You are on page 1of 36

1

TUGAS PRESENTASI KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 53 TAHUN DENGAN HERNIA INGUINALIS


DEXTRA IREPONIBEL

Pembimbing :

dr. Haryono Sp. B

Disusun Oleh :
Dhanista Hastinata Sukarna Putra, S. Ked
J510 1650 32

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

RSUD KARANGANYAR

2017
2

LAPORAN KASUS
ILMU PENYAKIT BEDAH

SEORANG LAKI-LAKI 53 TAHUN DENGAN HERNIA INGUINALIS


DEXTRA IREPONIBEL

Diajukan oleh :

Dhanista Hastinata Sukarna Putra, S. Ked J510 1650 32


Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada

Pembimbing :

dr. Haryono Sp. B (..........................)

Dipresentasikan di hadapan :

dr. Haryono Sp. B (..........................)

Disahkan Ka. Program Profesi :

dr. Dona Dewi Nirlawati (..........................)


3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4
BAB II LAPORAN PASIEN . ... .................................................................... 5
A. Identitas .. 6
B. Anamnesis................... ................................................................ 6
C. Pemeriksaan Fisik ....................................................................... 9
D. Pemeriksaan Penunjang. ............................................................. 13
E. Diagnosis Kerja.............. ......................................................... 17
F. Terapi......................... ............................................................. 17
G. Planning....................................................................................... 17
H. Prognosis..................................................................................... 17
I. Follow up. 17
BAB III TINJAUAN PUSTAKA... ................................................................ 19
BAB IV PEMBAHASAN... ............................................................................ 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 35
A. Kesimpulan .. .............................................................................. 35
B. Saran .... ...................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA.............. . ................................... 36

3
4

BAB I
PENDAHULUAN

Menurut Kamus Kedokteran Dorland, hernia merupakan penonjolan


abnormal bagian organ atau struktur tubuh lain melalui lubang alamiah ataupun
abnormal dalam selaput pembungkus, membran, otot, atau tulang. Berdasarkan
terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan
atau akuisita. Sedangkan berdasarkan letak, hernia diberi nama sesuai lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dan lain-
lain. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,
indirek, serta femoralis; hernia incisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia
umbilikalis 3%, dan hernia lain sekitar 3%. Pada hernia lipat paha, 90% nya
merupakan hernia inguinalis, dengan kejadian hernia inguinalis indirek 75% dan
hernia inguinal direk 25%
Hernia merupakan masalah kesehatan yang prevalensinya masih tinggi di
dunia. Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia
direct yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih
sedikit. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan
pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy
dilakukan tiap tahunnya di Amerika Serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk
hernia femoralis, 166000 hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000
untuk hernia abdomen lainnya.
Faktor yang dipandang berperan sebagai penyebab hernia adalah adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, adanya peninggian tekanan di dalam rongga
perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Pendekatan diagnostik pada
kasus hernia harus cermat dalam menentukan jenisnya. Gold Standard untuk
penegakan diagnosis hernia adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada
umumnya keluhan pada orang dewasa benjolan di lipat paha. Gejala dan tanda
klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia pada hernia reponibel
keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan dilipat paha yang muncul pada

4
5

waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring.
Keluhan nyeri jarang dijumpai , kadang nyeri bisa dirasakan di daerah epigastrium
atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang
disertai mual dan muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Patogenesis hernia yaitu terjadi penutupan processus vaginalis peritonei
hanya pada suatu bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang
berasal dari processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi
dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini dapat terisi dalaman perut,
tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.
Anamnesis cermat dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang penting
dalam penegakan diagnosis hernia. Secara umum, penatalaksanaan hernia dapat
dibagi menjadi dua, yakni pengobatan konservatif dan operatif. Penyembuhan
dipercepat kalau penderita menghindari gerakan mengangkat barang-barang berat
ataupun ketegangan otot lainnya. Hernia inguinalis indirek dapat timbul kembali
pada 2-3% penderita. Sedang hernia direk dapat timbul kembali sampai 10%
penderita
6

BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. CK
2. Umur : 53 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Kalisoro, Tawangmangu
5. No. RM : 4090xx
6. Pekerjaan : Kuli bangunan
7. Status perkawinan : Menikah
8. Agama : Islam
9. Suku : Jawa
10. Tanggal masuk RS : 17 Juli 2017
11. Tanggal pemeriksaan : 17 Juli 2017

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Benjolan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 5 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan
benjolan perut kanan bawah. Benjolan tersebut bersifat hilang timbul.
Benjolan biasanya muncul ketika pasien melakukan aktifitas yang berat
seperti mengangkat barang yang berat. Benjolan akan hilang sendiri
ketika pasien istirahat. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan,
tidak mual, tidak muntah, sulit kencing (-), sulit berak (-). Pasien tidak
memeriksakan kondisinya ke dokter.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan benjolan
perut kanan bawah. Benjolan tersebut bersifat menetap. Benjolan tersebut
timbul saat istirahat maupun saat beraktifitas dan tidak bisa kembali
normal. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan, tidak mual, tidak

