestri seringkali disebut pertanian masa depan karena tujuannya yang
menguntungkan secara ekonomi dan ekologi. Meskipun disebut pertanian masa depan,
agroforestri bukanlah sistem baru, melainkan sistem yang diterapkan secara turun temurun,
sehingga aspek sosial budaya dalam sistem ini terasa begitu kental. Ngantang merupakan
salah satu Kecamatan di Jawa Timur yang banyak menerapkan sistem agroforestri pada
lahan-lahan pertaniannya.
Desa Waturejo merupakan salah satu desa di Kecamatan Ngantang yang
masyarakatnya banyak menerapkan sistem agroforestri. Melalui penelusuran desa diketahui
bahwa sebagian besar lahan pertanian di Waturejo menerapkan sistem agroforestri. Sementara
melalui wawancara dengan narasumber Bapak Eko ini diketahui bagaimana sistem ini dapat
menopang kehidupan beliau serta bagaimana sistem ini bertahan hingga saat ini dengan
memperhatikan segala kendala yang dialami dan inisiatif dari petani dalam
mempertahankannya.

Gambar 1. Kondisi Lahan Agroforestri di Desa Waturejo

1. Kondisi Lahan
Lahan agroforestri Bapak Eko merupakan milik sendiri dengan luasan 2500 m 2.
Lahan tersebut memiliki topografi yang landai. Lahan ini juga merupakan lahan kering yang
ketersediaan airnya sangat bergantung pada curah hujan di wilayah tersebut. Sekitar 2185 m 2
lahan ditanami tanaman durian, kopi, sengon, pisang, talas, singkong, dan rumput gajah,
sedangkan 315 m2 lahan dimanfaatkan untuk kandang peternakan ayam. Berdasarkan kondisi
di lapang, tanaman durian sejumlah 2 pohon ditanam di belakang kandang ayam dan 1 pohon
di depan kandang ayam, tanaman sengon ditanam menaungi tanam kopi, namun tidak
seluruhnya tanaman kopi ternaung. Tanaman pisang, talas, dan singkong tersebar di seluruh
lahan. Keadaan permukaan tanah di depan kandanf ayam (tidak termasuk jalan) seluruhnya
tertutup oleh semak. Sementara itu kondisi permukaan tanah di belakang kandang ayam
seluruhnya tertutup oleh rumput dan serasah.
(a) (b)

Gambar 2. (a) Kondisi Lahan di Depan Peternakan Ayam (b) Kondisi Lahan Peternakan
Ayam

2. Sistem Agroforestri yang Diterapkan


Lahan milik Bapak Eko menerapkan sistem agrosilvopastura dimana pada lahan
tersebut terdapat tanaman pohon, tanaman semusim, tanaman pakan ternak, sekaligus
peternakan. Pada mulanya lahan ini ditanami dengan tanaman kopi, namun hasilnya tidak
begitu baik karena tidak terdapat pohon penaung bagi tanaman kopi. Hingga akhirnya pada
tahun 1980an mulai ditanam pohon dan rumput gajah untuk pakan ternak sapi. Sejak tahun
1980an ini hasil tanaman kopi mulai meningkat. Pada tahun 1990an sekitar 315 m 2 lahan
dimanfaatkan untuk peternakan ayam. Keputusan ini diambil beliau dengan pertimbangan
latar belakang pendidikan beliau di bidang peternakan, pendapatan yang diperoleh karena
hasil panen dari pohon menurut beliau termasuk rendah yaitu sekitar 1-2 juta setiap bulan,
dan lebih menjanjikannya perternakan karena sistem kemitraan yang dilakukan dengan
sebuah perusahaan yang memberikan keuntungan 11-20 juta setiap bulan.
Sistem agrosilvopastura milik Bapak Eko sebenarnya sudah cukup beragam, hanya
saja pengaturan jarak tanam pohon kurang teratur dan kurangnya tanaman penanung untuk
kopi mempengaruhi hasil panen. Padahal, tanaman durian, kopi, dan sengon merupakan
tanaman yang dapat menyumbang penghasilan tinggi jika dikelola dengan baik. sementara itu
tanaman pisang dan singkong jika hasil panennya melimpah juga dipasarkan namun jika
hasilnya sedikit dikonsumsi sendiri dan dibagikan pada tetangga beliau. Berdasarkan uraian
tersebut diperlukan sebuah pengaturan pengelolaan tanaman yang baik sehingga tanaman
yang ditanam dapat berproduksi secara maksimal dan memberikan keuntungan yang tinggi.

