You are on page 1of 19

1.1.

Anatomi Vertebrae
Kolumna vertebralis (Gambar 1.1 dan 1.2) disusun oleh 33 vertebra, 7 vertebra servikalis
(C), 12 vertebra torakalis (T), 5 vertebra lumbalis (L), 5 vertebra sakralis (S), dan 4 vertebra
koksigeus (pada umumnya 3 vertebra koksigeus di bawah bersatu). Struktur kolumna vertebralis
ini fleksibel karena bersegmen dan disusun oleh tulang vertebra, sendi-sendi, dan bantalan
fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis (Snell, 2003).

Gambar 1.1 Rangka dilihat dari posterior, memperlihatkan kolumna vertebralis


(Sumber: Keck Medicine of USC, 2013)
Semua vertebra mempunyai pola yang sama walaupun terdapat berbagai perbedaan
regional (Gambar 1.2). Vertebra tipikal terdiri dari korpus berbentuk bulat di anterior dan arkus
vertebra di posterior. Kedua struktur ini mengelilingi ruangan yang disebut foramen vertebralis
dan dilalui oleh medula spinalis. Arkus vertebra terdiri atas sepasang pedikuli yang berbentuk
silinder, yang membentuk sisi arkus, serta sepasang lamina pipih yang melengkapi arkus vertebra
di posterior (Snell, 2003).
Terdapat tujuh prosesus yang berasal dari arkus vertebra: satu prosesus spinosus, 2
prosesus transversus, dan 4 prosesus artikularis (Gambar 1.2). Prosesus spinosus atau spina,
mengarah ke posterior dari pertemuan kedua lamina. Prosesus transversus mengarah ke lateral
dari pertemuan lamina dan pedikulus. Prosesus spinosus dan prosesus transversus berperan
sebagai pengungkit dan tempat melekatnya otot dan ligamen (Snell, 2003).
Prosesus artikularis terletak vertikal dan terdiri atas 2 prosesus artikularis superior dan 2
prosesus artikularis inferior. Kedua prosesus artikularis superior dari satu arkus vertebra bersendi
dengan kedua prosesus artikularis inferior dari arkus vertebra yang terletak di atasnya,
membentuk dua sendi sinovial (Snell, 2003).
Pedikuli mempunyai lekukan di pinggir atas dan bawah, membentuk insisura vertebralis
superior dan inferior. Pada setiap sisi, insisura vertebralis superior dari sebuah vertebra bersama
dengan insisura vertebralis inferior vertebra di dekatnya membentuk foramen intervertebralis.
Pada rangka yang bersendi, foramen-foramen ini menjadi tempat lewatnya nervus spinalis dan
pembuluh darah. Radiks anterior dan radiks posterior nervus spinalis bergabung menjadi satu di
dalam foramina dan membentuk nervus spinalis segmentalis (Snell, 2003).
Gambar 1.2 A: Kolumna vertebralis tampak lateral. B: Ciri-ciri umum berbagai vertebra
(Sumber : Snell, 2003)

Vertebra saling bersendi melalui sendi kartilaginosa di antara korporanya dan sendi
sinovial di antara prosesus artikulasinya. Sisipan di antara korpora vertebra adalah fibrokartilago
diskus intervertebralis (Gambar 1.3).
Diskus intervertebralis (Gambar 1.3) paling tebal di daerah servikal dan lumbal sehingga
memungkinakan gerakan kolumna vertebralis yang paling besar. Diskus ini berperan sebagai
penahan (shock absorber) goncangan apabila beban kolumna vertebralis tiba-tiba meningkat.
Akan tetapi, gaya pegasnya menurun dengan bertambahnya usia (Snell, 2003).
Masing-masing diskus terdiri atas anulus fibrosus di bagian luar dan nukleus pulposus di
bagian sentral (Gambar 1.3). Anulus fibrosus terdiri atas fibrokartilago, yang melekat erat pada
korpora vertebra dan ligamentum longitudinal anterior dan posterior kolumna vertebralis (Snell,
2003).
Nukleus pulposus merupakan massa gelatinosa yang berbentuk lonjong pada orang muda.
Biasanya di bawah tekanan dan terletak sedikit ke posterior dari pinggir anterior diskus. Fasies
anterior dan posterior korpora vertebra yang terletak di dekatnya dan berbatasan dengan diskus
diliputi oleh lapisan tipis kartilago hialin (Snell, 2003).
