Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Disusun Oleh :
Dhanista Hastinata Sukarna Putra, S. Ked
J510 1650 32
FAKULTAS KEDOKTERAN
RSUD KARANGANYAR
2017
2
LAPORAN KASUS
ILMU PENYAKIT BEDAH
Diajukan oleh :
Pembimbing :
Dipresentasikan di hadapan :
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4
BAB II LAPORAN PASIEN . ... .................................................................... 5
A. Identitas .. 6
B. Anamnesis................... ................................................................ 6
C. Pemeriksaan Fisik ....................................................................... 9
D. Pemeriksaan Penunjang. ............................................................. 13
E. Diagnosis Kerja.............. ......................................................... 17
F. Terapi......................... ............................................................. 17
G. Planning....................................................................................... 17
H. Prognosis..................................................................................... 17
I. Follow up. 17
BAB III TINJAUAN PUSTAKA... ................................................................ 19
BAB IV PEMBAHASAN... ............................................................................ 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 35
A. Kesimpulan .. .............................................................................. 35
B. Saran .... ...................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA.............. . ................................... 36
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
4
5
waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring.
Keluhan nyeri jarang dijumpai , kadang nyeri bisa dirasakan di daerah epigastrium
atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang
disertai mual dan muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Patogenesis hernia yaitu terjadi penutupan processus vaginalis peritonei
hanya pada suatu bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang
berasal dari processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi
dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini dapat terisi dalaman perut,
tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.
Anamnesis cermat dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang penting
dalam penegakan diagnosis hernia. Secara umum, penatalaksanaan hernia dapat
dibagi menjadi dua, yakni pengobatan konservatif dan operatif. Penyembuhan
dipercepat kalau penderita menghindari gerakan mengangkat barang-barang berat
ataupun ketegangan otot lainnya. Hernia inguinalis indirek dapat timbul kembali
pada 2-3% penderita. Sedang hernia direk dapat timbul kembali sampai 10%
penderita
6
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. CK
2. Umur : 53 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Kalisoro, Tawangmangu
5. No. RM : 4090xx
6. Pekerjaan : Kuli bangunan
7. Status perkawinan : Menikah
8. Agama : Islam
9. Suku : Jawa
10. Tanggal masuk RS : 17 Juli 2017
11. Tanggal pemeriksaan : 17 Juli 2017
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Benjolan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 5 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan
benjolan perut kanan bawah. Benjolan tersebut bersifat hilang timbul.
Benjolan biasanya muncul ketika pasien melakukan aktifitas yang berat
seperti mengangkat barang yang berat. Benjolan akan hilang sendiri
ketika pasien istirahat. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan,
tidak mual, tidak muntah, sulit kencing (-), sulit berak (-). Pasien tidak
memeriksakan kondisinya ke dokter.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan benjolan
perut kanan bawah. Benjolan tersebut bersifat menetap. Benjolan tersebut
timbul saat istirahat maupun saat beraktifitas dan tidak bisa kembali
normal. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan, tidak mual, tidak
6
7
muntah, pasien berak 2 kali sehari dan kencing sehari 4-5 kali, @ - 1
gelas belimbing. Pasien menyangkal nyeri saat berak dan menyangkal
kencing anyang-anyangen. Pasien memutuskan berobat ke puskesmas
dan akhirnya dirujuk ke poli bedah RSUD Karanganyar.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat maag : tidak ada
Riwayat darah tinggi : tidak ada
Riwayat penyakit gula : tidak ada
Riwayat asma : tidak ada
Riwayat alergi : tidak ada
Riwayat sakit jantung : tidak ada
Riwayat mondok : tidak ada
Riwayat trauma pada perut : tidak ada
4. Riwayat Pribadi
Riwayat merokok : tidak ada
Minum-minuman jamu : tidak ada
Riwayat konsumsi obat : tidak ada
5. Riwayat Keluarga
Riwayat darah tinggi : tidak ada
Riwayat penyakit gula : tidak ada
Riwayat asma : tidak ada
Riwayat alergi : tidak ada
Riwayat sakit jantung : tidak ada
6. Riwayat Kebiasaan
Saat sakit maupun sebelum sakit pasien makan sehari 3 kali nasi 1
porsi dengan lauk tahu tempe kadang telur, sayur bayam, buncis, nangka
muda, kangkung berganti ganti. Nafsu makan cukup baik. Pasien tidak
suka makan makanan pedas dan minum manis. Pasien jarang
mengkonsumsi kopi namun sering konsumsi teh. Pasien termasuk orang
yang periang dan suka berbicara, tidak pemarah, bila tidak sakit semua
aktifitas pribadi dikerjakan sendiri, jarang minta bantuan ke orang lain.
