Professional Documents
Culture Documents
(Hlm. 51-53)
Telah datang seorang pria yang mulia.
Contoh:
Telah datang seorang pria yang mulia.
-Naat sababi, yaitu naat yang menunjukkan kepada sifat bagi isim yang
mempunyai kaitan dengan isim yang diikutinya.
Contoh:
Telah datang seorang pria yang mulia saudaranya.
3. Naat haqiqi mengikuti isim sebelumnya dalam hal tarif dan tankir-nya, dalam
hal jumlah dan dalam hal jenis kelamin.[1]
Contoh:
Telah datang seorang pria yang mulia.
Telah datang dua orang pria yang mulia.
Telah datang dua sayyidah yang mulia.
Telah datang para lelaki yang mulia.
Telah datang para sayyidah yang mulia.
Apabila manut (yang disifati) berupa jama bagi yang tidak berakal, maka naat
haqiqinya boleh mufrad muannats atau jama muannats.
Contoh:
Atau
Gunung yang tinggi.
Adapun naat sababi selalu mufrad dan mengikuti isim sebelumnya dalam
hal tarifdan tankir[2] dan mengikuti isim setelahnya dalam hal tadzkir dan tanits.
Contoh:
Telah datang seorang pria yang mulia saudaranya.
Telah datang seorang pria yang mulia dua saudaranya.
Telah datang dua lelaki yang mulia dua saudaranya.
Telah datang para lelaki yang mulia saudara-saudara perempuannya.
Telah datang para sayyidah yang mulia saudara-saudara perempuannya.[3]
4. Naat haqiqi ada tiga macam:
a. Isim zhahir[4], contoh:
Kairo adalah kota yang besar.
( : Naat)
Bagi kebenaran ada suara di atas segala suara.
c. Jumlah ismiyah atau jumlah filiyah (Jumlah tidak menjadi naat kecuali apabila
manutnya nakirah[6]), contoh:
: Naat bagi )
(
Ini adalah amalan yang bermanfaat.
(Akan datang penjelasan hal tersebut pada pembahasan jumlah dan posisinya
dalam irab di bab ke empat)
Ini adalah seorang lelaki yang memukul.
Aku telah melihat seorang lelaki yang baik.
Aku berpapasan dengan seorang lelaki yang lebih berilmu darimu.
Aku berpapasan dengan Zaid ini.
Aku berpapasan dengan Zaid yang telah berdiri.
8. Kata ( ) , contoh:
Aku berpapasan dengan seorang pria yang berharta.
Aku berpapasan dengan seorang pria Damaskus.
Zaid pria benar-benar pria.
Ini adalah pokok-pokok yang tiga.
[5] Syibhu jumlah tidak menjadi naat kecuali apabila manutnya nakirah.
Apabilah marifah maka irabnya sebagai hal.
[6] Apabilah marifah maka irabnya sebagai hal.