Sifat nukleus pulposus yang semi cairan memungkinkan perubahan bentuk dan
pergeseran vertebra ke depan atau ke belakang antara satu dan yang lain. Peningkatan beban
kolumna vertebralis yang tiba-tiba menyebabkan nukleus pulposus menjadi pipih. Keadaan ini
dimungkinkan oleh sifat pegas dari anulus fibrosus yang terdapat di sekelilingnya. Apabila
dorongan dari luar terlalu besar untuk anulus fibrosus, anulus dapat robek. Akibatnya herniasi
nukleus pulposus terjadi, penonjolan keluar nukleus ke dalam kanalis vertebralis, dimana nukleus
ini dapat menekan radiks nervus spinalis, nervus spinalis atau bahkan medula spinalis (Snell, 2003).
Dengan bertambahnya usia, nukleus pulposus mengecil dan diganti oleh fibrokartilago.
Serabut-serabut kolagen anulus berdegenerasi, dan menyebabkan anulus tidak selalu berisi
nukleus pulposus di bawah tekanan. Pada usia lanjut, diskus menjadi tipis, kurang elastis, dan
tidak dapat lagi dibedakan antara nukleus dan anulus (Snell, 2003).
Ligamentum longitudinal anterior dan posterior berjalan turun sebagai pita utuh di fasies anterior
dan posterior kolumna vertebralis dari tengkorak sampai ke sakrum (Gambar 1.3). Ligamentum
longitudinal anterior lebar dan kuat, melekat pada permukaan dan sisi-sisi korpora vertebra dan
diskus intervertebralis. Ligamentum longitudinal posterior lemah dan sempit serta melekat pada
pinggir posterior diskus. Sedangkan ligamentum diantara dua vertebra terdiri atas:
1. Ligamentum supraspinosium (Gambar 1.3): ligamentum ini berjalan di antara ujung-
ujung spina berdekatan.
2. Ligamentum interspinosum (Gambar 1.3): ligamentum ini menghubungkan spina yang
berdekatan.
3. Ligamentum intertransversum: ligamentum ini berjalan di antara prosesus transversus
yang berdekatan.
4. Ligamentum flavum (Gambar 1.3): ligamentum ini menghubungkan lamina vertebra
yang berdekatan.
Gambar 1.3. A: Sendi-sendi di regio servikalis, torakalis, dan lumbalis kolumna vertebralis. B:
Vertebra lumbalis III dilihat dari atas, memperlihatkan hubungan di antara diskus intervertebralis dan
kauda ekuina
(Sumber : Snell, 2003)
Sendi-sendi di antara korpora vertebra dipersarafi oleh ramus meningei kecil setiap
nervus spinalis (Gambar 1.4). Sendi-sendi di antara prosesus artikularis dipersarafi oleh cabang-
cabang dari ramus posterior nervus spinalis.

Gambar 1.4 Persarafan sendi-sendi vertebra. Pada tingkat vertebra tertentu, sendi menerima
serabut saraf dari dua nervus spinalis yang berdekatan
(Sumber : Snell, 2003)
1.2. Definisi Low Back Pain
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang
rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti
punggung bagian atas dan pangkal paha. LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher,
Salmond & Pellino, 2002).
LBP lebih tinggi prevalensinya pada kelompok pekerja industri. Faktor genetik belum
sepenuhnya jelas menjadi faktor resiko untuk LBP. Laki-laki dan wanita angka kejadiannya
sama, tetapi untuk yang berumur lebih dari 60 tahun, wanita lebih sering terkena LBP daripada
laki-laki. Insiden LBP mencapai puncak pada usia tengah dan menurun pada usia tua ketika
perubahan degeneratif dari tulang belakang terjadi. Data epidemiologis menyebutkan faktor
resiko meliputi perokok dan obesitas dapat menjadi predisposisi untuk nyeri punggung. Kondisi
pekerjaan, faktor sosiolegal, stressor finansial, dan keadaan emosional mempengaruhi disabilitas
punggung. Kerja berat, mengangkat barang, berdiri terlalu lama, gerakan secara bersamaan
membungkuk dan memutar juga merupakan faktor resiko.
1.3. Penyebab LBP
Membahas mengenai penuaan, tulang belakang menyesuaikan terhadap wear and tear
dari gravitasi dan beban biomekanik melalui kompensasi dalam hal struktur dan perubahan
neurokimia yang beberapa diantaranya dapat maladaptif dan menyebabkan nyeri, disabilitas
fungsional, dan perubahan sirkuit neurofisiologi. Beberapa reaksi kompensasi adalah jinak;
namun, beberapa ada yang merusak dan mengganggu kapasitas organisme untuk berfungsi.