8
C. ANAMNESIS SISTEM
Sistem Serebrospinal Gelisah (-), Lemah (+), Demam (-), pusing
(+)
Sistem Kardiovaskular Sianosis (-), anemis (-), palpitasi (-), nyeri
dada (-)
Sistem Respiratorius Batuk (-), sesak nafas (-)
Sistem Genitourinarius Kencing (+) lancar, nyeri (-) darah (-)
Sistem Gastrointestinal Nyeri perut(-), mual (-), muntah (-), nafsu
9
D. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan tanggal 17 Juli 2017
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Kesan Cukup
Tanda vital :
Tekanan Darah Baring : 110 /80 mmHg
Tekanan Darah Duduk : 110/ 80 mmHg
Tekanan Darah berdiri : 110/ 80 mmHg
Nadi baring : 80x/ mnt reguler, isi dan tegangan cukup
Nadi duduk : 80x /menit reguler, isi dan tegangan cukup
Nadi berdiri : 80x /menit reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan baring : 20 x/ menit
Pernafasan duduk : 20 x/menit
Pernafasan berdiri : 20 x/menit
Suhu : 36,80C aksila
Status Gizi
BB : 55 kg
TB :165 cm
BMI : 20,37 kg/m2 (normoweight)
Kulit:
Ikterik (-), kulit pucat (-), turgor kulit cukup, hiperpigmentasi (-),
hipopigmentasi (-), petechie (-), bekas granulasi (-), kulit kering (-),
dekubitus (-).
10
Kepala :
Bentuk mesocephal, rambut beruban (+), rambut mudah rontok (-), luka (-
),benjolan abnormal (-).
Wajah :
Moon face (-), atropi musculus temporalis (+).
Mata :
Ptosis (-), blefaritis (-), oedem palpebra (-), konjungtiva pucat (-/-), sklera
ikterik(-/-), perdarahan subconjungtiva (-), pupil isokor 3mm/3mm,
reflek cahaya (+)/(+), katarak (-),pterygium (-/-)
Telinga:
Tofus (-), sekret (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-),
gangguanfungsi pendengaran (-), telinga berdenging (-),alat bantu dengar (-
).
Hidung :
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), gangguan fungsi
pembauan (-), septum deviasi (-), polip nasi (-), nyeritekan sinus frontalis (-
), sinus ethmoidalis (-).
Mulut:
Bibir sianosis (-), bibir kering (-), stomatitis (-), lidah deviasi (-), lidah kotor
(-), tepi lidah hiperemis (-), papil lidah atropi (-), lidah tremor, tampak gigi
karies (+), palatoschisis (-), napas bau aceton (-), gusi berdarah (-), mukosa
bibir basah, gigi (-).
Leher :
Trachea di tengah, JVP R+2 cm H2O, pembesaran kelenjar limfe (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-), leher
kaku (-), distensi vena-vena leher (-)
Dada :
Bentuk normochest, simetris, retraksi (-), spider naevi (-), venectasi (-),atrofi
muskulus pektoralis mayor (-), pembesaran kelenjar limfe supraklavikuler (-
), infraklavikuler (-), pembesaran KGB Axilla (-/-).
Paru :
11
Depan
Inspeksi:
Statis :Simetris, sela iga melebar (-), retraksi supra sternal (-), retraksi
intercostalis (-)
Dinamis : Pengembangan dada kanan // kiri
Palpasi:
Statis : Simetris
Dinamis : Fremitus raba kanan // kiri
Perkusi : Sonor / Sonor
Auskultasi:
Kanan : Suara dasar bronkovesikuler, Suara tambahan (-)
Kiri : Suara dasar bronkivesikuler, Suara tambahan (-)
Belakang
Inspeksi
Statis : punggung kanan kiri simetris
Dinamis : pengembangan dada simetris
Palpasi
Statis : punggung kanan dan kiri simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan : sonor, mulai redup pada batas paru bawah V Th X
Kiri : sonor, mulai redup pada batas paru bawah V Th XI
Peranjakan diafragma 5 cm kanan sama dengan kiri.
