Professional Documents
Culture Documents
BENCANA KEBAKARAN
KABUPATEN WONOGIRI
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNya Pedoman
HRVA Kebakaran RSUD ini dapat terselesaikan dengan baik.
wonogiri, 2016
Penulis
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR, TABEL DAN GRAFIK iv
BAB 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1. 2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Teori dasar kebakaran 4
2.1.1 Definisi api 4
2.1.2 Teori segitiga api 4
2.1.3 Teori bidang empat api 5
2.2 Definisi kebakaran 5
2.3 Sebab terjadinya kebakaran 6
2.4 Klasifikasi kebakaran 7
2.4.1Klasifikasi kebakaran menurut NFPA 7
2.5 Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran 8
2.6 Sarana proteksi kebakaran aktif 9
2.6.1 Alarm kebakaran 9
2.6.2 Detektor kebakaran 10
2.6.3 APAR 10
2.6.4 Sistem sprinkler 11
2.7 Program pemeriksaan dan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran 11
2.8. Manajemen bencana 12
2.8.1 Mitigasi bencana 13
2.9 Hazard, Risk and Vulnerability Analysis (HRVA) 15
2.9.1 Tahap dalam HRVA 15
BAB 3
HASIL OBSERVASI 17
3.1 Profil Rumah Sakit 17
3.1.1 Profil bangunan 19
3.1.2 Profil pekerja 20
3.1.3 Profil pengunjung 20
3.2 Fasilitas umum sekitar lingkungan Rumah Sakit 20
3.3 Sarana dan prasarana proteksi kebakaran 21
3.3.1 Sistem proteksi aktif 21
3.3.2 Sistem proteksi pasif 22
3.4 Analisis kemungkinan dampak bencana 22
3.5 Kerentanan 29
BAB 3 23
KESIMPULAN 23
DAFTAR PUSTAKA 24
Hazard, Risk and Vulnerability Analysis (HRVA) adalah salah satu analisis terhadap
bencana yang bertujuan untuk menganalisis bahaya, risiko dan kerentanan guna
mengantisipasi masalah dan solusi yang memungkinkan untuk menyelamatkan nyawa
dan properti, mengurangi kerusakan dan mempercepat perbaikan pasca bencana
disamping menjadi kebutuhan untuk melengkapi akreditasi Rumah Sakit yang dalam
hal ini dikhususkan untuk bencana kebakaran
1.2 Permasalahan
RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso belum mempunyai HRVA untuk bencana
kebakaran. HRVA bencana diperlukan untuk kelengkapan akreditasi Rumah Sakit
I.4 Manfaat
Kegiatan Minggu 2 3 4 5 6 7 8
1
Orientasi dan pengenalan
Kunjungan lapangan
Pengumpulan dokumen
Analisis risiko
Pengolahan data
Sosialisasi
Teori tetrahedron of fire ini didasarkan bahwa dalam panas pembakaran yang
normal akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil
pembakaran seperti CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil lain dari reaksi ini adalah
adanya radikal bebas dari atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil (OH).
Bila 2 (dua) gugus OH pecah menjadi H2O dan radikal bebas O. O radikal ini
selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga
disebut reaksi pembakaran berantai. (Karla, 2007; Goetsch, 2005).
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan
utama, yaitu:
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan
harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari
pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana
biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan
memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang
sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap
bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang
terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan
semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan
rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta
tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga
rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana adalah
pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.
Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu penilaian bahaya,
peringatan dan persiapan.
Risiko adalah konsep total dari kemungkinan terjadinya suatu hazard ( likelihood) dan
keparahan akan dampak yang ditimbulkan ( severity).
