You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita tinggi, hal tersebut

disebabkan oleh berbagai faktor yang salah satu penyebabnya adalah penyakit

menular.Padahal penyakit ini sebagian dapat dicegah dengan pemberian kekebalan

terhadap bayi dan anak. Dengan demikian sebagai petugas kesehatan dalam usaha

menurunkan angka kesakitan, kematian tersebut sangat perlu mengetahui dan terampil

dalam pemberian imunisasi dalam upaya mencegah suatu penyakit tertentu (Depkes RI,

1992:48).

Setiap manusia tentu ingin anaknya sehat, terhindar dari penyakit, tetapi

lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur pathogen, misalnya

bakteri, virus, fungus, protozoa, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada

manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang

meninggalkan kerusakan permanent. Hal ini di sebabkan tubuh manusia memiliki suatu

system imun yang memberikan respon dan melindungi tubuh terhadap unsur-unsur

pathogen tersebut (Kresno, 2001). Maka salah satu upaya yang bisa di lakukan orang tua

adalah dengan pemberian imunisasi sejak usia dini. Karena terbukti bahwa imunisasi

dapat mencegah penyakit infeksi dan mengurangi resiko kematian hingga 99%

(www.kompas.com).

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai

penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat.Pemberian imunisasi
merupakan tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi tertentu

seperti tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tubercoluse.atau

seandainya terkenapun, tidak memberikan akibat yang fatal bagi tubuh. Tanpa imunisasi

kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, sebanyak 2

dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, satu dari 100 kelahiran anak

akan meninggal karena penyakit tetanus, dan dari setiap 200.000 anak, satu akan

menderita penyakit polio.

Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals (MDGs), 2000)

pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-perempatnya

dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita

menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu

Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi

102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka

Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015.

Hasil SKRT 2001 (Survei Kesehatan Rumah Tangga) di Indonesia kematian

neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk

tetanus, sepsis, pneumonia, diare), proporsi kematian karena tetanus neonatorum yaitu

9,5% (Depkes RI, 2003).

Indonesia masih mengalami banyak masalah kesehatan yang cukup serius

terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Menurut Survey Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2003 Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup

dan Angka Kematian Balita (AKABA) 46 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu faktor

penting dalam upaya penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Balita (AKABA) adalah dengan program imunisasi. Banyak penyakit menular yang dapat

menyebabkan kematian seperti difteri, tetanus, hepatitis B dan masih banyak penyakit

lainnya. Keberhasilan imunisasi ini dikarenakan sudah tersebarnya posyandu dan tenaga

kesehatan.Selain itu peran dari orang tua khususnya ibu-ibu sangat mendukung

pelaksanaan imunisasi.

Kendala utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam sistem

perawatan kesehatan yaitu rendahnya kesadaran yang berhubungan dengan tingkat

pengetahuan dan tidak adanya kebutuhan masyarakat pada imunisasi, jalan masuk ke

pelayanan imunisasi tidak adekuat, melalaikan peluang untuk pemberian vaksin dan

sumber-sumber yang adekuat untuk kesehatan masyarakat dan program pencegahannya

(Nelson, 2000).

Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam

masyarakat.Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap

resiko dari beberapa vaksin.Adapula media yang masih mempertanyakan manfaat

imunisasi serta membesar-besarkan resiko beberapa vaksin (Muhammad Ali, 2005).

Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting, karena

penggunaan sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan

ibu tentang kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi. Masalah pengertian dan

keikutsertaan orang tua dalam program imunisasi tidak akan menjadi halangan yang

besar jika pendidikan yang memadai tentang hal itu diberikan.

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting.Karenanya suatu

pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut. (Muhammad

Ali, 2005).
Dalam hal ini peran orang tua, khususnya ibu menjadi sangat penting, karena

orang terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu.Demikian juga tentang pengetahuan,

kepercayaan, dan perilaku kesehatan ibu. Pengetahuan, kepercayaan, dan perilaku

kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada

bayi dan anak, sehingga dapat mempengaruhi status imunisasinya. Masalah pengertian,

pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi

halangan yang besar jika pendidikan dan pengetahuan yang memadai tentang hal itu

diberikan.