Nyeri spinal bersifat beraneka ragam, meliputi pengaruh terhadap struktural, biomekanik,
biokimia, medis, dan psikososial yang menyebabkan dilema terhadap tatalaksana yang sering
sulit dan tidak efektif. Seringkali diagnosis dari kondisi nyeri akut bersifat nonspesifik, seperti
keseleo pada punggung atau leher, walaupun cedera dapat berefek pada struktur lain yang sensitif
terhadap nyeri seperti discus, sendi facet, otot spinal, dan ligamen. Asal dari nyeri punggung
bawah kronis sering diasumsikan sebagai kondisi degeneratif dari tulang belakang; namun,
penelitian menunjukkan bahwa korelasi dari gejala klinis dan tanda radiologis untuk degeneratif
adalah minimal atau noneksisten. Inflammatory arthropathy, kondisi metabolik tulang, dan
fibromyalgia juga merupakan penyebab nyeri kronis pada tulang belakang. Walaupun herniasi
diskus merupakan penyebab yang paling dikenal dari nyeri radikuler dan tulang belakang,
herniasi diskus asimtomatis pada CT dan MRI juga sering ditemukan.
Penyebab LBP dibagi menjadi dua yaitu mekanis dan non mekanis. Penyebab mekanis terdiri
dari:
- Degenerasi segmen diskus dan facet
- Gangguan nyeri muskuler (sindroma nyeri myofascial)
- Nyeri diskogenik dengan atau tanpa gejala radikuler
- Radikulopati karena impingement struktural
- Nyeri aksial atau radikuler karena reaksi biokimia atau inflamasi terhadap cedera tulang
belakang
- Fraktur osseus vertebra
- Spondilosis dengan atau tanpa kanal stenosis sentral atau lateral
- Makroinstabilitas atau mikroinstabilitas dari tulang belakang dengan atau tanpa
hipermobilitas radiografi atau bukti ada subluksasi
Penyebab Non-mekanis:
Sindroma neurologis
- Myelopati atau myelitis dari struktur intrinsik/ekstrinsik atau proses vaskuler
- Pleksopati lumbosakral (diabetes, vaskulitis, malignansi)
- Polineuropati akut, subakut, atau kronis (chronic inflammatory demyelinating
polyneuropathy, Guillain-Barre syndrome, diabetes)
- Myopati, meliputi myositis dan berbagai macam kondisi metabolic
- Dystonia spinal segmental, lumbopelvic atau genaralisata
Sindroma sistemik
- Neoplasma primer atau metastasis
- Infeksi osseus, diskus, atau epidural
- Inflammatory spondyloarthropathy
- Penyakit tulang metabolik, meliputi osteoporosis
- Kelainan vaskuler (aterosklerosis, vaskulitis)
Referred pain
- Gangguan gastrointestinal (pankreatitis, kanker pankreas, kolesistitis)
- Gangguan kardiorespiratori (pericarditis, pleuritis, pneumonia)
- Gangguan dari costa atau sternum
- Gangguan genitourinari (nefrolitiasis, prostatitis, pyelonephritis)
- Aneurisma thorak atau abdominal aorta
- Gangguan panggul (cedera, inflamasi, atau degenerasi end-stage dari sendi dan jaringan
(tendon, bursa, ligamen)
Jika pemeriksaan fisik dan penunjang tidak menunjukkan adanya penyebab struktural, perlu
dipikirkan adanya penyebab psikologis.
1.4. Patofisiologi LBP
Vertebra lumbal membentuk bagian fleksibel dari struktur aksial yang menyangga kepala,
ekstremitas atas, dan organ internal saat berdiri. Sacrum membentuk fondasi dari vertebra
melalui bagian yang berartikulasi dengan sendi sakroiliak terhadap pelvis. Vertebra lumbal dapat
menumpu beban yang berat dalam hubungan terhadap area cross-sectional. Lumbal menahan
pergerakan gravitasi anterior dengan mempertahankan lordosis pada postur normal. Tidak seperti
vertebra thorakal, vertebra lumbal tidak disangga secara lateral dan mempunyai mobilitas baik
pada bidang sagittal dan koronal. Tulang vertebrae bertugas untuk menyalurkan beban ke seluruh
tulang belakang. Lamella paralel yang mengandung tulang cancellous bervaskularisasi tinggi
membentuk trabekula, yang terletak disepanjang garis stress biomekanik dan terbungkus dalam
lapisan korteks. Badan vertebra secara progresif membesar ke bawah karena peningkatan beban
gravitasi dari segmen sefalik ke kaudal. Proyeksi tulang dari vertebra lumbal, meliputi prossesus
transversus dan prosesus spinosus, memperthankan koneksi ligamen dan otot terhadap segmen di
atas dan di bawahnya.
