You are on page 1of 5

Cara Mencegah Penularan Kusta (Lepra)

Kusta atau lepra merupakan penyakit yang masih menjadi momok untuk masyarakat Indonesia. Karena
penyakit ini dapat menghilangkan beberapa anggota tubuh penderitanya. Namun, pada kenyataannya bukan
hanya anggota tubuh yang hilang, akan tetapi permasalahan ini melebar hingga pada masalah sosial, ekonomi,
budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Perlu ditegaskan bahwa, kusta bukan merupakan penyakit
keturunan dan bahkan bukanlah merupakan suatu kutukan dati Tuhan.

Untuk dapat mengetahui dan terhindar dari penyakit kusta, serta mengetahui bagaimana cara mencegah
penularan kusta, maka simak artikel berikut secara lengkap.

Apa Itu Kusta???


Kusta adalah penyakit kronis yang sebabkan oleh bakteri yang menyerang kulit dan syaraf tepi. Pada
penderita kusta dengan tipe lepromatosa dapat menyerang saluran pernapasan bagian atas. Awal mula dari
kusta ditandai dengan munculnya bintik putih dan pinggir-pinggirnya terdapat batas hitam yang mengelilingi
bintik putih tersebut.

Siapa Yang Beresiko Terkena Kusta?


Kusta dapat menyerang siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan, anak kecil atau orang dewasa. Asalkan
di situ terdapat bakteri penyebab kusta, dan orang tersebut terpapar bakteri dalam jumlah yang banyak serta
dalam jangka waktu yang lama. Kusta masih tersebar merata diseluruh belahan dunia. Namun asal mula
penyakit kusta ini dari Afrika dan Asia Tengah, kemudian menyebar ke seluruh dunia dengan adanya perang,
penjajahan, perdagangan antar benua dan penyebaran agama. Kejadian kusta masih lebih dari 5/1000
penduduk, dan biasanya banyak ditemukan di daerah pedesaan dengan iklim tropis dan subtropis.

Penyebab Kusta
Kusta bukanlah suatu penyakit keturunan atau penyakit kutukan dari tuhan, melainkan penyakit yang
menyerang kulit yang disebabkan oleh serangan bakteri Mycobacterium leprae. Penularan kusta sampai saat
ini belum diketahui secara pasti, namun dijelaskan bahwa penularan di dalam rumah tangga dan hubungan
dekat dengan penderita dalam jangka waktu yang lama akan lebih beresiko untuk tertular. Penularan kusta
melaui bakteri yang biasanya terdapat di sekret hidung dan berulang-ulang kontak dengan kulit yang keadaan
terluka. Pada kasus anak-anak di bawah umur satu tahun, penularannya melalui plasenta.

Masa inkubasi penyakit kusta berkisar antara 9 bulan sampai 20 tahun dengan rata-rata penularan adalah 4
tahun. Seseorang dapat terhindar dari penularan kusta apabila tubuhnya memiliki kemampuan untuk
membentuk kekebalan yang efektif. Penularan kusta, bergantung pada beberapa hal, diantaranya:

1. Faktor imunitas/ daya tahan tubuh seseorang.


2. Faktor sumber penularan. Bakteri penyebab kusta akan menginfeksi pada orang lain apabila penderita
kusta tidak mendapatkan pengobatan dan tidak berobat secara teratur.
3. Faktor bakteri kusta. Bakteri kusta dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah. Selain itu dapat hidup
di luar tubuh manusia selama 1-9 hari. Walaupun bakteri kusta berasal dari sekret hidung dan
mengering, akan tetapi bakteri masih ada yang dapat bertahan hidup dan meginfeksi orang lain.
Bakteri penyebab kusta

Tanda Dan Gejala Kusta


Untuk menghindari secara dini terhadap penularan kusta, maka sebaiknya Anda mengetahui apa tanda dan
gejala dari penyakit kusta. Berikut adalah penjelasan yang lebih rinci, agar mudah dikenali oleh orang secara
umum.