Terdapat 8 tahap dalam pembuatan HRVA menurut Ministry of Public Safety and
Solicitor General, British Columbia, yaitu:
1. Administration
Dalam tahap ini dilakukan pembentukan panitia, penyusunan checklist dan
melakukan pertemuan mengenai bagaimana HRVA akan dijalankan
2. Training
Pada tahap training dilakukan peninjauan mengenai tujuan yang akan dicapai,
proses HRVA, pelatihan penilaian risiko dan juga peninjauan kembali checklist
lapangan
3. Gather risk information
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan checklist informasi penemuan di lapangan ,
informasi risiko dan denah
4. Hazard and vurnerability indentification
pada tahap ini dilakukan peninjauan terhadap checklist lapangan, definisi hazard,
identifikasi hazard serta pemetaan hazard dan kerentanan
5. Risk analysis
Pada analisis risiko dilakukan penilaian risiko secara kualitatif dengan
memperhitungkan kemungkinan kejadian (likelihood) dan keparahan (severity)
HASIL OBSERVASI
Pada saat berdiri tanggal 29 Juni 1990 dinamakan Rumah Sakit Medika Griya (RSMG)
yang beralamat di jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise Jakarta Utara dan diresmikan
oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia yaitu Bapak Adhiyatma MPH. Selanjutnya
sebagai Soft Opening pada tanggal 1 Maret 2003 terjadi perubahan nama yaitu Royal
Progress International Hospital dan pada tanggal 17 Juli 2007 secara resmi ditetapkan
perubahan nama tersebut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dengan
berjalannya waktu dan peraturan yang ada dari pemerintah tahun 2009 menjadi Rumah
Sakit Royal Progress. Gedung Rumah sakit Royal Progress terdiri dari 9 lantai dan saat
ini membuka kamar perawatan sebanyak 130 tempat tidur yang terdiri dari VIP (VIP,
VIP Deluxe, VIP Executive), kelas I, II, III, NICU, PICU, ICU .Disamping itu juga
terdapat Poli rawat jalan Spesialis, Poli Umum, IGD, MCU dan Penunjang Medik (
Laboratorium, Radiologi, Apotik ), Rekam Medik.
Jumlah pasien (Laporan tahunan 2012) Kunjungan klinik : 36.859 orang dengan
kunjungan terbanyak pada klinik Penyakit Dalam,
Kebidanan dan hemodialisa
Medical Check Up: 2.533 orang
UGD: 11.935 orang
Rawat inap: 3.485 orang
Usia pasien Bayi, anak, dewasa, manula.
Jalan utama Danau Sunter Utara Berhadapan langsung dengan Rumah Sakit
Perumahan penduduk Sunter Agung 10 m
(terdekat)
Ruko dan pertokoan Sepanjang jalan Danau Sunter Utara
Rumah Sakit Satya Negara 500 m
Rumah Sakit Sulianti Soeroso 1000 m
Rumah Sakit Mitra Kemayoran 2000 m
Sistem deteksi dan alarm kebakaran. Detektor asap dan panas kecuali instalasi gizi hanya
terdapat detektor panas
Alat pemadam api ringan (APAR) 7 buah pada setiap lantai. Terdapat SOP kalibrasi,
checklist pemeliharaan rutin yang dilakukan setiap
bulan dan manual penggunaan
Sistem pipa tegak dan slang kebakaran 2 buah pada setiap lantai kecuali 6 buah pada lantai
(hidran gedung). 1
Sistem sprinkler otomatik. Terdapat disetiap ruangan
Sistem tangki air pemadam kebakaran. Kapasitas: tidak diukur
Pertemuan dari faktor-faktor ancaman bencana dan kerentanan masyarakat, akan dapat
memposisikan masyarakat dan daerah yang bersangkutan pada tingkatan risiko yang berbeda.
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah tersebut
terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan masyarakat atau
penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin tinggi
tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko yang dihadapinya.