Auskultasi
Kanan : Suara dasar bronkovesikuler, Suara tambahan (-)
Kiri : Suara dasar bronkivesikuler, Suara tambahan (-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba di SIC V 1 cm medial LMC sinistra, tak
kuat angkat, tidak melebar, thrill (-)
Perkusi : Batas jantung kanan atas di SIC II Linea sternalis dextra
12
Rontgent Thorax
15
EKG
F. RESUME
1. Dari hasil anamnesis pasien mengeluhkan benjolan perut kanan bawah.
Benjolan tersebut bersifat menetap. Benjolan tersebut timbul saat istirahat
maupun saat beraktifitas dan tidak bisa kembali normal. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri pada benjolan, tidak mual, tidak muntah, pasien berak
2 kali sehari dan kencing sehari 4-5 kali, @ - 1 gelas belimbing.
Pasien menyangkal nyeri saat berak dan menyangkal kencing anyang-
anyangen.
2. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak cukup.
Kesadaran Compos Mentis, Gizi normoweight, Vital Sign: Tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, Respirasi rate: 20x/menit; suhu 36,8C.
didapatkan atrofi musckulus temporalis, pemeriksaan abdomen terdapat
benjolan pada regio inguinal dextra.
3. Status lokalis: pada abdomen regio inguinal dextra terdapat benjolan
lonjong dan padat pada regio inguinal dextra, nyeri tekan (+), tidak dapat
di reposisi.
4. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin dalam batas normal,
rontgent thorax dalam batas normal dan EKG dalam batas normal.
16
G. DIAGNOSIS KERJA
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
DD : - Limfadenopati Inguinal Dextra
- Soft Tissue Inguinal Dextra
H. PLANNING
Pemeriksaan USG
I. TERAPI
Operatif: Herniotomi dan Hernioplasti
J. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : bonam
2. Quo ad funtionam : ad bonam
3. Quo ad sanam : ad bonam
H. HASIL FOLLOW UP
17
18 Juli 2017 S/
(05.00) Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah bekas operasi.
Keluhan mual muntah tidak ada, pasien BAK sehari
4-5 kali, @ - 1 gelas belimbing.
O/
TD : 110/70, N : 72, S : 36.9, RR : 20
KU/Kes : sedang/ CM
K/L : Normochepal, SI-/-, CP-/- ,PKGB
Tho : SDV+/+,Rh-/-,Wh-/-, BJ I/II reg, bising -
A/
Post OP Herniorapi ireponibel HIL dextraH+1
P/
Inf Rl 20 tpm
Inf Cefriaxon 2x1g
Inj Ranitidin 2x25mg
Inj Santagesik 3x500mg
Inf Metronidazol 3x500mg
19Juli 2017 S/
(05.00 WIB) Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah bekas operasi
berkurang. keluhan mual muntah tidak ada, pasien
18
A/
Post OP Herniorapi ireponibel HIL dextraH+1
P/
Inf Rl 20 tpm
Inf Cefriaxon 2x1g
Inj Ranitidin 2x25mg
Inj Santagesik 3x500mg
Inf Metronidazol 3x500mg
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Di dalam regio inguinalis terdapat kanalis inguinalis yang bagian
kraniolateral dibatasi oleh anulus inguinalis internus. Anulus inguinalis
internus ini merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis
otot transversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum,
kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari
aponeurosis oto oblikus eksternus abdominis. Atapnya ialah aponeurosis otot
oblikus eksternus abdominis dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale.
Kanalis ingunalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum
rotundum pada wanita.
19
20
dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Hernia ini biasanya
berbentuk lonjong.
inguinalis lebih banyak terjadi pada laki- laki dari pada perempuan. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup besar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
G. Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul,
muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau
batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan dengan
tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya
hernia. Jika terjadi gangguan passage usus (obstruksi) maka hernia
ireponibel berubah diagnosis menjadi hernia inkarserata. Nyeri pada
keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit
dengan keadaan ini.
3. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas, bising usus (-), transluminasi (-
). Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus)
dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat
melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai
scrotum. Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie Secara klinis HIL
dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik
pemeriksaan sederhana yaitu finger test,
Ziemen test dan Tumb test. Cara
pemeriksaannya sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Finger Test :
1) Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2) Dimasukkan lewat skrortum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal.
