Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita tinggi, hal tersebut
disebabkan oleh berbagai faktor yang salah satu penyebabnya adalah penyakit
terhadap bayi dan anak. Dengan demikian sebagai petugas kesehatan dalam usaha
menurunkan angka kesakitan, kematian tersebut sangat perlu mengetahui dan terampil
dalam pemberian imunisasi dalam upaya mencegah suatu penyakit tertentu (Depkes RI,
1992:48).
Setiap manusia tentu ingin anaknya sehat, terhindar dari penyakit, tetapi
bakteri, virus, fungus, protozoa, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang
meninggalkan kerusakan permanent. Hal ini di sebabkan tubuh manusia memiliki suatu
system imun yang memberikan respon dan melindungi tubuh terhadap unsur-unsur
pathogen tersebut (Kresno, 2001). Maka salah satu upaya yang bisa di lakukan orang tua
adalah dengan pemberian imunisasi sejak usia dini. Karena terbukti bahwa imunisasi
dapat mencegah penyakit infeksi dan mengurangi resiko kematian hingga 99%
(www.kompas.com).
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai
penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat.Pemberian imunisasi
merupakan tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi tertentu
seperti tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tubercoluse.atau
seandainya terkenapun, tidak memberikan akibat yang fatal bagi tubuh. Tanpa imunisasi
kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, sebanyak 2
dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, satu dari 100 kelahiran anak
akan meninggal karena penyakit tetanus, dan dari setiap 200.000 anak, satu akan
pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-perempatnya
dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita
menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu
102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka
neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk
tetanus, sepsis, pneumonia, diare), proporsi kematian karena tetanus neonatorum yaitu
terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2003 Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup
dan Angka Kematian Balita (AKABA) 46 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu faktor
penting dalam upaya penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Balita (AKABA) adalah dengan program imunisasi. Banyak penyakit menular yang dapat
menyebabkan kematian seperti difteri, tetanus, hepatitis B dan masih banyak penyakit
lainnya. Keberhasilan imunisasi ini dikarenakan sudah tersebarnya posyandu dan tenaga
kesehatan.Selain itu peran dari orang tua khususnya ibu-ibu sangat mendukung
pelaksanaan imunisasi.
Kendala utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam sistem
pengetahuan dan tidak adanya kebutuhan masyarakat pada imunisasi, jalan masuk ke
pelayanan imunisasi tidak adekuat, melalaikan peluang untuk pemberian vaksin dan
(Nelson, 2000).
masyarakat.Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap
Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting, karena
penggunaan sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan
ibu tentang kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi. Masalah pengertian dan
keikutsertaan orang tua dalam program imunisasi tidak akan menjadi halangan yang
pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut. (Muhammad
Ali, 2005).
Dalam hal ini peran orang tua, khususnya ibu menjadi sangat penting, karena
orang terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu.Demikian juga tentang pengetahuan,
kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada
bayi dan anak, sehingga dapat mempengaruhi status imunisasinya. Masalah pengertian,
pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi
halangan yang besar jika pendidikan dan pengetahuan yang memadai tentang hal itu
diberikan.
Berdasarkan data puskesmas Pasirnangka, dari jumlah bayi usia 0-12 bulan pada
tahun 2015 yang mendapatkan imunisasi dasar di desa Pasirnangka sebanyak 96,5%, desa
Pasir Bolang sebanyak 108,6%, desa Pete sebanyak 90,6%, desa Pematang sebanyak
83,2%, desa Matagara 100%, desa Tegal Sari 109 % dan di desa Cisereh sebanyak
95,8%.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin meneliti lebih lanjut,
apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan immunisasi dasar
pada bayi.
B. Rumusan masalah
pengetahuan, pendidikan, umur, dan jenis pekerjaan ibu.Pada umumnya semakin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin baik pula. Wilayah kerja puskesmas Pasirnangka
terdapat 7 desa, dan terdapat salah satu desa yang cakupannya masih rendah dibanding
desa lainnya, yaitu desa Pematang (83%). Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti
adakah hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di
Desa Pematang.
C. Tujuan penelitian
2. Distribusi frekuensi tingkat umur ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayiDs.
6. Hubungan antara umur ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi Ds. Pematang,
7. Hubungan antara pendidikan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di Ds.
8. Hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di Ds.
9. Hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di Ds.
1. Bagi Puskesmas
pada bayi, maka hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai bahan acuan atau
2. Bagi institusi
Penelitian ini dimaksudkan untuk bahan bacaan khususnya dalam bidang kepustakaan
immunisasi bayi.
3. Bagi ibu
immunisasi sangat penting bagi bayi untuk mencegah penyakit yang bisa dicegah
dengan imunisasi.
