You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang
disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan
pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki (Infeksi.com,
diakes tanggal 7 Mei 2010).
Di Indonesia penyakit Kaki Gajah tersebar luas hampir di Seluruh
propinsi. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu
tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26
Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233
orang. Hasil survai laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata
Mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi
cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk
ketularan karena nyamuk penularnya tersebar luas (Infeksi.com, diakes
tanggal 7 Mei 2010).
Seseorang yang terinfeksi penyakit kaki gajah umumnya terjadi pada
usia kanak-kanak, dimana dalam waktu yang cukup lama (bertahun-tahun)
mulai dirasakan perkembangannya dan menjadi gejala yang menetap dan
meimbulkan kecacatan. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara
optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi
beban keluarga, masyarakat dan Negara. Maka dari peran perawat sangat
penting untuk masa pemulihan dan juga pecegahan terhadap paparan penyakit
(Nasution, 2006).
Sebagai profesional dalam perawatan harus diperhatikan bahwa dalam
sebuah unit baik itu keluarga maupun komunitas disfungsi dan gangguan
apapun seperti penyakit, cedera, perpisahan akan mempengaruhi satu atau
lebih anggota yang lain dan dalam hal tertentu sering mempengaruhi sebagai
unit secara keseluruhan. Hal ini dimungkinkan karena adanya semacam
hubungan yang kuat antara keluarga masyarakat dan status kesehatan
anggotanya. Melalui perawatan kesehatan yang berfokus pada tindakan
promotif, peningkatan self care, pendidikan kesehatan, dan konseling serta
upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola
hidup dan bahaya dari lingkungan. Dengan latar belakang masalah di atas
penulis merasa tertarik untuk membahas tentang masalah filariasis serta
implikasinya pada praktek keperawatan.

B. Tujuan Penulisan
Mampu mengidentifikasi masalah filariasis serta implikasinya pada praktek
keperawatan.

C. Manfaat Penulisan
Memberikan gambaran mengenai masalah filariasis sehingga dapat menjadi
langkah awal bagi perawat untuk merencanakan pemberian pendidikan dan
pelayanan lebih lanjut, juga sebagai tindakan preventif dan promotif untuk
mencegah dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya penyakit filariasis.

D. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Tinjauan Teori
Bab III : Asuhan Keperawatan
Bab IV : Simpulan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular menahun
yang disebabkan oleh cacing filaria (Depkes, 2006)
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan oleh beebagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan
laki-laki.(Dedidwitagama,2008).

B. PENYEBAB FILARIASIS
Secara epidemiologi cacing filarial dibagi menjadi 6 tipe(Depkes,2006) yaitu:
1. Wucheria Bancrofti tipe perkotaan (urban)
Ditemukan di daerah perkotaan seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang,
Semarang, Pekalongan dan sekitarnya memiliki periodisitas nokturna.
Ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus yang berkembang biak
di air limbah rumah tangga.
2. Wucheria bancrofti tipe pedesaan (rural)
Ditemukan di daerah pedesaan di luar jawa, terutama tersebar luas di
Papua dan Nusa Tenggara Timur, mempunyai peridisitas nokturna yang
ditularkan melalui berbagai species nyamuk Anopheles, Culex dan
Aedes.
3. Brugia Malayi tipe periodic noturna
Microfilaria ditemukan di darah tepi pada malam hari. Nyamuk
penularnya adalah Anopheles barbirostis yang ditemukan di daerah
persawahan.
4. Brugia Malayi tipe subperiodik nokturna
Microfilaria ditemukan di daerah tepi pada siang dan malam hari, tetapi
lebih banyak ditemukan pada malam hari. Nyamuk penularnya adalah
Mansonia spp yang ditemukan di daerah rawa.
5. Brugia Malayi tipe non periodic
Microfilaria ditemukan didaerah tepi baik malam maupun siang hari.
Nyamuk penurnya adalah Mansonnia bonnae dan Mansonia Uniformis
yang ditemukan di hutan rimba.
6. Brugia Timori tipe periodic nokturna
Microfilaria ditemukan di daerah tepi pada malam hari. Nyamuk
penularnya adalah Anopheles barbirostis yang ditemukan di daerah
persawahan di Nusa Tenggara Timur, Maluku Tenggara.