Diskus intervertebralis terdiri dari outer annulus fibrosis dan inner nucleus pulposus.
Bagian luar dari annulus masuk ke dalam corpus vertebra dan mengandung ujung saraf nosiseptif
dan proprioseptif. Bagian dalam dari annulus membungkus nukleus, memberi diskus kekuatan
lebih selama kompresi. Nukleus pulposus dari diskus intervertebralis yang sehat menempati 2/3
dari permukaan diskus dan menyangga lebih dari 70% beban kompresi.
Nukleus terdiri atas megamolekul dari proteoglikan yang dapat menyerap air dengan
kapasitas kurang lebih 250% dari beratnya. Sampai dekade ketiga dari kehidupan, gel dari nner
nucleus pulposus terdiri atas kurang lebih 90% air; namun, kandungan air secara bertahap
menurun dalam 4 dekade ke depan mencapai kurang lebih 65%. Nutrisi untuk inner annulus
fibrosis dan nukleus pulposus bergantung kepada difusi air dan molekul kecil di sepanjang
vertebral endplate karena hanya bagian luar dari annulus menerima vaskularisasi dari ruang
epidural.
Beban eksentrik dan torsional dan mikrotrauma berulang menyebabkan robekan radial
dan sirkumferensial pada serat annulus. Beberapa robekan annulus dapat menyebabkan endplate
terpisah sehingga terjadi kehilangan dari nutrisi dan hidrasi. Gabungan dari robekan
sirkumferensial menjadi robekan radial dapat menyebabkan bahan nuklir keluar dari annulus
menuju ke ruang epidural dan menyebabkan kompresi atau iritasi dari akar saraf. Selama 2
dekade pertama, 80-90% dari berat vertebra lumbal trijoint complex disalurkan ke bagian
posterior ketiga dari diskus; namun, ketika berat diskus menurun dan aksis biomekanik dari
beban bergeser ke posterior, bagian artikulasi posterior (facet joints) menanggung proporis lebih
besar dari distribusi berat badan. Pertumbuhan tulang (dalam bentuk osteofit) mengkompensasi
terjadi peningkatan stress biomekanik untuk menstabilkan trijoint complex. Seiring berjalannya
waktu, hipertrofi dari facet dan pertumbuhan tulang yang berlebihan dari endplate vertebra
berperan dalam penyempitan kanalis sentralis dan foraminal. Selain itu, terjadi penebalan dari
ligamentum flavum dan herniasi diskus yang berperan terhadap reduksi diameter kanal
anteroposterior dan patensi foraminal dengan kompresi saraf. Stenosis spinal mencapai puncak
menyebabkan gejala radikuler, myelopati, atau vaskuler seperti pseudoklaudikasio dan iskemia
medulla spinalis.
LBP sering terjadi pada degenerasi diskus tahap awal. Penyembuhan yang tidak
sempurna dari diskus intervertebralis akibat buruknya aliran darah perifer merupakan salah satu
teori yang ada sehingga dapat menyebabkan nosiseptif kronik.
1.5. Klasifikasi LBP
Klasifikasi Low Back Pain (LBP) Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan
kliniknya LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Acute Low Back Pain Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang
menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa
hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low
back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau
terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat
merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan
yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih
sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus
pada istirahat dan pemakaian analgesik.
2. Chronic Low Back Pain Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang
lebih dari 3 bulan karena kebanyakan dari jaringan penghubung normal sembuh
dalam waktu 6-12 minggu, kecuali instabilitas patoanatomik menetap. Rasa nyeri
ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset
yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.