Berdasarkan data puskesmas Pasirnangka, dari jumlah bayi usia 0-12 bulan pada

tahun 2015 yang mendapatkan imunisasi dasar di desa Pasirnangka sebanyak 96,5%, desa

Pasir Bolang sebanyak 108,6%, desa Pete sebanyak 90,6%, desa Pematang sebanyak

83,2%, desa Matagara 100%, desa Tegal Sari 109 % dan di desa Cisereh sebanyak

95,8%.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin meneliti lebih lanjut,

apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan immunisasi dasar

pada bayi.

B. Rumusan masalah

Terkait hal tersebut diatas,kelengkapan immunisasi pada bayi menandakan

keberhasilan program immunisasi yang diantaranya dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan, pendidikan, umur, dan jenis pekerjaan ibu.Pada umumnya semakin tinggi

tingkat pendidikan maka semakin baik pula. Wilayah kerja puskesmas Pasirnangka

terdapat 7 desa, dan terdapat salah satu desa yang cakupannya masih rendah dibanding
desa lainnya, yaitu desa Pematang (83%). Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti

adakah hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di

Desa Pematang.

C. Tujuan penelitian

1. Distribusi frekuensi bayi yang mendapat immunisasi lengkap di Ds. Pematang,

Puskesmas Pasirnangka tahun 2016

2. Distribusi frekuensi tingkat umur ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayiDs.

Pematang, Puskesmas Pasirnangka tahun 2016

3. Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada

bayi di Ds. Pematang, Puskesmas Pasirnangka tahun 2016

4. Distribusi frekuensi jenispekerjaan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi

Ds. Pematang, Puskesmas Pasirnangka tahun 2016

5. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada

bayi di Ds. Pematang, Puskesmas Pasirnangka tahun 2016

6. Hubungan antara umur ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi Ds. Pematang,

Puskesmas Pasirnangka tahun 2016

7. Hubungan antara pendidikan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di Ds.

Pematang, Puskesmas Pasirnangka tahun 2016

8. Hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di Ds.

Pematang, Puskesmas Pasirnangka tahun 2016

9. Hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di Ds.

Pematang, Puskesmas Pasirnangka tahun 2016


D. Manfaat penelitian

1. Bagi Puskesmas

Dengan diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian immunisasi

pada bayi, maka hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai bahan acuan atau

pedoman dalam melaksanakan dan meningkatkan angka kecakupan pencapaian

immunisasi dasar pada bayi.

2. Bagi institusi

Penelitian ini dimaksudkan untuk bahan bacaan khususnya dalam bidang kepustakaan

yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, usia, pekerjaan dan kelengkapan

immunisasi bayi.

3. Bagi ibu

Sebagai bahan masukan yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu bahwa

immunisasi sangat penting bagi bayi untuk mencegah penyakit yang bisa dicegah

dengan imunisasi.

4. Bagi peneliti

Dengan diadakannya penelitian secara tepat maka dapat diketahui hasil yang relevan

sehingga dapat dijadikan masukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

5. Bagi peneliti lain

Untuk menambah wawasan bagi peneliti lain tentang hasil penelitian lainnya yang

dirasa sangat perlu untuk penelitian selanjutnya


E. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pematang, Puskesmas Pasirnangka

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Imunisasi

1. Pengertian

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan

memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang berbahaya

bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten (Depkes

RI, 2005).

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan

memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

terhadap penyakit tertentu (Hidayat.A.A, 2009).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu

penyakit dengan cara memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau

dimatikan kedalam tubuh. Dengan memasukan kuman atau bibit penyakit tersebut, tubuh

dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman

atau bibit penyakit penyerang tubuh (Sudarmanto, 2000).


Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan

memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang

mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti

kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan

atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain

diperlukan imunisasi lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena system

kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap

serangan penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi

harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat

membahayakan kesehatan dan hidup anak.

