Professional Documents
Culture Documents
1. Definisi
Halusinasi adalah kesalahan persepsi yang berasal dari 5 panca indra
yaitu pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba, penghidu (Struart &
Laraia, 2005).
Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera
yang tidak terdapat stimulasi terhadap reseptornya. Halusinasi harus
menjadi fokus perhatian oleh tim kesehatan karena apabila halusinasi
tidak ditangani secara baik, maka dapat menimbulkan resiko terhadap
keamanan diri klien sendiri, orang lain dan juga lingkungan sekitar
(Keliat dkk, 2011).
2. Tahapan Halusinasi
Menurut Keliat (2006) ,tahap tahap halusinasi karakteristik dan
perilaku yang ditampilkan oleh klien yang mengalami halusinasi
adalah:
1. Tahap 1
Memberikan nyaman tingkat ansietas sedang, secara umum
halusinasi merupakan suatu kesenangan.
Karakteristik (non verbal)
a. Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menyebabkan
ansietas
c. Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol
kesadaran
Perilaku klien :
- Tersenyum atau tertawa sendiri
- Menggerakan bibirtanpa suara
- Pergerakan mata cepat
- Respon verbalyang lambat
- Diam dan berkonsentrasi
2. Tahap II
Menyalahkan, tingkat kecemasan berat, secara umum
halusinasimenyebabkan rasa antisipasi.
Karakteristik (non verbal)
a. Pengalaman sensori menakutkan
b. Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
c. Mulai merasa kehilangan control
d. Menarik diri dari orang lain
Perilaku klien :
- Terjadi peningkatan denyut jantung,pernafasan,dan tekanan
darah
- Perhatian dengan lingkungan kurang
- Konsentrasi dengan pengalaman sensorinya
- Kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realita
3. Tahap III
Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori
halusinasi tidak dapat ditolak.
Karakteristik (non verbal)
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
(halusinasi)
b. Sulit untuk berhubungan dengan orang lain
c. Kesepian bila pengalaman sensorinya berakhir
Perilaku klien :
- Perilaku panic
- Sulit untuk berhunbungan dengan orang lain
- Berkeringat, tremor
- Tidak mampu memenuhi perintah dari orang lain dan
dalam kondisi sangat menegangkan
- Perhatian dengan lingkungan kurang
4. Tahap IV
Menguasai tingkat kecerdasan, panic secara umum diatur dan
dipengaruhi oleh halusinasinya.
Karakteristik (non verbal)
a. Pengalaman sensori jadi mengancam
b. Halusinasi dapat terjadi beberapa jam atau beberapa hari
Perilaku klien :
- Perilaku panic
- Potensial untuk bunuh diri atau membunuh
- Tindakan kekerasan agitasi, menarik atau katasonik
3. Tanda dan Gejala
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Bicara/tertawa sendiri Mendengar suara-
dengar/suara tanpa lawan bicara suara kegaduhan
Merasa seperti
tersengat listrik
4. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Format pengkajian (lampiran)
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu anda dapatkan
adalah sebagai berikut :
1. Jenis dan isi halusinasi. Data objektif yang dapat anda kaji
dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data
subjektiif yag dapat anda kaji dengan melakukan wawancara
dengan pasien. Melalui data ini perawata dapat menegtahui
halusinasi pasien.
2. Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi. Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan
situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan
halusinasi terjadi?, apakah pagi, siang, sore, atau malam? Jika
mungkin pukul berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus
atau hanya sekali-kali?, situasi terjadinya apakah ketika sendiri,
atau setelah terjadi kejadian tertentu?, hal ini dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi,
sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan
frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
3. Respons terhadap halusinasi. Untuk mengetahui apa yang
dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada
keluarga atau orang terdekat pasien. Selain itu dapat juga dengan
megobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
Analisa Data
Data Masalah keperawatan
DS: Resiko perilaku kekerasan
Adanya petunjuk verbal (contoh: terhadap diri sendiri
bicara tentang kematian)
DO:
Adanya gangguan psikologis
Adanya sikap isolasi social
Adanya masalah kesehatan fisik
Adanya masalah kesehatan mental
DS: Ketakutan
Merasa waspada
Merasa diteror
Merasa terancam
Merasa panic
DO:
Terlihat gelisah
Perilaku menghindar
Perilaku menyerang
Terlihat letih
anoreksia kurus
DS: Resiko bunuh diri
Adanya perubahan sikap yang nyata
Adanya riwayat upaya bunuh diri
Adanya perubahan perilaku
Adanya pemulihan euforik yang tiba-
tiba dari depresi mayor
Adanya gangguan psikiatrik
Riwayat bunuh diri dalam keluarga
Riwayat isolasi social
Kesepian
Putus asa
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1 : Resiko perilaku kekerasan terhadap diri
sendiri b.d gangguan psikologi d.d halusinasi, perilaku isolasi social,
berbicara tentang kematian
NOC : anxiety level
No. Indicator 1 2 3 4 5
1 Gelisah
2 Perubahan kebiasaan
3 Penurunan konsentrasi
4 Kesulitan pemecahan masalah
5 Panic attack
6 Keletihan
7 Penurunan produktifitas
8 Secara verbal menunjukkan
kecemasan
Menarik diri
5. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Perilaku Kekerasan
Format Pengkajian (Lampiran)
Analisa Data
NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS : Resiko prilaku
Ide bunuh diri kekerasan
Konflik hubungan terhadap diri
interpersonal sendiri
Kuraang sumber
personal ( misalnya
pencapaian,
wawasan afek buruk,
da tindakan
terkendali )
Masalah kesehatan
mental ( missal
depresi, psikosis,
gangguan
kepribadian,
penyalah gunaan
obat )
Masalah pekerjaan
( misalnya
menganggur,
kehilangan atau
kegagalan dalam
pekerjaan yang
sekarang )
Riwayat bunuh diri
berulang
Status pernikahan
(misal : lajang, janda,
cerai )
DO :
Isyarat perilaku
( misalnya : menulis
catatan cinta yang
sedih, menunjukkan
pesan kemarahan
pada orang terdekat
yang telah meolak
dirinya, memberikan
benda pribadi pada
orang lain,
mengambil polis
asuransi jiwa yang
besar )
Isolasi social
2. DS : Resiko perilaku
Riwayat menyaksikan kekerasan
perilaku kekerasan terhadap orang
dalam keluarrga lain berhubungan
Riwayat dengan bahasa
penganiayaan pada tubuh
masa kanak-kanak/
( missal fisik,
psikologis, seksual )
Riwayat
penyalahgunaan zat\
DO :
Bahasa tubuh
negative ( misalnya
:postur tubuh kaku,
mengepalkan
jari/mengunci rahang,
hiperaktifitas, terburu-
buru, cara berdiri
mengancam )
Pola ancama
kesehatan ( missal
ancaman verbal
terhadap orang atau
masyarakat,
ancaman social,
sumpah serapah,
membuat catatan/
surat ancaman,
ancaman seksual)
Pola perilaku
kekerasan terhadap
orang lain (misal :
memukul /
menendang /
meludahi/ mencakar
orang lain, melempar
objek atau meggigit
orag, menggit
seseorang,
percobaan
pemerkosaan,
pelecehan seksual,
mengencingi atau
membuat kotoran
pada orang lain )
Mood Equilibrium
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Memperlihatkan
perasaan yang
stabil
2 Memperlihatkan
kemampuan
kontrol terhadap
rangsangan
3 Patuh terhadap
tretmen
Stress Level
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Peningkatan
tonus otot pada
leher, bahu,
punggung
Emotional Support
1. Diskusikan dengan pasien tentang mengalaman emosi pasien
2. Kaji dengan pasien apa yang memicu emosi tersetut
3. Berikan pernyataan-pernyataan yang supportif dan empathetic
4. Sentuh pasien dengan sentuhan trapeutik