Adapun bahaya bencana yang memiliki kemungkinan untuk terjadi di lingkungan RS Royal
Progress adalah:
1. Banjir
RS Royal Progress merupakan tempat yang berlokasi di daerah Sunter dan
dikelilingi oleh danau dan kali, yang berpotensi banjir. Banjir sebagai fenomena
alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor
yaitu : hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu, pasang surut air laut. Potensi
terjadinya ancaman bencana saat ini disebabkan keadaan badan sungai rusak,
kerusakan daerah tangkapan air, pelanggaran tata-ruang wilayah, pelanggaran
hukum meningkat, perencanaan pembangunan kurang terpadu, dan disiplin
masyarakat yang rendah.
2. Kebakaran
Kebakaran gedung dan permukiman penduduk sangat marak pada musim kemarau.
Hal ini terkait dengan kecerobohan manusia diantaranya pembangunan gedung atau
pemukiman yang tidak mengikuti standar keamanan bangunan serta perilaku
manusia. Hubungan arus pendek listrik, meledaknya kompor serta kobaran api
akibat lilin (lentera) untuk penerangan merupakan sebab umum kejadian kebakaran
permukiman atau gedung.
3. Radiasi
4. Wabah penyakit
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Beberapa indikasi dan gejala awal kemungkinan terjadinya epidemi seperti avian
influenza (Flu burung), antrax serta beberapa penyakit hewan ternak lainnya yang
telah membunuh ratusan ribu ternak yang mengakibatkan kerugian besar bagi
petani. Pasca banjir di RS Royal berpotensi terjadinya wabah (KLB) misalnya kasus
DBD, dll.
5. Gempa
Bencana yang dapat timbul oleh gempa bumi ialah berupa kerusakan atau
kehancuran bangunan (rumah, sekolah, rumah sakit dan bangunan umum lain), dan
konstruksi prasarana fisik (jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan laut/udara,
jaringan listrik dan telekomunikasi, dli), serta bencana sekunder yaitu kebakaran
dan korban akibat timbulnya kepanikan.
Dalam HRVA dinilai adanya kemungkinan (likelihood) terjadinya bencana dan keparahan
(severity) yang ditimbulkan dimana keparahan yang ditimbulkan dikelompokkan lagi
kedalam 7 kategori, yaitu fatality, injury, critical facilities, lifelines, property, environment,
economic dan social impacts.
Dengan menggunakan perhitungan analisis risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko
yang dihadapi oleh RS Royal Progress. Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko
adalah pengenalan ancaman di RS Royal Progress. Semua ancaman tersebut diinventarisasi,
kemudian di perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian :
Keterangan:
Frequent or very likely to occur (6) memiliki pengertian bahwa suatu kejadian seringkali
terjadi dan biaanya memiliki angka kecelakaan terdata. Sebagai contoh sebuah daerah
memiliki kejadian banjir setiap tahun.
Moderate or likely to occur (5) memiliki riwayat data tetapi terjadi antara 3-10 tahun.
Occasional or slight chance (4) berarti suatu kejadian terjadi jarang, mungkin terdapat
sedikit data kejadian dan intervalnya antara 10-30 tahun.
Unlikely or improbable (3) terjadi sangat jarang, antara 30-100 tahun sekali.
Highly unlikely or rare events (2) memiliki interval waktu 100-200 tahun sekali
Very rare events (1) berarti suatu kejadian hanya terjadi diatas 200 tahun sekali.
Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu memang
terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:
Jumlah korban;
Kerugian harta benda;
Kerusakan prasarana dan sarana;
Cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,
1 Banjir 5 fatality: 2
injury: 2
critical facilities: 2
lifelines: 3
property: 1
environment: 2
economic & social
Berdasarkan hasil analisis kemungkinan bencana, banjir masih memiliki kemungkinan yang
paling besar diikuti oleh kebakaran dimana dampak akibat kebakaran menyebabkan kerusakan
pada fasilitas penting (critical facilities) yang cukup besar sehingga bahaya kebakaran tidak
dapat diabaikan.