4. Bagi peneliti
Dengan diadakannya penelitian secara tepat maka dapat diketahui hasil yang relevan
Untuk menambah wawasan bagi peneliti lain tentang hasil penelitian lainnya yang
1. Lokasi penelitian
2. Waktu Penelitian
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Imunisasi
1. Pengertian
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang berbahaya
bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten (Depkes
RI, 2005).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
penyakit dengan cara memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau
dimatikan kedalam tubuh. Dengan memasukan kuman atau bibit penyakit tersebut, tubuh
dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan
atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap
serangan penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi
harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
Kata imun berasal dari bahasa latin imunitas yang berarti pembebasan
(kekebalan) yang diberikan kepasa para senior romawi selama masa jabatan mereka
terhadap kewajiban sebagai warga Negara biasa dan terhadap dakwaan. System imun
adalah suatu system dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang
dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda
asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya yang masuk kedalam tubuh, yang
semuanya disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk kedalam tubuh, maka
sebagai reaksi tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibody.
(ridwanamiruddin.wordprees.com)
menjadikan kebal terhadap penyakit. Sedangkan dalam ilmu kedokteran imunisasi yaitu
membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memberikan antigen atau
2. Tujuan Imunisasi
tertentu dari dunia, seperti imunisasi cacar bopeng (variola).Beberapa penyakit yang
dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus,
3. Jenis-jenis imunisasi
a. Imunisasi Pasif
Imunisasi ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir karena mendapatkan kekebalan
yang bersifat sementara dari ibunya melalui plasenta. Antibodi yang dihasilkan oleh
imunisasi pasif hanya mampu menahan penyakit infeksi selama kurang lebih 1-2
bulan saja.
b. Imunisasi Aktif
Imunisasi ini membentuk sendiri antibodi didalam tubuh dengan cara merangsangnya
Imunisasi aktif yang telah terbentuk dapat bertahan lebih lama dibandingkan
imunisasi pasif karena tubuh memiliki sel imun yang dapat mengingat kekebalan
jenis ini.Sel yang mengingat mikroorganisme tersebut dikenal sebagai limfosit
memori.
4. Jenis-jenis vaksinisasi
Semua vaksin mengandung zat aktif maupun zat tidak aktif (inaktif).Vaksin
mengandung zat aktif yang berupa antigen. Antigen adalah zat aktif yang merangsang
tubuh untuk membentuk kekebalan untuk melindungi tubuh terhadap infeksi pada masa
Dibuat dengan menggunakan virus hidup yang telah dilemahkan dengan tujuan
b. Vaksin mati
c. Toksoid
terhadap penyakit TBC (Tuberculosa).BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang
1) Vaksin BCG
sudah dilemahkan. Vaksin BCG ini akan merangsang tubuh membentuk zat
menjamin bayi atau anak terhindar dari serangan kuman TBC, tapi setidaknya
melindungi dari jenis penyakit TBC tulang dan paru atau TBC selaput otak.
dewasa yang mengandung kuman. Bila penderita batuk, bersin, dan berbicara,
udara sehingga bisa terhirup oleh anak atau dewasa lain disekitarnya.
Pada bayi dan anak, penyebaran kumannya lewat saluran nafas dan aliran
darah, akan menimbulkan radang paru dan radang selaput otak ( meningitis )
2) Cara Pemberian
jarum panjang.
musculus deltoideus)
3) Efek Samping
demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat
suntikkan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka
tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda
terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal,
4) Kontra indikasi :
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri.Batuk rejan atau pertusis, dan
tetanus secara bersamaan. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung
racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat
adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat
membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup (Alimul, 2008)
1) Difteri
Penyakit difteria disebabkan leh bakteri corynebacterium diphteriae, yang
pembengkakan pada amandel (tonsil), dan terlihat selaput putih kotor yang
makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan nafas. Tersumbatnya
(batuk/bersin).