1.6. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik LBP


Anamnesis yang perlu untuk ditanyakan adalah:
a. Letak atau lokasi nyeri, penderita diminta menunjukkan nyeri dengan setepat tepatnya,
atau keterangan yang rinci sehingga letaknya dapat diketahui dengan tepat.
b. Penyebaran nyeri, untuk dibedakan apakah nyeri bersifat radikular atau nyeri acuan.
c. Sifat nyeri, misalnya seperti ditusuk tusuk, disayat, mendeyut, terbakar, kemeng yang
terus menerus, dan sebagainya.
d. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri, apa saja kegiatan oleh penderita yang dapat
menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa sehingga penderita mempunyai sikap tertentu
untuk meredakan rasa nyeri tersebut.
e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh, erat kaitannya dengan aktivitas tubuh, perlu
ditanyakan posisi yang bagaimana dapat memperberat dan meredakan rasa nyeri. 20
f. Riwayat Trauma, perlu dijelaskan trauma yang tak langsung kepada penderita misalnya
mendorong mobil mogok, memindahkan almari yang cukup berat, mencabut singkong,
dan sebagainya.
g. Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, bersifat akut, perlahan, menyelinap
sehingga penderita tidak tahu pasti kapan rasa sakit mulai timbul, hilang timbul, makin
lama makin nyeri, dan sebagainya.
h. Obat obat analgetik yang diminum, menelusuri jenis analgetik apa saja yang pernah
diminum.
i. Kemungkinan adanya proses keganasan.
j. Riwayat menstruasi, beberapa wanita saat menstruasi akan mengalami LBP yang cukup
mengganggu pekerjaan sehari hari. Hamil muda, dalam trimester pertama, khususnya
bagi wanita yang dapat mengalami LBP berat.
k. Kondisi mental/emosional, meskipun pada umumnya penderita akan menolak bila kita
langsung menanyakan tentang banyak pikiran atau pikiran sedang ruwet dan
sebagainya. Lebih bijaksana apabila kita menanyakan kemungkinan adanya
ketidakseimbangan mental tadi secara tidak langsung, dengan cara penderita secara tidak
sadar mau berbicara mengenai faktor stress yang menimpanya.
Pemeriksaan umum yang perlu dilakukan adalah:
a. Inspeksi
Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring, bangun dari
berbaring.
Observasi punggung, pelvis, tungkai selama bergerak.
Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,
adanya angulasi, pelvis yang asimetris dan postur tungkai yang
abnormal.
b. Palpasi dan perkusi
Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan rasa
nyerinya, kemudian menuju daerah yang paling nyeri.
Raba columna vertebralis untuk menentukan kemungkinan adanya
deviasi
Tanda vital (vital sign)
c. Pemeriksaan neurologik
Motorik: menentukan kekuatan dan atrofi otot serta kontraksi
involunter.
Sensorik: periksa rasa raba, nyeri, suhu, rasa dalam, getar.
Refleks; diperiksa refleks patella dan Achilles.
d. Pemeriksaan range of movement: Untuk memperkirakan derajat nyeri,
function lesa, untuk melihat ada tidaknya penjalaran nyeri.
e. Percobaan percobaan:
Tes Lasegue Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif
bila pasien tidak dapat mengangkat tungkai kurang dari 60 dan
nyeri sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya
gerakan sering menyertai radikulopati, terutama pada herniasi
discus lumbalis / lumbo-sacralis.
Tes Patrick dan contra patrick Fleksi-abduksi-eksternal rotation-
ekstensi sendi panggul. Positif jika gerakan diluar kemauan
terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit
sendi panggul, negative pada ischialgia.
Tes Naffziger Dengan menekan kedua vena jugularis, maka
tekanan LCS akan meningkat, akan menyebabkan tekanan pada
radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.
Tes Valsava Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS
akan meningkat, hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.
Tes Prespirasi Dengan cara minor, yaitu bagian tubuh yang akan
diperiksa dibersihkan dan dikeringkan dulu, kemudian diolesi
campuran yodium, minyak kastroli, alcohol absolute. Kemudian
bagian tersebut diolesi tepung beras. Pada bagian yang berkeringat
akan berwarna biru, yang tidak berkeringat akan tetap berwarna
putih. Tes ini untuk menunjukkan adanya gangguan saraf otonom.
