You are on page 1of 25

Penyebab Hipertensi Dalam Kehamilan

Penyebab hipertensi pada sebagian besar kasus, tidak diketahui sehingga disebut hipertensi esensial.
Namun demikian, pada sebagian kecil kasus hipertensi merupakan akibat
sekunder proses penyakitlainnya, seperti ginjal; defek adrenal; komplikasi terapi obat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah:
1. Hipertensi esensial
2. Penyakit ginjal
Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang disebabkan
oleh faktor herediter, faktor emosi danlingkungan. Wanita hamil dengan hipertensi esensial
memiliki tekanan darah sekitar 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Gejala-gejala lain
seperti kelainan jantung, arteriosklerosis, perdarahan otak, dan penyakitginjal akan timbul setelah dalam
waktu yang lama dan penyakit terus berlanjut. Hipertensi esensial dalamkehamilan akan
berlangsung normal sampai usia kehamilan aterm. Sekitar 20% dari wanita hamil akan menunjukkan
kenaikan tekanan darah, dapat disertai proteinuria dan edema.
Faktor resiko hipertensi esensial dalam kehamilan adalah: wanita hamil multipara dengan usia lanjut dan
kasus toksemia gravidarum. Penanganan dilakukan saat dalam kehamilan dan
dalam persalinan.Penanganan dalam kehamilan meliputi: pemeriksaan antenatal yang teratur;
cukup istirahat; monitor penambahan berat badan; dan melakukan pengawasan ibu dan janin; pemberian
obat (anti hipertensi dan penenang); terminasi kehamilan dilakukan jika ada tanda-
tanda hipertensi ganas.
Penanganan dalam persalinan meliputi: pengawasan pada setiap kala persalinan; secsio sesarea
dilakukan pada wanita primitua dengan anak hidup. Prognosis untuk ibu dan janin kurang baik. Beberapa
nasehat yang dapat diberikan pada wanita hamil adalah: pemakaian alat kontrasepsi bagi wanita dengan
jumlahanak belum cukup.
Penyakit Ginjal Hipertensif
Penyakit ginjal dengan hipertensi dapat dijumpai pada wanita hamil dengan glomerulonefritis akut dan
kronik; pielonefritis akut dan kronik. Frekuensi kejadian sekitar 1% secara klinis dan secara patologi-
anatomi kira-kira 15%. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara: pemeriksaan urin lengkap dan
faal ginjal;pemeriksaan retina; pemeriksaan umum; pemeriksaan kuantitatif albumin air kencing dan
pemeriksaaandarah lengkap. Nasehat yang dapat diberikan ke pasien adalah:
pemerilksaan antenatal yang teratur;pengawasan pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi esensial.
2. Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.
3. Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
4. Pre-eklamsia.
5. Eklamsia.
Hipertensi esensial
Hipertensi pre-existing dikenal dengan hipertensi kronis atau esensial. Hipertensi esensial sudah dibahas
pada awal sub bab ini.
Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced
hypertension
Superimposed pregnancy-induced hypertension atau pre-eklamsia dapat terjadi
selama kehamilan.Komplikasi dari hipertensi esensial diindikasikan oleh ketidakmampuan tubuh untuk
mengompensasipatologi penyebab hipertensi yang menghambat darah menyuplai gas dan nutrien ke
jaringan dan organtubuh. Komplikasi lain yang mungkin timbul antara lain: gagal ginjal;
serangan vaskuler serebral (stroke); ensefalopati. Prognosis kondisi tersebut cenderung buruk.
Pregnancy-induced hypertension, PIH
Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH) adalah peningkatan tekanan
darah setelah minggu ke-20 kehamilan. Penyebab PIH belum diketahui, akan tetapi telah dihubungkan
dengan kasus pembesaran plasenta. Karena tekanan darah meningkat tanpa proteinuria, maka dapat
menjadi indikasi bahwa tubuh tidak mampu mengompensasi patologi sirkulasi yang berhubungan dengan
hipertensi esensial dengan vaskularisasi tambahan ke plasenta dan janin. Diagnosisnya apabila tekanan
darah diastolik > 110 mmHg pada setiap pemeriksaan atau 90 mmHg pada dua kali atau
lebihpemeriksaan, atau selang 4 jam. Penatalaksanaannya diperlukan pengawasan yang cermat
terhadap kondisi ibu dan janin. Pemeriksaan bagi ibu antara lain: pemeriksaan fisik lengkap; USG;
laboratorium darahdan urin. Sedangkan bagi janin adalah pemeriksaan abdomen; USG; kardiotokografi.
Pre-eklamsia
Pre-eklamsia juga dikenal sebagai hipertensi gestasional proteinurik, toksemia pre-eklamtik (TPE). Pre-
eklamsia merupakan gangguan multisistem yang bersifat spesifik terhadap kehamilan dan masa nifas.
Lebih tepatnya, penyakit ini merupakan penyakit plasenta.
Angka kejadian pre-eklamsia sekitar 6-8% dari semua kehamilan. Penyebab pre-eklamsia belum
diketahui secara pasti. Pre-eklamsia ditandai dengan gejala tekanan darah ? 140/90
mmHg, proteinuria dan edemapada wajah maupun tangan.
Pre-eklamsia terbagi menjadi pre-eklamsia ringan dan pre-eklamsia berat. Komplikasi pre-
eklamsia jangkapendek antara lain: gagal ginjal; eklamsia; stoke; kematian ibu; HELLP; DIC; dan masih
banyak lainnya.Penanganan pre-eklamsia sesuai dengan klasifikasinya.
Eklamsia
Eklamsia didefinisikan sebagai satu atau lebih kejang menyeluruh atau koma dalam kondisi pre-
eklamsiatanpa ada kondisi neurolig lain. Eklamsia dianggap sebagai tahap akhir pre-
eklamsia. Eklamsia dapat terjadi selama periode pranatal, intranatal, dan pascanatal. Yang paling
beresiko adalah
periode pascanatal.Komplikasi terjadinya eklamsia adalah kematian; perdarahan serebral; edema paru;
ARDS; gagal ginjal. Ibu dengan pre-eklamsia berat beresiko mengalami kejang berulang,
sehingga pencegahan dan penanganandapat dilakukan dengan pemberian Magnesium Sulfat secara
intravena.
Referensi
Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri. Obstetri Fisiologi Dan Obstetri Patologi. Jilid 1. Jakarta: EGC.