Kata imun berasal dari bahasa latin imunitas yang berarti pembebasan

(kekebalan) yang diberikan kepasa para senior romawi selama masa jabatan mereka

terhadap kewajiban sebagai warga Negara biasa dan terhadap dakwaan. System imun

adalah suatu system dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang

dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda

asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya yang masuk kedalam tubuh, yang

semuanya disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk kedalam tubuh, maka

sebagai reaksi tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibody.

(ridwanamiruddin.wordprees.com)

Imunisasi merupakan proses pengimunan yaitu proses, cara, perbuatan

menjadikan kebal terhadap penyakit. Sedangkan dalam ilmu kedokteran imunisasi yaitu
membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memberikan antigen atau

vaksin pada bayi dan anak.

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit pada seseorang dan mencegah

penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan menghilangkan penyakit

tertentu dari dunia, seperti imunisasi cacar bopeng (variola).Beberapa penyakit yang

dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus,

batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.

3. Jenis-jenis imunisasi

Berdasarkan mekanisme terbentuknya zat anti, imunisasi ada 2 macam, yaitu:

a. Imunisasi Pasif

Imunisasi ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir karena mendapatkan kekebalan

yang bersifat sementara dari ibunya melalui plasenta. Antibodi yang dihasilkan oleh

imunisasi pasif hanya mampu menahan penyakit infeksi selama kurang lebih 1-2

bulan saja.

b. Imunisasi Aktif

Imunisasi ini membentuk sendiri antibodi didalam tubuh dengan cara merangsangnya

dengan memberi antigen atau vaksin.

Imunisasi aktif yang telah terbentuk dapat bertahan lebih lama dibandingkan

imunisasi pasif karena tubuh memiliki sel imun yang dapat mengingat kekebalan
jenis ini.Sel yang mengingat mikroorganisme tersebut dikenal sebagai limfosit

memori.

4. Jenis-jenis vaksinisasi

Semua vaksin mengandung zat aktif maupun zat tidak aktif (inaktif).Vaksin

mengandung zat aktif yang berupa antigen. Antigen adalah zat aktif yang merangsang

tubuh untuk membentuk kekebalan untuk melindungi tubuh terhadap infeksi pada masa

yang akan datang. Antigen dapat berupa:

a. Vaksin yang dilemahkan

Dibuat dengan menggunakan virus hidup yang telah dilemahkan dengan tujuan

mengurangi virulensinya dengan tetap mempertahankan antigen yang diinginkan.

Contoh: vaksin polio, campak dan BCG

b. Vaksin mati

Dibuat dengan menggunakan bakteri/virus yang telah dinonaktifkan (dimatikan).

Contoh: vaksin rabies dan vaksin polio salk

c. Toksoid

Dibuat dengan menggunakan racun bakteri yang telah dilemahkan.

Contoh: tetanus dan difteri

d. Aseluler dan subunit

Dibuat dengan menggunakan hanya sebagian dari virus atau bakteri.

Contoh: hepatitis, dan haemofilus influenza tipe b (Hib)

5. Jenis Penyakit Yang Dapat Di Cegah Dengan Imunisasi


a. Vaksin BCG

Pemberian imunisasi BCG bertujuan untukpemberian kekebalan aktif

terhadap penyakit TBC (Tuberculosa).BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang

mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan.

1) Vaksin BCG

Vaksin ini mengandung kuman BCG ( Bacillus calmette Guerin ) yang

sudah dilemahkan. Vaksin BCG ini akan merangsang tubuh membentuk zat

anti terhadap penyakit TBC ( Tuberculosis ). Vaksin ini memang tidak

menjamin bayi atau anak terhindar dari serangan kuman TBC, tapi setidaknya

melindungi dari jenis penyakit TBC tulang dan paru atau TBC selaput otak.

Penyakit Tuberculosisdisebabkan oleh bakteri mycobacterium

tuberculosis.Sumber penularan bakteri tersebut berasal dari dahak penderita

dewasa yang mengandung kuman. Bila penderita batuk, bersin, dan berbicara,

percikan dahak yang mengandung kuman tuberculosis akan di sebarkan ke

udara sehingga bisa terhirup oleh anak atau dewasa lain disekitarnya.

