Professional Documents
Culture Documents
Kusta atau lepra merupakan penyakit yang masih menjadi momok untuk masyarakat Indonesia. Karena
penyakit ini dapat menghilangkan beberapa anggota tubuh penderitanya. Namun, pada kenyataannya bukan
hanya anggota tubuh yang hilang, akan tetapi permasalahan ini melebar hingga pada masalah sosial, ekonomi,
budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Perlu ditegaskan bahwa, kusta bukan merupakan penyakit
keturunan dan bahkan bukanlah merupakan suatu kutukan dati Tuhan.
Untuk dapat mengetahui dan terhindar dari penyakit kusta, serta mengetahui bagaimana cara mencegah
penularan kusta, maka simak artikel berikut secara lengkap.
Penyebab Kusta
Kusta bukanlah suatu penyakit keturunan atau penyakit kutukan dari tuhan, melainkan penyakit yang
menyerang kulit yang disebabkan oleh serangan bakteri Mycobacterium leprae. Penularan kusta sampai saat
ini belum diketahui secara pasti, namun dijelaskan bahwa penularan di dalam rumah tangga dan hubungan
dekat dengan penderita dalam jangka waktu yang lama akan lebih beresiko untuk tertular. Penularan kusta
melaui bakteri yang biasanya terdapat di sekret hidung dan berulang-ulang kontak dengan kulit yang keadaan
terluka. Pada kasus anak-anak di bawah umur satu tahun, penularannya melalui plasenta.
Masa inkubasi penyakit kusta berkisar antara 9 bulan sampai 20 tahun dengan rata-rata penularan adalah 4
tahun. Seseorang dapat terhindar dari penularan kusta apabila tubuhnya memiliki kemampuan untuk
membentuk kekebalan yang efektif. Penularan kusta, bergantung pada beberapa hal, diantaranya:
Obat yang biasa digunakan untuk penderita kusta tipe multibasiler yaitu seperti rifampin 600mg dan
clofasimine 300mg yang dikonsumsi sebulan sekali. Untuk pengobatan yang diminum perhari yaitu dapsone
(DDS) 100mg, clofasimine 50mg dan rifampin 50mg. Pengobatan penyakit kusta dilakukan selama 12 bulan.
Pengobatan dapat diperpanjang sampai hasil pemeriksaan specimen kulit menunjukkan negatif. Perlu
dilakukan pengawasan terhadap penderita yang sedang melakukan pengobatan untuk melihat kemungkinan
terjadinya efek samping, reaksi kusta dan ulkus tropikum. Perawatan di rumah sakit hanya dilakukan untuk
menangani reaksi obat. Operasi dilakukan untuk mengoreksi kecacatan dan pengobatan luka yangdisebabkan
karena anastesi pada luka.
1. Segera melakukan pengobatan sejak dini secara rutin terhadap penderita kusta, agar bakteri yang
dibawa tidak dapat lagi menularkan pada orang lain.
2. Menghindari atau mengurangi kontak fisik dengan jangka waktu yang lama
3. Meningkatkan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan
4. Meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh, dengan cara berolahraga dan meningkatkan pemenuhan
nutrisi.
5. Tidak bertukar pakaian dengan penderita, karena basil bakteri juga terdapat pada kelenjar keringat
6. Memisahkan alat-alat makan dan kamar mandi penderita kusta
7. Untuk penderita kusta, usahakan tidak meludah sembarangan, karena basil bakteri masih dapat hidup
beberapa hari dalam droplet
8. Isolasi pada penderita kusta yang belum mendapatkan pengobatan. Untuk penderita yang sudah
mendapatkan pengobatan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.
9. Melakukan vaksinasi BCG pada kontak serumah dengan penderita kusta.
10. Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai mekanisme penularan kusta dan informasi
tentang ketersediaan obat-obatan yang efektif di puskesmas.
Untuk masyarakat umum, jangan sampai mengucilkan penderita kusta, memang pada dasarnya penyakit kusta
tersebut menular akan tetapi para penderita kusta juga memiliki hak untuk masih tetap dapat hidup
bermasyarakat. Pada intinya, penderita kusta yang telah menjalani pengobatan, sedikit kemungkinan untuk
dapat menularkan penyakitnya.
Para penderita kusta pada umumnya mereka mengalami penurunan kepercayaan diri dan cenderung menarik
diri dari lingkungan sosial. Sebaiknya masyarakat dapat mendukung para penderita kusta untuk tetap memiliki
keberanian dan kepercayaan diri hidup secara normal. Salah satu wujud kepedulian suatu kelompok
masyarakat terhadap penderita kusta, maka didirikan suatu perkampungan khusus para penderita kusta.
Perkampungan tersebut berada di Kecamatan Nganget Kabupaten Tuban, yang perkampungannya berada di
tengah-tengah hutan. Mereka di sana mendapatkan pengobatan dan dorongan sosial, sehingga termotivasi
untuk dapat kembali hidup secara normal.