Hlm: 198-208.
Norwitz, Errol. 2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga. Hlm: 88-89.
Scott, James. Danforth, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Hlm: 202-213.
Wylie, Linda, 2010. Manajemen Kebidanan: Gangguan Medis Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC.
Hlm:13-41.
Image, hothealthonline.com
Kata Kunci
hipertensi dalam kehamilan, yhs-1, makalah hipertensi dalam kehamilan, toksemia
gravidarum, hipertensigravidarum, hipertensi pada kehamilan,
makalah hipertensi pada kehamilan, hipertensi kehamilan, makalah hipertensi pada ibu
hamil, askeb hipertensi dalam kehamilan,
penyebab hipertensi dalamkehamilan, kehamilan dengan hipertensi, asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan hipertensi, proteinuria,
patofisiologi hipertensi dalam kehamilan, hipertensi karena kehamilan, makalah hipertensi pada ibu
hamillengkap, laporan kasus hipertensi dalam kehamilan, kti hipertensi dlm kehamilan, konsep
teori hipertensigestasional, laoporan pendahuluan hipertensi gravidarum, hipertensi,
BPM hipertensi akibat kehamilan, contoh naskah komunikasi pada ibu
hamil hipertensi, hipertensi esensial atau superimpose.
http://www.lusa.web.id/hipertensi-dalam-kehamilan/
preeklamsi dan eklamsia
Pre-eklampsia (AS: preeklampsia) adalah suatu kondisi medis di mana timbul
hipertensi dalam kehamilan (kehamilan-induced hipertensi) dalam hubungannya
dengan jumlah signifikan protein dalam urin. Pre-eklampsia mengacu pada satu set
gejala bukan faktor penyebab, dan ada banyak penyebab yang berbeda untuk kondisi
tersebut. Tampaknya mungkin bahwa ada zat-zat dari plasenta yang dapat
menyebabkan disfungsi endotel di pembuluh darah ibu perempuan rentan. Sementara
tekanan darah elevasi adalah tanda yang paling terlihat dari penyakit itu, melibatkan
kerusakan pada endotel umum ibu, ginjal, dan hati, dengan rilis faktor vasokonstriksi
yang sekunder terhadap kerusakan asli.
Pre-eklampsia dapat berkembang dari 20 minggu kehamilan (itu dianggap onset dini
sebelum 32 minggu, yang dikaitkan dengan peningkatan morbiditas). Kemajuannya
berbeda antara pasien, kebanyakan kasus yang didiagnosis pra-panjang. Pre-eklampsia
juga dapat terjadi hingga enam minggu pasca-melahirkan. Selain operasi caesar atau
induksi persalinan (dan karenanya pengiriman plasenta), tidak ada obat dikenal. Ini
adalah yang paling umum dari komplikasi kehamilan yang berbahaya, itu dapat
mempengaruhi baik ibu dan anak yang belum lahir. dan gejala tambahan.
Pre-eklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia, ditandai dengan penampilan
tonik-klonik. Hal ini hanya terjadi sangat jarang.
Meskipun eklampsia adalah fatal, pra-eklampsia sering tanpa gejala, maka deteksi
tergantung pada tanda-tanda atau investigasi. Meskipun demikian, salah satu gejala
yang sangat penting karena sangat sering disalahartikan. Para nyeri epigastrium, yang
mencerminkan keterlibatan hati dan khas dari sindrom HELLP, mudah mungkin
bingung dengan mulas, masalah yang sangat umum kehamilan. Namun, tidak
membakar dalam kualitas, tidak menyebar ke atas menuju tenggorokan, terkait dengan
kelembutan hati, bisa menjalar sampai ke belakang, dan tidak berkurang dengan
memberikan antasida. Hal ini sering sangat parah, yang digambarkan oleh penderita
sebagai nyeri terburuk yang pernah mereka alami. Perempuan yang terkena tidak jarang
disebut sebagai dokter bedah umum menderita perut akut, misalnya kolesistitis akut.
Secara umum, tidak ada tanda-tanda pre-eklampsia adalah spesifik, kejang bahkan di
kehamilan lebih mungkin untuk memiliki penyebab lain selain eklampsia dalam praktek
modern. Diagnosis, oleh karena itu, tergantung pada kebetulan menemukan beberapa
pra-eklampsia fitur, bukti akhir yang regresi mereka setelah melahirkan.
Beberapa wanita mengalami tekanan darah tinggi tanpa proteinuria (protein dalam
urin), ini disebut Kehamilan-induced hypertension (PIH) atau hipertensi
gestasional. Kedua pre-eclampsia dan PIH dianggap sebagai kondisi yang sangat
serius dan memerlukan pemantauan yang cermat dari ibu dan janin.
Pre-eklampsia terjadi pada sebanyak 10% dari kehamilan, biasanya pada trimester
kedua atau ketiga, dan setelah minggu ke-32. Beberapa wanita akan mengalami pre-
eklampsia sedini 20 minggu, meskipun hal ini jarang terjadi. Hal ini jauh lebih umum
pada wanita yang hamil untuk pertama kalinya, dan frekuensi turun secara signifikan
pada kehamilan kedua. Sementara perubahan ayah pada kehamilan berikutnya
sekarang diduga menurunkan risiko, kecuali pada mereka dengan riwayat keluarga
hipertensi kehamilan, karena peningkatan usia ibu meningkatkan risiko telah sulit
untuk mengevaluasi bagaimana perubahan signifikan sebenarnya ayah dan penelitian
menyediakan data yang bertentangan tentang titik ini.
Pre-eklampsia juga lebih umum pada wanita yang telah ada sebelumnya hipertensi,
diabetes, penyakit autoimun seperti lupus, thrombophilias berbagai mewarisi seperti
Faktor V Leiden, atau penyakit ginjal, pada wanita dengan riwayat keluarga pra-
eklampsia, wanita gemuk, dan pada wanita dengan kehamilan multipel (kembar,
kembar tiga, dan banyak lagi). Risiko paling signifikan tunggal untuk mengalami pre-
eklampsia adalah telah memiliki pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya.
Pre-eklampsia juga dapat terjadi dalam periode pasca-partum segera. Hal ini disebut
sebagai "melahirkan pra-eklampsia." Waktu yang paling berbahaya bagi ibu adalah 24-
48 jam setelah melahirkan perhatian dan hati-hati harus dibayar untuk pra-eklampsia
tanda-tanda dan gejala.

hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi
sebelum atau timbul dalam kehamilan atau pada nifas. Golongan penyakit ini ditandai
dengan hipertensi dan sering disertai proteinuri, edema, kejang, koma, atau gejala-
gejala lain.

Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu penyebab terbesar
kematian ibu. Di Amerika Serikat, 1/3 dari kemtian ibu disebabkan karena penyakit
ini.di RSHS, pada tahun 1991-1994 ditemukan kejadian hipertensi pada kehamilan
sebanyak 5,8% dan 0,6% kejadian eklamsi. Penyakit hipertensi ini bisa menyebabkan
partus prematurus yang juga menyumbangkan peningkatan terhadap angka kematian
perinatal.
Klasifikasi :
1. Kehamilan yang menyebabkan Hipertensi - Hipertensi yang timbul sebagai akibat
kehamilan dan akan menghilang pada masa nifas, seperti :
Hipertensi tampa proteinuri atau edem
Preeklamsi dengan atau tampa proteinuri dan udem, yaitu preeklmsi ringan dan
preeklamsi berat
Eklamsi, yaitu kejang disertai atau tampa proteinuri dan udem
2. Hipertensi kronis yang mendahului kehamilan dan menetap pada masa nifas

3. Kehamilan yang memperburuk hipertensi Hipertensi yang sudah ada diperburuk


dengan adanya kehamilan, yaitu hipertensi yang diperberat dengan adanya pre
eklamsi dan eklamsi

4. Hipertensi sementara Hipertensi yang terjadi sementara, yang disebut juga


transient hipertensi

Pada beberapa keadaan ada hipertensi yang timbul pada trimester kedua atau lebih,
dan ditendai dengan kenaikan tekanan darah ringan tanpa mengganggu kehamilan.
Hipertensi semacam ini akan menghilang setelah persalinan tetapi dapat berulang
pada kehamilan berikutnya.

Adapun keadaan hipertensi pada kehamilan jika disertai dengan proteinuri dan udem
dinamakan preeklamsi. Jika ditambah pula dengan kejang maka dinamakan eklamsi.
Dalam pembahasan kali ini, preeklamsi dan eklamsi akan dijelaskan oleh rekan yang
lain.

Gejala dan tanda


Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam
kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak
tergantung keadaan emosional pasien.
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik 90 mmHg pada dua
pengukuran berjarak satu jam atau lebih.
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam hipertensi karena kehamilan dan
hipertensi kronik. Hipertensi karena kehamilan adalah jika hipertensi terjadi pertama
kali sesudah kehamilan 20mgg, selama persalinan, dan atau dalam 48 jam pasca
persalinan. Hipertensi kronik adalah jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20mgg.
Penanganan umum

1. Segera rawat
2. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat
penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.