Tanda-tanda terkena kusta:

1. Terdapat bercak tipis seperti panu pada beberapa bagian tubuh.


2. Bercak putih akan terus bertambah, seiring dengan berjalannya waktu, semakin lama semakin melebar
dan bertambah banyak.
3. Terjadinya pelebaran syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus.
4. Kelenjar keringat mengalami penurunan fungsi kerja, sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
5. Terdapat bintil-bintil kemerahan (leproma dan nodul) yang tersebar pada kulit
6. Alis rambut mengalami kerontokan
7. Muka mengalami benjolan-benjolan dan tegang, biasa disebut dengan facies leomina (muka singa)
Tanda kusta

Gejala umum penyakit kusta:

1. Tubuh mengalami panas, mulai dari derajat rendah hingga menggigil.


2. Anoreksia, mengalami mual dan malas untuk makan
3. Nausea, hidung berlendir dan kadang-kadang disertai dengan vomitus
4. Chepalgia
5. Mengalami iritasi, neuritis, orichitis dan pleuritis
6. Mengalami nephrosia, nepritis dan hepatospleenomegali
Pengobatan Penyakit Kusta
Pengobatan kepada penderita kusta merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan penyakit
kusta. Karena bakteri kusta dapat bertahan hidup di luar tubuh penderita, sehingga mudah untuk menularkan
kepada orang lain. Terdapat beberapa macam obat untuk menyembuhkan penyakit kusta. Di Indonesia, obat-
obat untuk penderita kusta sudah tersedia di setiap puskesmas, dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat
mengakses pengobatan.

Obat yang biasa digunakan untuk penderita kusta tipe multibasiler yaitu seperti rifampin 600mg dan
clofasimine 300mg yang dikonsumsi sebulan sekali. Untuk pengobatan yang diminum perhari yaitu dapsone
(DDS) 100mg, clofasimine 50mg dan rifampin 50mg. Pengobatan penyakit kusta dilakukan selama 12 bulan.
Pengobatan dapat diperpanjang sampai hasil pemeriksaan specimen kulit menunjukkan negatif. Perlu
dilakukan pengawasan terhadap penderita yang sedang melakukan pengobatan untuk melihat kemungkinan
terjadinya efek samping, reaksi kusta dan ulkus tropikum. Perawatan di rumah sakit hanya dilakukan untuk
menangani reaksi obat. Operasi dilakukan untuk mengoreksi kecacatan dan pengobatan luka yangdisebabkan
karena anastesi pada luka.

Upaya Pencegahan Penularan Kusta


Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit yang dapat segera ditangani dan di cegah. Nah berikut ini
adalah rekomendasi untuk mencegah penularan kusta:

1. Segera melakukan pengobatan sejak dini secara rutin terhadap penderita kusta, agar bakteri yang
dibawa tidak dapat lagi menularkan pada orang lain.
2. Menghindari atau mengurangi kontak fisik dengan jangka waktu yang lama
3. Meningkatkan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan
4. Meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh, dengan cara berolahraga dan meningkatkan pemenuhan
nutrisi.
5. Tidak bertukar pakaian dengan penderita, karena basil bakteri juga terdapat pada kelenjar keringat
6. Memisahkan alat-alat makan dan kamar mandi penderita kusta
7. Untuk penderita kusta, usahakan tidak meludah sembarangan, karena basil bakteri masih dapat hidup
beberapa hari dalam droplet
8. Isolasi pada penderita kusta yang belum mendapatkan pengobatan. Untuk penderita yang sudah
mendapatkan pengobatan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.
9. Melakukan vaksinasi BCG pada kontak serumah dengan penderita kusta.
10. Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai mekanisme penularan kusta dan informasi
tentang ketersediaan obat-obatan yang efektif di puskesmas.

Untuk masyarakat umum, jangan sampai mengucilkan penderita kusta, memang pada dasarnya penyakit kusta
tersebut menular akan tetapi para penderita kusta juga memiliki hak untuk masih tetap dapat hidup
bermasyarakat. Pada intinya, penderita kusta yang telah menjalani pengobatan, sedikit kemungkinan untuk
dapat menularkan penyakitnya.

Para penderita kusta pada umumnya mereka mengalami penurunan kepercayaan diri dan cenderung menarik
diri dari lingkungan sosial. Sebaiknya masyarakat dapat mendukung para penderita kusta untuk tetap memiliki
keberanian dan kepercayaan diri hidup secara normal. Salah satu wujud kepedulian suatu kelompok
masyarakat terhadap penderita kusta, maka didirikan suatu perkampungan khusus para penderita kusta.
Perkampungan tersebut berada di Kecamatan Nganget Kabupaten Tuban, yang perkampungannya berada di
tengah-tengah hutan. Mereka di sana mendapatkan pengobatan dan dorongan sosial, sehingga termotivasi
untuk dapat kembali hidup secara normal.

You might also like