Professional Documents
Culture Documents
Anatomi Vertebrae
Kolumna vertebralis (Gambar 1.1 dan 1.2) disusun oleh 33 vertebra, 7 vertebra servikalis
(C), 12 vertebra torakalis (T), 5 vertebra lumbalis (L), 5 vertebra sakralis (S), dan 4 vertebra
koksigeus (pada umumnya 3 vertebra koksigeus di bawah bersatu). Struktur kolumna vertebralis
ini fleksibel karena bersegmen dan disusun oleh tulang vertebra, sendi-sendi, dan bantalan
fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis (Snell, 2003).
Vertebra saling bersendi melalui sendi kartilaginosa di antara korporanya dan sendi
sinovial di antara prosesus artikulasinya. Sisipan di antara korpora vertebra adalah fibrokartilago
diskus intervertebralis (Gambar 1.3).
Diskus intervertebralis (Gambar 1.3) paling tebal di daerah servikal dan lumbal sehingga
memungkinakan gerakan kolumna vertebralis yang paling besar. Diskus ini berperan sebagai
penahan (shock absorber) goncangan apabila beban kolumna vertebralis tiba-tiba meningkat.
Akan tetapi, gaya pegasnya menurun dengan bertambahnya usia (Snell, 2003).
Masing-masing diskus terdiri atas anulus fibrosus di bagian luar dan nukleus pulposus di
bagian sentral (Gambar 1.3). Anulus fibrosus terdiri atas fibrokartilago, yang melekat erat pada
korpora vertebra dan ligamentum longitudinal anterior dan posterior kolumna vertebralis (Snell,
2003).
Nukleus pulposus merupakan massa gelatinosa yang berbentuk lonjong pada orang muda.
Biasanya di bawah tekanan dan terletak sedikit ke posterior dari pinggir anterior diskus. Fasies
anterior dan posterior korpora vertebra yang terletak di dekatnya dan berbatasan dengan diskus
diliputi oleh lapisan tipis kartilago hialin (Snell, 2003).
Sifat nukleus pulposus yang semi cairan memungkinkan perubahan bentuk dan
pergeseran vertebra ke depan atau ke belakang antara satu dan yang lain. Peningkatan beban
kolumna vertebralis yang tiba-tiba menyebabkan nukleus pulposus menjadi pipih. Keadaan ini
dimungkinkan oleh sifat pegas dari anulus fibrosus yang terdapat di sekelilingnya. Apabila
dorongan dari luar terlalu besar untuk anulus fibrosus, anulus dapat robek. Akibatnya herniasi
nukleus pulposus terjadi, penonjolan keluar nukleus ke dalam kanalis vertebralis, dimana nukleus
ini dapat menekan radiks nervus spinalis, nervus spinalis atau bahkan medula spinalis (Snell, 2003).
Dengan bertambahnya usia, nukleus pulposus mengecil dan diganti oleh fibrokartilago.
Serabut-serabut kolagen anulus berdegenerasi, dan menyebabkan anulus tidak selalu berisi
nukleus pulposus di bawah tekanan. Pada usia lanjut, diskus menjadi tipis, kurang elastis, dan
tidak dapat lagi dibedakan antara nukleus dan anulus (Snell, 2003).
Ligamentum longitudinal anterior dan posterior berjalan turun sebagai pita utuh di fasies anterior
dan posterior kolumna vertebralis dari tengkorak sampai ke sakrum (Gambar 1.3). Ligamentum
longitudinal anterior lebar dan kuat, melekat pada permukaan dan sisi-sisi korpora vertebra dan
diskus intervertebralis. Ligamentum longitudinal posterior lemah dan sempit serta melekat pada
pinggir posterior diskus. Sedangkan ligamentum diantara dua vertebra terdiri atas:
1. Ligamentum supraspinosium (Gambar 1.3): ligamentum ini berjalan di antara ujung-
ujung spina berdekatan.
2. Ligamentum interspinosum (Gambar 1.3): ligamentum ini menghubungkan spina yang
berdekatan.
3. Ligamentum intertransversum: ligamentum ini berjalan di antara prosesus transversus
yang berdekatan.
4. Ligamentum flavum (Gambar 1.3): ligamentum ini menghubungkan lamina vertebra
yang berdekatan.
Gambar 1.3. A: Sendi-sendi di regio servikalis, torakalis, dan lumbalis kolumna vertebralis. B:
Vertebra lumbalis III dilihat dari atas, memperlihatkan hubungan di antara diskus intervertebralis dan
kauda ekuina
(Sumber : Snell, 2003)
Sendi-sendi di antara korpora vertebra dipersarafi oleh ramus meningei kecil setiap
nervus spinalis (Gambar 1.4). Sendi-sendi di antara prosesus artikularis dipersarafi oleh cabang-
cabang dari ramus posterior nervus spinalis.
Gambar 1.4 Persarafan sendi-sendi vertebra. Pada tingkat vertebra tertentu, sendi menerima
serabut saraf dari dua nervus spinalis yang berdekatan
(Sumber : Snell, 2003)
1.2. Definisi Low Back Pain
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang
rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti
punggung bagian atas dan pangkal paha. LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher,
Salmond & Pellino, 2002).