3. Jika pasien tidak bernafas :


bebaskan jalan nafas,
beri O2 dengan masker,
intubasi jika perlu.
4. Jika pasien tudak sadar atau koma.
Bebaskan jalan nafas,
Baringkan pada satu sisi,
Ukur suhu,
Periksa apakah ada kaku tengkuk
5. Jika pasien syok :lihat penanganan syok

6. Jika ada perdarahan : lihat penanganan perdarahan.


Baringkan pada satu sisi,tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi secret,muntahan atau darah,
Bebaskan jalan nafas,
Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah,
Fiksasi,untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur.
7. Jika kejang, baringkan pada satu sisi tempat tidur, arah kepala ditinggikan
sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah.
Bebaskan jalan nafas. Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah.
Piksasi, untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur.

Peran bidan dalam kehamilan

Hal hal yang harus bidan lakukan dalam pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan :
1. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan, termasuk
pengukuran tekanan darah dengan teknik yang benar.
2. Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari.
3. Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk atau berbaring dengan
posisi yang sama pada tiap kali pengukuran ( Letakkan tensimeter di tempat yang
datar setinggi jantung ibu hamil dan gunakan ukuran manset yang sesuai)
4. Catat tekanan darah
5. Jika tekanan darah diatas 140/90 mmhg atau peningkatan diastole 15 mmhg atau
lebih (sebelum 20 minggu),ulangi pengukuran tekanan darah dalam 1 jam.Bila tetap
maka berarti ada kenaikan tekanan darah.Periksa adanya edema terutama pada wajah
atau pada tungkai baeah /tulang kering atau daerah sacral.
6. Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urin terhadap
albumin pada setiap kali kunjungan.
7. Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika : Tekanan darah sangat tinggi, kenaikan
tekanan darah naik secara tiba- tiba,berkurangnya air seni( sedikit dan berwarna
gelap),edema berat yang timbul mendadak,khususnya pada wajah/daerah sacral
8. Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema sedangkan doker tidak mudah dicapai
maka pantaulah tekanan darah, periksa protein urin terhadap protinuria dan denyut
jantung janin dengan seksama pada keesokan harinya atau sesudah 6 jam istirahat.
9. Jika tekanan darah tetep naik ,rujuk untuk pemeriksaan lanjutan walaupun tidak
edema atau proteinuria.
10. Jika tekanan darah kembali normal atau kenaikannya kurang dari 15 mmhg:
Beri informasi atau penjelasan pada ibu hamil ,suami atau keluarga tentang tanda-
tanda eklamsia yang mengancam ,khususnya sakit kepala ,pandangan kabur, nyeri ulu
hati dan pembengkakan pada kaki/punggung/wajah.
Jika tanda-tanda diatas ditemukan segera rujuk ke rumah sakit
11. Bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga.
12. Catat semua temuan pada KMS ibu hamil / buku KIA.
PENANGANAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
PADA BERBAGAI TINGKAT PELAYANAN

POLINDES
1. Rawat jalan 1 x seminggu
2. Pantau tekanan darah proteinuria, kesejahteraan janin
3. Tunggu persalinan aterm
PUSKESMAS
1. Rawat jalan 1 x seminggu
2. Pantau tekanan darah proteinuria, kesejahteraan janin
3. Tunggu persalinan aterm
4. Jika keadaan memburuk tangani sebagai preeklamsia
RUMAH SAKIT
1. Kendalikan hipertensi seperti pada preeklamsia
2. Terminasi kehamilan jika terjadi PEB
Hal hal yang harus diperhatikan atau diingat
Tekanan darah harus diukur dengan seksama, sebaiknya pada lengan kiri dalam posisi
duduk atau berbaring dengan punggung kiri ditinggikan dengan bantal.
Jangan membaringkan ibu hamil terlentang pada punggungnya karena dapat
menyebabkan pingsan atau hasil pengukuran tekanan darah yang salah
Baca angka pada tensimeter setinggi mata, bila menggunakan tensimeter air raksa.
Gunakan ukuran manset yang tepat sedikitnya 80% manset dapat melingkari lengan,
dengan selang manset dibagian dalam,tepi bawah manset 2 cm diatas lipatan siku.
Guinakan stetoskop dengan benar bagian telinga harus terpasdang dengan baik.
Periksa apakah semua peralatan bekerja dengan baik
Catat tekanan sistol dan diastol.
Penatalaksanaan persalinan pada pasien dengan hipertensi
1. Hipertensi essensial, persalinan dengan induksi yang disusul sterilisasi atau melakukan
abortus medisinalis. Dengan pertimbangan janin akan mati jika tetap dipertahankan
dan prognosa ibu makin lama semakin memburuk.
2. Preeklamsia ringan, masih bisa ditangani oleh bidan dengan pemantauan intensif
tekanan darah. Apabila terjadi peningkatan tekanan diastolik yang berarti segera
rujuk.
3. Preeklamsia berat, bisa dilakukan dengan perawatan aktif. Kehamilan segera
diterminasi didahului dengan pemberian terapi medisinalis. Dan segera rujuk ke
fasilitas yang lebih lengkap.
4. Eklamsia, terminasi kehamilan.
Pre-Eklampsi (ASKEB 4
Patologis)
JUNE 22, 2014MUTHIAHALVIRA

Tentang
PRE EKLAMPSIA

OLEH :
KHAIRATUN NISA
12211288
MUTHIAH WINALYAN ALVIRA
12211296

DESEN PEMBIMBING :
DEVI SYARIEF S.SiT M.KEB

STIKes MERCU BAKTI JAYA PADANG

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pre eklampsia.
Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
contoh tauladannya bagi manusia untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.
Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini. semoga adanya saran dan kritikan
yang bersifat membangun dari pembaca makalah ini dan penulis mohon maaf atas segala
kekurangan yang terdapat dalam pembuatan tugas ini.
Harapan penulis adalah agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan
institusi pendidikan.