Social Physical
Confined penitentiaries or jails Bridges
Elderly group homes or Communications systems
retirement complex telephone, radio, cellular,
Gender mothers and children, television
violence against women Critical infrastructure
High density shopping malls, Gas and oil transmission and
theatres, stadiums, high-rise distribution pipelines
buildings Hazardous waste sites
Infirm hospitals Historic sites
Language ethnic centres Mobility of population
Persons with disabilities Power transmission towers
vision, hearing, mobility, mental, Property and infrastructure in
dependency close proximity to hazard
Young schools or recreation Trailer parks and campgrounds
centre Transportation routes,
terminals, systems: road, rail, air,
water
Water reservoirs and hydro
dams
Economic Environmental
Farm land and animals Areas of biodiversity and
Lack of economic diversity ecological value wetlands
single major employer or tourism Parks
Limited access to credit Resource degradation or
Minimal access to critical depletion forests
services Sensitive areas coastline or
No insurance fisheries
Poor social housing or low-
rent areas
Sumber: Hazard, Risk and Vulnerability Analysis Tool Kit. Ministry of Public Safety and Solicitor General.
British Columbia. 2003
2. Fisik
Kerentanan internal: Lebar tangga darurat adalah 100 cm dimana ketentuan dari
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar K3
di Rumah Sakit adalah lebar tangga minimal 120 cm jalan searah dan 160 cm untuk
jalan dua arah membuat jalur evakuasi menjadi terbatas.
Tidak tersedianya jalur landai (ramp) untuk evakuasi pasien tirah baring mempersulit
evakuasi saat terjadinya bencana. Hanya terdapat APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
di daerah sekitar. Sumber air untuk keadaan darurat hanya terdapat pada air kran
setempat.
Tidak terdapat penerangan pada beberapa pada lantai tangga darurat dan penggunaan
petunjuk fluorescence yang cukup membuat evakuasi saat bencanamenjadi lebih sulit
Kerentanan eksternal : N/A
3. Ekonomi
Kerentanan internal dan eksternal: N/A
Lantai 1
Ruang panel Kabel yang tidak intak, penutup lantai yang hilang -Kebakaran,
listrik korsleting
UGD N/A N/A
Kamar operasi Gas anestesi, tabung gas mudah meledak Ledakan gas, kebakaran
Lantai 3
Kitty center - -
N/A N/A
Ruang inap (IA,
superior, VVIP,
VIP, VIP
deluxe)
Lantai 8
Lantai 9
N/A N/A
Ruang
pertemuan
Lilin Kebakaran
Vihara
Keterangan: instalasi linen dan laundry sudah dipindahkan ke rumah asrama disebelah rumah
sakit dimana pengolahan laundry sudah dikerjakan oleh pihak ketiga dan rumah sakit hanya
melakukan penyeleksian linen dan tidak ada proses yang dilakukan oleh rumah sakit
LIKELIHOOD
5:Moderate or Likely
3:Unlikely, Improbable
4:Very High
3:High
2:Low
1:Very Low
Berdasarkan analisis hazard dan risiko yang terdapat di Rumah Sakit Royal Progress
ditentukan penilaian risiko secara kualitatif dengan memperhitungkan kemungkinan dan
konsekuensi menggunakan profil risiko sebagaimana rekomendasi dari Ministry of Public
Safety and Solicitor General, British Columbia didapatkan hasil sebagai berikut:
Ahli K3 Tersedia
Struktur K3 Tersedia Terlampir
Rantai komando bencana Tersedia Terlampir
Pelatihan dan drilling Pelatihan Melibatkan seluruh staff rumah sakit
kebakaran dilakukan 1 tahun tanpa karyawan luar (ousourcers)
sekali,
dokumentasi
tersedia
MOU pelatihan kebakaran Tersedia adendum Ikut dalam pelatihan
dengan badan independen
(tenant)
Sosialisasi karyawan baru Tersedia Tersedia daftar dan jadwal sosialisasi RS
secara umum (termasuk K3)
Checklist penilaian kejadian Tersedia Layout
Rancangan listrik
HRVA, Bencanan kebakaran, RSUD WNG
Page 46
Rancangan keselamatan kebakaran
Penggunaan LPG
Rencana emergensi
Rancangan pertolongan pertama
Gambar 3.11. Denah gedung beserta letak APAR, hydrant, jalur evakuasi dan titik kumpul
REKOMENDASI
1. Jalur landai (ramp) sebaiknya tersedia pada setiap lantai guna memudahkan
evakuasi pasien tirah baring atau pasien yang tidak melakukan mobilisasi sendiri
terutama pasien-pasien yang rentan seperti pasien ICU, NICU, operasi, dan pasien
dengan kursi roda.