anak berusia dibawah 15 tahun, dan merupakan penyebab umum kematian bayi
peradangan pada jantung yang disebut miokarditis. Otot jantung terkena toksin
normal, dan hal ini bias berakhir dengan kegagalan jantung memompa darah dan
2) Pertusis
Penyakit ini sering disebut sebagai batuk rejan atau batuk seratus hari,
yang melekat pada bulu getar saluran nafas sehingga mengganggu fungsi selaput
sehingga dapat menyebabkan bayi dan anak-anak susah untuk bernafas. Karena
penumpukan lender di saluran nafas, pada saat batuk muka menjadi merah atau
mengenai bayi berusia kurang dari 1 tahun) untuk terkena pertusis, termasuk
3) Tetanus
tetani, yang mengakibatkan kaku otot rahang, sehingga bayi dan anak tidak bisa
punggung, tungkai, dada, dan perut, sehingga bayi dan anak sulit bergerak,
Tetanus pada bayi baru lahir terjadi karena tali pusat terinfeksi oleh kuman
tetanus, akibat pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih.Pada
anak, bakteri ini masuk melalui luka dalam yang tidak diobati dengan baik.Pada
bayi baru lahir bakteri ini menyebabkan bayi sulit minum karena kekakuan otot
mulut dan badan yang kejang kaku.Keadaan ini dapat menimbulkan kematian
pada bayi yang terkena tetanus tersebut. Tetanus pada bayi baru lahir disebut
tetanus neonatorum. Pada anak dewasa juga dapat terjadi tetanus yang
menyebabkan kejang kaku, mulanya karena rangsangan sentuh, suara keras,
akhirnya bisa juga terjadi kejang spontan tanpa rangsangan apapun dapat saja
anak kejang. Anak dengan tetanus juga dapat terjadi kesulitan untuk makan dan
minum, selain itu tetanus juga dapat menyerang otak yang menyebabkan
kematian.
4) Cara Pemberian
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal
4 minggu (1 bulan).
5) Efek Samping
6) Kontra Indikasi
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak
yang menderita penyakit kejang demam kompleks, juga tidak boleh diberikan
kepada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan
dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imun).
c. Vaksin Poliomielitis
Imunisasi ini diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit
Yang mengandung virus polio tipe I, II, dan III, yang sudah di matikan(vaksin
Yang mengandung virus polio tipe I, II, dan III, yang masih hidup tetapi telah
di lemahkan (vaksin sabin), cara pemberiannya melalui mulut dalam bentuk pil
atau cairan.
Kedua jenis vaksin tersebut memberikan daya lindung yang sama besarnya.
1) Polio
serta cacat seumur hidup. Dan kelumpuhan ini sampai menyerang otot
2) Cara Pemberian
3) Efek Samping
4) Kontra Indikasi
Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak
yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita
d. Vaksin Campak
berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut steril yang
1) Campak
lewat percikan ludah melalui jalan nafas yang mengakibatkan demam tinggi,
penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare
berulang dan berkepanjangan pasca campak, syndrome radang otak pada anak
> 10 tahun, dan tuberculosis paru menjadi lebih parah setelah sakit campak
berat.
Penyakit campak ada di seluruh dunia, umumnya terjadi pada awal musim
terjadi tiap 2 4 tahun sekali, yaitu ketika meningkatnya jumlah anak yang
cakupan imunisasi rutin pada bayi umur 9 bulan, melalukan pemantauan secara
2) Cara Pemberian
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
3) Efek Samping
Setelah bayi atau anak disuntik vaksin ini biasanya akan timbul gejala
demam ringan dan muncul bercak merah di pipi di bawah telinga selama 3 hari
yang dapat terjadi 7-8 hari setelah vaksinisasi. Atau adanya pembengkakan di
bekas suntikan.
4) Kontra Indikasi
diinaktivasi dan bersifat non-infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam
ini merupakan suspensi berwarna putih yang diproduksi dari jaringan sel ragi yang
1) Hepatitis B
B. Cara penularan hepatitis B dapat melalui mulut, transfusi darah, dan jarum
suntik yang tercemar. Pada bayi cara penularannya adalah dari ibu melalui
Kelainan utama pada penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pada hati.
Virus hepatitis B yang masuk dalam tubuh akan berkembang biak di dalam
jaringan hati dan kemudian merusaknya. Gejala yang timbul dapat bervariasi
dari tanpa gejala sampai kelainan hati yang berat atau penyakit yang berjalan
mata, rasa lemah, mual, muntah, tidak nafsu makan dan demam.Daya proteksi
2) Cara Pemberian
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4
minggu (1 bulan)
3) Efek Samping
daerah penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hari.
4) Kontra indikasi
Tempat
Umur Vaksin Dosis
Pemberian
1. Pengetahuan
dan pemberantasan penyakit menular.Angka kematian bayi dan balita yang tinggi di
untuk mengatasi masalah ini adalah program pemberian imunisasi dasar bagi bayi dan
balita secara lengkap. Namun program ini masih mengalami hambatan, yaitu
penolakan dari orang tua.Penolakan orang tua dalam pemberian imunisasi ini
tingkat pengetahuan yang rendah, dan kesadaran yang kurang terhadap imunisasi.
mengetahui apa yang harus dilakukan. Dengan pengetahuan yang dimiliki ibu maka
anak dapat diberikan pencegahan secara dini terhadap penyakit- penyakit. Oleh
karena itu pengetahuan ibu sangat berpengaruh dengan kesehatan anak di kemudian
hari.