3. Solusi yang Ditawarkan


Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa sistem agrosilvopastura yang
diterapkan oleh Bapak Eko sebenarnya memiliki potensi yang tinggi namun kurang
memberikan hasil yang maksimal. Hal ini diduga karena pengaturan jarak tanam pohon yang
kurang teratur dan kurangnya naungan bagi tanaman kopi. Solusi yang dapat ditawarkan
adalah pengaturan pola tanam singkong, pengaturan pola tanam pisang, penambahan tanaman
kacang tanah, penambahan pohon durian, dan penambahan pohon penaung bagi tanaman
kopi.
100 m

25 m

21 m
. 15 m

Keterangan

Tan. Kacang tanah Tan. Singkong Tan. Sengon

Tan. Kopi Tan. Pisang Tan. Durian

Gambar 3. Gambar Skema Pengaturan Lahan Agrosilvopastura

Gambar diatas menunjukkan pengaturan lahan agrosilvopastura Bapak Eko. Pada


lahan tersebut sistem agroforestri tetap merupakan agrosilvopastura. Perubahan yang
dilakukan adalah dengan mengatur pola tanam tanaman singkong dan tanaman pisang. Selain
itu juga adanya penambahan tanaman durian, sengon, dan kacang tanah. Pola tanam singkong
yang sebelumnya tersebar di seluruh lahan diubah menjadi tumpangsari dengan kacang tanah.
Litbang Pertanian (2013) menyebutkan bahwa ubi kayu dapat ditanam tumpangsari baris
ganda dengan kacang tanah. Jarak tanam singkong yang ditanam secara tumpangsari adalah
60 cm x 60 cm. Solusi berikutnya yaitu penambahan jumlah pohon durian di lahan tepatnya
di depan kanan kandang ayam dan di belakang kandang ayam. Jumali (2014) menyebutkan
tanaman durian sebaiknya ditanam dengan jarak tanam 10 m x 10 m. Berikutnya yakni
menambah naungan berupa tananan sengon untuk tanaman kopi. Menurut Hulupi dan Martini
(2013) tanaman sengon merupakan tanaman pohon yang umum digunakan sebagi penaung
tanaman kopi. Tanaman kopi yang ditanam sebaiknya menggunakan jarak tanam 2.5 m x 2.5
m dan sengon dengan jarak tanam 3 m x 6 m. Berikutnya yakni pengaturan penanaman
pisang yang berada di sekeliling lahan. Namun, tanaman pisang ini perlu ditanam dengan
jarak yang jauh dari tanaman kopi karena dapat menjadi sumber nematoda (Hulupi dan
Martini, 2013).
4. Keuntungan yang Diperoleh
Pengaturan lahan yang dilakukan dapat memberikan keuntungan secara ekonomi
maupun ekologi. Keuntungan ekonomi yang diperoleh adalah bertambahanya pendapat yang
diterima petani melalui hasil panen tanaman. Penambahan jumlah tanaman durian dapat
meningkatkan pendapatan mengingat harga jual durian yang tinggi dan Ngantang sendiri
merupakan daerah sentra durian. Berdasarkan wawancara setiap panen durian, petani dapat
memperoleh penghasilan hingga 1.5 juta per pohon. Penambahan naungan pada kopi juga
dapat menambah pendapatan karena tanaman kopi yang dihasilkan akan cenderung lebih baik
dibanding yang memiliki naungan kurang. Hal ini merupakan cara penyesuaian terhadap
persyaratan tumbuh tanaman kopi. Hulupi dan Martini (2013) menyebutkan bahwa adanya
tanaman penaung merupakan keharusan dalam manajemen tanaman kopi. Penambahan
tanaman kacang tanah menggunakan sistem tumpangsari dengan singkong juga dapat
meningkatkan hasil pendapatan petani.
Keuntungan lain yang dapat diperoleh yakni keuntungan ekologi. Keuntungan ekologi
umumnya buka tujuan utama petani namun dengan penerapan agroforestri yang dikelola
dengan baik, keuntungan ekologi akan sekaligus didapatkan oleh petani. Keuntungan ekologi
diperoleh dari jumlah serasah yang menutupi tanah. Serasah ini pada jangka waktu tertentu
akan terdekomposisi menjadi bahan organik. Muzaiyanah dan Subandi (2016) menyebutkan
bahwa bahan organik memiliki banyak peranan bagi kesuburan kimia, fisika, dan biologi
tanah. Bahan organik dapat menjadi sumber hara bagi tanaman dan biota tanah,
meningkatkan KTK, memantapkan agregasi tanah, dan meningkatkan kandungan karbon
tanah. Pengaturan lahan demikian juga mampu menambah biodiversitas tanaman dan biota
tanah. Selain itu juga adanya tanaman sengon dan kacang anah yang merupakan tanaman
leguminosa dapat meningkatkan serapan N melalui simbiosis dengan rhizobium. Beberapa
manfaat yang diperoleh tersebut dapat terwujud apabila lahan dapat dikelola dengan baik dan
tentunya adanya kemauan petani dalam mengelola lahannya.

Daftar Pustaka
Hulupi, Retno dan Endri Martini. 2013. Pedoman Budidaya dan Pemeliharaan Tanaman Kopi
di Kebun Campur. Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF) South East Asia
Program.
Jumali. 2014. Pedoman Budidaya Tanaman Durian (Durio zibethinus).
(bp2sdmk.dephut.go.id)
Litbang Pertanian. 2014. Tumpangsari Baris Ganda Ubikayu dan Kacang Tanah
Meningkatkan Produktivitas Lahan Kering. (pangan.litbang.pertanian.go.id)
Muzaiyanah, Siti dan Subandi. 2016. Peranan Bahan Organik dalam Peningkatan Produksi
Kedelai dan Ubi Kayu pada Lahan Kering Masam. Iptek Tanaman Pangan Vol. 11 No.
2.

You might also like