C. GEJALA KLINIK
Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang selama
3 samapai dengan 5 hari, Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi
setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka)
didaerah lipatan paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas
dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit
yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde
lymphangitis) ; filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan
kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah ;
pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejal klinis yang kronis ;
berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah
dada, buah zakar (elephantiasis skroti) (Depkes, 2006)

D. HOSPES
1. Manusia
Pada dasarnya setiap orang dapat tertular filariasis apaabila digigit oleh
nyamuk infektif (mengandung larva stadium 3). Nyamuk infektif
mendapat milrofilaria dapat pengidap, baik pengidap dengan gejala klinis
maupun pengidap yang tidak menunjukkan gejala klinis. Pada daerah
endemis filariasis, tidak semua orang terinfeksi filariasis dan tidak semua
orang yang terinfeksi menunjukkan gejala klinis. Seseorang yang
terinfeksi filariasis tetapi belum menunjukkan gejala klinis biasanya sudah
terjadi perubahan-perubahan patologis di dalam tubuhnya.
Penduduk pendatang pada suatu daerah endemis filariasis mempunyai
resiko terinfeksi filariasis lebih besar disbanding penduduk asli. Penduduk
pendatang dari daerah non endemis ke daeh endemis, misalnya
transmigran, walaupun pada pemeriksaan darah jari belum atau sedikit
mengandung microfilaria akan tetapi sudah menunjukkan gejala klinis
yang lebih berat.
2. Hewan
Beberapa jenis hewan dapat berperan sebagai sumber penularan
filariasis (hewan reservoir). Dari semua species cacing filarial yang
menginfeksi manusia di Indonesia, hanya Brugia malayi tipe sub periodic
nokturna dan non periodic yang dutemukan pada lutung (Presbytis
cristatus). Kera (Macaca fascicularis) dan kucing (Felis catus).
Pengendalian filariasis pada hewan reservoir ini tidak mudah, olleh karena
itu juga akan menyulitkan upaya pemeberantasan filariasis pada manusia.
Sumber : (Depkes, 2006)

E. LINGKUNGAN
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap distribusi kasus filariais dan
mata rantai penularannya. Secara umum lingkungan dapat dibedakan menjadi
lingkungan fisik, lingkungan biologic dan lingkungan social, ekonomi dan
budaya.
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik mencakup antara lain keadaan iklim, keadaan
geografis, struktur geologi dan sebagainya. Lingkungan fisik erat
kaitannya dengan kehidupan vector, sehingga berpengaruh terhadap
munculnya sumber-sumber penularan filariasis. Lingkungan fisik dapat
menciptakan tempat-tempat perindukan dan beristirahatnya nyamuk. Suhu
dan kelembaban berpengaruh terhadap pertumbuhan, masa hidup serta
keberadaan nyamuk. Lingkungan dengan tumbuhan air di rawa-rawa dan
adanya hospes reservoir (kera, lutung dan kucing) berpengaruh terhadap
penyebaran Brugia Malayi sub periodic nokturna dan non periodic.
2. Llingkungan Biologik
Lingkungan biologic dapat menjadi rantai penularan fiilariasis. Contoh
lingkungan biologic adalah adanya tanaman air sebagai tempat
pertumbuhan nyamuk mansonia spp.
3. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya
Lingkungan social, ekonomi dan budaya adalah lingkungan yang
timbul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia, termasuk perilaku,
adat istiadat, budaya, kebiasaan dan tradisi penduduk. Kebiasaan bekerja
di kebun pada malam hari atau kebiasaan keluar pada malam hari, atau
kebiasaan tidur perlu diperhatikan karena berkaitan dengan intensitas
konttak dengan vector. Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi
daripada insidens filariasis perempuan karena umumnya laki-laki lebih
sering kontak dengan vector karena pekerjaanya.
Sumber : (Depkes, 2006).

