You are on page 1of 7

VISCERAL OBESITY

UJIAN AKHIR SEMESTER

Pembimbing :
dr.Nur Anna C Sadyah,Sp.PD.,Finasim

Disusun oleh :
Eka Sarofatul Janah (MBK168010101)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
1. Bagaimana prinsip penatalaksanaan terapi nutrisi medic
terapi gizi medik berkaitan dengan peran makanan dan zat gizi dalam penyembuhan berbagai
penyakit dan gangguan, dalam hal ini termasuk terapi diet dan diet pada orang sakit. Tujuan
terapi gizi medik untuk mempertahankan atau meningkatkan status gizi, memperbaiki
defesiensi zat gizi, mempertahankan atau memperbaiki berat badan, mengistirahatkan organ
tertentu, menghilangkan faktor alergi dalam makanan, dan menyesuaikan komposisi diet
yang memungkinkan tubuh dapat memetabolisme zat-zat gizi. Proses tahapan dari terapi gizi
medik dimulai dari preskripsi diet, kitir makanan, pemorsian makanan, dan makanan yang
disajikan untuk pasien
2. Bagaimana cara menerapkan prinsip terapi nutrisi medic pada penderita diabetes
Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi
Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama yang berserat tinggi.
Sukrosa tidak boleh lebih dari 10% total asupan energi.
Sedikit gula dapat dikonsurnsi sebagai bagian dari perencanaan makan yang sehat
dan pemanis non-nutrisi dapat digunakan sebagai pengganti jumlah besar gula misalnya
pada minuman ringan dan permen.
Makan tiga kali sehari untuk mend istribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.
Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25 % kebutuhan kalori. Tidak diperkenankan
melebihi 30% total asupan energi.
Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak
jenuh dan lemak trans antara. lain : daging berlemak dan susu penuh (whole milk).
Anjuran konsumsi kolesterol <300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari
sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA/Mono Unsaturated FattyAcid), membatasi PUFA
(Poly Unsaturated Fatty Acid) dan Asam lemak jenuh.
Protein
Dibutuhkan sebesar 15 - 20% total asupan energi.
Sumber protein yang balk adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa
kulit, produk susu rendah lemak, kacang, dan kacang kacangan (Leguminosa), tahu,
tempe.
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0.8 g/kg
BB perhari atau 10 % dari kebutuhan energi dan 65 % hendaknya bernilal biologik tinggi.
Garam
Anjuran asupan natrium untuk diabetisi sama dengan anjuran untuk masyarakat
umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 g (1 sendok teh) garam
dapur.
Pembatasan natrium sampai 2400 mg atau sama dengan 6 gr/hari garam dapur,
terutama pada mereka yang hipertensi.
Sumber natrium antara lain garam dapur, vetsin dan soda.
Serat
Seperti halnya masyarakat umum, penyandang diabetes dianjurkan
mengkonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber
karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral, serat dan bahan lain
yang balk untuk kesehatan.
Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari, diutamakan serat larut.
Pemanis
Pernanis dikelompokkan menjadi pernanis bergizi dan pernanis tak bergizi.
Termasuk pernanis bergizi adalah gula alkohol dan fruktosa.
Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol,
mengandung 2 kalori /g
Batasi penggunaan pemanis bergizi. Dalam penggunaannya pemanis bergizi perlu
diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Fruktosa tidak dianjurkan digunakan para diabetisi karena efek samping pada
lipid plasma.
Pernanis tak bergizi termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame potassium,
sukralose, neotame.
Pernanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily
Intake / ADI).
3. Bagaimana prinsip exercise pada penderita diabetes
a. Continous (terus-menerus) Latihan berkesinambungan, terus-menerus tanpa
berhenti dalam waktu tertentu.
b. Rhytmical (berirama).Jenis olah raga yang dipilih adalah berirama, yaitu otot
berkontraksi dan relaksasi secara teratur seperti jalan kaki, berlari, berenang, bersepeda.
c. Interval (berselang). Latihan dilaku- kan secara berselang-selang antara gerak
lambat dan cepat, misalnya jalan atau jalan cepat diselingi jalan biasa (asalkan jangan
berhenti).
d. Progressive (meningkat) Latihan dilakukan meningkat secara bertahap sesuai
kemampuan dari ringan sam-\pai sedang hingga mencapai 30 -60 menit.
e. Endurence (daya tahan) Latihan harus ditujukan pada latihan daya tahan untuk
meningkatkan kemam- puan pernafasan dan jantung. Dapat dilakukan dengan olah raga
jalan kaki, berlari, berenang atau bersepeda.