6
7

muntah, pasien berak 2 kali sehari dan kencing sehari 4-5 kali, @ - 1
gelas belimbing. Pasien menyangkal nyeri saat berak dan menyangkal
kencing anyang-anyangen. Pasien memutuskan berobat ke puskesmas
dan akhirnya dirujuk ke poli bedah RSUD Karanganyar.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat maag : tidak ada
Riwayat darah tinggi : tidak ada
Riwayat penyakit gula : tidak ada
Riwayat asma : tidak ada
Riwayat alergi : tidak ada
Riwayat sakit jantung : tidak ada
Riwayat mondok : tidak ada
Riwayat trauma pada perut : tidak ada
4. Riwayat Pribadi
Riwayat merokok : tidak ada
Minum-minuman jamu : tidak ada
Riwayat konsumsi obat : tidak ada
5. Riwayat Keluarga
Riwayat darah tinggi : tidak ada
Riwayat penyakit gula : tidak ada
Riwayat asma : tidak ada
Riwayat alergi : tidak ada
Riwayat sakit jantung : tidak ada
6. Riwayat Kebiasaan
Saat sakit maupun sebelum sakit pasien makan sehari 3 kali nasi 1
porsi dengan lauk tahu tempe kadang telur, sayur bayam, buncis, nangka
muda, kangkung berganti ganti. Nafsu makan cukup baik. Pasien tidak
suka makan makanan pedas dan minum manis. Pasien jarang
mengkonsumsi kopi namun sering konsumsi teh. Pasien termasuk orang
yang periang dan suka berbicara, tidak pemarah, bila tidak sakit semua
aktifitas pribadi dikerjakan sendiri, jarang minta bantuan ke orang lain.
8

Pasien sering melakukan aktivitas keagamaan maupun sosial. Pasien


bekerja sebagai kuli bangunan, pasien sering angkat bahan material
bangunan sejak 10 tahun yang lalu. Sejak 3 hari ini pasien berhenti bekerja
sementara dan beristirahat di rumah. Pasien biasa tidur malam sekitar
pukul 21.00, dan bangun pagi sekitar pukul 04.30.
7. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan
a. Keadaan Sosial
Kondisi lingkungan tempat tinggal pasien berada di kampung
dengan jarak dari jalan besar sekitar 2 km. Keadaan tempat tinggal/
lingkungan: rumah pribadi, terdiri dari bangunan utama, teras, dengan
kamar mandi di belakang rumah. Kamar mandi berukuran 2 x 3 m,
berlantai plester semen, WC jongkok, berukuran 1.25 x 1.25 m.
Pasien tinggal dengan istri, anak-anak nya udah mandiri tinggal di
sekitar rumah pasien. Anak-anak pasien sering berkunjung ke rumah.
Kegiatan memasak, mencuci baju, belanja dan bersih-bersih rumah
sering dilakukan oleh anak dan menantu. Hubungan dengan keluarga
baik terkadang ada keluarga yang datang berkunjung kerumah pasien.
Hubungan dengan tetangga dan teman baik serta tidak ada masalah.
b. Keadaan ekonomi
Pasien seorang kepala rumah tangga. Pasien mempunyai 3 anak
dan 1 cucu. Dalam memenuhi kebutuhan keuangan pasien dibantu oleh
anaknya. Anaknya bekerja di pabrik. Biaya rawat inap ditanggung oleh
Jamkesmas

Kesimpulan : Sosial ekonomi kurang

C. ANAMNESIS SISTEM
Sistem Serebrospinal Gelisah (-), Lemah (+), Demam (-), pusing
(+)
Sistem Kardiovaskular Sianosis (-), anemis (-), palpitasi (-), nyeri
dada (-)
Sistem Respiratorius Batuk (-), sesak nafas (-)
Sistem Genitourinarius Kencing (+) lancar, nyeri (-) darah (-)
Sistem Gastrointestinal Nyeri perut(-), mual (-), muntah (-), nafsu
9

makan menurun (-), Berak cair(-)


Sistem Muskuloskeletal Badan lemas (-), nyeri pinggang (-), atrofi
otot (-)
Sistem Integumentum Pucat (-), Clubbing finger (-)
Kesan : terdapat masalah pada sistem serebrospinal, gastrointestinal, dan
muskuloskeletal.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan tanggal 17 Juli 2017
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Kesan Cukup
Tanda vital :
Tekanan Darah Baring : 110 /80 mmHg
Tekanan Darah Duduk : 110/ 80 mmHg
Tekanan Darah berdiri : 110/ 80 mmHg
Nadi baring : 80x/ mnt reguler, isi dan tegangan cukup
Nadi duduk : 80x /menit reguler, isi dan tegangan cukup
Nadi berdiri : 80x /menit reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan baring : 20 x/ menit
Pernafasan duduk : 20 x/menit
Pernafasan berdiri : 20 x/menit
Suhu : 36,80C aksila
Status Gizi
BB : 55 kg
TB :165 cm
BMI : 20,37 kg/m2 (normoweight)
Kulit:
Ikterik (-), kulit pucat (-), turgor kulit cukup, hiperpigmentasi (-),
hipopigmentasi (-), petechie (-), bekas granulasi (-), kulit kering (-),
dekubitus (-).
10