F. RANTAI PENULARAN FILARIASIS


Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang
tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva
stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil
(mikrofilaria) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria
atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan
penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh
nyamuk (vector) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia .
.
G. PEDOMAN PENGOBATAN FILARIASIS
1. Tujuan Penggobatan
Dalam rangka Eliminasi Filariais tujuan pengobatan massal adalah untuk
memutus transmisi filariasis:
a. Menurunkan microfilaria rate menjadi <1%
b. Menurunkan kepadatan rata-rata mikrofilaria
2. Sasaran Pengobatan Massal
a. Anak berusia kurang dari 2 tahun
b. Ibu hamil
c. Orang yang sedang sakit berat
d. Penderita kasus kronis filariasis sedang dalam serangan akut
e. Anak berusia kurang dari 5 tahun dengan marasmus atau kwarsiokor
3. Jenis Obat
a. Diethyl Carbamazine Citrate (DEC)
1) Sifat Kimia dan Fisika
Tidak berwarna
Tidak berbau
Larut dalam air
Rasa sedikit pahit
Komposisi stabil dalam suhu 15-30C
Sediaan obat berupa tablet @100 mg
2) Absorbsi dan Ekskresi
Cepat di absorpsi oleh usus dan masuk dalam pereedaran
darah
Didietribusikan hampir sama ke semua organ
Tidak masuk air susu ibu
Cepat disekresi oleh tubuh melaui air kencing
3) Cara Kerja Obat
Obat mempunyai pengaruh yang cepat terhadap microfilaria,
dalam beberapa jam microfilaria di peredaran darah mati. Cara
kerja DEC adalah melumpuhkan otot microfilaria sehingga tidak
dapat bertahan di tempat hidupnya dan mengubah komposisi
dinding microfilaria menjadi lebih mudah dihancurkan oleh sistem
pertahanan tubuh. DEC juga dapat menyebabkan matinya sebagian
cacing dewasa yang masih hidup dapat dihambat
perkembangbiakannya selamam 9-12 bulan. Setelah diminum DEC
dengan cepat diserap oleh saluran cerna dan mencapai kadar
maksimal dalam plasma darah setelah 4 jam dan akan dikeluarkan
seluruhnya dari tumbuh bersama air kencing dalam waktu 48 jam.
b. Albendazole
Albendazole dikenal sebagai obat yang digunakan dalam
pengobatan cacing usus (cacing gelang, cacing kremi, cacing cambuk
dan cacing tambang). Albendazol juga dapat meningkatkan efek DEC
dalam mematikan cacing filarial dewasa dan microfilaria tanpa
menambah reaksi yang tidak dikehendaki. Di daerah endemis filariasis
seringkali prevalensi cacing usus cukup tinggi sehingga penggunaan
albendazole dalam pengobatan massal filariasis juga akan efektif
mengendalikan prevalensi cacing usus.
c. Obat Reaksi Pengobatan
Untuk mengatasi adanya reaksi pengobatan digunakan:
1) Paracetamol
2) CTM
3) Antasida doen
4) Salep antibiotic
5) Antibiotika oral
6) Vitamin B6
7) Kortikosteroid Injeksi
8) Adrenalin Injeksi
9) Infus set
10) Cairan Infus Ringer laktat
4. Cara Pemberian Obat
Pengobatan massal menggunakan obat DEC, Albendazole dan
Paracetamol yang diberikan sekali setahun selama minimal 5 tahun. DEC
diberikan 6 mg/KgBB, albendazole 400 mg untuk semua golongan umur
dan paracetamaol 10 mg/KgBB sekali pemberian. Sebaiknya obat
diminum sesudah makan dan di depan petugas. Dosis obat ditemukan
berdasarkan berat badan atau umur sesuai tabel di bawah ini