Karakteristik dari nyeri yang bersifat mekanikal adalah tujuan utama ketika riwayat
didapatkan dari pasien dengan LBP kronik. Nyeri tulang belakang mekanik atau yang
berhubungan dengan aktivitas sering dipicu oleh beban statis dari tulang belakang (berdiri lama
atau duduk lama), long-lever activities (vacuuming dan bekerja dengan tanfgan terangkat dan
menjauh dari tubuh), dan levered postures (membungkuk). Nyeri berkurang ketika daya
multidimensional menyeimbangkan tulang belakang seperti berjalan atau secara konstan berganti
posisi) dan ketika tulang belakang tidak menumpu beban (berbaring). Pasien dengan LBP
mekanik lebih suka untuk berbaring di tempat tidur tetapi untuk LBP akibat vaskuler atau
visceral sering menggeliat akibat tidak dapat menemukan posisi yang nyaman. Nyeri yang tidak
membaik saat berbaring harus dipikirkan mengenai penyebab serius seperti kanker atau infeksi.
Radiologis dan pemeriksaan laboratorium adalah hal yang wajib pada kasus tersebut dan pada
kasus dengan defisit neurologis.
Tanda dan gejala yang harus diperhatikan adalah:
- Nyeri yang tidak berkurang dengan istirahat atau modifikasi postur
- Nyeri tidak membaik dengan pengobatan selama 2-4 minggu
- Nyeri kolik atau nyeri yang berhubungan dengan fungsi visceral
- Riwayat kanker
- Demam atau imunokompromais
- Resiko tinggi terhadap fraktur (usia tua, osteoporosis)
- Terdapat malaise, kelelahan, atau penurunan berat badan
- Terdapat defisit neurologis
- Disfungsi saat BAB atau BAK
- Kekakuan saat pagi hari sebagai keluhan utama
- Pasien tidak mampu untuk berjalan atau mengurus diri sendiri
1.7. Pemeriksaan Penunjang LBP
Pemeriksaan foto polos tulang belakang AP dan lateral diindikasikan untuk pasien dengan
umur lebih dari 50 tahun dan untuk pasien dengan nyeri saat istirahat, riwayat trauma, atau
kondisi potensial lain (kanker, fraktur, penyakit metabolik tulang, infeksi, inflammatory
arthropathy). Ketika LBP menetap pada fase subakut (nyeri berlangsung selama 6-12 minggu),
perlu juga untuk pemeriksaan radiologis. CT scan efektif ketika tulang belakang dan neurologis
tidak ada kelainan dan curiga adanya patologi pada tulang MRI berguna ketika tulang belakang
dan neurologis tidak jelas ada kelainan atau tidak, ketika terdapat kondisi patologis pada medulla
spinalis atau jaringan, herniasi diskus postoperatif, atau ketika curiga ada penyebab infeksi atau
neoplastik. Myelografi berguna untuk melihat patologis dari akar saraf, terutama pada pasien
dengan operasi vertebra lumbal atau terpasang alat fiksasi metal. CT myelografi memberikan
gambaran visual yang memadai untuk melihat kompresi neural atau araknoiditis ketika pasien
menjalani beberapa operasi tulang belakang dan ketika operasi dianjurkan sebagai pengobatan
untuk kanalis stenosis spinal dan foraminal. Ketika terjadi nyeri pada tungkai bawah dan
pemeriksaan radiologis tidak mampu memberikan informasi yang cukup, klarifikasi dapat
dilakukan dengan EMG, tes SSEP (Somatosensory evoked potential) atau blok dari akar saraf
selektif.
1.8. Tatalaksana LBP
Secara umum, tatalaksana non operatif dapat dibagi menjadi 3 fase berdasarkan durasi
dari gejala. Tatalaksana nonoperatif utama terdiri dari terapi fisik secara pasif selama fase akut
dari penyembuhan jaringan (<6 minggu). Tatalaksana sekunder meliputi edukasi perawatan
tulang belakang dan olahraga aktif selama fase subakut antara 6-12 minggu dengan terapi fisik.
Setelah 12 minggu apabila pasien tetap mengalami gejala, tatalaksana focus kepada perawatan
interdisipliner menggunakan metode cognitive-behavioral untuk mengetahui keadaan fisik dan
psikologis dan disabilitas yang berkembang sebagai akibat dari nyeri spinal kronik dan disfungsi.