Pada bayi dan anak, penyebaran kumannya lewat saluran nafas dan aliran

darah, akan menimbulkan radang paru dan radang selaput otak ( meningitis )

berat, yang dapat mengakibatkan kematian atau cacat.

2) Cara Pemberian

Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut

NaCl 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan

jarum panjang.

Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali.


Di suntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio

musculus deltoideus)

3) Efek Samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti

demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat

suntikkan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka

tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda

parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiakatau leher,

terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal,

tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.

4) Kontra indikasi :

Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti : eksim, furunkulosis

dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC.

b. Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis dan Tetanus) merupakan imunisasi yang

digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri.Batuk rejan atau pertusis, dan

tetanus secara bersamaan. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung

racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat

merangsang pembentukkan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT

adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat

sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh

membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup (Alimul, 2008)

1) Difteri
Penyakit difteria disebabkan leh bakteri corynebacterium diphteriae, yang

mudah menyerang saluran nafas bagian atas dengan gejala demam,

pembengkakan pada amandel (tonsil), dan terlihat selaput putih kotor yang

makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan nafas. Tersumbatnya

jalan napas oleh selaput tersebut merupakan penyebab kematian utama.

Kuman difteri dapat mengeluarkan racun sehingga merusak otot jantung

yang dapat berakibat gagal jantung.Penularan umumnya melalui udara

(batuk/bersin).

Difteri paling sering menyerang anak yang belum divaksinasi umumnya

anak berusia dibawah 15 tahun, dan merupakan penyebab umum kematian bayi

dan anak-anak.Penyebab kematian kedua pada difteri umumnya karena terjadi

peradangan pada jantung yang disebut miokarditis. Otot jantung terkena toksin

yang dikeluarkan kuman difteri menyebabkan jantung tidak dapat berdenyut

normal, dan hal ini bias berakhir dengan kegagalan jantung memompa darah dan

dapat menyebabkan kematian.

2) Pertusis

Penyakit ini sering disebut sebagai batuk rejan atau batuk seratus hari,

berupa infeksi saluran napas yang disebabkan oleh bakteri

Bordetellapertussis.Penyakit ini sangat berbahaya pada bayi, penularan

umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin).Bakteri ini menghasilkan racun

yang melekat pada bulu getar saluran nafas sehingga mengganggu fungsi selaput

lender pada saluran pernafasan, yang menyebabkan penumpukan lender,

penyumbatan jalan nafas, dan radang paru (pneumonia).


Gejala khas pertusis yaitu batuk yang terus menerus (sukar berhenti)

sehingga dapat menyebabkan bayi dan anak-anak susah untuk bernafas. Karena

penumpukan lender di saluran nafas, pada saat batuk muka menjadi merah atau

kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah.Batuk diakhiri dengan

tarikan napas panjang dan dalam, berbunyi melengking.

Bayi dan anak prasekolah mempunyai risiko terbesar (paling sering

mengenai bayi berusia kurang dari 1 tahun) untuk terkena pertusis, termasuk

komplikasinya dan kematian.Komplikasi utama yang sering ditemukan adalah

radang paru dan gangguan fungsi otak karena kekurangan oksigen.Kematian

dapat juga terjadi karena bayi/anak tersedak dan sulit bernafas.

3) Tetanus

Penyakit tetanus disebabkan oleh racun yang di produksi bakteri clostridium

tetani, yang mengakibatkan kaku otot rahang, sehingga bayi dan anak tidak bisa

makan dan minum.Selanjutnya terjadi kekakuan otot leher, bahu, lengan,

punggung, tungkai, dada, dan perut, sehingga bayi dan anak sulit bergerak,

bernafas, dan mengakibatkan kematian.