Kepala :
Bentuk mesocephal, rambut beruban (+), rambut mudah rontok (-), luka (-
),benjolan abnormal (-).
Wajah :
Moon face (-), atropi musculus temporalis (+).
Mata :
Ptosis (-), blefaritis (-), oedem palpebra (-), konjungtiva pucat (-/-), sklera
ikterik(-/-), perdarahan subconjungtiva (-), pupil isokor 3mm/3mm,
reflek cahaya (+)/(+), katarak (-),pterygium (-/-)
Telinga:
Tofus (-), sekret (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-),
gangguanfungsi pendengaran (-), telinga berdenging (-),alat bantu dengar (-
).
Hidung :
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), gangguan fungsi
pembauan (-), septum deviasi (-), polip nasi (-), nyeritekan sinus frontalis (-
), sinus ethmoidalis (-).
Mulut:
Bibir sianosis (-), bibir kering (-), stomatitis (-), lidah deviasi (-), lidah kotor
(-), tepi lidah hiperemis (-), papil lidah atropi (-), lidah tremor, tampak gigi
karies (+), palatoschisis (-), napas bau aceton (-), gusi berdarah (-), mukosa
bibir basah, gigi (-).
Leher :
Trachea di tengah, JVP R+2 cm H2O, pembesaran kelenjar limfe (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-), leher
kaku (-), distensi vena-vena leher (-)
Dada :
Bentuk normochest, simetris, retraksi (-), spider naevi (-), venectasi (-),atrofi
muskulus pektoralis mayor (-), pembesaran kelenjar limfe supraklavikuler (-
), infraklavikuler (-), pembesaran KGB Axilla (-/-).
Paru :
11

Depan
Inspeksi:
Statis :Simetris, sela iga melebar (-), retraksi supra sternal (-), retraksi
intercostalis (-)
Dinamis : Pengembangan dada kanan // kiri
Palpasi:
Statis : Simetris
Dinamis : Fremitus raba kanan // kiri
Perkusi : Sonor / Sonor
Auskultasi:
Kanan : Suara dasar bronkovesikuler, Suara tambahan (-)
Kiri : Suara dasar bronkivesikuler, Suara tambahan (-)
Belakang
Inspeksi
Statis : punggung kanan kiri simetris
Dinamis : pengembangan dada simetris
Palpasi
Statis : punggung kanan dan kiri simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan : sonor, mulai redup pada batas paru bawah V Th X
Kiri : sonor, mulai redup pada batas paru bawah V Th XI
Peranjakan diafragma 5 cm kanan sama dengan kiri.
Auskultasi
Kanan : Suara dasar bronkovesikuler, Suara tambahan (-)
Kiri : Suara dasar bronkivesikuler, Suara tambahan (-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba di SIC V 1 cm medial LMC sinistra, tak
kuat angkat, tidak melebar, thrill (-)
Perkusi : Batas jantung kanan atas di SIC II Linea sternalis dextra
12

Batas jantung kanan bawah di SIC IV Linea sternalis dextra


Batas jantung kiri atas di SIC II Linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah di SIC V 1 cm medial LMCS
Pinggang jantung di SIC II-III Linea parasternalis sinistra
Kesimpulan : Batas jantung tidak melebar
Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni, Intensitas normal, Bising (-),Gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Dinding perut >dinding dada, venectasi (-), bekas operasi (-),
benjolan di regio inguinalis dextra
Auskultasi : Peristaltik usus (+) 20x/menit, metallic sound (-)
Perkusi : Tympani, pekak sisi (+), pekak alih (-),area troube (+)
Papalpasi : Distended, nyeri tekan (-), splenomegali (-)
Hepatomegali (-)
Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
oedem -/- -/-
pucat -/- -/-
sianosis -/- -/-
akral dingin -/- -/-
jari tabuh -/- -/-
eritema palmaris +/+ -/-
Kekuatan 5/55/5
Tonus N/N N/N
RF (Bisep,Tricep
Patella, Achilles) N/N N/N
RP -/- -/-
13

Status lokalis abdomen

Status lokalis regio inguinal dextra


Inspeksi : tampak benjolan lonjong regio inguinal dextra, warna sama
dengan kulit sekitar, hiperemis (-), jejas (-)
Palpasi : teraba benjolan dengan konsistensi lunak, batas atas tidak tegas,
batas bawah kanan kiri tegas, permukaan licin, nyeri tekan (-),
perabaan suhu normal, ukuran 1 cm x 1 cm x 0,5 cm
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin 17 Juli 2017
Hematologi Rutin Hasil Satuan Rujukan
Hb 12.3 g/dl 12 16
HCT 38.6 37 47
AL 9.5 103/l 5 10
AT 275 103/l 150 300
AE 4.02 106/l 4,00 5,00
Index Eritrosit
MCV 86.1 /um 82,0 92,0
MCH 27.4 Pg 27,0 31,0
MCHC 31.8 g/dl 32,0 37,0
RDW 16.2 % 11,6 14,6
Hitung Jenis
Granulosit 63,1 % 50,0 70,0
Limfosit 729,9 % 25,0 40,0
14

Monosit 3.6 % 3,0 9,0


Limfosit 2,46 Ribu/ul 1,25 4,0
Monosit 0.30 Ribu/ul 0,30 1,00
Granulosit 5.18 Ribu/ul 2,50 7,00
CT 04.00 menit 2-8
BT 01.30 menit 1-3
Kimia Klinik
GDS 130 mg/dL 70 150
Imuno-Serologi
HIV Non reaktif