Untuk saat ini RSRP mempunyai regulasi lain dalam mengevakuasi pasien yang
tidak dapat mobilisasi sendiri, dengan menggunakan kain minimal 2 kain (telah
dilakukan uji coba/pelatihan), menggendong pasien baik oleh satu orang penolong
ataupun beberapa orang (telah diuji coba/pelatihan), menggunakan tandu (telah
diuji coba)
2. Lebar tangga darurat sebaiknya disesuaikan dengan ketentuan dari Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar K3 di
Rumah Sakit adalah lebar tangga minimal 120 cm jalan searah dan 160 cm untuk
jalan dua arah untuk memudahkan evakuasi.
3. Tangga darurat untuk jalur evakuasi sebaiknya diberikan penerangan yang cukup
dan penambahan pemasangan sticker fluorescence sebagai penunjuk arah ketika
terjadi bencana kebakaran
4. Ruang rawat inap per lantai sebaiknya dikategorikan sesuai dengan kategori
perawatan dan pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi dan dengan
mobilitas terbatas sebaiknya ditempatkan di lantai 2 untuk memudahkan evakuasi
saat bencana
5. Pengukuran dan pengecekan tangki air untuk kebakaran sebaiknya dilakukan
secara berkala.
6. Pelatihan tentang kebakaran sebaiknya diikuti oleh seluruh anggota rumah sakit
termasuk cleaning service, dan badan independent (mini market, dan tenant)
dimana turnover karyawan pada pihak tersebut cukup besar,
Untuk badan independent diperlukan suatu MOU atau addendum dan surat tugas,
untuk keharusan atau kewajiban dalam mengikuti pelatihan penanggulangan
bencana
1. Hazard, Risk and Vulnerability Analysis Tool Kit. Ministry of Public Safety and
Solicitor General. British Columbia. 2003 Edition.
Panudju - Stefanie
Sebuah ledakan terdengar diikuti dengan teriakan adanya kebakaran. Ledakan tersebut
ternyata berasal dari dapur. Seorang staff rumah sakit berteriak adanya korban di dalam dapur
dan membutuhkan pertolongan sementara api terus membesar. Saat itu dapur sedang aktif
memasak makanan untuk makan siang. Tidak diketahui pasti berapa banyak orang yang
berada di dapur saat kejadian. Seorang satpam yang sedang berjaga kemudian langsung
mengambil APAR untuk memadamkan api tetapi api terlalu besar untuk dipadamkan,
sehingga pemadaman gagal. Saat itu rumah sakit sedang ramai, pasien dan pengunjung
berteriak panik dan berlarian berusaha menyelamatkan diri sehingga suasana kacau. Asap
mulai menyelubungi lantai dasar. Sistem sprinkler tidak berfungsi. Listrik mendadak mati.
Terdengar satu lagi ledakan susulan dari dalam dapur, belum ada seorangpun yang berhasil
masuk ke dalam dapur karena api terlalu besar dan takut adanya ledakan susulan.
Keterangan: saat itu ruang hemodialisa penuh pasien, di lantai 2 kamar operasi sedang
berlangsung 1 operasi appendicitis dan 2 operasi caesar. Di UGD terdapat 2 pasien korban
kecelakaan yang sedang dilakukan pertolongan oleh dokter dan staff UGD. Sebagian staff
rumah sakit berikut dokter sedang mengikuti pelatihan di lantai 8 sehingga staff di lantai
dasar kurang.