Padang, 25 maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan
.. 3
Bab II : Pembahasan
.. 5

Bab III : Penutup


27
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi yaitu
(AKI) 307 per 100 kelahiran hidup, dan (AKB) 35 per 1000 kelahiran hidup, lebih dari 90%
penyebab kematian ibu dan bayi karena komplikasi obstetrik dimana komplikasi ini tidak bisa
diduga sebelumnya. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000
kelahiran hidup (www.Kompas.com).
Di Indonesia penyebab utama kematian ibu selain perdarahan dan infeksi juga pre-eklampsia.
Oleh karena itu diagnosis dini pre-eklampsia, yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia,
serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Perlu ditekankan bahwa sindroma pre-eklampsia ringan dengan hipertensi, edema, proteinuria
sering tidak di ketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa
disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre-eklampsia. (Sarwono, 2005)
Preeklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan penyebab utama kematian
ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia. Sehingga diagnosis dini
preeklampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaannya harus
diperhatikan dengan seksama. Disamping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara
rutin untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting dalam
usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain (Sudinaya, 2003).
Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras dan etnis. Disamping
itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga faktor lingkungan. Sebagai contoh,
dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di Colorado meningkatkan insiden preeklampsia. Beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa wanita dengan sosio ekonominya lebih maju jarang terkena
preeklampsia. Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida dibandingkan multigravida.
Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi terjadinya preeklampsia meliputi hipertensi kronik,
kelainan faktor pembekuan, diabetes, penyakit ginjal, penyakit autoimun seperti Lupus, usia ibu
yang terlalu muda atau yang terlalu tua dan riwayat preeklampsia dalam keluarga (Cunningham,
2003).
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus pre-eklampsi selama kehamilan
sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut
b. Tujuan Khusus
Mengetahui apa itu pre-eklampsi dalam kehamilan
Mengetahui etiologi pre-eklampsi dalam kehamilan
Mengetahui patofisiologi preeklampsi dalam kehamilan
Mengetahui jenis-jenis dan penanganan pre-eklampsi dalam kehamilan
Mengetahui factor resiko pre-eklampsi dalam kehamilan
Mengetahui diit pre-eklampsi dalam kehamilan
Mengetahui tanda dan gejala pre-eklampsi dalam kehamilan
Mengetahui komplikasi pre-eklampsi dalam kehamilan
C. MANFAAT
Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga
dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan
BAB II
ISI

A. PENGERTIAN PRE-EKLAMPSI DALAM KEHAMILAN


Pre-eklampsia adalah suatu sindroma khas kehamilan berupa penurunan perfusi organ akibat
vasospasme dan pengaktifan endotel. (Williams, 2009)

Dan merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan selama masa nifas
yang terdiri atas trias gejala, yaitu hipertensi, proteinuria, dan edema.(Yulaikhah, 2008)

Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda tanda hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke3 pada kehamilan tetapi dapat
terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Prawirohardjo,2005).

Preeklamsi merupakan penyakit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,intra, dan
postpartum. Dari gejala klinik preeklamsia dapat menjadi preeklamsia ringan dan berat
(Sarwono,542:2008).

Preeklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa
nifas yang terdiri dari trias yaitu proteinuri, hipertensi,dan edema, yang kadang-kadang disertai
konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskular
atau hipertensi sebelumnya ( Mochtar, 2007).

B. ETIOLOGI

Penyebab preeklamsia saat ini tak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang
dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori
yang dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeklamsia disebut juga disease of
theory, gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori.

a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan


Pada preeklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskular, sehingga terjadi penurunan
produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktifasi penggumpalan
dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifasi trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
b. Peran Faktor Imunologis
Menurut Rukiyah (2010), Preeklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul
lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin
sempurna pada kehamilan berikutnya. Beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada
penderita PE-E. Beberapa wanita dengan PE-E mempunyai komplek imun dalam serum,
beberapa studi juga mendapatkan adanya aktifasi sistem komplemen pada PE-E diikuti
proteinuria.

c. Faktor Genetik
Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E antara lain:
preeklamsia hanya terjadi pada manusia
terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak-anak dari ibu yang
menderita PE-E
kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat
PE-E dan bukan pada ipar mereka
peran renin-angiotensin-aldosteron sistem (RAAS).
Yang jelas preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil, disamping
infeksi dan perdarahan, Oleh sebab itu, bila ibu hamil ketahuan beresiko, terutama sejak awal
kehamilan, dokter kebidanan dan kandungan akan memantau lebih ketat kondisi kehamilan
tersebut.
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklamsia . Faktor-faktor tersebut antara lain,gizi buruk, kegemukan, dan gangguan aliran
darah kerahim. Faktor resiko terjadinya preeklamsia, preeklamsia umumnya terjadi pada
kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 40
tahun. Faktor resiko yang lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum
kehamilan, riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya, riwayat preeklamsia pada ibu atau
saudara perempuan, kegemukan,mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis,
kelainan ginjal, lupus atau rematoid artritis.