Tabel 1. Dosis Obat Berdasarkan Berat Badan


DEC (100 Albendazole (400 Paracetamol (500
Berat mg) mg) Tablet mg) Tablet
Badan Tablet
10-16 1 1 0,5
17-25 1,5 1 0,5
26-33 2 1 1
34-40 2,5 1 1
41-50 3 1 1
51-58 3,5 1 1
59-67 4 1 1
68-75 4,5 1 1
76-83 5 1 1
>84 5,5 1 1

Tabel 2. Dosis Obat Berdarkan Umur


Umur (Tahun) DEC (100 mg) Albedazole (400 Paracetamol
Tablet mg) Tablet (500 mg) Tablet
2-5 1 1 0,25
6-14 2 1 0,5
14 3 1 1

5. Reaksi Pengobatan
a. Macam-macam Reaksi Pengobatan
1) Reaksi Umum
Reaksi umum terjadi karena akibat respon imunitas individu
terhadap matinya microfilaria, makin banyak microfilariang mati
makin besar reaksi yang dapat terjadi pada 3 hari pertama setelah
pengobatan massal. Reaksi yang ringan biasaya dapat sembuh
sendiri tanpa harus diobati. Reaksi umum terdiri dari sakit kepala,
pusing, demam, mual, menurunnya nafsu makan, muntah, sakit
otot, sakit sendi, lesu, gatal-gatal, keluar cacing usus, dan asma
bronchial.
2) Reaksi Lokal
Reaksi local disebabkan oleh matinya caacing dewasa yang dapat
timbul sampai 3 minggu setelah pengobatan massal
a) Reaksi local pada infeksi W. bancrofti
- Nodul di kuli skrotum adalah reaksi local yang paling
sering terjadi sebagai akibat matinya cacing dewasa
- Limfadenitis
- Limfangits
- Adenolimfangitis
- Funikulitis
- Epididimitis
- Orkitis
- Orkalgia
- Abses
- Ulkus
- Limfedema
b) Reaksi local pada infeksi Brugia malayi dan Brugia timori
- Limfadenitis
- Limfangitis
- Adenomalimfangitis
- Abses
- Ulkus
- Limfedema
H. PENCEGAHAN
Pencegahan agar terhindar / tertular dari infeksi penyakit gajah (filariasis)
antaralain dengan:
Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector ( mengurangi kontak
dengan vector:
1. Menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk / kawat nyamuk.
2. Menggunakan obat nyamuk semprot / obat nyamuk bakar.
3. Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk.
4. Menggunakan kelambu bula sewaktu akan tidur.

Dengan cara memberantas nyamuk, misalnya dengan:


1. Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat
perindukan nyamuk.
2. Menimbun.
3. Mengeringkan / mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
4. Membersihkan semak-semak, got disekitar rumah.
5. Mempelihara ikan pemakan nyamuk didalam kolam / bak mandi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Bio data
b. Riwayat Kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat
kelainan imun. Cacing filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan
nyamuk infektif yang mengandung larva stadium III. Gejala yang
timbul berupa demam berulang- ulang 3-5 hari, demam ini dapat
hilang pada saat istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat.
c. Data Psikologis
- Integritas dan Ego
Gejala: Stress berhubungan dengan perubahan fisik, mengkuatirkan
penampilan, putus asa, dan sebagainya.
Tanda: mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.
- Interaksi Sosial
Gejala: masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
Tanda: perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri.

