Professional Documents
Culture Documents
sel telur setelah dibuahi, sehingga gagal tumbuh menjadi seorang bayi. Pada hamil anggur, sel-
sel telur dan plasenta yang tidak mampu berkembang ini akan membentuk sekumpulan kista
(gelembung berisi cairan) yang bentuknya menyerupai anggur putih.
Hamil anggur termasuk masalah kesehatan yang jarang terjadi. Kondisi ini perlu ditangani
secepat mungkin untuk menghindari risiko komplikasi, salah satunya adalah penyakit
trofoblastik gestasional. Komplikasi ini biasanya dapat disembuhkan dengan kemoterapi atau
operasi.
Hamil anggur pada awalnya memunculkan gejala yang sama dengan kehamilan normal. Namun
setelah beberapa waktu, gejala-gejala berikut bisa muncul:
Apabila Anda merasakan satu atau lebih gejala di atas, temui dokter kandungan untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Biasanya, dokter kandungan akan menemukan beberapa tanda hamil
anggur seperti:
Rahim yang tampak lebih besar dari usia kandungan yang seharusnya.
Kista ovarium.
Preeklamsia. Sebuah kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi serta
protein di urine pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
Anemia.
Hipertiroidisme.
Karena kemiripan gejalanya dengan kehamilan biasa, hamil anggur cenderung tidak disadari oleh
penderita. Konsultasi pada dokter sebaiknya segera dilakukan oleh wanita hamil apabila dirinya
merasakan kejanggalan, terutama pada awal masa kehamilan.
Penyebab hamil anggur adalah ketidakseimbangan kromosom selama kehamilan. Kondisi ini
dapat terjadi jika sel telur yang dibuahi tidak memiliki infromasi genetika atau 1 sel telur normal
dibuahi oleh dua sperma secara bersamaan. Penyebab inilah yang akan mengelompokkan hamil
anggur dalam 2 kategori, yaitu:
Hamil anggur lengkap yang terjadi ketika sel telur yang tidak mengandung
informasi genetika dibuahi oleh sperma dan tidak berkembang menjadi fetus, melainkan
sekumpulan jaringan abnormal yang disebut mola, yang lama-kelamaan dapat memenuhi
rahim.
Hamil anggur parsial yang muncul jika 1 sel telur normal dibuahi oleh 2 sperma.
Jaringan plasenta akan berkembang abnormal menjadi mola, sementara jaringan fetus
yang berhasil berkembang akan mengalami kecacatan atau kelainan yang serius.
Terdapat beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seorang wanita mengalami hamil
anggur, di antaranya:
Usia sang ibu saat hamil. Risiko hamil anggur lengkap cenderung lebih tinggi
untuk wanita yang hamil pada usia 40 tahun ke atas atau usia remaja. Sementara hamil
anggur parsial jarang dipengaruhi oleh usia.
Pernah mengalami hamil anggur. Apabila Anda pernah mengalami hamil anggur
sebelumnya, Anda memiliki 1-2 persen kemungkinan untuk mengalami hamil anggur
pada kehamilan berikutnya, yakni 6 hingga 12 kali lipat lebih berisiko dibandingkan
orang yang tidak pernah mengalami hamil anggur.
Pernah keguguran.
Pada pemeriksaan darah, dokter akan memeriksa kadar hormon kehamilan yang disebut dengan
human chorionic gonadotropin (HCG). Selain itu, dokter juga mungkin memeriksa kadar
hormon tiroid serta kadar hemoglobin dalam darah untuk melihat ada tidaknya kondisi kelainan
medis yang lain.
Selain pemeriksaan darah, dokter akan melakukan pemeriksaan USG pada trimester pertama
kehamilan, tepatnya minggu ke-8 atau 9.
Kista ovarium.
Sedangkan pada hamil anggur parsial, gambaran yang dapat ditunjukkan dari hasil USG antara
lain:
Jika positif didiagnosis mengalami hamil anggur, dokter akan menganjurkan penderita untuk
menjalani penanganan secepatnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Operasi pengangkatan jaringan abnormal pada hamil anggur merupakan metode penanganan
utama yang umumnya disarankan. Langkah ini dapat dilakukan melalui beberapa prosedur yang
meliputi:
Kuret.
Histerektomi atau pengangkatan rahim. Proses ini hanya dilakukan jika penderita
tidak ingin memiliki keturunan lagi.
Setelah menjalani prosedur pengangkatan, dokter akan mengulangi pemeriksaan kadar hormon
HCG. Penderita yang masih memiliki hormon HCG yang tinggi biasanya membutuhkan
penanganan lebih lanjut.
Proses pemeriksaan HCG dilakukan tiap 2 minggu selama setengah hingga 1 tahun untuk
memastikan tidak ada sel-sel abnormal yang kembali tumbuh dan memantau gejala-gejala dari
penyakit trofoblastik. Sel-sel tersebut umumnya akan mati dalam rahim pada sebagian besar
penderita. Tetapi jika terdapat indikasi dari penyakit trofoblastik, penderita akan membutuhkan
penanganan melalui kemoterapi.
Selama menjalani proses pemantauan ini, pasien kasus hamil anggur dianjurkan untuk menunda
kehamilan. Sedangkan pasien yang menjalani kemoterapi umumnya akan kembali mengalami
siklus menstruasi dalam waktu setengah tahun setelah proses pengobatan selesai.