5. Ajari pasien untuk mengenali perasaannya seperti cemas, marah
atau sedih
6. Biasakan pasien untuk mengekspresikan perasaan cemas, marah
atau sedih dengan benar
7. Tetap tinggal dengan pasien untuk memberikan rasa aman saat
cemas
Family Support
1. Yakinkan keluarga bahwa perawatan sebaik mungkin sedang
dilakukan kepada pasien
2. Nilai reaksi emosi keluarga terhadap kondisi klien
3. Tentukan beban psikologis keluarga
4. Dengarkan keluhan perasaan dan pertanyaan keluarga
5. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
6. Identifikasi dukungan spiritual keluarga
Relaxtion therapy
1. Ajarkan pasien nafas dalam saat muncul perasaan cemas, marah
dan sedih
2. Evaluasi respon terhadap terapi relaksasi
Aggression Self-Restraint
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Mengidentifikasi kapan dia marah
2 Mampu mengidentifikasi saat frustasi
Emotional Support
1. Diskusikan dengan pasien tentang mengalaman emosi pasien
2. Kaji dengan pasien apa yang memicu emosi tersetut
3. Berikan pernyataan-pernyataan yang supportif dan empathetic
4. Sentuh pasien dengan sentuhan trapeutik
5. Ajari pasien untuk mengenali perasaannya seperti cemas, marah
atau sedih
6. Biasakan pasien untuk mengekspresikan perasaan cemas, marah
atau sedih dengan benar
7. Tetap tinggal dengan pasien untuk memberikan rasa aman saat
cemas
Evaluasi
Kemampuan pasien dan keluarga
Kemampuan Perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN HALUSINASI
Nama pasien :_________________
Ruangan
:____________________
Nama perawat
:_______________
Petunjuk pengisian :
3. Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunaka instrument
penilaian kinerja (No 04.01.01).
4. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.
No Kemampuan Tanggal
A. Pasien
SP I p
1. Mengidentifikasi penyebab PK
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat PK
5. Menyebutkan cara mengontrol PK
6. Membantu pasien mempraktikkan latihan
cara mengontrol fisik I
7. Menganjurkan pasien memasukkan latihan
kedalam kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara
fisik II
3. Menganjurkan pasien memasukkan latihan ke
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP II p
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara
verbal
3. Menganjurkan pasien memasukkan latihan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP III p
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara
spiritual
3. Menganjurkan pasien memasukkan latihan ke
dalam jadwal kkegiatan harian.
Nilai SP IV p
B. Keluarga
SP I k
1. Mediskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala PK,
serta proses terjadinya PK.
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien PK
Nilai SP I k
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien PK
2. Melatih Keluarga melakukan cara merawat
langsung kepada pasien PK
Nilai SP II k
SP III k
1. Membantu keluarga membbuat jadwal
aktivitas termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien
Nilai SP III k
Total nilai : SP p + SP k
Rata rata
Daftar Pustaka
Berkowitz Leonard, Agresivitas, Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo,
1993
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP): Untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S-1
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna, dkk. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas :
CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. PENURUNAN HALUSINASI PADA KLIEN
JIWA MELALUI COGNITIVE BEHAVIOR THERAPHY. Dalam Jurnal
Keperawatan Indonesia. Vol. 14. No. 3 hal: 185-192
Purba dkk, (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU Press.
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT). 2011.
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas : CMHN (basic Course).
Jakarta : EGC
Rawlins&Beck, C.K. (1993). Mental Health Psychiatric Nursing 3 rd
Ed.St.Louis: Mosby Year
Riyadi dan Purwanto.2009.Etiologi Perilaku
Kekerasan.Online(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-
gdl-ipungmdg0a-6384-2-babii.pdf). Diakses pada 4 April 2016 pukul
15.42 WIB
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.
Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Keperawatan
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Reflika Aditama