Ketika nyeri tulang belakang menetap sehingga mencapai fase kronik, intervensi terapeutik
bergeser dari istirahat menjadi aktivitas fisik dan restorasi fisik. Bed rest dapat dianjurkan untuk
nyeri spinal kronik untuk mengobati gejala eksaserbasi berat. Injeksi terapeutik, terapi manual,
dan terapi lain harus digunakan sebagai adjuvant untuk mengurangi nyeri sehingga latihan
kekuatan dan fleskibilitas tetap berjalan. Ketika nyeri spinal terjadi secara kronis atau rekuren,
traksi atau modalitas seperti panas atau dingin dapat diberikan secara mandiri oleh pasien untuk
mengurangi secara temporer. Terapi fisik, medis, dan pembedahan rasional dapat ditentukan
dengan menentukan patoanatomi dan penyebab nyeri. Cedera spinal akut diatasi dengan
mengeliminasi stressor biomekanik, menggunakan istirahat jangka pendek, ditambah dengan
terapi fisik dan farmakologi yang ditujukan untuk lesi nosiseptif atau neuropati. Paradigma
mengenai eliminasi dari aktivitas atau beban kausatif biomekanik adalah bed rest. Bed rest
biasanya dipilih sebagai terapi efektif untuk nyeri punggung akut. Namun, 2 hari bed rest untuk
LBP akut telah dibuktikan seefektif seperti bed rest selama 7 hari. Bed rest berkepanjangan dapat
berefek secara fisiologis, yang menyebabkan hipomobilitas sendi, pemendekan jaringan,
penurunan kekuatan otot, penurunan ketahanan kardiopulmonal, dan kehilangan kandungan
mineral dari tulang. Untuk alasan tersebut dan karena inaktivitas dapat menyebabkan perilaku
abnormal penyakit, bed rest dihindari ketika menangani kondisi spinal kronik. Farmakologi oral
bertujuan untuk penyebab nyeri sentral dan perifer yang ditentukan melalui tipe nyeri (nosiseptif
dan atau neuropati).
Terapi farmakologis oral yang dapat diberikan adalah:
- NSAID
- Spasmolitik
- Anti epileptik (nyeri neuropati)
- Anti depresan
- Analgesik opioid
- Terapi topikal (lidocaine patch)
Prosedur intervensi spinal seperti anestetik lokal, kortikosteroid, atau bahan lain dapat
diinjeksikan ke jaringan yang nyeri, facet joints, akar saraf, atau ruang epidural. Prosedur
tersebut juga dapat diberikan secara intratekal. Injeksi terapeutik digunakan untuk mengatasi
nyeri akut atau eksaserbasi dari nyeri kronis, yang dapat membantu pasien tetap dapat berjalan,
mengikuti program rehabilitasi, menurunkan kebutuhan akan analgesik, dan menghindari
operasi. Injeksi lokal ke jaringan paravertebral, secara spesifik terhadap titik picu myofascial
sangat dianjurkan. Injeksi juga bisa digunakan untuk mengiritasi jaringan yang sensitif terhadap
nyeri untuk menentukan apakah jaringan tersebut merupakan penyebab nyeri. Penempatan
kontras atau normal salin dapat memicu pola nyeri yang sama seperti keluhan utama pasien.
Prosedur intervensi spinal yang lain meliputi:
- Medial branch blocks
- Radiofrequency medial branch neurotomy
- Sacroiliac joint injections
- Epidural injections
- Epidural adhesiolysis
- Intradiskal therapies
- Vertebral augmentation
- Spinal cord stimulation
- Implantable intrathecal drug administration systems
- Operasi (decompression laminectomy, interspinous distraction)
Terapi fisik untuk tulang belakang dapat dibagi menjadi terapi aktif dan pasif. Terapi pasif adalah
terapi yang biasa digunakan oleh fisioterapis seperti ultrasound, stimulasi otot elektrik, traksi,
heat and ice, dan terapi manual. Modalitas pasif sangat berguna apabila digunakan untuk terapi
jangka pendek dari nyeri punggung akut atau eksaserbasi dari LBP kronis. Jika memungkinkan,
perawatan secara mandiri dari modalitas sangat dianjurkan terutama untuk pasien dengan LBP
kronis. Korset dan brace adalah adjuvant jangka panjang untuk terapi. Traksi adalah preskripsi
medis untuk LBP dan tergabung dalam berbagai macam metode untuk mengobati kondisi tulang
belakang. Nyeri akut atau eksaserbasi dari LBP kronis merupakan indikasi. Terapi lain untuk
pasien dengan riwayat LBP kronis adalah manipulasi spinal yang secara analitik menguntungkan
untuk terapi nyeri vertebra aksial akut tanpa radikulopati atau defisit neurologis.