2. Pemeriksaan fisik
- Aktivitas/ Istirahat:
Gejala: Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur,
Tanda: kelemahan otot, respon fisiologi aktivitas (perubahan Tekanan
Darah dan frekuensi Heart rate)
- Sistem Cardiovascular dan Sistem Pernafasan
Gejala: perubahan tekanan darah, menurunnya volume nadi perifer,
perpanjangan pengisian kapiler
- Sistem Integumen
Tanda: kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.
- Sistem Pencernaan
Gejala: anoreksia, permeabilitas cairan
Tanda: turgor kulit menurun, oedema
- Sistem Saraf/ Neurosensori
Gejala: pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera
peraba, kelemahan otot, nyeri umum/local, rasa terbakar, sakit kepala,
Tanda: Ansietas, refleks tidak normal, bengkak, penurunan rentang
gerak,
- Sistem Muskuloskeletal
Gejala: penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri
Tanda: kelemahan otot, respon fisiologi aktivitas
- Sistem Reproduksi
Gejala: menurunnya libido
Tanda: pembengkakan daerah skrotalis
3. Pemeriksaan Penunjang
Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat
menggunakan ELISA dan Rapid test dengan teknik imunokrotografik
assay. Jika sudah terdeteksi kuat telah mengalami filariasis limfatik,
penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi pergerkan cacing
dewasa ditali sperma pria atau kelenjar mammae wanita.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah
bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
4. Mobilitas fisik berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, deficit imun, lesi pada
kulit
C. Intervensi Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah
bening
Hasil yang diharapkan: suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi:
- berikan kompres pada daerah frontalis dan axialis
- monitor tanda-tanda vital. Terutama suhu tubuh
- pantau suhu lingkungan dan modifikasi sesuai kebutuhan
- anjurkan klien untuk banyak minum
- anjurkan klien memakai kain tipis dan menyerap keringat jika panas tinggi
- kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan.
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
Hasil yang diharapkan: nyeri hilang
Intervensi:
- Berikan tindakan kenyamanan (pijatan/atur posis) ajarkan teknik relaksasi
- Observasi nyeri (kualitas, intensitas, durasi, dan frekuensi nyeri)
- Anjurkan pasien untuk melaporkan dengan segera apabila ada nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi analgetik
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
Hasil yang diharapkan: menyatakan gambaran diri lebih nyata, menunjukan
beberapa penerimaan diri daripada pandangan idealisme, mengakui diri
sebagai individu yang mempunyai tanggung jawab sendiri.
Intervensi:
- Akui kenormalan perasaan
- Dengarkan keluhan pasien dan tanggapan-tanggapan keadaan yang
dialami
- Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penggunaan
penolakan atau tidak mempermasalahkan perubahan actual
- Anjurkan kepada orang terdekat untuk ,memperlakukan pasien secara
normal
- Kolaborasi untuk berkonsultasi atau psikoterafi sesuai dengan indikasi
pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk
menerima dan mengatasinya secara efektif.
4. Mobilitas fisik berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
Hasil yang diharapkan: menunjukkan perilaku yang mampu kembali
melakukan aktivitas
Intervensi:
- Lakukan rentang pergerakan sandi
- Tingkatkan tirah baring
- Berikan lingkungan yang tenang
- Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
- Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, deficit imun, lesi pada
kulit.
Hasil yang diharapkan: mempertahankan keutuhan kulit, lesi pada kulit dapat
hilang.
Intervensi:
- Ubah posisi di tempat tidur dan kursi sesering mungkin (tiap 2 jam sekali)
- Gunakan pelindung kaki, bantalan busa/ air pada waktu berada di tempat
tidur/ duduk di kursi
- Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin
- Kolaborasi/ rujuk pada ahli kulit untuk meningkatkan surkulasi dan
mencegah terjadinya dekubitus.
BAB IV
SIMPULAN
A. SIMPULAN
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang
ditularkan oleh beebagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan
bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
(Dedidwitagama,2008)
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit
menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai
jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika
sampai pada jaringan sistem lympa maka berkembanglah menjadi penyakit
tersebut.Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan
pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan
dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah bukanlah
penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin menjadi
sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-
hari. Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis.
Menurut info dari WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami
penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik
dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailan dan Indonesia
(Asia Tenggara).

B. SARAN

You might also like