Tetanus pada bayi baru lahir terjadi karena tali pusat terinfeksi oleh kuman

tetanus, akibat pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih.Pada

anak, bakteri ini masuk melalui luka dalam yang tidak diobati dengan baik.Pada

bayi baru lahir bakteri ini menyebabkan bayi sulit minum karena kekakuan otot

mulut dan badan yang kejang kaku.Keadaan ini dapat menimbulkan kematian

pada bayi yang terkena tetanus tersebut. Tetanus pada bayi baru lahir disebut

tetanus neonatorum. Pada anak dewasa juga dapat terjadi tetanus yang
menyebabkan kejang kaku, mulanya karena rangsangan sentuh, suara keras,

akhirnya bisa juga terjadi kejang spontan tanpa rangsangan apapun dapat saja

anak kejang. Anak dengan tetanus juga dapat terjadi kesulitan untuk makan dan

minum, selain itu tetanus juga dapat menyerang otak yang menyebabkan

penyakitnya menjadi lebih berat lagi. Hal-hal tersebut diatas menyebabkan

kematian.

4) Cara Pemberian

Disuntikan secara intramuskuler, 0,5 ml sebanyak 3 dosis.

Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal

4 minggu (1 bulan).

5) Efek Samping

Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang

bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

6) Kontra Indikasi

Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak

yang menderita penyakit kejang demam kompleks, juga tidak boleh diberikan

kepada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan

dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imun).

c. Vaksin Poliomielitis
Imunisasi ini diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit

poliomyelitis. Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing

mengandung virus polio tipe I, II, III, yaitu:

Yang mengandung virus polio tipe I, II, dan III, yang sudah di matikan(vaksin

salk), cara pemberiannya dengan cara disuntikkan.

Yang mengandung virus polio tipe I, II, dan III, yang masih hidup tetapi telah

di lemahkan (vaksin sabin), cara pemberiannya melalui mulut dalam bentuk pil

atau cairan.

Kedua jenis vaksin tersebut memberikan daya lindung yang sama besarnya.

1) Polio

Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis yang masuk melalui

makanan, berkembang biak di kelenjar getah bening saluran cerna, kemudian

menyebar melalui darah ke system syaraf, dan mengakibatkan kelumpuhan

serta cacat seumur hidup. Dan kelumpuhan ini sampai menyerang otot

pernapasan maka sangat berbahaya sekali bagi penderita karena dapat

membuatnya susah bernapas sehingga menyebabkan kematian.

2) Cara Pemberian

Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalaha 2 tetes sebanyak 4

kali dosis pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.


Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan vaksin BCG,

Hepatitis B, dan DPT.

3) Efek Samping

Pada umumnya hampir tidak terdapat efek samping.Efek samping berupa

paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.

4) Kontra Indikasi

Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak

yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita

diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

d. Vaksin Campak

Imunisasi campak diberikan untuk mencegah anak terkena penyakit

campak.Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.Vaksin ini

berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut steril yang

tersedia secara terpisah untuk tujuan tersebut.

1) Campak

Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang mudah menular

lewat percikan ludah melalui jalan nafas yang mengakibatkan demam tinggi,

batuk pilek, mata merah, dan kulit timbul bercak-bercak merah.Dampak

penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare

berulang dan berkepanjangan pasca campak, syndrome radang otak pada anak
> 10 tahun, dan tuberculosis paru menjadi lebih parah setelah sakit campak

berat.

Penyakit campak ada di seluruh dunia, umumnya terjadi pada awal musim

hujan, mungkin disebabkan kelembaban yang relative rendah.Wabah campak

terjadi tiap 2 4 tahun sekali, yaitu ketika meningkatnya jumlah anak yang

belum di vaksinasi campak. Strategi untuk eliminasi penyakit campak adalah

melakukan immunisasi pada anak umur 9 bulan 12 tahun, meningkatkan

cakupan imunisasi rutin pada bayi umur 9 bulan, melalukan pemantauan secara

intensif dan memberikan immunisasi campak di sekolah dasar.

2) Cara Pemberian

Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan

dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.

Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri

atas, pada usia 9-11 bulan.

3) Efek Samping

Setelah bayi atau anak disuntik vaksin ini biasanya akan timbul gejala

demam ringan dan muncul bercak merah di pipi di bawah telinga selama 3 hari

yang dapat terjadi 7-8 hari setelah vaksinisasi. Atau adanya pembengkakan di

bekas suntikan.