LBP lebih tinggi prevalensinya pada kelompok pekerja industri. Faktor genetik belum
sepenuhnya jelas menjadi faktor resiko untuk LBP. Laki-laki dan wanita angka kejadiannya
sama, tetapi untuk yang berumur lebih dari 60 tahun, wanita lebih sering terkena LBP daripada
laki-laki. Insiden LBP mencapai puncak pada usia tengah dan menurun pada usia tua ketika
perubahan degeneratif dari tulang belakang terjadi. Data epidemiologis menyebutkan faktor
resiko meliputi perokok dan obesitas dapat menjadi predisposisi untuk nyeri punggung. Kondisi
pekerjaan, faktor sosiolegal, stressor finansial, dan keadaan emosional mempengaruhi disabilitas
punggung. Kerja berat, mengangkat barang, berdiri terlalu lama, gerakan secara bersamaan
membungkuk dan memutar juga merupakan faktor resiko.
1.3. Penyebab LBP
Membahas mengenai penuaan, tulang belakang menyesuaikan terhadap wear and tear
dari gravitasi dan beban biomekanik melalui kompensasi dalam hal struktur dan perubahan
neurokimia yang beberapa diantaranya dapat maladaptif dan menyebabkan nyeri, disabilitas
fungsional, dan perubahan sirkuit neurofisiologi. Beberapa reaksi kompensasi adalah jinak;
namun, beberapa ada yang merusak dan mengganggu kapasitas organisme untuk berfungsi.
Nyeri spinal bersifat beraneka ragam, meliputi pengaruh terhadap struktural, biomekanik,
biokimia, medis, dan psikososial yang menyebabkan dilema terhadap tatalaksana yang sering
sulit dan tidak efektif. Seringkali diagnosis dari kondisi nyeri akut bersifat nonspesifik, seperti
keseleo pada punggung atau leher, walaupun cedera dapat berefek pada struktur lain yang sensitif
terhadap nyeri seperti discus, sendi facet, otot spinal, dan ligamen. Asal dari nyeri punggung
bawah kronis sering diasumsikan sebagai kondisi degeneratif dari tulang belakang; namun,
penelitian menunjukkan bahwa korelasi dari gejala klinis dan tanda radiologis untuk degeneratif
adalah minimal atau noneksisten. Inflammatory arthropathy, kondisi metabolik tulang, dan
fibromyalgia juga merupakan penyebab nyeri kronis pada tulang belakang. Walaupun herniasi
diskus merupakan penyebab yang paling dikenal dari nyeri radikuler dan tulang belakang,
herniasi diskus asimtomatis pada CT dan MRI juga sering ditemukan.
Penyebab LBP dibagi menjadi dua yaitu mekanis dan non mekanis. Penyebab mekanis terdiri
dari:
- Degenerasi segmen diskus dan facet
- Gangguan nyeri muskuler (sindroma nyeri myofascial)
- Nyeri diskogenik dengan atau tanpa gejala radikuler
- Radikulopati karena impingement struktural
- Nyeri aksial atau radikuler karena reaksi biokimia atau inflamasi terhadap cedera tulang
belakang
- Fraktur osseus vertebra
- Spondilosis dengan atau tanpa kanal stenosis sentral atau lateral
- Makroinstabilitas atau mikroinstabilitas dari tulang belakang dengan atau tanpa
hipermobilitas radiografi atau bukti ada subluksasi
Penyebab Non-mekanis:
Sindroma neurologis
- Myelopati atau myelitis dari struktur intrinsik/ekstrinsik atau proses vaskuler
- Pleksopati lumbosakral (diabetes, vaskulitis, malignansi)
- Polineuropati akut, subakut, atau kronis (chronic inflammatory demyelinating
polyneuropathy, Guillain-Barre syndrome, diabetes)
- Myopati, meliputi myositis dan berbagai macam kondisi metabolic
- Dystonia spinal segmental, lumbopelvic atau genaralisata
Sindroma sistemik
- Neoplasma primer atau metastasis
- Infeksi osseus, diskus, atau epidural
- Inflammatory spondyloarthropathy
- Penyakit tulang metabolik, meliputi osteoporosis
- Kelainan vaskuler (aterosklerosis, vaskulitis)
Referred pain
- Gangguan gastrointestinal (pankreatitis, kanker pankreas, kolesistitis)
- Gangguan kardiorespiratori (pericarditis, pleuritis, pneumonia)
- Gangguan dari costa atau sternum
- Gangguan genitourinari (nefrolitiasis, prostatitis, pyelonephritis)
- Aneurisma thorak atau abdominal aorta
- Gangguan panggul (cedera, inflamasi, atau degenerasi end-stage dari sendi dan jaringan
(tendon, bursa, ligamen)
Jika pemeriksaan fisik dan penunjang tidak menunjukkan adanya penyebab struktural, perlu
dipikirkan adanya penyebab psikologis.