2. Pendidikan
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting karena suatu
Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oleh
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh
kembang anak karena dengan pendidikan yang lebih baik orang tua dapat menerima
menentukan baik buruknya derajat kesehatan anak, karena dengan bekal pendidikan
yang cukup seorang ibu banyak memperoleh informasi dan dapat memilih serta
menentukan pola hidup sehat bagi anak yang ada dirumah tangga tersebut. (Profil
a. Pendidikan Dasar
b. Pendidikan Menengah
c. Pendidikan Tinggi
3. Umur
Umur seorang ibu memang tidak terlalu memberi perbedaan terhadap status
imunisasi pada seorang anak, dikarenakan ibu dengan umur yang lebih tua tidak
semakin bertambah umur ibu dirinya semakin matang dalam mengambil keputusan-
4. Pekerjaan
perbedaan dalam status imunisasi anak apabila selain menjadi ibu rumah tangga, ibu
pun bekerja/mencari nafkah di luar rumah. Karena dengan bekerja di luar rumah,
waktu ibu pun akan tersita dengan kesibukan di tempat kerjanya, dan peran ibu yang
lakukan oleh orang lain. Berbeda dengan ibu yang hanya bekerja di rumah,
C. Kerangka Teori
Faktor Ibu
- Pengetahuan
- Pendidikan
- Usia
- Pekerjaan
Kelengkapan imunisasi
dasar pada bayi
Faktor Bayi
- Kondisi
kesehatan bayi
- Diare akut
- Dalam
pengobatan
steroid jangka
panjang
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Dengan berorientasi pada tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka kerangka
konsep dalam penelitian ini menjelaskan hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
Pengetahuan
Pendidikan
Kelengkapan
Umur ibu
immunisasi dasar
Pekerjaan
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur
berkaitan %
mendapatkan
ijazah
dilahirkan 3. > 30 th
sampai saat
berulang tahun
yang terakhir
uang rumah)
2. Tidak bekerja
- HB 3 kali apabila
atau lebih
immunisas
i dasar
yang tidak
didapat
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesa yang digunakan adalah hipotesa alternatif. Beberapa hipotesa yang akan
1. Ada hubungan antara umur ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di Desa
2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di
3. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di
4. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Cross Sectional yaitu penulis ingin mengetahui hubungan variable bebas dengan variable
terikat yang diobservasi sekaligus pada saat yang sama dengan objek yang berbeda.
1. Lokasi penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi 0 - 12 bulan di Desa Pematang.
2. Sampel
a. Kriteria Sampel
Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0 - 12 bulan di Desa
Pematang.
b. Besar Sampel
Karena keterbatasan waktu dan sumber daya yang ada pada peneliti maka besar
N = Z 1- /2 P (1-P)
Perhitungan:
N = Z 1- /2 P (1-P)
0,01
N = (3,8416) x 0,17
0,01
N= 0,68
0,01
N = 68 sampel
D. Etika Peneletian
Surat izin tersebut kemudian diberikan kepada kepala Puskesmas Pasirnangka. Kemudian
peneliti akan menjelaskan tujuan dari penelitian ini. Setelah mendapatkan persetujuan,
peneliti turun ke lapangan bersama bidan puskesmas ke Desa Pematang dan bekerjasama
dengan bidan desa Pematang kemudian memberikan kuesioner kepada ibu-ibu yang
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer meliputi
hubungan tingkat pengetahuan ibu yang melakukan imunisasi kepada bayinya terdiri dari
pengetahuan, pendidikan, usia dan pekerjaaan ibu. Data ini diperoleh dengan
menggunakan kuesioner.
F. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual yaitu dengan langkah sebagai berikut:
a. Editing
Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa dan memastikan bahwa semua
pertanyaan sudah terjawab, sehingga dapat menghasilkan data yang lebih akurat
b. Pengelompokan data
pengetahuan, pendidikan, usia dan pekerjaan ibu. Proses ini dilakukan untuk
memudahkan dalam menafsirkan serta menarik kesimpulan dari data yang telah
ada.
c. Tabulasi Data
frekuensi sehingga frekuensi dari setiap data berdasarkan variabel dan kategori
dapat diketahui.
G. Analisa Data
Pada hasil pengolahan data dilakukan analisa melalui dua tahap, yaitu:
a. Analisa univariat
masing variabel yang diteliti dan dihitung presentasinya, dihitung sebagai berikut:
f = X x 100%
Keterangan:
N= Jumlah sample
b. Analisa bivariat
x = N (ad bc)
(a+b)(b+d)(a+b)(c+d)
Df = (k-1) (b-1)
Keterangan:
x = Chi kuadrat
= Penjumlahan