C. PATOFISIOLOGI
Vasokontrisik merupakan dasar patogenesis PE-E. Vasokontrisi menimbulkan peningkatan total
perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokontrisi juga akan menimbulkan
hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadinya kerusakan endotel, kebocoran arteriole
disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu Hubel (1989) mengatakan bahwa
adanya vasokontriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi
uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia / anoksia
jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidase itu
sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan
mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak
jenuh yang menghasilkan Peroksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas.
Apabila kesinambungan antara peroksidase terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih
dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut stress oksidatif.
Pada PE-E serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya
peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion
tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak
beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai
kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel sel endotel yang akan mengakibatkan
rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara
lain : adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasama,
terlepasnya ezim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit, produksi
prostasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksin, terjadinya
hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.

D. JENIS JENIS PREEKLAMSIA


a. Preeklamsia Ringan
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui
secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai maladaptation syndrome akibat vasospasme general
dengan segala akibatnya.

Gejala klinis preeklamsia ringan meliputi :


Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan
darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang
160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai 110 mmHg
Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2
(+2)
Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.

Pemeriksaan dan Diagnosis untuk menunjang keyakinan bidan atas kemungkinan ibu mengalami
Preeklamsia ringan jika ditandai dengan :
Kehamilan lebih 20 minggu ; kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan
pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan
2 kali setelah istirahat 10 menit)
Edema tekan pada tungkai (pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tangan
Proteinuria lebih 0,3 gr/liter/24 jam, kualitatif +2

Penanganan Preeklamsia Ringan dapat dilakukan dengan dua cara tergantung gejala yang timbul
yakni :
1. Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklamsia ringan, dengan cara : ibu dianjurkan banyak
istirahat (berbaring,tidur/miring), diet : cukup protein, rendah karbohidrat,lemak dan garam;
pemberian sedativa ringan : tablet phenobarbital 330 mg atau diazepam 32 mg/oral selama 7
hari (atas instruksi dokter); roborantia; kunjungan ulang selama 1 minggu; pemeriksaan
laboratorium: hemoglobin, hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati,
fungsi ginjal.
2. Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan kriteria : setelah dua
minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala
preeklamsia; kenaikan berat badan ibu 1kg atau lebih/minggu selama 2 kali berturut-turut (2
minggu); timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.

Bila setelah satu minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka preeklamsia ringan
dianggap sebagai preeklamsia berat. Jika dalam perawatan dirumah sakit sudah ada perbaikan
sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi
baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.

Perawatan obstetri pasien preeklamsia ringan :


1. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) : bila desakan darah mencapai normotensi selama
perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm; bila desakan darah turun tetapi belum mencapai
normotensi selama perawtan maka kehamilanya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu
atau lebih.
2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) : persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan
atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan paa taksiran tanda persalinan.Cara persalinan
: persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II.
b. Preeklamsia Berat
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih.

Gejala dan tanda preeklamsia berat :


Tekanan darah sistolik >160 mmHg
Tekanan darah diastolik >110 mmHg
Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
Trombosit <100.000/mm3
Oliguria 3 gr/liter
Nyeri epigastrum
Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
Perdarahan retina
Odem pulmonum

Penyulit lain juga bisa terjadi yaitu, kerusakan organ-prgan tubuh seperti :
Gagal jantung
Gagal ginjal
Gangguan fungsi hati
Gangguan pembekuan darah
Sindroma HELLP
Bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu, atau keduanya apabila preeklamsia tidak segera
diatasi dengan baik dan benar.

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pereklamsia berat selama
perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medicinal
Perawatan Aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan Nonstress test (NST) dan Ultrasonografi
(USG), dengan indikasi :
Ibu : usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsi,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan 24
jam perawatan edicinal, ada gejala gejala status duo ( tidak ada perbaikan ).
Janin : hasil fetal assessment jelek ( NST & USG ) : adanya tanda Intra Uterine Growt
Retardation (IUGR)
Hasil Laboratorium : adanya HELP Syndrome (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia

b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal.


1. Pengobatan medisinal pasien preeklamsia berat (dilakukan di rumah sakit dan atas instruksi
dokter), yaitu : segera masuk rumah sakit, tirah baring miring ke satu, tanda vital diperiksa setiap
30 menit, refleks patela setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus
RL (60-125 cc/jam), berikan antasidan, diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam,
pemberian obat anti kejang : MgSO4, diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda tanda
edema paru, payah jantung kongesif atau edema anasrka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM
2. Antihipertensi diberikan bila : tekanan darah sistolik labih dari 180 mmHg, diastolik lebih dari
110 mmHg atau
3. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat antihipertensi
parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc
cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
4. Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan tablet anti hipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual
maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri,1997)
5. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda tanda menjurus payah jantung,
diberikan digitalis cepat dengan cedilanid D.
6. Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam/jantung, mata; obat-obat antipiretik diberikan bila
suhu rectal lebih 38,50c dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau
xylomidon 2cc IM; antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicilin 1 gr/6jam/IV/hari; anti
nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL
50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.