26
H. Komplikasi
Hernia strangulata: gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik,
adanya gangguan sistemik pada usus. Dapat pula dijumpai nyeri hebat di
tempat hernia, tanda peritonitis atau abses lokal jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.
28
I. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perhatikan keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum, atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring .Pasien di minta mengedan atau batuk
sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Pada hernia
inguinalis direk biasanya akan terlihat simetris dengan tonjoloan yang
sirkuler di cincin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien
berbaring. Sedangkan pada hernia inguinalis indirek akan terlihat tonjolan
yang berbentuk elip dan susah menghilang pada saat berbaring.
2. Auskultasi
Bila isi hernia berupa usus maka bising usus dapat terdengar.
3. Palpasi
Pemeriksaan dengan palpasi dapat menggunakan metode finger tip test.
Tujuan utamanya adalah untuk membedakan hernia inguinalis indirek dan
direk, di samping dapat menentukan diameter dan ketebalan cincin hernia.
Cara pemeriksaannya adalah dengan sebelumnya meminta pasien untuk
mendorong masuk hernianya, kemudian salah satu jari tangan pemeriksa
dimasukkan menelusuri jalan masuk hernia. Pasien kemudian diminta
mengejan. Jika hernia teraba atau menyentuh ujung jari berarti ini adalah
hernia indirek/lateralis. Jika hernia teraba atau menyentuh bagian samping
jari berarti merupakan hernia direk/medialis. Penekanan melalui cincin
interna ketika pasien mengejan juga dapat membedakan hernia inguinalis
indirek dan direk. Pada hernia inguinalis direk, benjolan akan terasa pada
bagian depan melewati Trigonum Hesselbachs dan kebalikannya pada
hernia inguinalis indirek. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal
tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Labratorium
Pada hernia ireponibel pada umumnya hasil laboratorium dalam batas
normal. Untuk curiga ke arah adanya strangulasi, dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini, pasien atas nama Bp. CK, umur 53 tahun dirawat
di RSUD Karanganyar bangsal Kantil 2 dengan diagnosa Hernia Inguinalis Dextra
Ireponibel yang ditegakgan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang akan dijelaskan pada paragraf selanjutnya.
Diagnosa Hernia Inguinalis Dextra Ireponibel pada pasien ini berdasarkan
anamnesis yang dilakukan terhadap pasien. Sejak 5 bulan sebelum masuk rumah
sakit, pasien mengeluhkan benjolan perut kanan bawah. Benjolan tersebut bersifat
hilang timbul. Benjolan biasanya muncul ketika pasien melakukan aktifitas yang
berat seperti mengangkat barang yang berat. Benjolan akan hilang sendiri ketika
pasien istirahat. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan, tidak mual, tidak
muntah, sulit kencing (-), sulit berak (-). Pasien tidak memeriksakan kondisinya
ke dokter. Pada kondisi tersebut mengarah ke hernia reponibel karena benjolan
masih bisa kembali masuk dengan istirahat.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan benjolan perut
kanan bawah. Benjolan tersebut bersifat menetap. Benjolan tersebut timbul saat
istirahat maupun saat beraktifitas dan tidak bisa kembali normal. Membuat pasien
tidak nyaman saat aktivitas maupun istirahat. Pasien tidak mengeluhkan nyeri
pada benjolan, tidak mual, tidak muntah, pasien berak 2 kali sehari dan kencing
sehari 4-5 kali, @ - 1 gelas belimbing. Pasien menyangkal nyeri saat berak
dan menyangkal kencing anyang-anyangen. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
atropi muskulus temporalis, dan dari pemeriksaan abdomen didapatkan kondisi
pada inspeksi tampak benjolan di region inguinal dextra. Dari pemeriksaan
penunjang didapatkan hasil pemeriksaan darah rutin dalam batas normal.