4) Kontra Indikasi

Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang

diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma.


e. Vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B Rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah

diinaktivasi dan bersifat non-infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam

sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin

ini merupakan suspensi berwarna putih yang diproduksi dari jaringan sel ragi yang

mengandung gen HBsAg.

1) Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis

B. Cara penularan hepatitis B dapat melalui mulut, transfusi darah, dan jarum

suntik yang tercemar. Pada bayi cara penularannya adalah dari ibu melalui

placenta semasa dalam kandungan atau pada saat kelahiran.

Kelainan utama pada penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pada hati.

Virus hepatitis B yang masuk dalam tubuh akan berkembang biak di dalam

jaringan hati dan kemudian merusaknya. Gejala yang timbul dapat bervariasi

dari tanpa gejala sampai kelainan hati yang berat atau penyakit yang berjalan

menahun (kronis). Biasanya gejala penyakit hepatitis ialah kekuningan pada

mata, rasa lemah, mual, muntah, tidak nafsu makan dan demam.Daya proteksi

vaksin hepatitis B cukup tinggi, yaitu berkisar antara 94-96%.

2) Cara Pemberian

Pemberian dengan cara intra muskuler, 0,5 ml sebanyak 3 dosis

Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4

minggu (1 bulan)
3) Efek Samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar

daerah penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang

setelah 2 hari.

4) Kontra indikasi

Immunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita infeksi

berat yang di sertai kejang.

6. Jadwal Imunisasi Dasar Berdasarkan Umur Pemberian

Tempat
Umur Vaksin Dosis
Pemberian

0-7 hari Hepatitis B 0 0,5 ml Intra Muskular

BCG 0,05 ml Intra Dermal


1 bulan
Polio 1 2 tetes Peroral

DPT/HB 1 0,5 ml Intra Muskular


2 bulan
Polio 2 2 tetes Peroral

DPT/HB 2 0,5 ml Intra Muskular


3 bulan
polio 3 2 tetes Peroral

DPT/HB 3 0,5 ml Intra Muskular


4 bulan
polio 4 2 tetes Peroral

9 bulan Campak 0,5 ml Subkutan


B. Tingkat Pengetahuan Ibu

1. Pengetahuan

Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh

dan pemberantasan penyakit menular.Angka kematian bayi dan balita yang tinggi di

Indonesia menyebabkan turunnya derajat kesehatan masyarakat, salah satu upaya

untuk mengatasi masalah ini adalah program pemberian imunisasi dasar bagi bayi dan

balita secara lengkap. Namun program ini masih mengalami hambatan, yaitu

penolakan dari orang tua.Penolakan orang tua dalam pemberian imunisasi ini

dikarenakan anggapan yang salah yang berkembang di masyarakat tentang imunisasi,

tingkat pengetahuan yang rendah, dan kesadaran yang kurang terhadap imunisasi.

Pengetahuan dasar tentang imunisasi dapat membantu seorang ibu untuk

mengetahui apa yang harus dilakukan. Dengan pengetahuan yang dimiliki ibu maka

anak dapat diberikan pencegahan secara dini terhadap penyakit- penyakit. Oleh

karena itu pengetahuan ibu sangat berpengaruh dengan kesehatan anak di kemudian

hari.

2. Pendidikan
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting karena suatu

pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut.

Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan ibu (Ali,2002)

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh

kembang anak karena dengan pendidikan yang lebih baik orang tua dapat menerima

segala informasi tentang kesehatan terhadap anaknya. (Soetjeningsing, 2000)

Tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu faktor terpenting dalam

menentukan baik buruknya derajat kesehatan anak, karena dengan bekal pendidikan

yang cukup seorang ibu banyak memperoleh informasi dan dapat memilih serta

menentukan alternative terbaik untuk kepentingan rumah tangganya termasuk

menentukan pola hidup sehat bagi anak yang ada dirumah tangga tersebut. (Profil

Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia)

Menurut Undang-undang no 2 tahun 1989, bahwa jenjang pendidikan yang

termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari:

a. Pendidikan Dasar

Meliputi sekolah dasar atau madrasah idtidaiyah dan SMP atauMTS.

b. Pendidikan Menengah

Meliputi SMU dan kejuruan serta madrasah Aliyah.

c. Pendidikan Tinggi

Meliputi akademi, institusi, sekolah tinggi dan universitas.

d. Tidak sekolah atau belum sekolah


Mereka yang tidak mau atau belum pernah sekolah termasuk mereka yang tamat

atau belum tamat dan yang tidak melanjutkan.