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Ureum 21 mg/100ml 10-50
Kreatinin 0,53 mg/dl 0.5-0.9
Serologi
HbSAG Non reaktif Non reaktif

Rontgent Thorax
15

EKG

F. RESUME
1. Dari hasil anamnesis pasien mengeluhkan benjolan perut kanan bawah.
Benjolan tersebut bersifat menetap. Benjolan tersebut timbul saat istirahat
maupun saat beraktifitas dan tidak bisa kembali normal. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri pada benjolan, tidak mual, tidak muntah, pasien berak
2 kali sehari dan kencing sehari 4-5 kali, @ - 1 gelas belimbing.
Pasien menyangkal nyeri saat berak dan menyangkal kencing anyang-
anyangen.
2. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak cukup.
Kesadaran Compos Mentis, Gizi normoweight, Vital Sign: Tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, Respirasi rate: 20x/menit; suhu 36,8C.
didapatkan atrofi musckulus temporalis, pemeriksaan abdomen terdapat
benjolan pada regio inguinal dextra.
3. Status lokalis: pada abdomen regio inguinal dextra terdapat benjolan
lonjong dan padat pada regio inguinal dextra, nyeri tekan (+), tidak dapat
di reposisi.
4. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin dalam batas normal,
rontgent thorax dalam batas normal dan EKG dalam batas normal.
16

G. DIAGNOSIS KERJA
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
DD : - Limfadenopati Inguinal Dextra
- Soft Tissue Inguinal Dextra
H. PLANNING
Pemeriksaan USG
I. TERAPI
Operatif: Herniotomi dan Hernioplasti
J. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : bonam
2. Quo ad funtionam : ad bonam
3. Quo ad sanam : ad bonam
H. HASIL FOLLOW UP
17

18 Juli 2017 S/
(05.00) Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah bekas operasi.
Keluhan mual muntah tidak ada, pasien BAK sehari
4-5 kali, @ - 1 gelas belimbing.
O/
TD : 110/70, N : 72, S : 36.9, RR : 20
KU/Kes : sedang/ CM
K/L : Normochepal, SI-/-, CP-/- ,PKGB
Tho : SDV+/+,Rh-/-,Wh-/-, BJ I/II reg, bising -

Abd : Inspeksi : dinding perut lebih tinggi


dari dinding dada (-
),distended (-)
Auskultasi :peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani (+)
Palpasi :nyeri tekan daerah
sekitar operasi,
hepatomegali(-),
splenomegali (-).

Ext : akral hangat, udem (-)

A/
Post OP Herniorapi ireponibel HIL dextraH+1
P/
Inf Rl 20 tpm
Inf Cefriaxon 2x1g
Inj Ranitidin 2x25mg
Inj Santagesik 3x500mg
Inf Metronidazol 3x500mg
19Juli 2017 S/
(05.00 WIB) Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah bekas operasi
berkurang. keluhan mual muntah tidak ada, pasien
18

BAK sehari 4-5 kali, @ - 1 gelas belimbing.


O/
TD : 110/70, N : 72, S : 36.9, RR : 20
KU/Kes : sedang/ CM
K/L : Normochepal, SI-/-, CP-/- ,PKGB
Tho : SDV+/+,Rh-/-,Wh-/-, BJ I/II reg, bising -

Abd : Inspeksi : dinding perut lebih tinggi


dari dinding dada (-
),distended (-)
Auskultasi :peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani (+)
Palpasi :nyeri tekan daerah
sekitar operasi,
hepatomegali(-),
splenomegali (-).

Ext : akral hangat, udem (-)

A/
Post OP Herniorapi ireponibel HIL dextraH+1
P/
Inf Rl 20 tpm
Inf Cefriaxon 2x1g
Inj Ranitidin 2x25mg
Inj Santagesik 3x500mg
Inf Metronidazol 3x500mg
19

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
Di dalam regio inguinalis terdapat kanalis inguinalis yang bagian
kraniolateral dibatasi oleh anulus inguinalis internus. Anulus inguinalis
internus ini merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis
otot transversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum,
kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari
aponeurosis oto oblikus eksternus abdominis. Atapnya ialah aponeurosis otot
oblikus eksternus abdominis dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale.
Kanalis ingunalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum
rotundum pada wanita.

Gambar 2. Regio Inguinal dan Femoral


Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke
dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke

19
20

skrotum sehingga disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam


otot kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain
dalam funikulus spermatikus.
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung ke depan melalui segitiga hasselbach. Daerah ini dibatasi oleh
ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di
bagian lateral, dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis otot transversus abdominis yang kadang tidak sempurna
sehingga daerah ini berpotensi melemah. Pada hernia medialis karena tidak
keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak
disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.