Penegakan diagnosis hernia inguinalis dapat dilakukan dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di
regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia
yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus. Kalau kantong
hernia berisi organ, maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus
33
34
atau omentum (seperti karet). HIL merupakan hernia abdomen yang paling sering
terjadi dan banyak diderita oleh laki-laki. Hernia sendiri terjadi akibat peran
multifaktorial. Pada Hernia inguinalis lateralis/indirek sering dikarenakan adanya
patent processus vaginalis. Namun, pada pasien resiko meningkat seiring dengan
usia tua dan aktivitas keseharian pasien yang bekerja sebagai kuli bangunan yang
tentu saja termasuk aktivitas berat. Dengan bertambahnya usia, integritas dari
muskulus abdomen menurun, sehingga dinding abdomen tidak dapat menahan
adanya peningkatan tekanan intrabdominal.
Hernia inguinalis berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
Hernia inguinalis lateral dan medial. Pada pasien ini tidak bisa dilakukan
pemeriksaan finger tes, thumb tes maupun ziemen tes karena benjolan bersifat
menetap. Secara klinis antara kedua jenis hernia ini dapat sulit dibedakan namun
saat operasi, letak leher hernia terhadap arteri epigastrika inferior menentukan tipe
hernia, yaitu pada hernia indirek leher kantung hernia terletak di sebelah lateral
arteri sedangkan pada hernia direk selalu terletak di sebelah medialnya.
Pemilihan management pada hernia inguinalis berdasarkan usia, dan berat
ringannya penyakit. Pada pasien dewasa, hernia yang telah menimbulkan gejala
atau telah menjadi hernia inkarserata perlu terapi operatif. Prognosis pada pasien
cenderung akan lebih baik karena keparahan hernia belum menyebabkan hernia
inkarserata maupun strangulate.
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
maka pada pasien ini telah ditegakkan diagnosa Hernia Inguinalis Dextra
Ireponibel. Dari perjalanan penyakit pasien ini bermula dari hernia inguinalis
dextra reponibel menjadi ireponibel. Faktor-faktor yang menyebabkan hal ini
terjadi belum jelas dan perlu penelitian yang lebih lanjut . Riwayat perawatan post
operasi, terapi simptomatik yang diberikan pada pasien ini berespon baik.
Hernia inguinalis adalah suatu defek pada fasia dan muskulo aponeurotik
dinding perut terutama di regio inguinal, baik secara kongenital maupun didapat,
yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui
dinding tersebut. Hernia Inguinalis Lateralis merupakan hernia abdomen yang
paling sering terjadi, dan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Management
dilakukan tindakan operatif untuk mencegah terjadinya komplikasi.
B. Saran
Saran untuk dokter tentang pasien ini diantaranya diperlukan upaya
pengenalan dini serta edukasi terhadap pasien untuk menghindari faktor-faktor
yang menyebabkan kejadian hernia berulang. Dokter perlu melakukan
penatalaksanaan yang komprehensif.
Saran untuk pasien dan keluarga pasien diantaranya diperlukan asupan
nutrisi yang tepat dan adekuat serta diperlukan perhatian dari keluarga pasien agar
pasien patuh minum obat dan perlu imobilisasi. Pada pasien juga perlu
dihindarkan dari faktor stress, kelelahan, kurang istirahat dan infeksi dimana dapat
memperlambat keberhasilan penyembuhan. Untuk mencegah terjadinya hernia
yang berulang pasien juga disarankan untuk bekerja yang ringan tanpa ada
aktivitas angkat-mengangkat.
35
36
Daftar Pustaka
Dunphy, J.E., and Way LW, eds. Current surgical diagnosis and Treatment,
5th ed. California; Lange medical Publication, 2008 : 1517-40.
Harkins HN. Hernia. In Allen JG, Harkins NH, Moyer CA, Rhoads JE. Eds.
Surgery principles and practise. Philadelphia : JB Principels and practise,
Phialdelphia : JB Lippincott comapy, 1957 : 980-86.
Junaidi P., Atiek S., Husna A., Hernia, Dalam : Kapita Selekta Kedokteran
FK UI, Jakarta : Media Aesculapius : 2008 : 352-9.
Macraflane DA, Thomas LP, Textbook of surgery, 4th ed. London : ELBS, 20
: 234-45.
Sjamsuhidajat R., De Jong W, Hernia, Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah, eds.
Revisi, Jakarta : EGC : 2012 : 696-719.
White JJ, Haller, Groin hernia. In : Nylus LM, Condon RE. Eds. Hernia, 2nd
ed. Philadeplhia : JB Lippincott company, 2008 : 14-27.
36