c. Pereklamsia Berat Pada Persalinan


Penanganan ibu dengan preeklamsia berat pada saat persalinan, dilakukan tindakan dirawat inap
antara lain :
1. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi; berikan diet rendah garam, lemak dan
tinggi protein; berikan suntikan MgSO4 8 gr IM, 4 gr di bokong kanan dan 4 gr di bokong kiri.
Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patela +, diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi
16x/menit dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul 10cc; infus
dektros 5% dan Ringer Laktat; berikan obat antihipertensi : injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan
selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 31/2 tablet atau 21/2 tablet sehari; diuretika tidak
diberikan, kecuali terdapat edema umum , edema paru, dan kegagalan jantung kongesif. Untuk
itu dapat disuntikkan 1 ampul IV Lasix; segera setelah pemberian MgSO4 kedua, dilakukan
induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin 10 satuan dalam
infus tetes(dilakukan oleh bidan atau dokter).
2. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi vakum atau forceps, jadi ibu
dilarang mengedan (dilakukan oleh dokter ahli kandungan); jangan berikan methergin
postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri; pemberian MgSO4 kalu
tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam
postpartum.
3. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio caesarea, perhatikan bahwa : tidak ada
koagulopati; anestesi yang aman atau terpilih adalah anestesi umum jangan lakukan anstesi lokal,
sedang anestesi spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh dokter ahli kandungan).
4. Jika anestesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan persalinan
pervaginam. Jika servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml dextrose
10 tetes/menit atau dengan prostaglandin (atas intruksi dokter boleh diberikan oleh bidan).

Pengobatan obstetric
1. Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu
a. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal
heart monitoring.
b. Seksio sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila : fetal assesmant jelek. Syarat
tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai bishop kurang dari 5) atau adanya kontraindikasi tetesan
oksitosin; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif. Pada primigrafida
lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.

2. Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu


Kala I fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria; fase aktif :
amniotomi saja, bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkapmaka dilakukan
seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin.

Kala II : pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikandengan partus buatan.
Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang kurangnya 3 menit setelah pemberian
pengobatan medicinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan,
terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
3. Perawatan preeklampsi berat pada post partum
Pemberian anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang berakhir; teruskan
terapi anti hipertensi jika tekana diastolic masih >10 mmHg; pantau jumlah urin.

4. Cara pemberian MgSO4


a. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4 IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam
25 cc larutan MgSO4 (3-5 menit). Diikuti segera 4 gr dibokong kiri dan 4 gr di bokong kanan
(40% dalam 10cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. untuk mengurangi nyeri dapat diberikan
1cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
b. Dosis ulangan : diberikan 4 gr IM 40% setelah pemberian dosis awal lalu dosis ulangan
diberikan 4 gr IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
c. Syarat-syarat pemberian MgSO4; tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium glokonas 10%, 1
gr (10% dalam cc) diberikan intravena dalam 3 menit; reflex patella positif kuat; frekuensi
pernafasan lebih 16 kali permenit; produksi urine lebih 100cc dalam 4 jam sebelum (0,5 cc/kg
BB/jam).
d. MgSO4 dihentikan bila : ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, reflex
fisiologi menurun, fungsi hati terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat
menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernafasan karena ada serum 10U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Reflex fisiologi menghilang pada kadar 8-
10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernfasan dan lebih 15 mEq/liter
terjadi kematian jantung.
e. Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfatt : hentikan pemberian magnesium sulfat
berikan calcium glukosa 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit; berikan
oksigen; lakukan pernafasan buatan.
f. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan
(normotensif).

E. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor risiko pada preeklamsia antara lain primi gravida (kehamilan pertama kali), usia,
obesitas, kehamilan dengan bayi kembar, riwayat hipertensi pada keluarga, serta adanya
hipertensi esensial (Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan), diabetes mellitus, dan
penyakit ginjal pada pasien. Penderita lupus juga mempunyai risiko terjadinya preeklamsia.
Preeklamsia juga dapat berulang, sehingga riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya,
dapat menjadi faktor risiko.
Riwayat Preeklampsia
Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat (blocking
antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
Kegemukan
Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi kembar
atau lebih.
Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik, diabetes, penyakit
ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis atau lupus.

F. DETEKSI DINI

Karena preeklampsi tidak dapat dicegah, yang terpenting adalah bagaimana penyakit ini dapat
dideteksi sedini mungkin. Deteksi dini didapatkan dari pemeriksaan tekanan darah secara rutin
pada saat pemeriksaan kehamilan. Karena itu pemeriksaan kehamilan rutin mutlak dilakukan
agar preeklampsi dapat terdeteksi cepat untuk meminimalisir kemungkinan komplikasi yang
lebih fatal. Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan dengan seksama, dan usahakan dilakukan
oleh orang yang sama mialnya bidan atau dokter.