Gambar 3. Trigonum Hasselbach pada Regio Inguinal


21

Nervus ilioingunalis dan nervus iliofemoralis mempersarafi otot di regio


inginalis, sekitar kanalis inguinalis, funikulus spermatikus, serta sensibilitas
kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil tungkai atas bagian
proksimomedial.
B. Epidemiologi
Hernia merupakan masalah kesehatan yang prevalensinya masih tinggi
di dunia. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia
inguinal direk, indirek, serta femoralis; hernia incisional 10%, hernia ventralis
10%, hernia umbilikalis 3%, dan hernia lain sekitar 3%. Pada hernia lipat
paha, 90% nya merupakan hernia inguinalis, dengan kejadian hernia
inguinalis indirek 75% dan hernia inguinal direk 25%.
Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, dimana
hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit. Hernia sisi kanan
lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita pada hernia
indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy dilakukan tiap
tahunnya di Amerika Serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk hernia
femoralis, 166000 hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000
untuk hernia abdomen lainnya.
C. Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding suatu organ (Sjamsuhidajat et al, 2010). Sedangkan
menurut Tambayong (2000) hernia adalah defek dalam dinding abdomen
yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus, atau
kandung kemih) memasuki defek tersebut sehingga timbul kantong berisikan
materi abnormal. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan
atau congenital dan hernia yang didapat atau akuisita. Hernia menurut
letaknya, diantaranya yaitu diafragma, umbilical, femoral, maupun inguinal.
22

Gambar 1. Hernia Inguinalis


Sekitar 75% hernia terjadi di lipat paha berupa hernia ingulinal direk,
indirek serta hernia femoralis. Hernia umbilikalis 3%.
D. Klasifikasi
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (penonjolan organ) dari
kavum peritoneal ke dalam canalis inguinalis. Hernia inguinalis dimulai pada
bagian atas dan medial terhadap tuberkulum pubikum namun dapat turun
lebih luas jika membesar, biasanya mempertegas garis-garis lipatan paha
(Grace dan Borley,2007). Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Hernia Inguinalis Direk (Medialis)
Hernia ini timbul akibat lemahnya dinding posterior kanalis inguinalis.
Hernia ini tidak bisa dikendalikan dengan penekanan jari pada anulus
profunda dan jarang sekali sampai ke skrotum (Faiz dan Moffat, 2004).
Hernia medialis disebut hernia direk karena langsung menonjol melalui
segitiga Hessebach biasanya berbentuk tonjolan bulat.
2. Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis)
Hernia ini timbul akibat menetapnya prosesus vaginalis (kantong hernia)
saat embrio. Isi perut menonjol melalui anulus inguinalis profunda,
melalui kanalis inguinalis, dan akhirnya menuju skrotum. Hernia ini bisa
dikendalikan melaui penekanan anulus profunda dengan jari. Hernia ini
disebut latelaris karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu
23

dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Hernia ini biasanya
berbentuk lonjong.

Gambar 2. Hernia inguinalis Direk/Medialis Gambar 3. Hernia


inguinalis Indirek/Lateralis
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :
1. Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel: bila isi kantong hernia tidak dapat direposisi kembali
ke dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi
kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia
akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia inkarserata dan strangulata
a. Hernia Inkaserata: selalu terisi dan tidak dapat dikosongkan kembali
b. Hernia strangulata: mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di
dalamnya karena tidak mendapatkan darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit
E. Etiologi
Faktor yang menyebabkan terjadinya hernia inguinalis, yaitu:
1. Peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang
a. Mengangkat barang yang terlalu berat
b. Batuk menahun
24

c. Akibat sering mengejan pada saat buang air besar


d. Kehamilan
e. Ascites
f. Tumor abdomen
2. Adanya kelemahan jaringan atau otot
Kelemahan otot dinding perut karena usia, dapat terjadi akibat kerusakan
nervus ilionguinalis dan nervus iliofemoralis
3. Adanya prosesus vaginalis (kantong hernia) yang terbuka
F. Patofisiologi
Pada orang orang sehat, ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu :
1. Kanalis inguinalis yang berjalan miring
2. Struktur musculus oblikus internus abdominalis yang menutup annulus
ingulinalis internus ketika berkontraksi.
3. Fascia transversa kuat yang menutup trigonum hesselbach yang umumnya
hampir tidak berotot (Sjamsuhidajat et al, 2010).
Menurut Grace dan Borley (2007), patofisiologi terjadinya hernia, yakni:
1. Defek pada dinding abdomen dapat kongenital (misalnya hernia
umbilikalis, kanalis femoralis) atau didapat (misalnya akibat suatu insisi)
dan dibatasi oleh peritoneum (kantung)
2. Peningkatan tekanan intraabdomen lebih lanjut membuat defek semakin
lemah dan menyebabkan beberapa isi intraabdomen (misalnya: omentum,
lengkung usus halus), keluar melalui celah tersebut
3. Isi usus yang terjebak di dalam kantung menyebabkan inkarserasi
(ketidakmampuan untuk mengurangi isi) dan kemungkinan strangulasi
(terhambatnya aliran darah ke daerah yang mengalami inkarserasi)
Secara patofisiologi, hernia inguinalis terjadi karena peningkatan tekanan
intra abdomen yang akan mendorong anulus inguinalis internus terdesak.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena 3 faktor
kausal, yakni adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peningkatan tekanan
intra abdomen, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Hernia
25

inguinalis lebih banyak terjadi pada laki- laki dari pada perempuan. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup besar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
G. Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul,
muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau
batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan dengan
tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya
hernia. Jika terjadi gangguan passage usus (obstruksi) maka hernia
ireponibel berubah diagnosis menjadi hernia inkarserata. Nyeri pada
keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit
dengan keadaan ini.
3. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas, bising usus (-), transluminasi (-
). Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus)
dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat
melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai
scrotum. Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie Secara klinis HIL
dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik
pemeriksaan sederhana yaitu finger test,
Ziemen test dan Tumb test. Cara
pemeriksaannya sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Finger Test :
1) Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2) Dimasukkan lewat skrortum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal.
26

