Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, salah satunya pada
tumbuhan. Tumbuhan selain digunakan sebagai ramuan obat-obatan digunakan juga sebagai bahan
pembuatan pestisida alami. Kandungan zat aktif pada tumbuhan bisa digunakan sebagai pengendali hama
dan penyakit pada tanaman. Secara Alami (alami) tumbuhan memiliki senjata untuk menghadapi
serangan dari luar. Kemampuan itu hasil interaksi antara tanaman dan hama yang telah berlangsung
jutaan tahun.
Pestisida merupakan substansi kimia dan bahan lain yang digunakan untuk mengendalikan
berbagai hama. Jenis hama yang biasanya menyerang antara lain tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria, dan virus, nematoda (cacing yang merusak akar),
siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Penggunaan pestisida pada tanaman sayur
biasanya lebih intensif, hal ini terutama disebabkan kondisi iklim yang sejuk dengan kelembaban udara
dan curah hujan yang tinggi menciptakan kondisi yang baik untuk perkembangbiakan hama dan penyakit
tanaman. Namun apabila penggunaan pestisida yang tidak tepat baik secara jenis, waktu, dosis, cara, dan
Penggunaan pestisida saat ini sangat diminati oleh petani, hal ini dikarenakan efek yang diberikan
lebih cepat bereaksi pada tanaman. Hama dan penyakit yang telah dikendalikan dengan pestisida akan
berkurang. Namun tanpa disadari oleh petani, peggunaan pestisida kimia yang berlebihan akan
menyebabkan hama lebih resisten sehingga populasi akan semakin banyak. Oleh karena itu, untuk
mengurangi penggunaan pestisida kimia yang berlebihan digunakan pestisida alami. Jenis pestisida alami
sudah banyak ditemukan diantaranya dari ekstrak daun mimba, daun sirsak, daun tembakau, dan daun
pepaya.
Dari beberapa contoh ekstrak daun diatas disini kami akan membahas tentang rendaman daun
pepaya yang dapat dijadikan pestisida alami untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman cabai.
Pepaya merupakan tanaman yang mudah didapatkan dan sangat jarang untuk dimanfaatkan. Jika diteliti
pepaya memiliki kandungan enzim yang sangat bagus yaitu enzim papain yang bisa mengganggu
kehidupan serangga. Mungkin masih sedikit dari petani kita yang mengerti akan pemanfaatan ekstrak
daun pepaya sebagai pestisida nabati pengendali ulat grayak. Oleh karena itu, kami akan mengulas sedikit
tentang pembuatan pestisida nabati dari ekstrak daun pepaya untuk mengendalikan ulat grayak pada
tanaman cabai.
e. Bagaimana pengaruh pemberian rendaman daun papaya terhadap ulat grayak pada tanaman cabai?
f. Bagaimana keunggulan dan kelemahan rendaman daun pepaya sebagai pestisida nabati?
1.3 Tujuan
e. Untuk mengetahui pengaruh pemberian rendaman daun papaya terhadap ulat grayak pada tanaman
cabai
f. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan rendaman daun pepaya sebagai pestisida nabati
BAB II
PEMBAHASAN
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya bersumber dari tumbuh-tumbuhan seperti
akar, daun, batang ataupun buahnya. Bahan kimia yang terkandung didalam tumbuhan memiliki
bioaktivitas terhadap serangga, seperti bahan penolak, penghambat makan, penghambat perkembangan
serangga, dan penghambat peneluran. Pestisida nabati, akan membunuh hama saat itu juga dan setelah
hamanya mati, residunya akan hilang dialam. Dengan demikian produk terbebas dari residu pestisda
sehingga aman dikonsumsi manusia. Pestisida nabati menjadi alternatif pengendalian hama yang aman
dibanding pestisida sintetis. Penggunaan pestisida nabati memberikan keuntungan ganda, selain
h. Mengusir serangga.
i. Menghambat perkembangan patogen penyakit.
lingkungan)
b. Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang dari sumberdaya yang ada di
c. Dapat membunuh hama/penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau, biji mahoni, dsb.
d. Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman: tanaman orok-orok, kotoran ayam.
f. Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian khususnya pestisida
sintetis/kimiawi.
g. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan
pestisida sintesis. Penggunaan dalam dosis tinggi sekalipun, tanaman sangat jarang ditemukan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Konno (Julaily et al., 2013), getah pepaya
mengandung kelompok enzim sistein protease seperti papain dan kimopapain. Getah pepaya juga
menghasilkan senyawa-senyawa golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid dan asam amino nonprotein
yang sangat beracun bagi serangga pemakan tumbuhan. Adanya kandungan senyawa-senyawa kimia di
dalam tanaman pepaya yang terkandung dapat mematikan organisme pengganggu. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Yenie et al., (2013) yaitu pembuatan pestisida organik menggunakan metode
ekstraksi dari sampah daun pepaya dan umbi bawang putih menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak daun pepaya dan umbi bawang putih semakin tinggi tingkat kematian hama uji,
dimana konsentrasi yang paling banyak membunuh larva nyamuk pada konsentrasi larutan 3000 ppm
dengan presentase kematian hewan uji sebesar 95% untuk ekstrak etanol dan 97,5% untuk ekstrak
metanol.