3. Umur

Umur seorang ibu memang tidak terlalu memberi perbedaan terhadap status

imunisasi pada seorang anak, dikarenakan ibu dengan umur yang lebih tua tidak

menjamin bahwa mereka memperhatikan keadaan anak-anak mereka. Di harapkan

semakin bertambah umur ibu dirinya semakin matang dalam mengambil keputusan-

keputusan mengenai kebutuhan dalam kehidupan keluarga (Mariyana.H, 2004).

4. Pekerjaan

Status pekerjaan ibu dapat mempengaruhi status kesehatan anak.Ada

perbedaan dalam status imunisasi anak apabila selain menjadi ibu rumah tangga, ibu

pun bekerja/mencari nafkah di luar rumah. Karena dengan bekerja di luar rumah,

waktu ibu pun akan tersita dengan kesibukan di tempat kerjanya, dan peran ibu yang

seharusnya membawa anaknya ke pelayanan kesehatan untuk dilakukan imunisasi di

lakukan oleh orang lain. Berbeda dengan ibu yang hanya bekerja di rumah,

cenderung selalu rutin untuk membawa anaknya untuk melakukan imunisasi.

C. Kerangka Teori
Faktor Ibu

- Pengetahuan
- Pendidikan
- Usia
- Pekerjaan

Kelengkapan imunisasi
dasar pada bayi

Faktor Bayi

- Kondisi
kesehatan bayi
- Diare akut
- Dalam
pengobatan
steroid jangka
panjang

Sumber : Notoatmodjo 2003 dan Suparyanto 2011

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Dengan berorientasi pada tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka kerangka

konsep dalam penelitian ini menjelaskan hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan

kelengkapan immunisasi dasar pada bayi.

Adapun kerangka konsep tersebut digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan

Pendidikan
Kelengkapan
Umur ibu
immunisasi dasar
Pekerjaan

B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala

Operasional dan cara ukur

ukur

1. Pengetahu Sesuatu yang Kuesioner 1. Baik, jika Ordinal

an ibu diketahui skor > 6,6

berkaitan %

dengan proses 2. Kurang,

pembelajaran jika < 6,6

2. Pendidikan Tingkat Kuesioner 1. Rendah (SD, Ordinal

ibu pendidikan SMP)

formal terakhir 2. Tinggi (SMA,

ibu sampai PT)

mendapatkan

ijazah

3. Umur ibu Usia ibu dalam Kuesioner 1. < 20 th Ordinal

tahun sejak 2. 20-30 th

dilahirkan 3. > 30 th

sampai saat

berulang tahun

yang terakhir

4. Pekerjaan Kegiatan yang Kuesioner 1. Bekerja Nominal


ibu menghasilkan (bekerja diluar

uang rumah)

2. Tidak bekerja

5. Kelengkap Apabila bayi Wawancara 1. Lengkap, Nominal

an telah mendapat apabila

immunisas immunisasi telah

i dasar dasar yang mendapat

terdiri dari : semua

- Hbo 1 kali immunisas

- BCG 1 kali i dasar

- DPT 3 kali 2. Tidak

- Polio 4 kali lengkap,

- HB 3 kali apabila

-campak 1 kali ada satu

atau lebih

immunisas

i dasar

yang tidak

didapat

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesa yang digunakan adalah hipotesa alternatif. Beberapa hipotesa yang akan

digunakan peneitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara umur ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di Desa

Pematang tahun 2016

2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di

Desa Pematang tahun 2016

3. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di

Desa Pematang tahun 2016

4. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan immunisasi pada bayi di

Desa Pematang tahun 2016

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan

Cross Sectional yaitu penulis ingin mengetahui hubungan variable bebas dengan variable

terikat yang diobservasi sekaligus pada saat yang sama dengan objek yang berbeda.