4. Apakah yang dimaksud dengan obeesitas central dan bagaimana cara mendeteksinya
Jawaban:
Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau lemak
pusat. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan dengan
obesitas umum. Laki-laki dan perempuan yang mengalami obesitas sentral mempunyai
tekanan darah sistol dan diastol, kolesterol total, kolesterol LDL, dan triasilgliserol rata-rata
tinggi, serta kolesterol HDL rendah. obesitas sentral ditandai dengan lingkar perut lebih dari
88 cm, sedangkan pada pria yaitu lebih dari 102 cm.
Pengukuran sederhana yang dapat digunakan untuk mendeteksi obesitas sentral, yaitu:
lingkar perut, rasio pinggang panggul (waist hip ratio), WCR (waist chest ratio), dan WHtR
(waist to-height-ratio). Pengukuran lingkar perut merupakan suatu parameter yang
menyediakan perkiraan ukuran lemak tubuh yang mengumpul di perut. Pengukuran lingkar
perut menyediakan pengukuran distribusi lemak yang tidak dapat menggunakan pengukuran
IMT. Kriteria obesitas sentral adalah lingkar perut _102 cm pada laki-laki dan _88 cm pada
perempuan. Adapun kriteria obesitas sentral di wilayah Asia Pasifik adalah lingkar perut _90
cm pada laki-laki dan _80 cm pada perempuan (WHO 2000).
5. Apa saja criteria syndrome metabolic, jelaskan!
Jawaban
komponen - komponennya antara lain :
a) Gula darah puasa 110 mg/dL
b) Resistensi insulin
c) Hipertensi 130/85 mm Hg
d) Dislipidemia dengan trigliserida plasma > 150 mg/dL dan/atau kolesterol high
density lipoprotein (HDL-C) < 35 mg/dL untuk pria; < 39 mg/dL untuk wanita.
e) Obesitas sentral (laki-laki : waistto-hip ratio > 0,90; wanita: waist-to-hip ratio >
0,85) dan/atau indeks massa tubuh (IMT) > 30 kg/m2
f) Mikroalbuminuria (Urea Albumin Excretion Rate >20 mg/min atau rasio
albumin/kreatinin > 30 mg/g)

6. Apa kaitan obesitas sentral dengan syndrome metabolic


Jawaban
Peningkatan faktor risiko metabolik selalu berhubungan dengan tingginya akumulasi jaringan
adiposa abdominal, terutama jaringan lemak visceral (Tjokroprawiro, 2006). Salah satu
karakteristik obesitas abdominal/lemak visceral adalah terjadinya pembesaran sel-sel lemak,
sehingga sel-sel lemak tersebut akan mensekresi produk-produk metabolik diantaranya
sitokin proinflamasi, prokoagulan, peptida inflamasi, dan angiotensinogen. Produk-produk
dari sel lemak dan peningkatan asam lemak bebas dalam plasma bertanggung jawab terhadap
berbagai penyakit metabolik seperti diabetes, penyakit jantung, hiperlipidemia, gout, dan
hipertensi.

7. Bagaimana upaya penceegahan diabetes?


1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk
kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk
menderita DM.
Pencegahan efektif:
Penurunan jumlah kalori yang dikonsumsi (500-700 kcal/hari)
Aktivitas fisik secara teratur (misalnya berjalan kaki selama 30 menit, 5 kali
perminggu)
Harus disarankan juga terhadap keluarga pasien
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada
pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup
dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM.
Upaya pencegahan komplikasi terbaik,
Mikrovaskular: pengendalian kadar gula darah secara intensif.
Makrovaskular: program penurunan risiko secara komprehensif (kadar gula darah,
lipid, tekanan darah, berhenti merokok, dll).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami
penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya rehabilitasi
pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap.

8. Bagaimana tahapan penanganan obesitas non farmakologis dan farmakologisa


farmakologi

Non farmakologi
1. Pendidikan pada Pasien
Agar pengobatan diabetes mellitus dapat optimum pasien perlu diberikanpengetahuan
tentang segala hal yangberkaitan dengan diabetes mellitus.Tetapi tidak hanya untuk pasien
juga untuk keluarganya harus mendapatpengetahuan yang cukupmendalam mengenai
peyebab dan strategi terapi diabetes mellitus. Agar pengobatan diabetes mellitus dapat
optimum pasien perlu diberikanpengetahuan tentang segala hal yangberkaitan dengan
diabetes mellitus.Tetapi tidak hanya untuk pasien juga untuk keluarganya harus
mendapatpengetahuan yang cukupmendalam mengenai peyebab dan strategi terapi
diabetes mellitus.
2. Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat,
protein dan lemak. Tujuan pengobatan diet pada diabetes adalah:
Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
kadar normal.
Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
Mencegah komplikasi akut dan kronik.
Meningkatkan kualitas hidup.
3. Olah raga
Berolah secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal.
Prinsipya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan
sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Beberapa contoh olah raga yang disarankan,
antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olah raga akan
memperbanyak jumlah dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.

You might also like