Saponin dan alkaloid merupakan stomach poisoning atau racun perut. Bila senyawa tersebut
masuk dalam tubuh serangga maka alat pencernaannya akan menjadi terganggu. Alkaloid juga mampu
menghambat pertumbuhan serangga, terutama tiga hormon utama dalam serangga yaitu hormon otak
(brain hormone), hormon edikson, dan hormon pertumbuhan (juvenile hormone). Tidak berkembangnya
hormon tersebut dapat menyebabkan kegagalan metamorphosis. Flavonoid merupakan senyawa kimia
pada daun pepaya yang dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernapasan atau sebagai racun pernapasan.
Flavonoid mempunyai cara kerja yaitu dengan masuk ke dalam tubuh ulat melalui sistem pernapasan
yang kemudian akan menimbulkan penurunan fungsi syaraf serta kerusakan pada sistem pernapasan dan
mengakibatkan ulat tidak bisa bernapas dan akhirnya mati (Robinson, 1995).
Flavonoid juga dapat menghambat daya makan serangga (antifeedant). Bila senyawa ini masuk
dalam tubuh serangga, maka alat pencernaannya akan terganggu. Senyawa ini juga bekerja dengan
menghambat reseptor perasa pada daerah mulut serangga. Hal ini mengakibatkan serangga gagal
mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya. Akibatnya serangga mati
kelaparan.
Pestisida merupakan racun untuk memberantas atau untuk mencegah fungi, ulat dan hama
penghisap yang menyerang tanaman dan juga memberantas tikus dan memberantas bakteri, memberantas
tanaman pengganggu dan sebagainya. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida yaitu
a. Detergen 30 gram
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan
terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat,
yang mengandung surfaktan dan linier alkil benzene sulfonate yang bersifat karsinogenik yang dapat
membunuh hama.
Minyak tanah adalah cairan hidrokarbon C12 sampai C15 yang tak berwarna dan mudah terbakar,
diperoleh dengan cara distilasi fraksional petroleum pada 150 C and 275 C. Di Indonesia minyak tanah
dapat digunakan untuk mengusir koloni serangga sosial seperti semut dan kecoa.
c. Daun papaya 1 kg
d. Air 10 liter
Langkah-langkah pembuatan :
Menyiapkan daun pepaya sebanyak kurang lebih 1 kg (sekitar 1 tas plastik besar atau 1 ember
besar).
Mendiamkan semalam.
Berdasarkan suatu penelitian, tanaman cabai dengan pemberian air rendaman daun pepaya
dengan konsentrasi 2% dapat membunuh ulat grayak rata-rata 7 ekor per hari. Berdasarkan pengamatan
rata-rata ulat yang mati setiap harinya, ulat yang paling banyak mati pada hari kelima. Pada pemberian air
rendaman daun peaya dengan konsentrasi 5%, rata-rata jumlah kematian ulat grayak sebanyak 10 ekor per
hari dan ulat yang paling banyak mati pada hari keempat. Sedangkan pada pemberian air rendaman daun
pepaya dengan konsentrasi 10%, rata-rata kematian ulat tersebut sebanyak 10 ekor per hari dan ulat yang
paling banyak mati pada hari pertama. Sedangkan pada hari ketiga semua ulat tidak ada lagi yang hidup.
Ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi air rendaman daun pepaya sampai batas tertentu akan
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Pestisida Nabati dari Rendaman Daun Pepaya
Penggunaan pestisida nabati dari air rendaman daun pepaya memiliki beberapa keunggulan
diantaranya:
a. Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga menghasilkan produk pertanian yang sehat
b. Cara kerja spesifik, sehingga relatif aman terhadap vertebrata (manusia, lingkungan dan ternak)
c. Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih dari satu.
d. Murah dan mudah dibuat oleh petani, , tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit
menimbulkan kekebalan terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang
lain.
Disamping keunggulan diatas terdapat pula beberapa kelemahan penggunaan pestisida nabati dari
a. Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi ekonomis, karena
pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-ulang agar mencapai keefektifan
b. Daya kerjanya relatif lambat, tidak membunuh jasad sasaran secara langsung, tidak tahan
terhadap sinar matahari, kurang praktis, tidak tahan disimpan dan kadang-kadang harus
disemprotkan berulang-ulang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah pestisida nabati dari air rendaman daun
1. Pestisida nabati adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan atau bagian
2. Manfaat dari penggunaan pestisida nabati adaalah dapat membunuh atau sebagai perangkap
3. Daun pepaya mengandung papain, alkaloid, terpenoid, flavonoid dan asam amino non protein
4. Semakin besar konsentrasi air rendaman daun pepaya akan semakin cepat mematikan ulat
5. Keunggulan rendaman daun pepaya sebagai pestisida nabati yaitu mudah terurai, aman
terhadap lingkungan, tidak menimbulkan resistensi, murah dan mudah dibuat, dan kompatibel
jika digabung dengan pengendalian yang lain. Sedangkan kelemahannya adalah kurang efektif,
daya kerja relatif lambat, tidak membunuh sasaran secara langsung, kurang praktis dan tidak
tahan disimpan.
DAFTAR PUSTAKA
Julaily, N., Mukarlina, dan Setyawati T. R. 2013. Pengendalian Hama pada Tanaman Sawi (brassica
juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Protobiont, 2(3): 171-175.
Munarso, J., Miskiyah, Broto, W. 2006. Studi Kandungan Residu Pestisida pada Kubis, Tomat, dan
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik, Tumbuhan Tinggi. Penerjemah; Kosasih, P. Edisi keenam.
Yenie, E., Elytia S., Kalvin, A., Irfhan, M. 2013. Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metode
Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih. Jurnal Teknik Lingkungan, 10(1): 46-59.
http://adit2211.blogspot.co.id/2016/06/rendaman-daun-pepaya-carica-papaya.html