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya Low Back Pain dan cara mengurangi nyeri
apabila LBP telah terjadi, diantaranya adalah
1. Latihan Punggung Setiap Hari Dimana latihan ini bisa dilakukan sehari hari dengan
gerakan gerakan ringan, tekniknya adalah
a) Sikap dasar terlentang, gunanya untuk menguatkan otot gluteus maksimus,
mencegah hiperlordorsis lumbal. Tekniknya menekan punggung anda pada alas
sambil menegangkan otot perut dan kedua otot gluteus maksimus, pertahankan
selama 5 10 hitungan.
b) Lutut ke dada, gunanya untuk meregangkan otot punggung yang tegang dan
spasme. Tekniknya adalah tarik lutut ke dada bergantian semaksimal mungkin
tanpa menimbulkan rasa sakit, dipertahankan 5 10 detik, lakukan juga dengan
kedua lutut.
c) Meregangkan otot bagian lateral, gunanya untuk meregangkan otot lateral tubuh
yang tegang. Tekniknya adalah dengan tangan di bawah kepala dan siku
menempel pada alas, paha kanan disilangkan ke paha kiri kemudian tarik
kesamping kanan dan kiri sejauh mungkin, lakukan juga dengan meyilangkan
paha kiri di atas paha kanan.
d) Straight Leg Raising, gunanya untuk meregangkan dan menguatkan otot
hamstring dan gluteus. Tekniknya adalah satu lutut kanan di tekuk, kaki kiri
dinaikkan ke atas tanpa bantuan lengan dan tangan, pertahankan 5 10 detik,
ulangi sebaliknya.
e) Sit Up, gunanya untuk menguatkan otot perut dan punggung bawah. Tekniknya
adalah pelan pelan menaikkan kepala dan leher sehingga dagu menyentuh dada,
diterukan dengan mengangkat punggung bagian sampai kedua tangan mencapai
lutut (tangan diluruskan), sedangkan punggung bagian tengah dan bawah tetap
menempel pada dasar. 25
f) Hidung ke lutut, gunanya menguatkan otot perut dan meregangkan otot iliopsoas.
Tekniknya adalah dengan posisi menekuk, lutut secara bergantian ditarik sampai
ke hidung, pertahankan 5 10 detik, lakukan pada lutut satunya.
g) Gerakan gunting, gunanya untuk meregangkan dan menguatkan otot hamstring,
punggung, gluteus dan abdomen. Tekniknya adalah kedua tangan di belakang
kepala, tarik kedua tungkai ke atas kemudian kedua kaki disilangkan, tungkai
ditarik ke muka belakang bergantian, lakukan 10 kali, kemudian ke samping
kanan dan samping kiri.
h) Hipertekstensi sendi paha, gunanya untuk menguatkan otot gluteus dan punggung
bawah serta meregangkan otot fleksor paha. Tekniknya adalah dengan posisi
tengkurap, tungka ditarik keatas, ulangi pada kaku sebelahnya.
2. Memberikan edukasi
a) Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi
b) Jangan berdiri waktu lama, selingi dengan jongkok
c) Berdiri dengan satu kaki diletakkan lebih tinggi untuk mengurangi
hiperlordosis lumbal
d) Bila mengambil sesuatu di tanah atau mengangkat benda berat, jangan
langsung membungkuk, tapi regangkan kedua kaki lalu tekuklah lutut dan
punggung tetap tegak dan angkatlah barang tersebut sedekat mungkin
dengan tubuh
e) Waktu berjalan, berjalannya dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa
gesa
f) Waktu duduk, pilihlah tempat duduk yang, dengan kriteria busa jangan
terlalu lunak, punggung kursi berbentuk huruf S, bila duduk seluruh
punggung harus sebanyak mungkin 26 kontak dengan kursi, bila duduk
dalam waktu lama, letakkan satu kaki lebih tinggi dari yang satunya
g) Waktu tidur, punggung dalam keadaan mendatar (kurangi pemakain alas
kasur yang memakai alas dari per)
h) Saat olahraga, sebaiknya olahraga renang dan jogging.
DAFTAR PUSTAKA

Bimariotejo. (2009). Low Back Pain (LBP). Diambil 20 Februari 2010 dari
www.backpainforum.com
Bratton l. Assessment and Management of Acute Low Back Pain. America Family
physicians;1999
Czernicski, Im, Goldistein, B. General Consisderations Of Pain In Low Back, Hips, And Lower
Estremities, In Loeser, Id, Editor. Bonicas Management Of Pains. Philadolphia
Lippincott William And Willkins. 2001.

You might also like