3) Penderita disuruh batuk, interpretasi hasil yaitu :


a) Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
b) Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
b. Pemeriksaan Ziemen Test :

1) Posisi berbaring, bila ada benjolan


masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2) Hernia kanan diperiksa dengan tangan
kanan.
3) Penderita disuruh batuk bila rangsangan
pada :

a) jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.


b) jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
c) jari ke 4 : Hernia Femoralis.
c. Pemeriksaan Thumb Test :
1) Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan
2) Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
3) Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
27

Pasien yang menderita hernia inguinalis ireponibel biasanya datang dengan


keluhan adanya benjolan di lipat paha yang timbul setelah mengejan, batuk,
atau mengangkat beban berat, dan tidak menghilang waktu istirahat baring.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul jika terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi.
1. Pada kasus hernia inguinalis indirek, hernia ini dapat dimasukkan dengan
tekanan oleh jari-jari di sekitar cincin inguinalis interna dan banyak
terjadi pada pria usia muda (3% per tahun terjadi dengan komplikasi)
serta seringkali turun ke dalam skrotum.
2. Pada kasus hernia inguinalis direk, hernia ini sulit dimasukkan dengan
penekanan jari-jari tangan (sulit dikontrol oleh penekanan pada cincin
internal) dan lebih sering pada pria tua (0,3% kasus per tahun mengalami
strangulasi). Secara khas menyebabkan benjolan ke depan pada lipat
paha, tidak turun ke dalam skrotum.
Secara klinis antara kedua jenis hernia ini dapat sulit dibedakan namun saat
operasi, letak leher hernia terhadap arteri epigastrika inferior menentukan tipe
hernia, yaitu pada hernia indirek leher kantung hernia terletak di sebelah
lateral arteri sedangkan pada hernia direk selalu terletak di sebelah medialnya
(Faiz dan Moffat, 2004).
Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Tampak Toksik
Sakit
Reponibel + - - - -
Ireponibel - - - - -
Inkarserasi - + + + -
Strangulasi - ++ + ++ +

H. Komplikasi
Hernia strangulata: gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik,
adanya gangguan sistemik pada usus. Dapat pula dijumpai nyeri hebat di
tempat hernia, tanda peritonitis atau abses lokal jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.
28

I. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perhatikan keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum, atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring .Pasien di minta mengedan atau batuk
sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Pada hernia
inguinalis direk biasanya akan terlihat simetris dengan tonjoloan yang
sirkuler di cincin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien
berbaring. Sedangkan pada hernia inguinalis indirek akan terlihat tonjolan
yang berbentuk elip dan susah menghilang pada saat berbaring.
2. Auskultasi
Bila isi hernia berupa usus maka bising usus dapat terdengar.
3. Palpasi
Pemeriksaan dengan palpasi dapat menggunakan metode finger tip test.
Tujuan utamanya adalah untuk membedakan hernia inguinalis indirek dan
direk, di samping dapat menentukan diameter dan ketebalan cincin hernia.
Cara pemeriksaannya adalah dengan sebelumnya meminta pasien untuk
mendorong masuk hernianya, kemudian salah satu jari tangan pemeriksa
dimasukkan menelusuri jalan masuk hernia. Pasien kemudian diminta
mengejan. Jika hernia teraba atau menyentuh ujung jari berarti ini adalah
hernia indirek/lateralis. Jika hernia teraba atau menyentuh bagian samping
jari berarti merupakan hernia direk/medialis. Penekanan melalui cincin
interna ketika pasien mengejan juga dapat membedakan hernia inguinalis
indirek dan direk. Pada hernia inguinalis direk, benjolan akan terasa pada
bagian depan melewati Trigonum Hesselbachs dan kebalikannya pada
hernia inguinalis indirek. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal
tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Labratorium
Pada hernia ireponibel pada umumnya hasil laboratorium dalam batas
normal. Untuk curiga ke arah adanya strangulasi, dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
29

a. Hematologi: adanya leukositosis


b. Elektrolit, BUN, kreatinin tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi
c. Urinalisis: untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha
2. Radiologis
a. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau
dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis
b. CT Scan
K. Penatalaksanaan
Penanganan hernia dapat dilakukan secara konservatif maupun operasi.
1. Konservatif
a. Reposisi bimanual
Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi
b. Bantalan penyangga
Penggunaan bantalan penyangga bertujuan untuk menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyenbuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup. Hal ini biasanya dipilih jika pasien menolak operasi.
Namun cara ini tidak sudah tidak dianjurkan.
2. Operasi
Penatalaksanaan hernia dapat dilakukan dengan pembedahan, yang biasa
disebut herniotomi. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada
pasien-pasien dengan: Hernia dengan risiko komplikasi apapun
gejalanya, hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya dan
hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang
mengganggu gaya hidup, dan sebagainya
a. Prinsip Pembedahan:
1) Herniotomi
30

Tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali isi


kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong
kantong hernia. Teknik operasi Herniotomi:
a) Penderita dalam posisi supine dalam anestesi umum, spinal atau
lokal anestesi
b) Dilakukan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi
c) Lapangan operasi ditutup dengan doek steril
d) Dilakukan insisi oblique atau skin crease sejajar ligamentum
inguinal
e) Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis Muskulus Obliqus
Externus (MOE)
f) Aponeurosis MOE dibuka secara tajam Funikulus spermatikus
diluksir dan kantong hemia diidentifikasi
g) lsi hemia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia
dipotong secara transversal
h) Kantong hemia diligasi setinggi lemak preperitonium
i) Selanjuhrya dilakukan Hemiorafi
2) Herniorafi
Operasi hernia yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti
(tindakan memperkecil anulis inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis). Tindakan hernioplasti dapat
dilakukan dengan metode Bassini atau McVay.
Metode Bassini adalah dengan memperkecil anulus inguinalis
intemus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa dan menjahitkan pertemuan musculus transversus
internus abdominis dan musculus oblikus internus abdominis.
Tindakan ini dikenal dengan narna conjoint tendon ke ligamentum
inguinale Poupart. Metode Mc Vay dilakukan dengan menjahitkan
fasia transversa, musculus transversus abdominis dan musculus
oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper.
31

Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi


teknik herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan
dari otot-otot yang di jait. Untuk mengatasi masalah ini, terdapat
model pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik itu
digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis
yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-
otot ke inguinal. Tindakan pemasangan jaring (MESH) ini dapat
dimasukkan melalui bedah terbuka atau laparoskopik. Pada operasi
hernia secara laparoskopi diletakkan prostesis mesh di bawah
peritoneum pada dnding perut.
c. Komplikasi operasi hernia
Menurut Grace dan Borley (2007), komplikasi operasi hernia dapat
menimbulkan:
1) Hematoma (luka atau pada skrotum)
2) Retensi urin akut
3) Infeksi pada luka
4) Nyeri kronis
5) Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan strofi testis
6) Rekurensi hernia (sekitar 2%)
7) Menyebabkan cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis, nervus
iliofemoralis, serta duktus defererens.
L. Pencegahan
Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat
dicegah, namun langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada
otot-otot dan jaringan abdomen:
1. Menjaga berat badan ideal
2. Konsumsi makanan berserat tinggi
Buah, sayur, dan gandum baik untuk kesehatan dimana makanan tersebut
kaya akan serat tinggi yang dapat mencegah konstipasi
3. Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari
mengangkat benda berat
32

Jika harus mengangkat benda berat diusahakan tidak membungkus


dengan bertumpu pada pinggang
4. Berhenti merokok
Selain meningkatkan risiko terhadap penyakit serius seperti kanker dan
jantung, merokok seringkali menyebabkan batuk kronis yang dapat
menyebabkan hernia inguinalis
33

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini, pasien atas nama Bp. CK, umur 53 tahun dirawat
di RSUD Karanganyar bangsal Kantil 2 dengan diagnosa Hernia Inguinalis Dextra
Ireponibel yang ditegakgan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang akan dijelaskan pada paragraf selanjutnya.
Diagnosa Hernia Inguinalis Dextra Ireponibel pada pasien ini berdasarkan
anamnesis yang dilakukan terhadap pasien. Sejak 5 bulan sebelum masuk rumah
sakit, pasien mengeluhkan benjolan perut kanan bawah. Benjolan tersebut bersifat
hilang timbul. Benjolan biasanya muncul ketika pasien melakukan aktifitas yang
berat seperti mengangkat barang yang berat. Benjolan akan hilang sendiri ketika
pasien istirahat. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan, tidak mual, tidak
muntah, sulit kencing (-), sulit berak (-). Pasien tidak memeriksakan kondisinya
ke dokter. Pada kondisi tersebut mengarah ke hernia reponibel karena benjolan
masih bisa kembali masuk dengan istirahat.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan benjolan perut
kanan bawah. Benjolan tersebut bersifat menetap. Benjolan tersebut timbul saat
istirahat maupun saat beraktifitas dan tidak bisa kembali normal. Membuat pasien
tidak nyaman saat aktivitas maupun istirahat. Pasien tidak mengeluhkan nyeri
pada benjolan, tidak mual, tidak muntah, pasien berak 2 kali sehari dan kencing
sehari 4-5 kali, @ - 1 gelas belimbing. Pasien menyangkal nyeri saat berak
dan menyangkal kencing anyang-anyangen. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
atropi muskulus temporalis, dan dari pemeriksaan abdomen didapatkan kondisi
pada inspeksi tampak benjolan di region inguinal dextra. Dari pemeriksaan
penunjang didapatkan hasil pemeriksaan darah rutin dalam batas normal.
Penegakan diagnosis hernia inguinalis dapat dilakukan dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di
regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia
yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus. Kalau kantong
hernia berisi organ, maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus

33
34

atau omentum (seperti karet). HIL merupakan hernia abdomen yang paling sering
terjadi dan banyak diderita oleh laki-laki. Hernia sendiri terjadi akibat peran
multifaktorial. Pada Hernia inguinalis lateralis/indirek sering dikarenakan adanya
patent processus vaginalis. Namun, pada pasien resiko meningkat seiring dengan
usia tua dan aktivitas keseharian pasien yang bekerja sebagai kuli bangunan yang
tentu saja termasuk aktivitas berat. Dengan bertambahnya usia, integritas dari
muskulus abdomen menurun, sehingga dinding abdomen tidak dapat menahan
adanya peningkatan tekanan intrabdominal.
Hernia inguinalis berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
Hernia inguinalis lateral dan medial. Pada pasien ini tidak bisa dilakukan
pemeriksaan finger tes, thumb tes maupun ziemen tes karena benjolan bersifat
menetap. Secara klinis antara kedua jenis hernia ini dapat sulit dibedakan namun
saat operasi, letak leher hernia terhadap arteri epigastrika inferior menentukan tipe
hernia, yaitu pada hernia indirek leher kantung hernia terletak di sebelah lateral
arteri sedangkan pada hernia direk selalu terletak di sebelah medialnya.
Pemilihan management pada hernia inguinalis berdasarkan usia, dan berat
ringannya penyakit. Pada pasien dewasa, hernia yang telah menimbulkan gejala
atau telah menjadi hernia inkarserata perlu terapi operatif. Prognosis pada pasien
cenderung akan lebih baik karena keparahan hernia belum menyebabkan hernia
inkarserata maupun strangulate.
35

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
maka pada pasien ini telah ditegakkan diagnosa Hernia Inguinalis Dextra
Ireponibel. Dari perjalanan penyakit pasien ini bermula dari hernia inguinalis
dextra reponibel menjadi ireponibel. Faktor-faktor yang menyebabkan hal ini
terjadi belum jelas dan perlu penelitian yang lebih lanjut . Riwayat perawatan post
operasi, terapi simptomatik yang diberikan pada pasien ini berespon baik.
Hernia inguinalis adalah suatu defek pada fasia dan muskulo aponeurotik
dinding perut terutama di regio inguinal, baik secara kongenital maupun didapat,
yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui
dinding tersebut. Hernia Inguinalis Lateralis merupakan hernia abdomen yang
paling sering terjadi, dan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Management
dilakukan tindakan operatif untuk mencegah terjadinya komplikasi.
B. Saran
Saran untuk dokter tentang pasien ini diantaranya diperlukan upaya
pengenalan dini serta edukasi terhadap pasien untuk menghindari faktor-faktor
yang menyebabkan kejadian hernia berulang. Dokter perlu melakukan
penatalaksanaan yang komprehensif.
Saran untuk pasien dan keluarga pasien diantaranya diperlukan asupan
nutrisi yang tepat dan adekuat serta diperlukan perhatian dari keluarga pasien agar
pasien patuh minum obat dan perlu imobilisasi. Pada pasien juga perlu
dihindarkan dari faktor stress, kelelahan, kurang istirahat dan infeksi dimana dapat
memperlambat keberhasilan penyembuhan. Untuk mencegah terjadinya hernia
yang berulang pasien juga disarankan untuk bekerja yang ringan tanpa ada
aktivitas angkat-mengangkat.

35
36

Daftar Pustaka

Condon RE, Nylus L.M. Complications of groin hernia. In : Nylus LM,


Condon RE. Eds. Hernia. End ed. Philadelphia : JB Lippincott company,
2013 : 264-74.

Dunphy, J.E., and Way LW, eds. Current surgical diagnosis and Treatment,
5th ed. California; Lange medical Publication, 2008 : 1517-40.

Gardner, B. and Shaftan, Surgical Emergencies in the Child, eds. Pediatric


surgical Emergencies, ed. Philadelphia : J.B Lippincott company, 2010 :
552-8.

Harkins HN. Hernia. In Allen JG, Harkins NH, Moyer CA, Rhoads JE. Eds.
Surgery principles and practise. Philadelphia : JB Principels and practise,
Phialdelphia : JB Lippincott comapy, 1957 : 980-86.

Harun R. Parameter Kliniks sebagai Petunjuk Diagnosis Dini Hernia


Inguinalis Eksterna Strangulata di RSDK Semarang, Semarang : Lab.
Ilmu Bedah FK UNDIP/RSDK.

Jenkins, Jon L & Braen, G. Richard. 2004. Manual Of Emergency Medicine.


USA:Lippincott Williams & Wilkins.

Jones, Daniel B. 2012. Master Techniques in Surgery: Hernia.


USA:Lippincott Williams & Wilkins.

Junaidi P., Atiek S., Husna A., Hernia, Dalam : Kapita Selekta Kedokteran
FK UI, Jakarta : Media Aesculapius : 2008 : 352-9.

Macraflane DA, Thomas LP, Textbook of surgery, 4th ed. London : ELBS, 20
: 234-45.

Nylus LM, Bombeck CT, Hernia, in : Sabiston DC Jr. eds. Textbook of


surgery, 6th ed. Philadelphia : WB Saunders company, 2006: 1151-60.

Sjamsuhidajat R., De Jong W, Hernia, Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah, eds.
Revisi, Jakarta : EGC : 2012 : 696-719.

White JJ, Haller, Groin hernia. In : Nylus LM, Condon RE. Eds. Hernia, 2nd
ed. Philadeplhia : JB Lippincott company, 2008 : 14-27.

36

You might also like