1.4. Patofisiologi LBP
Vertebra lumbal membentuk bagian fleksibel dari struktur aksial yang menyangga kepala,
ekstremitas atas, dan organ internal saat berdiri. Sacrum membentuk fondasi dari vertebra
melalui bagian yang berartikulasi dengan sendi sakroiliak terhadap pelvis. Vertebra lumbal dapat
menumpu beban yang berat dalam hubungan terhadap area cross-sectional. Lumbal menahan
pergerakan gravitasi anterior dengan mempertahankan lordosis pada postur normal. Tidak seperti
vertebra thorakal, vertebra lumbal tidak disangga secara lateral dan mempunyai mobilitas baik
pada bidang sagittal dan koronal. Tulang vertebrae bertugas untuk menyalurkan beban ke seluruh
tulang belakang. Lamella paralel yang mengandung tulang cancellous bervaskularisasi tinggi
membentuk trabekula, yang terletak disepanjang garis stress biomekanik dan terbungkus dalam
lapisan korteks. Badan vertebra secara progresif membesar ke bawah karena peningkatan beban
gravitasi dari segmen sefalik ke kaudal. Proyeksi tulang dari vertebra lumbal, meliputi prossesus
transversus dan prosesus spinosus, memperthankan koneksi ligamen dan otot terhadap segmen di
atas dan di bawahnya.
Diskus intervertebralis terdiri dari outer annulus fibrosis dan inner nucleus pulposus.
Bagian luar dari annulus masuk ke dalam corpus vertebra dan mengandung ujung saraf nosiseptif
dan proprioseptif. Bagian dalam dari annulus membungkus nukleus, memberi diskus kekuatan
lebih selama kompresi. Nukleus pulposus dari diskus intervertebralis yang sehat menempati 2/3
dari permukaan diskus dan menyangga lebih dari 70% beban kompresi.
Nukleus terdiri atas megamolekul dari proteoglikan yang dapat menyerap air dengan
kapasitas kurang lebih 250% dari beratnya. Sampai dekade ketiga dari kehidupan, gel dari nner
nucleus pulposus terdiri atas kurang lebih 90% air; namun, kandungan air secara bertahap
menurun dalam 4 dekade ke depan mencapai kurang lebih 65%. Nutrisi untuk inner annulus
fibrosis dan nukleus pulposus bergantung kepada difusi air dan molekul kecil di sepanjang
vertebral endplate karena hanya bagian luar dari annulus menerima vaskularisasi dari ruang
epidural.
Beban eksentrik dan torsional dan mikrotrauma berulang menyebabkan robekan radial
dan sirkumferensial pada serat annulus. Beberapa robekan annulus dapat menyebabkan endplate
terpisah sehingga terjadi kehilangan dari nutrisi dan hidrasi. Gabungan dari robekan
sirkumferensial menjadi robekan radial dapat menyebabkan bahan nuklir keluar dari annulus
menuju ke ruang epidural dan menyebabkan kompresi atau iritasi dari akar saraf. Selama 2
dekade pertama, 80-90% dari berat vertebra lumbal trijoint complex disalurkan ke bagian
posterior ketiga dari diskus; namun, ketika berat diskus menurun dan aksis biomekanik dari
beban bergeser ke posterior, bagian artikulasi posterior (facet joints) menanggung proporis lebih
besar dari distribusi berat badan. Pertumbuhan tulang (dalam bentuk osteofit) mengkompensasi
terjadi peningkatan stress biomekanik untuk menstabilkan trijoint complex. Seiring berjalannya
waktu, hipertrofi dari facet dan pertumbuhan tulang yang berlebihan dari endplate vertebra
berperan dalam penyempitan kanalis sentralis dan foraminal. Selain itu, terjadi penebalan dari
ligamentum flavum dan herniasi diskus yang berperan terhadap reduksi diameter kanal
anteroposterior dan patensi foraminal dengan kompresi saraf. Stenosis spinal mencapai puncak
menyebabkan gejala radikuler, myelopati, atau vaskuler seperti pseudoklaudikasio dan iskemia
medulla spinalis.
LBP sering terjadi pada degenerasi diskus tahap awal. Penyembuhan yang tidak
sempurna dari diskus intervertebralis akibat buruknya aliran darah perifer merupakan salah satu
teori yang ada sehingga dapat menyebabkan nosiseptif kronik.
1.5. Klasifikasi LBP
Klasifikasi Low Back Pain (LBP) Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan
kliniknya LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Acute Low Back Pain Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang
menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa
hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low
back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau
terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat
merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan
yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih
sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus
pada istirahat dan pemakaian analgesik.
2. Chronic Low Back Pain Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang
lebih dari 3 bulan karena kebanyakan dari jaringan penghubung normal sembuh
dalam waktu 6-12 minggu, kecuali instabilitas patoanatomik menetap. Rasa nyeri
ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset
yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.
Bimariotejo. (2009). Low Back Pain (LBP). Diambil 20 Februari 2010 dari
www.backpainforum.com
Bratton l. Assessment and Management of Acute Low Back Pain. America Family
physicians;1999
Czernicski, Im, Goldistein, B. General Consisderations Of Pain In Low Back, Hips, And Lower
Estremities, In Loeser, Id, Editor. Bonicas Management Of Pains. Philadolphia
Lippincott William And Willkins. 2001.