G. DIET PREEKLAMSIA

Ciri khas dari diet preeklampsi memperhatikan asupan garam dan protein. Tujuan dari pemberian
diet preeklampsi dengan tujuan : mencapai dan mempertahankan status gizi optimal, mencapai
dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal, mencegah dan mengurangi retensi garam
dan air/cairan, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga agar mencegah timbulnya factor
resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah persalinan.
Syarat diet pada preeklampsi harus diperhatikan : energy dan zat gizi yang diberikan secara
bertahap sesuai dengan kemempuan pasien dalam menerima makanan; penambahan energy tidak
melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil, garam diberikan rendah sesuai dengan
berat ringanya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan dibawah 3 kg/bulan
atau dibawah 1 kg/minggu; protein tinggi (1 -2 gram/kgBB); pemberian lemak sedang,
sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda; vitamin cukup;
vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi; mineral cukup terutama calcium dan kalium;
bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien; cairan diberikan 2500 ml/hari.
Pada keadaan Oliguria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urine,
muntah, keringat dan pernafasan.
Ada 3 macam pemberian diet untuk preeklampsi yaitu :

1. Diet preeklampsi I, diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsi berat. Makanan
diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan diberikan paling
sedikit 1500 ml sehari peroral dan kekurangannya diberikan secara parenterl. Karena makanan
ini kurang mengandung zat gizi dan energy, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.

2. Diet preeklampsi II diberikan kepada preeklampsi yang penyakitnya tidak terlalu berat atau
sebagai makanan peralihan dari diet preeklampsi I. makanan diberikan dalam bentuk saring atau
lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. dalam diet ini makanan yang diberikan cukup
mengandung energy dan zat gizi lainnya.

3. Diet preeklampsi III diberikan kepada pasien dengan preeklampsi ringan atau sebagai
peralihan dari diet preeklampsi II. Pada diet ini makanan mengandung protein tinggi dan rendah
garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet jumlah energy harus
disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini
makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energy.

H. TANDA DAN GEJALA


a. Hipertensi
Gejala yang terlebih dahulu timbul ialah hipertensi yang terjadi secara tiba-tiba, sebagai batas
diambil tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg, tapi juga kenaikan sistolik 30
mmHg atau diastolik 15 mmHg diatas tekanan yang biasa merupakan petanda.
Tekanan darah sistolik dapat mencapai 180 mmHg dan diastolik 11o mmHg, tetapi jarang
mencapai 200 mmHg. Jika tekanan drah melebihi 200 mmHg maka sebabnya biasanya hipertensi
asensial.

b. Oedem
Timbulnya oedem didahului oleh pertambahan berat badan yang berlebihan. Pertambahan berat
0,5 kg pada seseorang yang hamil dianggap normal, tetapi jika mencapai 1kg per minggu atau 3
kg dalam satu bulan , preeklampsi harus dicurigai. Oedem ini tidak hilang dengan istirahat.

c. Proteinuria
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> positif 2 dengan cara
dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang dikumpulkan
sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam. Proteinuria didefinisikan
sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam.

d. Gejala-gejala subyektif
sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedem otak.
nyeri ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorhagia atau oedem atau sakit karena
perubahan pada lambung.
gangguan penglihatan, penglihatan menjadi kabur. Gangguan ini disebabkan karena
vasospasme, oedem atau ablasioretina.

I. KOMPLIKASI
Rendahnya aliran darah ke plasenta
Jika plasenta tidak mendapat oksigen yang cukup, maka janin pun akan kekurangan oksigen dan
kekurangan gizi, sehingga pertumbuhan bayi terhambat dan dapat lahir dengan berat badan
rendah.

Lepasnya plasenta dari rahim (Solusio plasentae)


Preeklamsia dapat menyebabkan plasenta lepas dari rahim sehingga terjadi perdarahan hebat
yang mengancam nyawa ibu dan janin.

Sindroma HELLP
HELLP merupakan singkatan dari hemolisis (pecahnya sel darah merah), meningkatnya enzim
hati, serta rendahnya jumlah platelet/trombosit darah . HELLP sindrom dapat secara cepat
mengancam kehamilan. Gejalanya antara lain mual, muntah, nyeri kepala, dan nyeri perut bagian
kanan atas.

Eklamsia
Eklamsia adalah kejang yang disertai dengan tekanan darah tinggi dan terdapat protein pada urin.
Merupakan komplikasi preeklampsia yang sangat berat dimana pasien dapat mengalami
penurunan kesadaran.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklamsi merupakan penyakit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,intra, dan
postpartum. Dari gejala klinik preeklamsia dapat menjadi preeklamsia ringan dan
berat.Preeklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam
masa nifas yang terdiri dari trias yaitu proteinuri, hipertensi,dan edema, yang kadang-kadang
disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan
vaskular atau hipertensi sebelumnya.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca,terutama tenaga kesehatan
(Bidan) serta Ibu hamil dapat menambah wawasan,pengetahuan mengenai preeklamsia yang
terjadi pada Masa Kehamilan dan Cara mengatasinya.Mudah mudahan makalah ini bermanfaat
bagi semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.dr.I.B.G.Manuaba,SP.OG(K),dr.I.A.ChandranitaManuaba,SP.OG,dr.I.B.G.Fajar Manuaba,S
p.OG;Pengantar Kuliah Obstetri;EGC
Buku Ajar Keperawatan Maternita,Edisi 4;EGC
Bobak, Margaret Duncan. 2000. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung : YIA-PKP
Cuningham, F. Gary.Dkk. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Rukiyah, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi.Jakarta : TIM
GAMBAR

1. Makalah asuhan kebidanan 4


(PATOLOGIS)
2.
About these ads

You might also like