Dimana variable bebasnya adalah pengetahuan, pendidikan, umur, dan

pekerjaan.Sedangkan variabel terikatnya adalah kelengkapan immunisasi pada

bayi.Sumber data yang diambil adalah data primer.

B. Lokasi dan Waktu Penelitan

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pematang. Puskesmas Pasirnangka

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti.Populasi dalam

penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi 0 - 12 bulan di Desa Pematang.

2. Sampel

a. Kriteria Sampel
Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0 - 12 bulan di Desa

Pematang.

b. Besar Sampel

Karena keterbatasan waktu dan sumber daya yang ada pada peneliti maka besar

sampel yang menjadi objek penelitian dihitung dengan menggunakan rumus :

N = Z 1- /2 P (1-P)

N : Jumlah subjek dalam sampel

Z 1- /2 : Derajat kepercayaan/standar deviasi 95% = 1,96

d : Presisi/derajat keakuratan 10% = 0,1

P : Proporsi atau prevalen variabel pada penelitian terdahulu

Perhitungan:

N = Z 1- /2 P (1-P)

N = (1,96) x 0,23 (1-0,23)

0,01

N = (3,8416) x 0,17

0,01

N= 0,68
0,01

N = 68 sampel

D. Etika Peneletian

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengajukan permohonan izin kepada

institusi pendidikan untuk mendapatkan surat izin penelitian di Puskesmas Pasirnangka.

Surat izin tersebut kemudian diberikan kepada kepala Puskesmas Pasirnangka. Kemudian

peneliti akan menjelaskan tujuan dari penelitian ini. Setelah mendapatkan persetujuan,

peneliti turun ke lapangan bersama bidan puskesmas ke Desa Pematang dan bekerjasama

dengan bidan desa Pematang kemudian memberikan kuesioner kepada ibu-ibu yang

mempunyai bayi umur 0-12 bulan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer meliputi

hubungan tingkat pengetahuan ibu yang melakukan imunisasi kepada bayinya terdiri dari

pengetahuan, pendidikan, usia dan pekerjaaan ibu. Data ini diperoleh dengan

menggunakan kuesioner.

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual yaitu dengan langkah sebagai berikut:

a. Editing
Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa dan memastikan bahwa semua

pertanyaan sudah terjawab, sehingga dapat menghasilkan data yang lebih akurat

untuk pengolahan data.

b. Pengelompokan data

Proses pengelompokan data dilakukan dengan pengelompokan tingkat

pengetahuan, pendidikan, usia dan pekerjaan ibu. Proses ini dilakukan untuk

memudahkan dalam menafsirkan serta menarik kesimpulan dari data yang telah

ada.

c. Tabulasi Data

Data yang sudah dikelompokan ditampilkan dengan table distribusi

frekuensi sehingga frekuensi dari setiap data berdasarkan variabel dan kategori

dapat diketahui.

G. Analisa Data

Pada hasil pengolahan data dilakukan analisa melalui dua tahap, yaitu:

a. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-

masing variabel yang diteliti dan dihitung presentasinya, dihitung sebagai berikut:
f = X x 100%

Keterangan:

f = Rataan hitung dalam %

X= Jumlah yang didapat

N= Jumlah sample

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah tabel silang-silang variabel (variabel dependent dengan

variabel independent). Analisa ini dilakukan untuk melihat kemaknaan hubungan

antara variabel independent dengan variabel dependent. Uji yang dilakukan

adalah kai kuadrat dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan

derajat kesalahan =0,05 rumus yang digunakan adalah:

1) Rumus Kai Kuadrat untuk tabel 2x2

x = N (ad bc)

(a+b)(b+d)(a+b)(c+d)

2) Rumus Kai Kuadrat untuk tabel Selain 2x2


x = (O-X)

Df = (k-1) (b-1)

Keterangan:

x = Chi kuadrat

O = Frekuensi yang di observasi

E = Frekuensi yang diharapkan

N = Jumlah seluruh sample

= Penjumlahan

Df = Degree of freedom (derajat kebebasan)

You might also like